Anda di halaman 1dari 3

SISTEM PERPAJAKAN

Perpajakan merupakan sistem yang kompleks dan harus dianalisis dengan pendekatan yang
multidisiplin. Sistem perpajakan yang baik seharusnya ditopang oleh dua hal, yaitu kebijakan
perpajakan dan administrasi perpajakan. Nowak, sebagaimana dikutip Mansury, menyebutkan
bahwa sistem perpajakan terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu Tax Policy, Tax Law, dan Tax
Administration.
A. Kebijakan Pajak (Tax Policies)
Kebijakan fiskal dalam arti luas adalah kebijakan untuk memengaruhi produksi
masyarakat, kesempatan kerja dan inflasi, dengan menggunakan instrumen pemungutan
pajak dan pengeluaran belanja negara. Sedangkan pengertian dalam arti sempit adalah
kebijakan yang berhubungan dengan penentuan apa yang akan dijadikan sebagai tax base,
siapa yang dikenakan pajak-siapa yang dikecualikan,bagaimana menentukan besarnya
pajak terutang dan bagaimana menentukan prosedur pelaksanaan kewajiban pajak terutang.
1. Supply Side Tax Policies
Yang dimaksud dengan Supply-side policies adalah kebijakan yang bertujuan untuk
meningkatkan kinerja pasar dengan cara meningkatkan kapasitas ekonomi untuk
memproduksi sehingga kurva penawaran naik. Suppky-side policies dapat digunakan
untuk mengurangi ketidaksempurnaan pasar dengan tujuan dapat meningkatkan
kapasitas produksi sehingga bisa membuka kesempatan tenaga kerja.
2. Kebijakan Tax Cut
Penurunan Beban Pajak (Tax Cut) merupakan salah satu bentuk Supply-side Policies
yang lebih sering dipilih ketimbang bentuk Supply-side Policies lainnya. Pengaruh PPh
terhadap work effort merupakan suatu hal yang menjadi perhatian Supply-side Policies.
Tarif pajak yang terlalu tinggi akan mendistorsi pilihan seseorang untuk terus bekerja
dan akan menyebabkan orang memilih untuk tidak bekerja/bersantai-santai (leisure).
Karena itu, menaikkan tarif atau menetapkan tarif PPh yang tinggi belum tentu akan
meningkatkan penerimaan negara. Cara lain yang dapat dilakukan agar secara efektif
dapat mengurangi beban pajak adalah menaikkan sanksi pajak, meningkatkan upaya-
upaya untuk mendeteksi para penyelundup pajak melalui perbaikan administrasi dan
perundang-undangan perpajakan.
3. Issue Tax Expenditure dalam Supply-Side Tax Policy
Expenditure tax merupakan salah satu bentuk dari consumption based taxation,
sedangkan tax expenditure adalah salah satu bentuk hilangnya potensi penerimaan yang
dikorbankan oleh pemerintah dengan memberikan beberapa bentuk tax reliefs sebagai
instrumen kebijakan fiskal untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.
4. Rekonstruksi Konsepsi Supply-Side Tax Policy
Dengan memahami filosofi dasar konsepsi Supply-side Tax Policy, maka (1) regulasi
ketentuan perpajakan yang masih belum diatur atau belum jelas, (2) deregulasi
peraturan perpajakan yang mengakibatkan cost of taxation yang tinggi, serta (3)
deregulasi peraturan perpajakan yang mengganggu cash flow, merupakan bagian dari
konsepsi Supply-side Tax Policy.
Regulasi perlakuan pajak atas transaksi yang belum ada atau belum jelas ketentuan
perpajakannya, dapat mengurangi cost of taxation karena dapat meminimalkan potensi
dispute. Deregulasi peraturan perpajakan yang mengakibatkan cost of taxation tinggi
juga dapat dianggap sebagai bagian dari konstelasi Supply-side Tax Policy. Deregulasi
peraturan perpajakan yang mengganggu cashflow pada hakikatnya merupakan bagian
dari konstelasi Supply-side Tax Policy karena dapat mengurangi opportunity cost.
B. Administrasi Pajak (Tax Administration)
Sebagaimana dikatakan oleh Cnossen, meskipun secara universal diakui bahwa
administrasi perpajakan merupakan kunci keberhasilan kebijakan pajak, namun pada
kenyataannya kajian tentang administrasi pajak cenderung diabaikan. Salah satu indikator
administrasi perpajakan yang baik adalah tingkat efisiensi yang dapat dilihat dari dua sisi.
Dari sisi Fiskus dikatakan efisien jika pemungutan pajak yang dilakukan oleh Kantor Pajak
lebih kecil dari jumlah pajak yang berhasil dikumpulkan. Dari sisi Wajib Pajak,
pemungutan pajak dikatakan efisien jika biaya yang dikeluarkan Wajib Pajak untuk
memenuhi kewajiban perpajakannya bisa seminimal mungkin.
1. Teknik Pemungutan dan Assessment Pajak
Pemungutan pajak merupakan tujuan utama administrasi pajak dan yang menjadi
alasan mengapa ada administrasi pajak. Ada tiga teknik dalam pemungutan pajak, yaitu
self assessment system, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang wajib pajak
menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan
undang-undang perpajakan,
official assessment system, merupakan suatu sistem pemungutan pajak, di mana
aparatur perpajakan sendiri yang menentukan jumlah pajak yang terutang, jadi
wajib pajak tidak dapat menentukan sendiri pajak yang terutang.
Hybrid system/ semi self assessment system, biasa disebut dengan sistem
withholding yang merupakan suatu sistem pemungutan pajak di mana besarnya
pajak terutang dihitung oleh pihak ketiga.
2. Sistem Pembayaran (Payment System)
a. Paradigma Klasik Sistem Pembayaran
Sistem pembayaran pajak khususnya pajak atas penghasilan atau kekayaan
dibedakan menjadi tiga, yaitu
Stelsel (sistem) nyata, mendasarkan pengenaan pajak pada penghasilan
yang benar-benar diperoleh dalam setiap tahun pajak. Kelebihan dari stelsel
ini adalah mencerminkan keadilan karena didasarkan pada ability to pay
yang sesungguhnya.
Stelsel (sistem) anggapan, didasarkan pada anggapan yang dikenakan pada
tahun berjalan dengan penentuan perhitungan beban pajak berdasarkan
penghasilan masa/tahun pajak sebelumya.
Stelses (sistem) campuran, mendasarkan pengenaan pajaknya atas kedua
stelsel yang telah dijelaskan sebelumnya.
b. Paradigma Kontemporer Sistem Pembayaran
Sistem pembayaran dikembangkan dengan membangun sistem baru yang disebut
dengan Current Payment System (CPS) yang diimplementasikan pada pemungutan
pajak atas penghasilan. Tanpa CPS, Pajak Penghasilan akan mengakibatkan efek
pengganggu ekonomi karena gagal menyerap excess demand. CPS diterapkan
dalam dua teknik pemungutan, yaitu withholding dan estimated tax payments.
Sistem withholding diterapkan dalam dua bentuk, yaitu
pay-as-you-earn (PAYE), dilatari oleh konsepsi schedular taxation di
mana pajak yang sudah dipotong dianggap final sehingga tidak perlu
digabungkan dengan penghasilan lain pada akhir tahun pajak.
Non Cumulative Withholding, dilatari oleh konsepsi global taxation, di
mana penghasilan yang sudah dipotong tetap harus digabungkan dengan
penghasilan lainnya pada akhir tahun pajak, kemudian dihitung kembali
pajak yang terutang sesuai dengan tarif yang berlaku umum.
Estimated Tax Payment System dilatari oleh konsepsi stelsel fictie/fiktif/anggapan
yang pada umumnya diterapkan pada Wajib Pajak Badan atau Orang Pribadi dalam
berusaha sendiri, seperti professional, pedagang, pengrajin dan petani.

Anda mungkin juga menyukai