Ca Rekti
Ca Rekti
KANKER REKTUM
Oleh
Andy Yusuf
1210312085
Pembimbing:
PADANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Etiologi kanker rektum belum diketahui, tetapi terdapat beberapa faktor risiko
yang berperan dalam terjadinya kanker rektum antara lain usia, diet, kebiasaan
merokok, dan faktor heriditer atau genetik yang tidak bisa diubah.5,6 Untuk faktor
risiko yang dapat diubah seperti diet dan kebiasaan merokok, dapat dihindari untuk
mencegah terjadinya kanker rektum.2
Penemuan awal dalam hal diagnosis yang tepat pada kanker masih menjadi
kunci utama penanggulangan berbagai kanker termasuk kanker rektum. Perlunya
pengetahuan dasar sampai mendalam mengenai kanker rektum pada dokter umum
juga akan membantu tatalaksana yang cepat tepat untuk pasien.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi
2.1.1 Anatomi Surgikal
Rektum berawal dari taenia coli pada kolon sigmoid bergabung membentuk
lapisan otot longitudinal luar kontiniu pada level promontorium sakrum. Rektum
mengikuti lekukan sacrum, dan berakhir di anorectal junction. Otot puborectal
melingkari bagian posterior dan lateral junction, membentuk sudut anorectal (normal
120). Rektum memiliki tiga kurvatura lateral, antara lain kurvatura atas dan bawah
yang cembung ke kanan, dan tengah yang cembung ke kiri. Pada bagian luminal, tiga
kurvatura ini ditandai sebagai lipatan semisirkuler atau Valvula Houston.9
Rektum orang dewasa berukuran panjang sekitar 12-18 cm, dan dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu 1/3 atas adalah bagian yang mobile dan ditututupi
peritoneum di anterior dan lateral, 1/3 tengah adalah dimana peritoneum hanya
menutupi bagian anterior dan sebagian permukaan lateral, dan 1/3 bawah berada di
dalam pelvis dikelilingi mesorektum berlemak dan dipisahkan dari struktur
didekatnya oleh lapisan fascial. 1/3 bawah rektum dipisahkan oleh fascia
Denonvilliers dari prostat atau vagina di bagian depan, dan fascia Waldeyer di bagian
belakang dari os. coccygis dan dua vertebrae sacral terbawah. Lapisan fascia ini
penting karena menjadi barrier/ pembatas dari invasi keganasan.9,10
Gambar 1. Anatomi rektum
2.2. Definisi
Kanker rektum atau karsinoma rekti didefinisikan sebagai tumor yang muncul
pada rektum, yang sebagian besar adalah tumor ganas. Jenis keganasan terbanyak
pada rektum adalah Adenokarsinoma.1,2 Kanker rektum dan kanker kolon sering
dikategorikan bersama karena memiliki banyak karakteristik yang dan dikenal
sebagai kanker kolorektal.2,7
Kanker rektum umunya mulai tumbuh di lapisan dalam rektum dan disebut
sebagai polip. Beberapa jenis polip berubah menjadi kanker dalam jangka lebih dari
beberapa tahun, tetapi tidak semua polip menjadi kanker. Kemungkinan perubahan
menjadi kanker bergantung pada jenis polip. Terdapat dua jenis polip, antara lain;
Polip adenomatous (adenoma), yaitu polip yang sering berubah menjadi kanker
sehingga adenoma disebut sebagai pre-kanker. Polip hiperplasia dan polip inflamasi
sering ada tetapi secara umum mereka bukan pre-kanker.2
Dinding rekrtum terbuat dari beberapa lapisan. Kanker rektum mulai muncul
pada lapisan terdalam (mukosa) dan dapat tumbuh ke sebagaian atau semua lapisan.
Ketika kanker berada di dinding rektum, mereka selanjutnya dapat menyebar melalui
pembuluh darah atau pembuluh limfe. Dari sana mereka dapat menyebar ke kelejar
getah bening terdekat atau bagian tubuh yang jauh.2, 9
2.3. Epidemiologi
Kanker rektum bersama dengan kanker kolon merupakan keganasan ketiga
terbanyak didunia dan penyebab kematian kedua terbanyak (terlepas dari gender) di
Amerika Serikat.3 Berdasarkan data GLOBOCAN kanker rektum dan kolon
(kolorektal) menempati urutan kanker ketiga tersering pada pria setelah kanker paru
dan prostat, dan urutan kedua pada wanita setelah kanker payudara.11 Sekitar 75%
kanker kolorektal ditemukan di rektosigmoid.5 Insidensi kanker ini meningkat dari
tahun 1975 sampai pertengahan 1980-an, tetapi telah menurun selama beberapa tahun
belakangan. Dari 2008 sampai 2010 insidensi kanker rektum dan kolon menurun
lebih dari 4% per tahun pada pria dan wanita. Penurunan insidensi dalam beberapa
dekade dikaitkan dengan deteksi dan pengangkatan polip prekanker sebagai hasil dari
meningkatnya usaha skrining kanker kolorektal.12 Insidensi kanker rektum
berdasarkan usia juga bervariasi. Kanker rektum banyak ditemukan pada usia tua,
yaitu lebih dari 50 tahun. Saat ini, insidensi kanker rektum pada usia 50 tahun
berkurang, dan terjadi peningkatan insiden pada usia < 50 tahun. Peningkatan kanker
rektum pada usia muda dikaitkan dengan meningkatnya obesitas dan pola diet
berisiko pada anak dan dewasa muda.13
Di Indonesia dari berbagai laporan terdapat kenaikan jumlah kasus tetapi
belum ada angka yang pasti berapa insiden kanker rektum. Berdasarkan data RS
kanker Dharmais, kanker rektum masuk dalam 10 besar kanker dengan insidensi
tertinggi selama tahun 2010-2013.4 Berdasarkan data patologi anatomi Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas Padang tahun 1999 kanker rektum bersama kanker
kolon menempati urutan ke dua.14
a. Usia
Usia adalah faktor risiko dominan kanker rektum, dengan peningkatan
insidensi setelah usia 50 tahun. Lebih dari 90% kasus didiagnosis pada orang
berusia lebih dari 50 tahun sehingga usia ini adalah waktu yang rasional untuk
memulai skrining pada pasien asimptomatis. Namun individu pada usia
berapapun tetap dapat menderita kanker rektum, sehingga bila ditemukan gejala-
gejala keganasan harus tetap dievaluasi.6
b. Diet
Penelitian menunjukan bahwa kanker rektum lebih sering terjadi pada
populasi yang mengkonsumsi diet tinggi lemak dan rendah serat. Diet lemak
jenuh dan tidak jenuh yang tinggi meningkatkan karsinoma rekti, sedangkan diet
asam oleat yang tinggi (minyak ikan, minyak kelapa, minyak zaitun) tidak
meningkatkan risiko. Lemak dapat secara langsung meracuni mukasa rektum dan
menginduksi perubahan ke arah keganasan. Sebaliknya diet tinggi serat dapat
menurunkan risiko. Konsumsi kalsium, selenium, vitamin A, C, E, karotenoid,
dan fenol tumbuhan dapat menurukan risiko. Obesitas dan gaya hidup sedenter
dapat meningkatkan mortalitas pasien kanker rektum. 6,9
c. Merokok
Meskipun penelitian awal tidak menunjukkan hubungan merokok dengan
kejadian KKR, tetapi penelitian terbaru perokok jangka lama (periode induksi
30-40 tahun) mempunyai risiko relatif berkisar 1,5-3 kali. Diestimasikan bahwa
satu dari lima kanker kolon dan rektum di Amerika dikaitkan dengan merokok.
Penelitian kohort dan kasus-kontrol dengan desain yang baik menunjukkan
bahwa merokok berhubungan dengan kenaikan risiko terbentuknya adenoma dan
juga kenaikan risiko perubahan adenoma menjadi karsinoma.8
2.5. Patogenesis
Selama lebih dari dua dekade, upaya penelitian fokus pada defek genetik dan
abnormalitas molekuler yang dihubungkan dengan perkembangan dan progresifitas
adenoma dan karsinoma kolorektal. Mutasi dapat menyebabkan aktivasi onkogen (K-
ras) dan/ atau inaktivasi gen supressor tumor yaitu APC, p53, DCC (Deleted in
Colorectal Carcinoma). Karsinoma kolorektal diketahui berkembang dari polip
adeomatous yang disebabkan akumalasi mutasi tersebut yang kemudian dikenal
sebagai adenoma-carcinoma sequences.
Defek pada gen APC adalah yang pertama kali dideskripsikan pada pasien
dengan FAP (Familial Adenomatous Polip). Dengan menginvestigasi anggota
keluarga, karakteristik mutasi gen APC teridentifikasi. Mereka saat ini diketahui
muncul pada 80% kanker kolorektal sporadik. Gen APC adalah gen supressor tumor.
Mutasi pada kedua alel penting untuk menginisiasi pembentukan polip. Mayoritas
mutasi merupakan pemberhentian kodon secara prematur, yang menghasilkan protein
APC yang terpotong. Pada FAP, lokasi mutasi berkolerasi dengan keparahan klinis
penyakit. Sebagai contoh, mutasi pada ujung gen 3 atau 5 menghasilkan bentuk
FAP lemah atau attunuated of FAP (AFAP), sedangkan mutasi pada pusat/ tengah
gen menghasilkan penyakit yang lebih virulen. Sehingga, pengetahuan spesifik
tentang mutasi pada keluarga dapat membantu mengarahkan pembuatan keputusan
klinis. Inaktivasi APC saja tidak menghasilkan karsinoma. Sebagai gantinya, mutasi
ini mengatur tahapan akumalasi kerusakan genetik yang berakibat pada keganasan.
Mutasi tambahan dapat terdiri dari aktivasi atau inaktivasi bermacam-macam gen.
Salah satu gen yang paling sering terlibat pada kanker kolorektal adalah K-
ras. K-ras adalah molekul sinyal pada jalur reseptor faktor pertumbuhan epdermal/
Epidermal Growth Factor Receptor (EFGR), diklasifikasikan sebagai protoonkogen
karena mutasi yang hanya terjadi pada satu alel akan menganggu siklus sel. Gen K-
ras menghasilkan G-protein yang terlibat pada transduski sinya intraseluler. Ketika
K-ras aktif, ia akan mengikat Guanosine Triphospate (GTP) (hidrolisis GTP menjadi
GDP akan mengaktivasi G-Protein). Mutasi K-ras berakibat paa ketidakmampuan
untuk menghidrolisis GTP, sehingga meyisakan G-protein yang secara permanen
pada bentuk aktifnya. Hal ini diketahui memicu pembelahan sel yang tidak terkontrol.
Molekul sinyal EGFR lain seperti BRAF juga telah diimplikasikan pada patogenesis
dan progresifitas kanker.
Mutasi lain yang sering terjadi adalah pada gen MYH pada kromosom 1p.
MYH adalah gen dasar perbaikan eksisi, dan penghapusan gen bi-alel berakibat pada
perubahan molekul kebawahnya. Sejak ditemukannya, mutasi MYH telah
dihubungkan dengan fenotip AFAP sebagai tambahan kanker sporadik. Tidak seperti
mutasi gen APC yang diekspresikan seara autosomal dominan, syarat untuk mutasi
bi-alel MYH secara autosmal resesif yang diturunkan.
Gen supresor tumor p53 telah dikaitkan dengan banyak keganasan. Protein
p53 menjadi krusial untuk menginisiasi apoptosis sel dengan kerusakan genetik yang
tidak dapat diperbaiki. Mutasi gen p53 terdapat pada 75% kanker rektum.6
2.6. Patofisiologi
Saat ini diketahui bahwa kanker rektum berasal dari adenoma dan tumbuh
bertahap dengan meningkatkan displasia pada adenoma akibat akumulasi
abnormalitas genetik (adenoma-carcinoma sequence. Biasanya karsinoma ini muncul
sebagai ulkus, tetapi bertangkai (polyploid) dan memilki sifat infiltratif.1 Berawal dari
polip jinak pada rektum, tumor akan menjadi ganas dengan menyusup kedalam
lapisan dan struktur sekitar dan terlepas dari tumor primer, menyebar dan
bermetastasis ke bagian tubuh lain.5
Penyebaran karsinoma melalui berbagai cara, antara lain :
- Penyebaran lokal
Penyebaran lokal lebih sering muncul secara sirkumferensial atau melingkar
daripada longitudinal. Setelah selubung otot ditembus, tumor akan menyebar ke
mesorektum sekitar, tetapi awalnya terbatas pada fascia mesorectal. Jika penetrasi
muncul di anterior, maka prostat, vesikula seminalis atau buli-buli akan terlibat pada
pria. Pada wanita, vagina atau uterus dapat terlibat. Sedangkan penetrasi di posterior
bisa mencapai sacrum dan plexus sacralis. Penyebaran kebawah lebih dari beberapa
centimeter jarang terjadi.9
- Penyebaran limfatik (Limfogen)
Penyebaran limfatik dari karsinoma rekti di peritoneum muncul hampir secara
eksklusif ke arah atas, di bawah level tersebut, penyebaran limfatik masih keatas
tetapi ketika neoplasma berada di dalam daerah arteri rectalis media, penyebaran
lateral primer sepanjang limfe yang biasnya menyertai jarang terjadi. Penyebaran
secara limfogen akan ditemui pada kelenjar parailiaka, mesentrium, dan paraaorta.5,9
- Penyebaran secara hematogen
Penyebaran secara hematogen akan membuat tumor menyebar jauh atau
metastasis ke organ lain terutama hepar, dapat pula ditemukan di paru.9
2.7. Klasifikasi
2.7.1. Klasifikasi Dukes 9
Dukes mengkalsifikasikan karsinoma rektum menjadi :
Tabel 2.1 Klasifikasi karsinoma rektum menurut Dukes
Dukes
A Pertumbuhan terbatas pada dinding rektum (15%),
B Pertumbuhan meluas ke jaringan extrarectal, tetapi tidak ada
metastasis pada kelenjar limfe regional (35%)
C Terdapat deposit sekunder pada kelenjar limfe regional (50%)
C1 Hanya kelenjar limfe pararectal lokal yang terlibat
C2 Kelenjar limfe jauh mengikuti pembuluh darah
Stage D sering dimasukan, tetapi tidak dideskripsikan oleh Dukes. Stage ini
menandakan adanya metastasis jauh biasanya ke hepar, paru.
T4b Tumor secara langsung menginvasi atau berlengketan dengan organ atau
struktur lain
M1a Metastasis pada satu organ (hepar, paru, ovarium, KGB non regional)
Stadium 0 Tis N0 M0 -
Stadium I T1 N0 M0 A
T2 N0 M0 A
Stadium IIA T3 N0 M0 B
T1 N2a M0 C
T2-T3 N2a M0 C
T1-T2 N2b M0 C
T3-T4a N2b M0 C
T4b N1-N2 M0 C
Stadium IVA Semua T Semua N M1a -
Perdarahan adalah gejala paling awal dan tersering pada kanker rektum. Tidak
ada karakteristik mengenai waktu munculnya, ataupun warna dan jumlah kehilangan
darah. Perdarahan sering jelas terlihat di akhir defekasi, atau diketahui karena
memberikan warna pada pakian dalam. Memang perdarahan melalui anus sering
terjadi pada hemoroid interna (hemoroid dan karsinoma kadang terjadi bersama).
Seiring berjalannya waktu, kehilangan darah dapat menyebabkan penurunan jumlah
sel darah merah (anemia). Terkadang, pasien datang karena gejala anemia berupa rasa
lemah dan lemas.
Tenesmus adalah gejala yang biasa didapat pada kanker rektum. Adanya
sensasi berupa feses lebih yang harus dikeluarkan atau sulit mengedan untuk
mengosongkan isi usus tanpa hasil pengosongan berupa feses. Hal ini sangat penting
untuk gejala awal dan hampir selalu muncul pada tumor distal rektum. Pasien akan
berusaha keras mengosongkan isi rektum beberapa kali sehari (diare palsu), sering
dengan sedikit flatus dan sedikit lendir dengan bercak darah darah (lendir berdarah/
bloody slime).2,9
Nyeri merupakan gejala lanjut, tetapi nyeri kolik mungkin menyertai tumor
rektosigmoid lanjut, dan disebabkan oleh obstruski usus. Ketika ulkus carcinomatous
rektum yang dalam mengikis prostat atau buli, mungkin akan terjadi nyeri yang
berat. Nyeri punggung, atau nyeri panggul muncul ketika kaknker menginvasi
plexus sacralis. 9 Penurunan berat badan sugestif pada metastasis hepar.2,9
2.9. Diagnosis
2.9.1. Anamnesis
Tanda dan gejala berikut ini merupakan temuan yang sering menjadi awal
dugaan adanya karsinoma rekti: 1
- Perdarahan melalui anus disertai peningkatan frekuensi defekasi dan/atau
diare selama minimal 6 minggu pada semua umur
- Defekasi seperti kotoran kambing
- Perdarahan melalui anus tanpa gejala anal pada individu berusia di atas 60
tahun
- Peningkatan frekuensi defekasi atau buang air besar berlendir
- Massa intra-luminal di dalam rektum
- Tanda-tanda obstruksi mekanik usus
- Anemia
- Penurunan berat badan
- Hematologik ; darah perifer lengkap, LED, hitung jenis. Tes ini untuk
mengukur berbagai jenis sel di dalam darah. Tes ini dapat menunjukan
anemia. Beberapa pasien dengan kanker rektum menjadi anemis karena tumor
mengalami perdarahan yang cukup lama.
- Kimia darah ; Enzim hepar. Tes ini untuk memeriksa fungsi hepar, karena
kanker rektum yang dapat metastasis ke hepar.
- Tumor marker. Sel kanker rektum kadang menghasilkan substansi dikenal
dengan tumor marker yang dapat ditemukan di darah. Tumor marker yang
paling sering pada kanker rektum adalah Carcioembryonic antigen (CEA).
Pemeriksaan darah untuk tumor marker ini kadang mengindikasi seseorang
menderita kanker rektum, tetapi dengan hanya pemeriksaan ini tidak dapat
menegakan diagnosis kanker. Hal ini karena kadar tumor marker kadang dapat
normal pada seseorang dengan kanker dan sebaliknya dapat abnormal pada
seseorang dengan penyakit selain kanker. Tumor marker biasanya sering
digunakan bersama pemeriksaan lain untuk memonitor pasien yang sudah
didiagnosis kanker rektum. Pemeriksaan ini dapat membantu mengetahui
apakah tatalaksana yang diberikan sudah tepat atau sebagai peringatan awal
bahwa kanker muncul kembali.
b. Stadium I
Pada stadium ini, kanker rektum sudah tumbuh di lapisan dinding rektum
yang lebih dalam tetapi belum menyebar diluar rektum. Stadium ini termasuk kanker
yang merupakan bagian dari polip. Jika polip dibuang komplit selama kolonoskopi,
dengan tidak adanya kanker di bagian pinggir, terapi lain tidak diperlukan. Jika
kanker pada polip merupakan kanker high grade (grade IV) atau terdapat sel kanker
pada pinggir polip, pasien disarankan untuk operasi lebih sekali. Operasi lebih sekali
juga disarankan jika polip tidak dapat dibuang komplit atau jika harus dibuang akan
sulit melihat sel kanker pada bagaian pinggirnya. Untuk kanker stadium I lain,
tindakan bedah biasanya merupakan terapi utama. Beberapa kanker kecil stadium I
dapat dibuang melalui anus tanpa menyayat abdomen dengan reseksi transanal atau
transanal endoscopic microsurgery (TEM). Untuk kanker lain, low anterior
resection (LAR), proctectomy dengan colo-anal anastomosis, atau abdominoperineal
resection (APR) dapat dilakukan tergantung dimana tepatnya lokasi kanker dalam
rektum.
Terapi tambahan tidak diperlukan setelah operasi ini, kecuali ahli bedah
menemukan kanker lebih lanjut dari yang diperkirakan. Jika kanker lebih dari yang
diperkirakan, kombinasi kemoterapi dan radioterapi biasanya diberikan. 5-FU adalah
obat kemo yang sering digunakan. Jika pasien terlalu lemah atau sakit untuk
melakukan operasi, dapat ditatalaksana dengan radioterapi meskipun terapi ini belum
terbukti sama efektif dengan terapi pembedahan.
c. Stadium II
Pada stadium ini, kanker rektum telah tumbuh melewati dinding rektum dan
dapat meluas ke jaringan terdekat. Tumor mungkin belum menyebar ke KGB.
Kebanyakan pasien dengan stadium II kanker rektum ditatalaksana dengan
kemoterapi, radioterapi, dan pembedahan, meskipun jenis terapi mungkin berbeda
pada beberapa orang. Sebagai contoh, berikut beberapa pendekatan yang sering
dilakukan untuk menatalaksana kanker ini ;
- Kebanyakan pasien mendapat baik kemo dan radioterapi (kemoradiasi)
sebagai terapi pertama mereka. Kemoterapi yang biasanya diberikan dengan
radiasi adalah 5-FU atau capecitabine (Xeloda).
- Terapi tersebut biasanya diikuti dengan tindakan pembedahan, seperti low
anterior resection (LAR), proctectomy dengan colo-anal anastomosis, atau
abdominoperineal resection (APR), tergantung dimana lokasi kanker rektum.
Jika terapi cukup untuk memperkecil tumor, kadang reseksi transanal dapat
dilakukan dibandingkan tindakan invasif seperti LAR atau APR. Hal ini
mungkin dilakukan untuk menghindari kolostomi. Tetapi tidak semua dokter
setuju dengan metode ini, karena tidak memberi kesempatan ahli bedah
memeriksa KGB sekitar kanker.
- Kemoterapi tambahan selanjutnya diberikan setelah tindakan pembedahan,
niasanya selama total sekitar 6 bulan. Kemoterapi dapat berupa regimen
FOLFOX (oxaliplatin, 5-FU, and leucovorin), 5-FU dan leucovorin, CapeOx
(capecitabine plus oxaliplatin) atau capecitabine saja, berdasarkan apa yang
paling cocok dengan kebutuhan pasien.
Pilihan lain dapat berupa kemoterapi saja pertama, diikuti kemo dan
radioterapi, lalu diikuti tindakan pembedahan. Jika seseorang tidak dapat
menjalanikemo dan radioterapi karena beberapa alasan, tindakan pembedahan
(LAR,proctectomy dengan colo-anal anastomosis, atau APR) dapat dilakukan dahulu,
diikuti kemoterapi dan kadang radioterapi.
d. Stadium III
Pada stadium ini, kanker rektum telah menyebar ke KGB terdekat tetapi tidak
pada bagain tubuh lain. Kebanyakn pasien dengan stadium III akan ditatalaksana
dengan kemoterapi, radioterapi, dan tindakan pembedahan. Kebanyakan pasien
mendapatkan baik kemo dan radioterapi (kemoradiasi) sebagai terapi pertama
mereka. Hal ini dapat memperkecil kanker, sering membuat pembedahan lebih efektif
untuk tumor yang lebih besar. Tindakan ini juga menurunkan kesempatan untuk
kanker kembali ke pelvis. Pemberian radiasi sebelum pembedahan juga cenderung
memperkecil masalah dibandingkan diberikan setelah pembedahan.
Kemoterapi dan radioterapi diikuti dengan tindakan pembedahan untuk
membuang tumor rektum dan KGB didekatnya, biasanya dengan LAR, proctectomy
dengan colo-anal anastomosis, atau APR, tergantung lokasi kanker rektum. Jika
kanker mencapai organ sekitar, operasi yang lebih ekstensif diketahui sebagai
eksenterasi pelvis mungkin diperlukan. Setelah pembedahan, kemoterapi diberikan
selama sekitar 6 bulan. Regimen yang sering digunakan adalah FOLFOX (oxaliplatin,
5-FU, and leucovorin), 5-FU dan leucovorin, CapeOx (capecitabine plus oxaliplatin)
atau capecitabine saja, berdasarkan apa yang paling cocok dengan kebutuhan pasien.
Pilihan lain dapat berupa kemoterapi saja pertama, diikuti kemo dan
radioterapi, lalu diikuti tindakan pembedahan. Jika seseorang tidak dapat
menjalanikemo dan radioterapi karena beberapa alasan, tindakan pembedahan
(LAR,proctectomy dengan colo-anal anastomosis, atau APR) dapat dilakukan dahulu,
diikuti kemoterapi dan kadang radioterapi.
e. Stadium IV
Pada stadium ini, kanker rektum telah metastasis jauh ke organ dan jaringan
lain seperti hepar dan paru. Pilihan terapi untuk stadium IV bergantung pada
bagaimana dan seberapa luas kanker menyebar. Jika ada kemungkinan kanker dapat
dibuang ( hanya sedikit tumor di hepar dan paru), tatalaksana umunya berupa;
- Tindakan pembedahan untuk membuang lesi pada rektum dan tumor jauh,
diikuti kemoterapi (dan radioterapi pada beberapa kasus)
- Kemoterapi diikuti kemoradiasi dan selanjutnya pembedahan untuk
membuang lesi pada rektum dan tumor jauh. Terapi ini dapat diikuti dengan
kemoterapi lebih.
- Kemoterapi diikuti radioterapi dan selanjutnya pembedahan untuk membuang
lesi pada rektum dan tumor jauh. Terapi ini dapat diikuti dengan kemoterapi.
Pendekatan ini dapat membantu pasien hidup lebih lama pada beberapa kasus
bahakan dapat menyembuhkan.
Tindakan pembedahan untuk membuang tumor rektum biasanya adalah
LAR,proctectomy dengan colo-anal anastomosis, atau APR, bergantung dimana
lokasinya. Jika lokasi kanker hanya menyebar ke hati, dapat ditatalaksana dengan
kemoterapi yang diberikan secara langsung kedalam arteri yang menuju hepar
(hepatic artery infusion). Hal ini dapat memperkecil kanker di heapr lebih efektif
daripada kemo diberikan intravena atau oral. Jika kanker lebih luas menyebar dan
tidak dapat dibuang secara komplit dengan pembedahan, tatalaksana bergantung pada
Jika tidak, kanker dapat ditatalaksana dengan kemoterapi dan/atau targeted therapy
drugs (tanpa pembedahan). Beberapa pilihan termasuk :
- FOLFOX: leucovorin, 5-FU, dan oxaliplatin (Eloxatin)
- FOLFIRI: leucovorin, 5-FU, dan irinotecan (Camptosar)
- CapeOX: capecitabine (Xeloda) and oxaliplatin
- FOLFOXIRI: leucovorin, 5-FU, oxaliplatin, dan irinotecan
- Salah satu kombinasi diatas, ditambah obat target VEGF (bevacizumab
[Avastin], ziv-aflibercept [Zaltrap], atau ramucirumab [Cyramza]), atau obat
target EGFR (cetuximab [Erbitux] or panitumumab [Vectibix])
- 5-FU and leucovorin, dengan atau tanpa targeted drug
- Capecitabine, dengan atau tanpa targeted drug
- Irinotecan, dengan atau tanpa targeted drug
- Cetuximab saja
- Panitumumab saja
- Regorafenib (Stivarga) saja
- Trifluridine dan tipiracil (Lonsurf)
Pilihan regimen bergantung pada beberapa faktor, termasuk setiap terapi
sebelumnya dan kesehatan pasien sepenuhnya dan kemampuan untuk memperoleh
terapi. Jika kemoterapi dapat memperkecil tumor, pada beberapa kasus mungkin
untuk mempertimbangkan pembedahan untuk membuang semua kanker pada tahap
ini. Kemoterapi dapat diberikan setelah pembedahan. Untuk kanker yang tidak
mengecil dengan kemoterapi dan menyebar luas menyebabkan berbagai gejala,
tatalaksana dilakukan untuk menghilangkan gejala dan mencegah komplikasi jangka
panjang seperti perdarahan atau sumbatan usus.
Terapi dapat berupa satu atau lebih tindakan berikut :
- Membuang tumor dengan pembedahan
- Pembedahan untuk membuat kolostomi dan jalur bypass tumor rektum (
diverting colostomy)
- Menggunakan sinar khsusus untuk menghancurkan tumor didalam rektum
- Meletakan stent didalam rektum untuk menjaga tetap terbuka, tindakan ini
tidak memerlukan pembedahan
- Kemoterapi dan radioterapi
- Kemoterapi saja
Jika tumor di hepar tidak dapat dibuang dengan pembedahan karena terlalu
bsar atau terlalu banyak, mungkin dapat dihancurkan dengan ablasi atau embolisasi.
2.13. Prognosis
Angka dibawah ini berasal dari National Cancer Institutes SEER database,
dilihat dari pasien yang didiagnosis dengan kanker rektum tahun 2004 2010.2
- Angka kelangsungan hidup relatif 5 tahun untuk pasien stadium I adalah
sekitar 87%.
- Pasien dengan stage IIA, angka kelangsungan hidup relatif 5 tahun adalah
sekitar 80, untuk stadium IIB adalah sekitar 49%
- Angka kelangsungan hidup relatif 5 tahun untuk pasien stadium IIIA adalah
sekitar 84%, stadium III sekitar 71%, dan stadium II C adalah sekitar 58%
- Kanker rektumyang telah menyebar ke bagian tubuh lain dan sering lebih
sulit untuk ditatalaksana dan cenderung memiliki penampilan yang lebih
buruk, adanya metastasis atau kanker rektum stadium IV memilki angka
kelangsungan hidup relatif 5 tahun adalah sekitar 12%. Masih terdapat
banyak pilihan terapa pada pasien stadium ini.
Statistik ini berdasarkan versi lama dari sistem TNM, pada versi tersebut tidak
ada klasifikasi stadium IIC (stadium ini diklasfikasikan sebagai stadium IIB), dan
kanker yang diklasifikasikan sebagai stadium IIIB sama dengan IIIC.
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. B
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 28 tahun
No. RM : 949857
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku : Minang
Status Perkawinan : Belum Kawin
Masuk RS : 16 Agustus 2016
Dirawat di : Bangsal bedah pria
Alamat : Solok
Riwayat Pengobatan
- Pasien sudah berobat ke dokter sejak 1 tahun yang lalu, pasien ke dokter bila
ada keluhan.
- Pasien mendapatkan obat yang dimasukan melalui anus, tetapi keluhan masih
ada.
Riwayat Kebiasaan
- Pasien jarang mengkonsumsi buah dan sayur.
- Pasien merokok 5 batang sehari sejak 10 tahun yang lalu.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Keadaan gizi : Sedang
Vital Sign
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu : Afebris
Status Generalis
Kepala : Tidak ditemukan kelainan
Mata : konjungtiva anemis +/+
Kulit : Pucat
Telinga : Tidak ditemukan kelainan
Hidung : Tidak ditemukan kelainan
Mulut : Tidak ditemukan kelainan
Leher : Tidak ditemukan kelainan
Thorax
Jantung : Tidak ditemukan kelainan
Paru : Tidak ditemukan kelainan
Abdomen : status lokalis
Ekstremitas : Terdapat udem di tungkai kiri
Status Lokalis
Regio Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), Darm contour (-), Darm steifung (-)
Palpasi : Supel, Nyeri tekan (-), Nyeri lepas (-), hepar dan lien tidak
teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Regio Anal
Pemeriksaan Colok dubur
Sfingter anus : Menjepit lemah
Mukosa : Teraba massa pada arah jam 6-9, 5 cm dari anocutaneus line,
konsistensi keras, terfiksir,nyeri tekan (+)
Ampula recti : Tidak kolaps
Handscoen : Feses (+), darah (-), lendir (+)
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hematologi
Hb : 3,7 g/dl (12-16)
Hematokrit : 15 % (37-43)
Leukosit : 41.170 /mm3 (5.000-10.000)
Trombosit : 657.000 /mm3 (150.000-440.000)
PT : 10,9 detik (10,0-13,60)
APTT : 32,9 detik (29,20-39,40)
DIAGNOSA KERJA
Susp. Karsinoma rekti + Anemia berat
TATALAKSANA AWAL
- IVFD RL:D5% = 2:1 8 jam/kolf
- Ceftriaxon 1x2gram
- Ranitidin 2x1 ampul
- Ketorolac 3x1 ampul
- Transfusi PRC
DIAGNOSIS
Karsinoma rekti Tx Nx M0
Anemia berat
TINDAKAN LANJUT
Belum ada
BAB 4
PEMBAHASAN