Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME

DISUSUN OLEH :
ABDUL LATIF 20151167
AINA SETYANI 20151168

PRODI DIII KEPERAWATAN AKPER MUHAMMADIYAH KENDAL


2016/2017
PENGESAHAN

Telah disetujui dan disahkan untuk memenuhi syarat tugas Kewirausahaan Akper
Muhammadiyah Kendal tahun pelajaran 2016/2017.
Hari :
Tanggal :

Mengetahui
Dosen Mata Kuliah
Faradisa Yuanita Fahmi S,Kep Ns
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Illahi Rabbi, atas nikmat dan karunia-Nyalah
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah Kegawat DaruratanRESPIRATION
DISTRESS SYNDROME ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga
tetap tercurah atas utusan-Nya Muhammad SAW yang membawa umat manusia dari
kegelapan menuju kecahayaan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas KGD. Dalam penyusunan makalah ini
penyusun mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun
mengucapakan terimakasih kepada :
1. Sulastri, S.Kep, Ns M.Kep selaku Direktur Akademi Keperawatan Muhammadiyah
Kendal.
2. Faradisa Yuanita Fahmi S,Kep Ns. selaku pembimbing yang telah memberikan
pengarahan, petunjuk, dan saran dalam menyelesaikan makalah proposal ini.
3. Bapak dan ibu tercinta yang selalu memberikan doa, semangat, dan dukungan baik
moral maupun spiritual dalam penyusunan makalah ini.
4. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan makalah ini yang
tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak, sehingga hasil dari penyusunan makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Kendal, September 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................................


HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang.........................................................................................................
Tujuan Permasalahan ...............................................................................................

BAB II. PEMBAHASAN


A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian respiratory distress syndrome ...........................................................
2. Etiologi respiratory distress syndrome ................................................................
3. Patofisiologi respiratory distress syndrome ........................................................
4. Pathways respiratory distress syndrome .............................................................
5. Klasifikasi respiratory distress syndrome ...........................................................
6. Manifestasi respiratory distress syndrome ..........................................................
7. Pemeriksaan Diagnostik respiratory distress syndrome......................................
8. Penatalaksanaan respiratory distress syndrome ..................................................
9. Komplikasi ..........................................................................................................
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Analisa Data ........................................................................................................
2. Intervensi .............................................................................................................
3. Evaluasi ...............................................................................................................

BAB III. PENUTUP


Kesimpulan ...............................................................................................................
Saran ..........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
ACUTE respiratory distress syndrome (ARDS) merupakan suatu bentukan
dari gagal napas akut yang ditandai dengan: hipoksemia, penurunan fungsi paru-paru,
dispnea, edema paru-paru bilateral tanpa gagal jantung, dan infiltrate yang menyebar.
Selain itu, ARDS dikenal juga dengan nama noncardiogenic pulmonary edema,
shock pulmonary, dan lain-lain.
Acute respiratory distress syndrome (ARDS) adalah salah satu penyakit paru
akut yang memerlukan perawatan di IntensiveCare Unit (ICU) dan mempunyai
angka kematian yang tinggi yaitu mencapai 60%. Penyebab spesifik ARDS masih
belum pasti,banyak faktor penyebab yang dapat berperan padagangguan ini
menyebabkan ARDS tidak disebut paru dan menyebabkan fibrosis. ARDS terjadi
sebagai akibat cedera atau trauma pada membran alveolar kapiler yang
mengakibatkan kebocoran cairan kedalamruang interstisiel alveolar dan perubahan
dalam jaring-jaringkapiler, terdapat ketidak seimbangan ventilasi dan perfusi yang
jelas akibat akibatkerusakan pertukaran gas dan pengalihan ekstansif darah dalam
paru-paru. ARDS menyebabkan penurunan dalam pembentukan surfaktan, yang
mengarah pada kolapsalveolar. Komplians paru menjadi sangat menurun atau paru-
paru menjadikakuakibatnya adalah penuruna karakteristik dalam kapasitas residual
fungsional, hipoksia beratdan hipokapnia. Oleh karena itu, penanganan
ARDSsangat memerlukan tindakan khusus dari perawat untuk mencegah
memburuknya kondisi kesehatan klien. Hal tersebut dikarenakan klien
yangmengalami ARDS dalam kondisi gawat yang dapat mengancam jiwa klien.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari ARDS ?
2. Apa Etiologi dari ARDS ?
3. Bagaimana Patofisiologi dari ARDS ?
4. Bagaimana Pathway dari ARDS ?
5. Apa Manifestasi Klinis dari ARDS ?
6. Apa saja pemeriksaan Diagnostik dari ARDS ?
7. Bagaimana penatalaksaan dari ARDS ?
8. Apa faktor resiko dari ARDS ?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan Gawat Darurat dari ARDS ?

C. Tujuan
1. +Untuk mengetahui definisi dari ARDS
2. Untuk mengetahui apa Etiologi dari ARDS
3. Untuk mengetahui Bagaimana Patofisiologi dari ARDS
4. Untuk mengetahui Bagaimana Pathway dari ARDS
5. Untuk mengetahui Apa Manifestasi Klinis dari ARDS
6. Untuk mengetahui Apa saja pemeriksaan Diagnostik dari ARDS
7. Untuk mengetahui Bagaimana penatalaksaan dari ARDS
8. Untuk mengetahui Apa faktor resiko dari ARDS
9. Untuk mengetahui Bagaimana Asuhan Keperawatan Gawat Darurat dari ARDS
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Adult respiratory distress syndrome (ARDS) merupakan suatu bentukan dari
gagal napas akut yang ditandai dengan: hipoksemia, penurunan fungsi paru-paru,
dispnea, edema paru-paru bilateral tanpa gagal jantung, dan infiltrate yang menyebar.
Selain itu, ARDS dikenal juga dengan nama noncardiogenic pulmonary edema,
shock pulmonary, dan lain-lain.
Adult Respirator Distress Syndrome (ARDS) merupakan keadaan gagal napas
mendadak yang timbul pada klien dewasa tanpa kelainan paru yang mendasari
sebelumnya. Sulit untuk membuat definisi secara tepat, karena patogenesinya belum
jelas dan terdapat banyak faktor predisposisi seperti syok karena perdarahan, sepsis,
rudapaksa/trauma pada paru atau bagian tubuh lainnya, pankreastitis akut, aspirasi
cairan lambung, intoksikasi heroin, atau metadon (Arif Muttaqin, 2009).
Gagal nafas akut /ARDS adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk
mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida
(PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkan oleh masalah ventilasi difusi atau perfusi
(Susan Martin T, 1997)
Gagal nafas akut/ARDS adalah kegagalan sistem pernafasan untuk
mempertahankan pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam jumlah yangdapat
mengakibatkan gangguan pada kehidupan (RS Jantung Harapan Kita, 2001)
Gagal nafas akut/ARDS terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap
karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsioksigen dan
pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan
oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan
karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ARDS ( Gagal nafas Akut )
merupakan ketidakmampuan atau kegagalan sitem pernapasan oksigen dalam darah
sehingga pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru - paru tidak dapat
memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan karbondioksida dalam sel sel
tubuh.sehingga tegangan oksigen berkurang dan akan peningkatan karbondioksida
akan menjadi lebih besar.

B. Etiologi
1. Depresi Sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan
yang menngendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan
medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal
2. Kelainan neurologis primer
Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat
pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke
saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti
gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan neuromuslular
yang terjadi pada pernapasan akan sangatmempengaruhiventilasi.
3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan
ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari,
penyakit pleura atau trauma dan cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas.
4. Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas.
Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan
dari hidung dan mulut dapat mnegarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi
pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan
mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah
pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi yang
mendasar.
5. Penyakit akut paru
Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau
pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi
lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru dan
edema paru adalah beberapa kondisi lain yang menyababkan gagal nafas.
Faktor penting penyebab ARDS antara lain :
1. Syock (disebabkan banyak faktor ).
2. Trauma (memar pada paru-paru, fraktur multiple, cidera kepala).
3. Cidera sistem syaraf yang serius.
Cidera sistem syaraf yang serius seperti trauma CVA, tumor, dan peningkatan
teknan intra kranial dapat menyebabkan terangsangnya syaraf simpatis sehingga
mengakibatkan vasokonstriksi sistemik dengan distribusi sejumlah besar volume
darah kedalam paru-paru hal ini menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatk dan
kemudian akan menyebabkan cidera paru-paru (plum injury).
4. Gangguan metabolisme (pankreatitis, dan uremia).
5. Emboli lemak dan cairan amnion.
6. Infeksi paru-paru difus (bakteri, virus, jamur).
7. Inhalasi gas beracun (rokok, oksigen konsentrasi tinggi, gas klorin, NO2, dan
ozon).
8. Aspirasi (sekresi gastrik , tenggelam dan keracunan hidrokarbon).
9. Menelan obat berlebih dan overdosis narkotik atau non narkotik (heroin,
opioit, aspirin).
10. Kelainan darah (DIC, Tranfusi darah multiple, dan bypass cardiopulmoner).
11. Operasi besar.
12. Renspons imunilogi terhadap antigen pejamu (sysdrom goospasture SLE).

C. Patofisiologi
Terlepas dari awal mula prosesnya, ARDS selalu berhubungan dengan
penambahan cairan dalam paru-paru sehingga membentuk edema paru-paru. Namun
hal ini berbeda dengan edema paru-paru kardiogenik karena tekanan hidrostaltik
kapiler paru-paru tidak meningkat. Awalnya terdapat cidera pada membrane alveola
kapiler yang menyebabkan kebocoran cairan, makro molekul, dan komponen-
komponen sel darah kedalam ruang interstisial. Seiring dengan bertambah parahnya
penyakit, kebocoran tersebut masuk ke dalam alveoli. Peningkatn permeabilitas
vascular terhadap protein membuat perbedaan hidrostatik yang besar sehingga
peningkatan tekanan kapiler yang ringanpun dapat meningkatkan edema interstisial
dan alveolar. Colaps alveolar terjadi sekunder terhadap efek caira alveolar, terutama
fibrinogennnya yang mengganggu aktvitas surfaktan normal dan Karena
kemungkinan gangguan produksi surfaktan lanjutan oleh cidera pada pneumocyt
granular. Kapasitas pengisian paru-paru menjadi kurang yaitu menjadi kaku karena
edema interstisial dan colaps alveoli.

PATWAYS
.
D. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis ARDS bervariasi tergantung dari penyebabnya. Pada
permulaan cidera dan selama beberapa jam pertama, pasien mungkin bebas dari
gejala-gejala dan tanda-tanda gangguan pernafasan. Seringkali tanda terdininya
adalah peningkatan frekuensi pernafasan yang segera diikuti dengan dipsnea.
Pengukuran analysis blood gasses (ABGs) lebih dini akan memperlihatkan
peningkatan PO2 meskipun PCO2 menurun, sehingga perbedaan oksigen alveolar
arteri meningkat. Pada stadium dini tersebut pemberian oksigen dengan masker atau
dengan kanula menyebabkan peningkatan bermakna dalam PO2 arteri.
Pada pemeriksaan fisik dapat juga di temukan suara ronchi basahi
saat inspirasi halus, meskipun tidak begitu jelas.

E. Pemeriksaan Diagnosis
Pemeriksaan laboratorium :
1. Pemeriksaan fungsi ventilasi
a. Frekuensi pernafasan per menit
b. Volume tidal
c. Ventilasi semenit
d. Kapasitas vital paksa
e. Volume ekspirasi paksa dalam 1 detik
f. Daya inspirasi maksimum
g. Rasio ruang mati/volume tidal
h. PaCO2, mmHg.

2. Pemeriksaan status oksigen


3. Pemeriksaan status asam-basa
4. Arteri gas darah (AGD) menunjukkan penyimpangan dari nilai normal pada
PaO2, PaCO2, dan pH dari pasien normal; atau PaO2 kurang dari 50 mmHg,
PaCO2 lebih dari 50 mmHg, dan pH < 7,35.
5. Oksimetri nadi untuk mendeteksi penurunan SaO2
6. Pemantauan CO2 tidal akhir (kapnografi) menunjukkan peningkatan
7. Hitung darah lengkap, serum elektrolit, urinalisis dan kultur (darah, sputum)
untuk menentukan penyebab utama dari kondisi pasien.
8. Sinar-X dada dapat menunjukkan penyakit yang mendasarinya.
9. EKG, mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan,
disritmia.
10. Pemeriksaan hasil Analisa Gas Darah :
a. Hipoksemia ( pe PaO2 ) 2. Hipokapnia ( pe PCO2 ) pada tahap awal
karena hiperventilasi
b. Hiperkapnia ( pe PCO2 ) menunjukkan gagal ventilasi
c. Alkalosis respiratori ( pH > 7,45 ) pada tahap dini
d. Asidosis respiratori / metabolik terjadi pada tahap lanjut
11. Pemeriksaan Rontgent Dada :
a. Tahap awal ; sedikit normal, infiltrasi pada perihilir paru
b. Tahap lanjut ; Interstisial bilateral difus pada paru, infiltrate di alveoli
12. Tes Fungsi paru :
a. Pe komplain paru dan volume paru
b. Pirau kanan-kiri meningkat

F. Penatalaksaan
Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki masalah ancaman
dengan segera anAtara lain :
1. Terapi Oksigen
Oksigen adalah obat dengan sifat terapeutik yang penting dan secara
potensial mempunyai efek samping toksik. Pasien tanpa riwayat penyakit
paru-paru tampak toleran dengan oksigen 100% selama 24-27 jam tanpa
abnormalitas fisiologis yang spesifik.
2. Vetilasi Mekanik
Aspek penting perwaatan ARDS adalah ventilasi mekanik. Terapi
modalitas ini bertujuan untuk memberikan dukungan ventilasi sampai
integritas membran alveolakapiler kembali mmebaik. Dua tujuan tambahan
adalah :
a. Memelihara ventilasi adekuat dan oksigen selema periode kritis
hipoksemia berat.
b. Mengatsi faktor etiologi yang mengawali penyebab distress pernafasan.
3. Positif and Expiratory Breathing (PEEB)
Ventilasi dan oksegen adekuat diberikan melalui volume ventilator
dengan tekanan dan kemampuan alira yang tinggi, dimana PEEB dapat di
tambahkan . positif and expiratory breathing (PEEB) dipertahankan dalam
alveoli melalui siklus pernafasan untuk mecegah alveoli kolaps pada akhir
ekpirasi.
Komplikasi utama PEEB adalah penurunan curah jantung da
barotrauma. Hal tersebut seringkali terjadi jika pasien diventilasi dengan tidal
volume di atas 15ml/kg atau PEEB tingkat tinggi. Peralata selang dada
torakstomi darurat harus siap sedia.
4. Pemantauan oksigen Arteri Adekuat
Sebagian besar volume oksigen di transpor ke jaringan dalam bentuk
oksihemoglobin. Bila anemia terjadi, kandunga oksigen dalam darah
menurun. Sebagian akibat efek ventialsi mekanik PEEB pengukuran seri
hemoglobin perlu dilakukan untuk kalkulasi kandungan oksigen yang akan
menetukan kebutuha untuk ttarnsfusi sel darah mearah.
5. Terapi farmakologi
Penggunaan kortisteroid untuk terapi masih kontroversial. Rapi
Sebealumnya terapi antibiotik diberika untuk profilaksis, tetapi pengalaman
menujukan bahwa hal ini tidka dapat mencegah sepsis gram negatife yang
berbahaya. Akhirnnya antibiotik profilaksis tidak lagi digunakan.
6. Pemeliharaan jalan nafas
Selang endotracheal atau selang trakheostomi disediakan tidak hanya
sebagai jalan nafas, tetapi juga melindungi jalan nafas ( dengan cuff utuh),
memberikan dukuga ventilasi kontiu dan memberikan konsentrasi oksigen
terus-menerus. Pemeliharaan jalan nafas meliputi: menatahui waktu
penghisapan, teknik penghisapan, tekanan cuff adekuat, pencegahan nekrosis
tekanan nasal dsan oral untuk membuang secret, dan pemonitoran konstan
terhadap jalan nafas bagian atas.
7. Pencegahan Infeksi
Perhatian penting terhadapa sekresipada saluran pernafasan bagian
atas dan bawah serta pencegahan infeksi melalui teknik penghisapan yang
tealh dilakukan. Infeksi nosocomial adalah infeksi yang disapatkan di rumah
sakit.
8. Dukungan Nutrisi
Malnutrisi merupakan masalh umu pada paseien dengan masalah
kritis. Nutrisi parental total (hiperalimentsi intravena) atau pemberian
makanan melalui selang dapat memperbaiki malnutrisi dan kemungkinan
pasien untuk menghindari gagal nafas sehubugan dengan nutrisi buruk pada
otot inspirsi.
9. Monitor semua sistem terhadap respon tarapi dan potensial komplikasi
Rata-rata mortalita 50-70%, dapat menimbulkan gejal sisa saat
penyembuhan. Prognosis jangka panjag baik. Abnormalitas obstruksif
terbatas, defek difusi sedang dan hipoksemia selama latihan.

G. Faktor resiko untuk sindrom gawat nafas akut (ARDS)


1. Cidera paru tidak langsung
a. Syok dengan berbagai etiologic.
b. Sepsis
c. Hipotermia
d. Hipertermia
e. Overdosis obat
f. Koagulasi intravaskuler diseminata (dissemated intravascular coagulation,
DIC)
g. Tranfusi multipel
h. Bypass jantung-paru
i. Eklamsia
j. Luka bakar
k. Pankreastitis
l. Trauma nontoraks berat
2. Cidera paru langsung
a. Infeksi paru
b. Inhalasi toksik
c. Aspirasi (cairan lambung, hamper tenggelam)
d. Pneumonia

H. Kriteria Sindrom Respons Inflamasi Sistemik (Systemic Inflammatory Response


Syndrome, SIRS)
1. SIRS ditandai dengan dua atau lebih hal berikut ini:
a. Suhu lebih dari 380C atau kurang dari 360C
b. Frekuensi jantung lebih dari 90 kali/menit
c. Frekuensi pernapasan lebih dari 20 kali/menit atau tekanan karbondioksida
arteri (PaCO2) kurang dari 32mmHg
d. Hitung sel darah putih lebih dari 12.000 sel/mm3 atau kurang dari 4000
sel/mm3 atau lebih dari 10% bentuk imatur (pita)

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN ARDS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Kaji nama, umur, jenis kelamin , status perkawinan, agama dan suku.
2. Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta bantuan pelayanan
kesehatan adalah adanya gejala neurologis yaitu :
a. Distres pernafasan akut ; takipnea, dispnea , pernafsan menggunakan otot aksesoris
pernafasan dan sianosis sentral.
b. Batuk kering dan demam yang terjadi lebih dari beberapa jam sampai seharian.
c. Riwayat Keluhan Utama
P : Nyeri
Q : Terus menurus
R : seluruh persendian, dada, dan perut
S : 4 (0-5)
T : saat beraktivitas
3. Riwayat kesehatan sekarang
a. Kaji apakah klien sebelum masuk rumah sakit memiliki riwayat penyakit yang sama ketika
kline masuk rumah sakit.
4. Riwayat kesehatan dahulu
a. Kaji apakah kline pernah menderita riwayat penyakit yang sama sebelumnya
5. Riwayat pemakaian obat-obatan

B. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway ( Jalan Napas)
a. Jalan nafas tidak normal
b. Terdengar adanya bunyi nafas ronchi
c. Tidak ada jejas badan daerah dada
2. Breathing
a. Peningkatan frekuensi nafas
b. Nafas dangkal dan cepat
c. Kelemahan otot pernafasan
d. Kesulitan bernafas (sianosis)
3. Circulation
a. Penurunan curah jantung: Gelisah, letargi, takikardia
b. Sakit Kepala
c. Pingsan
d. Berkeringat banyak
e. Pusing
f. Mata berkunang-kunang
g. Berkeringat banyak
4. Disability
a. Dapat terjadi penurunan kesabaran
b. Treage (Merah)
C. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Pengkajian fisik
a. B1 (Breath): sesak nafas, nafas cepat dan dangkal, batuk kering, ronkhi basah, krekel halus
di seluruh bidang paru, stridor, wheezing.
b. B2 (Blood): pucat, sianosis (stadium lanjut), tekanan darah bisa normal ataumeningkat
(terjadinya hipoksemia), hipotensi terjadi pada stadium lanjut(shock), takikardi biasa terjadi,
bunyi jantung normal tanpa murmur ataugallop.
c. B3 (Brain): kesadaran menurun (seperti bingung dan atau agitasi), tremor.
d. B4 (Bowel): -
e. B5 (Bladder): -
f. B6 (Bone): kemerahan pada kulit punggung setelah beberapa hari dirawat.
2. Pengelompokan data
a. Data subjektif
1) Klien mengeluh mudah lelah
2) Klien mengatakan kurang mampu melakukan aktivitas
3) Klien mengatakan ingin sembuh dari penyakit
4) Klien mengatakan takut akan kondisinya
5) Klien mengatakan kesulitan untuk bernafas
6) Klien mengatakan merasa sesak
b. Data Objektif
1) Peningkatan kerja nafas (penggunaan otot pernafasan)
2) Bunyi nafas mungkin ronchi dan suara nafas bronchial
3) Nafas cepat
4) Penurunan dan tidak seimbangnya ekspansi darah
5) Adanya sputum encer, berbusa
6) Sianosis
7) Ketakutan akan kematian
8) Hipoksemia
9) Hipotensi pada stadium lanjut
10) Takikardi
11) Kulit membrane mukosa mungkin pucat atau dingin
12) Klien Nampak gelisah
13) Kelemahan otot
14) Mudah lelah saat beraktivitas

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas b.d membran kapiler alveoli
2. Ketidak efektifan pola nafas b.d kelemahan otot-otot pernafasan
3. Ketidak efektifan bersihan jalan nafar b.d mukus berlebih

E. INTERVENSI
N DIAGNOSA NOC NIC
O KEPERAWATAN Nursing Nursing intervention classification
T outcomes
G clasification
L
1 Diagnosa Setelah bantuan ventilasi:meningkatkan pola
: gangguan dilakukan asuhan pernafasan spontan yang optimal dalam
pertukaran keperawatan memaksimalkan
gasberhubungan selama 2 hari. pertukaran O2 danCO2 dalam paru
dengan membran
kapiler alveoli Diharapkan klien
( 00030) dapat merasakan
Label: domain 3 kenyamanan.
eliminasi dan Dengan KH :
pertukaran status pernafasan
Kelas: 4 fungsi :pertukaran
pernafasan gas: pertukaran
Definisi kelebihan O2 dan CO2 di
atau kekurangan alveoli untuk
oksigenasi atau mempertahankan
eliminasi konsentrasi gas
karbondioksida di darah alveoli
membran kapiler
alveolar
Batasankarakterist
ik:
DS : Dispnea
DO : sianosis,hipok
sia, hipoksemia
2 Diagnosa Setelah Manajemen jalan nafas
:ketidakefektifan dilakukan asuhan mefasilitasi kepatenan jalan udara
pola nafas keperawatan Pengisapan jalannapas :
berhubungan selama 2 hari mengeluarkan secret
dengan kelemahan Diharapkan klien jalan napasdengan caramemasukankatete
otot-otot dapat merasakan r pengisapke dalam jalannapas oral
pernafasan (00032) kenyamanan. atautrakea pasien
Label: domain 4 Dengan KH: Bantuanventilasi:meningkatkanpola
Aktivitas/istirahat Status pernafasanspontan yang optimal
Kelas: 4 respons pernafasan : sehinggamemaksimalkanpertukaran O2d
kardiovaskular/pul kepatenan jalan an CO2 di dalamparu
monal nafas :jalan nafas
Definisi : inspirasi trakeobronkial
dan/ atau bersih dan
ekspirasi yang tidak terbuka untuk
memberi ventilasi pertukaran gas
yang adekuat. Status respirasi
Batasan karakteris :
tik: ventilasi:pergera
DS : Dispnea kan udara
DO : Takipnea,Pen kedalam dan
urunan keluar paru
tekanan,inspirasi
dan ekspirasi
3 Diagnosa : Ketidak Setelah Manajemen jalan nafas
efektifan bersihan dilakukan asuhan Mefasilitasi kepatenan jalan udara
jalan nafas keperawatan Pengaturan posisi: posisi pasien
berhubungan selama 2 hari atau bagian tubuh pasien secara sengaja
dengan mukus Diharapkan klien untuk memfasilitasi kesejatraan fisiologi
berlebih (00031) dapat merasakan dan psikologis.
Label: domain kenyamanan. Bantuanventilasi: meningkatkan
11keamanan Dengan KH: pola nafas spontan yang optimal , yang
/perlindungan. Pengisap memaksimalkan
Kelas: 2. Cedera an jalan nafas pertukaranO2 dan CO2dalam paru
fisik . cedera atau mengeluarkan
bahaya pada tubuh sekret dari jalan
Definisi nafas dengan
:ketidakmampuan memasukan
untuk kateter pengisap
membersihkan jalan nafas oral
sekret atau obstruksi dan atau trakea .
saluran pernafasan Pencegah
guna an aspirasi :
mempertahankan tindakan personal
jalan nafas yang untuk mencegah
bersih masuknya cairan
Batasan dan partikel
karakteristik: padat kedalam
DS : Dispnea paru
DO : Sputum Status
berlebih pernafasan
ventilasi:
pergerakan udara
masuk dan keluar
paru.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adult respiratory distress syndrome (ARDS) merupakan suatu bentukan dari gagal
napas akut yang ditandai dengan: hipoksemia, penurunan fungsi paru-paru, dispnea, edema
paru-paru bilateral tanpa gagal jantung, dan infiltrate yang menyebar. Selain itu, ARDS
dikenal juga dengan nama noncardiogenic pulmonary edema, shock pulmonary, dan lain-
lain.
Faktor penyebab yang dapat berperan padagangguan ini menyebabkan ARDS tidak
disebut paru dan menyebabkan fibrosis. ARDS terjadi sebagai akibat cedera atau trauma
pada membran alveolar kapiler yang mengakibatkan kebocoran cairan kedalamruang
interstisiel alveolar dan perubahan dalam jaring-jaringkapiler, terdapat ketidak seimbangan
ventilasi dan perfusi yang jelas akibat akibatkerusakan pertukaran gas dan pengalihan
ekstansif darah dalam paru-paru.

Anda mungkin juga menyukai