Anda di halaman 1dari 12

Profil vertikal temperatur di laut terbagi menjadi tiga lapisan:

Lapisan homogen (mixed layer)


Lapisan yang tercampur sempurna (well mixed) oleh pengaruh
angin dan gelombang yang menimbulkan turbulensi yang dapat
mengaduk lapisan atas dari air laut.

Lapisan termoklin
Lapisan di mana terjadi perubahan temperatur yang sangat drastis.

Lapisan dalam
Perubahan suhu sangat lambat karena suplai panas dari lapisan atas
sudah berkurang.

(Sumber: Hadi, 2010)


Ketebalan lapisan homogen dan termoklin mengalami
perubahan secara dinamis:

El-Nino Southern Osillation (ENSO)

Indian Ocean Dipole (IOD)

Arus Lintas Indonesia (untuk perairan Indonesia)

Angin monsun (untuk perairan Indonesia)

(Sumber: Hadi, 2010)


Manfaat pemahaman variabilitas temperatur secara vertikal di lapisan homogen dan termoklin:
Mengetahui perubahan iklim dan cuaca di Bumi
Mengetahui lokasi penangkapan ikan yang potensial
o Dengan mengetahui variabilitas temperatur secara vertikal, kedalaman lapisan termoklin pada
suatu perairan dapat diindentifikasi. Dengan mengetahui kedalaman lapisan termoklin
kedalaman habitat ikan palegis dapat diketahui. Karena ikan pelagis hidup di lapisan termoklin.
o Lapisan termoklin memiliki arti penting bagi perikanan tangkap khususnya untuk menangkap
ikan tuna. Ikan pelagis besar ini senang hidup di lapisan ermoklin dan lapisan di bawah
termoklin.
o Pemahaman yang baik tentang kedalaman termoklin baik batas atas maupun bawah termoklin,
akan bisa membantu indutri penangkapan ikan tuna dalam teknis penempatan kedalaman
pancing, agar sesuai dengan lapisan renang jenis tuna yang menjadi sasaran penangkapan.
Temperatur Salinitas
(King, 1963 dalam Adisaputra, A., 2011) menyatakan suatu (Stewart, 2003 dalam Jaya, 2015) menyatakan ada
besaran fisika yang menyatakan banyaknya bahang yang umumnya salinitas di laut terbuka memiliki nilai salinitas
terkandung dalam suatu benda. Temperatur di laut berkisar berkisar 33-37 psu dengan rata-rata nilainya 35 psu.
antara -2oC sampai 30oC.
Di lintang menengah salinitas di permukaan laut
(Weyl, 1967 dalam Adisaputra, 2011) menyatakan penyebaran mencapai nilai minimun dan meningkat bila ke arah
temperatur pada permukaan laut membentuk zona lintang tinggi.
berdasarkan letak lintang.

Densitas
Hadi (2010) menyatakan bahwa densitas air laut merupakan fungsi dari salinitas, temperatur, dan tekanan
= , ,
Di lapisan permukaan perubahan densitas begitu ditentukan oleh salinitas dan temperatur air laut, dimana temperatur lebih
dominan dibandingkan dengan salinitas
Semakin mendekati garis khatulistiwa (lintang rendah) maka temperatur semakin
meningkat, sebaliknya temperatur akan semakin menurun.
Distribusi vertikal salinitas tidak dapat dinyatakan secara sederhana seperti pada
distribusi vertikal pada temperatur. Densitas air laut merupakan faktor dari penentu
kestabilan kolom air. Dalam arah vertikal di daerah ekuator, tropis, dan subtropis telah
ditemukan dengan nilai salinitas yang minimun di kedalaman 600-1000 m dan salinitas
akan bertambah sampai kedalaman 2000 m bila mendekati kutub (lintang tinggi)
Di lautan Atlantik, salinitas akan berkurang terhadap kedalaman di bawah kedalaman
2000 m. Namun di daerah tropis salinitas maksimum berada di kedalaman 100 m (Hadi,
2010).
Angin Monsun Barat Angin Monsun Timur

(Sumber:https://maibaca.files.wordpress.com/2013/10/angin.jpg)
Angin monsoon disebabkan karena adanya perubahan tekanan udara sebagai akibat perubahan
posisi matahari terhadap garis ekuator. Saat matahari berada di BBU, benua Asia memiliki suhu
yang lebih tinggi di bandingkan dengan benua Australia. Hal ini menyebabkan tekanan udara di
benua asia menjadi lebih rendah dan tekanan udara tinggi di benua Australia, sehingga angin
bertiup dari Benua Australia menuju benua Asia. Disebut angin monsoon timur dan bertiup
angin yang berasal dari tenggara.
Sebaliknya, saat matahari berada di BBS sehingga benua Australia memiliki tekanan yang lebih
rendah daripada Benua Asia. Hal ini menyebabkan angin berhembus dari Benua Asia menuju
Benua Australia. Peristiwa ini disebut dengan Angin monsoon Barat dan bertiup angin yang
berasal dari arah barat laut.
Adanya angin monsoon ini menyebabkan keragaman musiman Arlindo di lapisan permukaan.
Kondisi ini menyebabkan sirkulasi lapisan permukaan perairan Indonesia memiliki variasi
tahunan yang kuat.
El-Nio
Air laut Pasifik menghangat dan angin melemah di sepanjang ekuator
Konveksi akan berkembang di sepajang Pasifik, maka akan terbentuk
awan-awan di wilayah Pasifik yang dapat membentuk badai.
Kondisi lapisan termoklin di Laut Pasifik Timur lebih dalam
dibandingkan dengan Laut Pasifik Barat.
Angin timuran yang lebih lemah dari pada saat kondisi normal dapat
mengurangi terjadinya upwelling di sepanjang ekuator.
Lapisan termoklin di sepanjang timur sampai ke tengah Pasifik
semakin dalam.
Transfer energi dari barat ke timur mengurangi kedalaman di
Fenomena Saat El-Nio
(Sumber: http://weather.meteo.itb.ac.id/artikel6.php) sepanjang Pasifik Barat.
La-Nia
Air laut di Pasifik Timur lebih panas dari kondisi normalnya.
Adanya konveksi yang lebih besar dari normalnya di bagian Pasifik
Timur, sehingga menyebabkan adanya curah hujan yang lebat.
Kondisi lapisan termoklin di sepanjang ekuator Laut Pasifik lebih
dangkal di pasifik Timur dan lebih dalam di Pasifik Barat dari pada
kondisi normalnya.
Angin timuran yang lebih kencang dari pada normal, memperkuat
upwelling di sepanjang ekuator.
Lapisan termoklin mendangkal dan SST lebih rendah di Pasifik Timur.
Angin timuran yang lebih kencang menyimpan massa air di Pasifik
Fenomena Saat La-Ni a
Barat yang dapat meningkatkan energi panas sehingga meningkatkan (Sumber: http://weather.meteo.itb.ac.id/artikel6.php)
kedalaman termoklin di wilayah tersebut.
Formulasi untuk mencari kedalaman lapisan termoklin sesuai dengan yang dirumuskan Stern (1975)


=


Dengan :
= kedalaman termoklin
= gradient temperatur

= perubahan temperatur terhadap kedalaman. Dalam hal ini perubahan temperatur sebesar0,05oC/m.

Batas atas kedalaman termoklin pada empat kasus kajian Batas bawah kedalaman termoklin pada empat kasus kajian
(Sumber: Kunarso dkk., 2012) (Sumber: Kunarso dkk., 2012)

Kecepatan angin rata-rata bulanan di atas perairan Jawa hingga Pulau Timor Selatan Jawa sampai Pulau Timor
(Sumber: Kunarso dkk., 2012) (Sumber: Google Maps)
Pencampuran vertikal massa air diakibatkan
oleh ketidakstabilan densitas pada kolom air
dan gerakan turbulen.
Semakin dalam suatu perairan maka
densitasnya akan semakin tinggi. Tetapi, jika
terjadi gangguan pada massa air tersebut,
maka densitas yang tinggi akan berada diatas
densitas yang rendah.
Pusaran eddy pada dua lapisan massa air dengan densitas
Hal ini menyebabkan ketidakstabilan secara berbeda. (a) menunjukkan massa air dengan kondisi stabil. (b),
vertikal yang mengakibatkan massa air (c) dan (d) menunjukkan massa air dengan densitas rendah
bergerak secara vertikal untuk mencari posisi terusik sehingga berada diatas densitas tinggi
(Sumber: Thorpe, 2007).
yang stabil.

Anda mungkin juga menyukai