Anda di halaman 1dari 3

INISIASI 5

TEORI STRUKTUR MODAL


Teori Struktur Modal
Salah satu pertanyaan yang sering timbul dalam pikiran manajer keuangan adalah hubungan
antara struktur modal dan nilai perusahaan. Struktur modal adalah merupakan perimbangan
jumlah hutang jangka pendek yang bersifat permannen, hutang jangka panjang, saham preferen
dan saham biasa. Nilai perusahaan adalah nilai atau jumlah uang yang akan diterima apabila
perusahaan tersebut dijual. Untuk meningkatkan nilai perusahaan manajer keuangan akan
melakukan berbagai keputusan, diantaranya adalah keputusan investasi dan keputusan
pendanaan. Setelah melakukan keputusan investasi manajer keuangan akan berpikir bahawa
keputusan investasi tersebut akan dibiayai/didanai dari modal apa ?. apakah investasi didanai
seluruhnya dengan hutang atau seluruhnya dengan modal sendiri atau malah kombinasinya.
Jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut tersejawab setelah 2 ahli manajemen keuangan yaitu
Franco Modigliani dan Mertor Miller mengajukan suatu teori ilmiah tentang struktur modal
perusahaan
Franco Modigliani dan Mertor Miller mengajukan dua teori struktur modal dengan dua asumsi yang
berbeda, yaitu ada dan tidak adanya pajak pribadi maupun pajak perushaan.
Asumsi-asumsi dan rumus dari dua teori MM tersebut dapat Saudara lihat dalam BMP Manajemen
Keuangan modal 6. Dari proposisi-proposisi yang diajukan oleh kedua teori tersebut
menyimpulkan bahwa :
Model MM tanpa pajak :
Proposisi I : Jika tidak ada pajak nilai perusahaan tidak tergantung pada
leverage (menggunakan hutang atau tidak)
Proposisi II : Penggunaan hutang tidak akan meningkatkan nilai perusahaan
Karena keuntungan dari biaya hutang yang lebih kecil (murah)
Ditutp dengan naiknya biaya modal sendiri.
Model MM- dengan pajak.
Proposisi I : Nilai perusahaan yang sama sekali tidak menggunakan hutang
sama dengan nilai modal sendiri perusahaan tersebut.
Proposisi II : Perusahaan seharusnya menggunakan hampir 100 % hutang.

Teori lain selain teori MM yang membahas struktur modal adalah toeri yang diajukan oleh Miller.
Teori Miller menyajikan toeri struktur modal yang meliputi pajak untuk penghasil pribadi. Pajak
pribadi tersebut adalah : 10 pajak penghasilan saham dan 2) pajak penghasilan dari obligasi.

Kesimpulan dari model Miller adalah :


1. Jika tidak ada pajak menurut Miller nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang
sama dengan nilai perusahaan yang menggunakan hutang. (V L = VU )

1
2. Jika tidak ada pajak pribadi, maka menurut Miller nilai perusahaan menggunakan
hutang sama dengan nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang ditambah
dengan besarnya pajak dari hutang perusahaan.
3. Keuntungan dari penggunaan hutang pada model Miller tergantung pada : pajak
perusahaan, pajak pribadi pada penghasilan saham dan obligasi serta hutang.

Kelemahan utama model Miller dan Modigliani Miller adalah mengabaikan faktor yang disebut
sebagai Financial distress dan agency cost.
Financial distress adalah kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan
terancam bangkrut . Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka akan timbul biaya
kebangkrutan (Bankruptcy cost) yang disebabkan oleh keterpaksaan menjual aktiva dibawah
harga pasar, biaya likuidasi perusahaan, rusaknya aktiva tetap dimakan waktu sebelum terjual,
dsb. Bankcruptcy cost ini termasuk Direct cost of financial distress
Agency costs atau biaya keagenan adalah biaya yang timbul karena perusahaan menggunakan
hutang dan melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan (pemegang saham) dan kreditor.

Kebijakan Dividen
Manajemen mempunyai 2 alternatif perlakuan terhadap penghasilan bersih setelah pajak (EAT)
perusahaan, yaitu :
1. dibagi kepada para pemegang saham perusahaan dalam bentuk dividen, dan
2. diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan (retained earning).
Pada umumnya banyak perusahaan membagi EAT dalam bentuk dividen.

Dalam hubungan dengan nilai perusahaan, ada berbagai pendapat atau teori tentang kebijakan
dividen, yaitu :
1. Teori : Dividen tidak relevan
Menurut toeri ini nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya persentase
dividen yang dibagi, tetapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak.
2. Teori : The Bird-in-the-hand
Menyatakan bahwa biaya modal sendiri (K s ) perusahaan akan naik jika persentase dividen
(DPR) rendah karena investor lebih suka menerima dividen daripada capital gains.
3. Teori Perbedaan Pajak
Menyatakan karena adanya pajak terhadap keuntungan dividend an capital gains, para
investor menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak.
4. Teori Signaling Hypotesis
Menyatakan bahwa dengan suatu kenaikan dividen maka merupakan suatu sinyal kepada
para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik
dimasa yang akan datang. Dan sebaliknya.
5. Teori Clientele Effect
Menyatakan bahwa kelompok pemegang saham (clientele) yang berbeda akan memiliki
preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok yang
membutuhkan penghasilan saat ini lebih menyukai persentase dividen yang tinggi, dan
sebaliknya.

Pada praktiknya perusahaan cenderung memberikan dividen dengan jumlah yang relative stabil
atau meningkat secara teratur, karena disebabkan asumsi :

2
1. Investor melihat kenaikan dividen sebagai suatu tanda baik bahwa perusahaan memiliki
prospek yang cerah.
2. Investor cenderung lebih menyukai dividen yang tidak berfluktuasi (stabil).

Pada praktiknya ada perusahaan yang menggunakan model residual dividend, dimana dividen
ditentukan dengan cara :
1. mempertimbangkan kesempatan investasi perusahaan
2. mempertimbangkan target struktur modal perusahaan untuk mentukan besarnya modal
sendiri yang dibutuhkan untuk investasi.
3. memanfaatkan laba ditahan untuk memenuhi kebutuhan akan modal sendiri semaksimal
mungkin
4. membayar dividen hanya jika ada sisa laba.

Bebrapa faktor lain yang mempengaruhi manajemen dalam menentukan kebijakan dividen, antara
lain :
1. Perjanjian hutang
2. Pembatasan dari saham preferen
3. Tersedianya kas
4. Pengendalian
5. Kebutuhan dana untuk investasi
6. Fluktuasi laba.

Anda mungkin juga menyukai