Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia

seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang

dilakukan sedini mungkin sejak anak masih di dalam kandungan. Upaya

kesehatan ibu yang dilakukan sebelum dan semasa hamil hingga melahirkan,

ditujukan untuk menghasilkan keturunan yang sehat dan lahir dengan selamat

(intact survival). Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih di dalam

kandungan sampai lima tahun pertama kehidupannya, ditujukan untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup

anak agar mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik, mental, emosional

maupun sosial serta memiliki inteligensi majemuk sesuai dengan potensi

genetiknya. Berdasarkan UU RI nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak,

negara menjamin hak anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.1,2

Berbeda dengan otak orang dewasa, otak balita (bawah lima tahun) lebih

plastis. Plastisitas otak pada balita mempunyai sisi positif dan negatif. Sisi

positifnya, otak balita lebih terbuka untuk proses pembelajaran dan pengkayaan.

Sisi negatifnya, otak balita lebih peka terhadap lingkungan utamanya lingkungan

yang tidak mendukung seperti asupan gizi yang tidak adekuat, kurang stimulasi

dan tidak mendapat pelayanan kesehatan yang memadai. Oleh karena masa lima

tahun pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan

dan masa ini berlangsung sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi, maka masa

1
balita disebut sebagai masa keemasan (golden period), jendela kesempatan

(window of opportunity) dan masa kritis (critical period).3

Mengingat jumlah balita di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10 persen

dari seluruh populasi, maka seagai calon generasi penerus bangsa, kualitas

tumbuh kembang balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu

mendapat gizi yang baik, stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan

kesehatan yang berkualitas serta deteksi dini tumbuh kembang (DDTK) anak yang

dilakukan secara rutin . Selain hal-hal tersebut, berbagai faktor lingkungan yang

dapat mengganggu tumbuh kembang anak juga perlu dieliminasi.1

Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan/pemeriksaan untuk

menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada bayi, balita

dan anak prasekolah. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan/masalah

tumbuh kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan, tenaga

kesehatan juga mempunyai waktu dalam membuat rencana tindakan/intervensi

yang tepat, terutama ketika harus melibatkan ibu/keluarga. Bila penyimpangan

terlambat diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan

berpengaruh pada tumbuh kembang anak.3

Puskesmas Amabacang merupakan salah satu puskesmas yang berada di

kota Padang yang dalam hal ini ikut melakukan upaya pembinaan tumbuh

kembang anak. Di puskesmas ini, program DDTK anak dikategorikan sebagai

suatu program yang penting dan dilaksanakan di bawah program Upaya

Kesehatan Masyarakat (UKM) esensial, yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

Pada tahun 2016, program DDTK di Puskesmas Ambacang belum mencapai

target yang ditentukan oleh Dinas Kesehatan Kota Padang. Data ini menunjukkan

2
bahwa masih ditemui beberapa kendala dan permasalahan dalam pelaksanaan

program deteksi dini tumbuh kembang di Puskesmas Ambacang. Oleh karena itu,

penulis merasa perlu untuk membahas mengenai pelaksanaan program deteksi

dini tumbuh kembang anak dan hambatan yang terdapat dalam program ini di

wilayah kerja Puskesmas Ambacang.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan program deteksi dini tumbuh kembang anak di

wilayah kerja Puskesmas Ambacang?

2. Bagaimana pencapaian program deteksi dini tumbuh kembang anak di

wilayah kerja Puskesmas Ambacang?

3. Apa saja permasalahan dalam pelaksanaan program deteksi dini tumbuh

kembang anak di wilayah kerja Puskesmas Ambacang

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum

Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran program deteksi dini

tumbuh kembang anak di wilayah kerja Puskesmas Ambacang.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui pelaksanaan program deteksi dini tumbuh kembang anak di

wilayah kerja Puskesmas Ambacang.


2. Mengetahui pencapaian program deteksi dini tumbuh kembang anak di

wilayah kerja Puskesmas Ambacang.


3. Mengetahui permasalahan dalam pelaksanaan program deteksi dini

tumbuh kembang anak di wilayah kerja Puskesmas Ambacang.

3
1.4. Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari

berbagai literatur, laporan tahunan Puskesmas Ambacang, laporan bulanan

Puskesmas Ambacang, dan diskusi dengan pemegang program KIA Anak di

Puskesmas Ambacang.

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pertumbuhan dan Perkembangan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 66

tahun 2014, pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta

jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh

sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan

berat. Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih

kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta

sosialisasi dan kemandirian.3

Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan. Berbeda

dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan

susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan

sistem nuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Kesemua fungsi

tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh.

2.2. Deteksi Dini Tumbuh Kembang

Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan/pemeriksaan untuk

menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan

anak prasekolah. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan/masalah tumbuh

kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan, tenaga kesehatan

juga mempunyai waktu dalam membuat rencana tindakan/intervensi yang tepat,

terutama ketika harus melibatkan ibu/keluarga. Bila penyimpangan terlambat

5
diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada

tumbuh kembang anak.

Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh

tenaga kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya, berupa:

1. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk

mengetahui/menemukan status gizi kurang/buruk dan mikro/makrosefali.

2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui

gangguan perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat,

gangguan daya dengar.

3. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui

adanya masalah mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan

perhatian dan hiperaktivitas.

2.3. Program Deteksi Dini Tumbuh Kembang

2.3.1. Tempat

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 66

tahun 2014, Pemantauan pertumbuhan, perkembangan, dan gangguan tumbuh

kembang anak dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan di taman

kanak-kanak. Pemantauan pertumbuhan, perkembangan, dan gangguan tumbuh

kembang anak di taman kanak-kanak diselenggarakan oleh guru taman kanak-

kanak yang bekerjasama dengan orang tua anak didik dan tenaga kesehatan.3

2.3.2. Sasaran

Pemantauan pertumbuhan dilakukan pada anak usia 0 (nol) sampai 72

(tujuh puluh dua) bulan. Pemantauan pertumbuhan dilakukan dengan cara

6
menimbang berat badan setiap bulan dan mengukur tinggi badan setiap 3 (tiga)

bulan serta mengukur lingkar kepala sesuai jadwal.3

Pemantauan perkembangan dilakukan setiap 3 (tiga) bulan pada anak usia

0 (nol) sampai 12 bulan dan setiap 6 (enam) bulan pada anak usia 12 (dua belas)

sampai 72 bulan. Pemantauan pertumbuhan, perkembangan, dan gangguan

tumbuh kembang anak harus diselenggarakan secara komprehensif dan

berkualitas melalui kegiatan, stimulasi yang memadai, deteksi dini dan intervensi

dini.3

2.3.3. Pelaksana dan alat yang digunakan

a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan

Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dilakukan di semua tingkat

pelayanan. Adapun pelaksana dan alat yang digunakan adalah sebagai berikut:1,3

Tabel 2.1 Alat dan Pelaksana Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan


Tingkat pelayanan Pelaksana Alat yang digunakan
Keluarga, masyarakat - Orang tua - KMS
- Kader kesehatan - Timbangan
- Petugas PAUD, BKB
TPA dan guru TK
Puskesmas - Dokter - Tabel BB/TB
- Bidan - Grafik LK (lingkar
- Perawat kepala)
- Ahli gizi - Timbangan
- Petugas lainnya - Alat ukur tinggi
badan
- Pita pengukur lingkar
kepala

b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan

Deteksi dini penyimpangan perkembangan yaitu untuk mengetahui gangguan

perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya dengar.

Deteksi dini penyimpangan perkembangan dilakukan dengan 1,3:

7
1) Skrining/Pemeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuisioner Pra

Skrining Perkembangan (KPSP) dengan tujuan untuk mengetahui

perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.

2) Tes Daya Dengar (TDD) dengan tujuan untuk menemukan gangguan

pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan

kemampuan daya dengar dan bicara anak.

3) Tes Daya Lihat (TDL) dengan tujuan untuk mendeteksi secara dini kelainan

daya lihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan

untuk memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar.

Adapun pelaksana dan alat yang digunakan adalah sebagai berikut1,3:

Tabel 2.2 Alat dan Pelaksana Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan


Tingkat pelayanan Pelaksana Alat yang digunakan
Keluarga, masyarakat - Orang tua - Buku KIA
- Kader kesehatan, BKB, TPA
- Petugas pusat PAUD terlatih - KPSP
- Guru TK terlatih - TDL
- TDD
Puskesmas - Dokter - KPSP
- Bidan - TDL
- Perawat - TDD

c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional

Deteksi dini penyimpangan mental emosional yaitu untuk mengetahui adanya

masalah mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian serta

hiperaktivitas. Ada beberapa jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi secara

dini adanya penyimpangan mental emosional pada anak, yaitu1,3;

1. Kuisioner Masalah Mental Emosional (KMME) bagi anak umur 36 bulan

sampai 72 bulan.

8
2. Ceklis autis anak prasekolah (checklist for Autism in Toodlers/CHAT) bagi

anak umur 18 bulan dampai 36 bulan

3. Formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas

(GPPH) menggunakan Abrevieted Conner Rating Scale bagi anak umur 36

bulan keatas

2.3.4. Target

Berdasarkan buku Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dini dan

Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar dan

dinanas kesehatan kota padang diharapkan 90 persen balita dan anak prasekolah

terjangkau oleh kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan

tumbuh kembang. Sedangkan untuk anak bayi target yang ditetapkan adalah 94%.

Oleh sebab itu, puskesmas sebagai pelayan kesehatan dasar diharapkan dapat

memenuhi target yang telah ditetapkan.3

2.3.5. Pencatatan dan pelaporan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 66

tahun 2014, Setiap puskesmas yang melaksanakan kegiatan Stimulasi, Deteksi,

dan Intervensi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Anak harus melakukan.

pencatatan kegiatan Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) anak dan pelaporan

kesehatan Bayi, Anak Balita dan Anak Prasekolah di wilayah kerjanya.

Untuk menerapkan peraturan ini maka dibutuhkan kerjasama yang baik

anatara pembina wilayah den penanggung jawab program DDTK di puskesmas.

Tahapan yang harus dilakukan adalah1:

9
1. Pembina wilayah bekerja berdasarkan Register Kohort Kesehatan Bayi dan

Register Kohort Kesehatan Anak Balita dan Prasekolah. Semua bayi (umur 0-

1 tahun), anak balita (umur 1-5 tahun) dan prasekolah (umur 5-6 tahun) yang

ada di wilayah kerja puskesmas, harus tercatat di buku register kohort ini.

a. Data-data bayi dapat diperoleh dari beberapa sumber seperti:

Buku Register Kohort Ibu, ada di program KIA.

Laporan persalinan (baik dari dukun bayi, keluarga/masyarakat, praktek

swasta maupun rumah sakit), ada di program KIA.

Data kunjungan neonatus, ada di program KIA.

Data kunjungan bayi ke puskesmas dan jaringannya yang meliputi puskesmas

pembantu, puskesmas keliling dan bidan di desa yang ada di program KIA,

Imunisasi, Pengobatan dan program Pemberantasan Penyakit (ISPA dan

Diare).

Data bayi dari laporan kegiatan posyandu, ada di program Gizi.

Data bayi dari kelompok-kelompok BKB di masyarakat, ada di BKKBN.

Data bayi dari rujukan balik rumah sakit.

Data bayi dari laporan fasilitas kesehatan swasta, dan sebagainya.

b. Data-data anak balita dan prasekolah dapat diperoleh dari beberapa sumber

seperti:

Buku Register Kohort Bayi, ada di program Kesehatan Anak.

Data kunjungan anak balita dan parsekolah ke puskesmas dan jaringannya

yang meliputi puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan bidan di desa

yang ada di program KIA, Pengobatan dan program Pemberantasan Penyakit

(ISPA dan Diare).

10
Data anak balita dari laporan kegiatan posyandu yang ada di program Gizi.

Data anak balita dan prasekolah dari rujukan balik rumah sakit.

Data anak balita dan prasekolah dari laporan fasilitas kesehatan swasta,

sekolah taman kanak-kanak, tempat penitipan anak, dan sebagainya.

2. Setelah tenaga kesehatan selesai mencatat hasil pemeriksaan/skrining tumbuh

kembang anak pada Formulir Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak, data-data

yang ada tersebut dimasukkan ke Register Kohort Bayi jika umur bayi 0-1

tahun atau Register Kohort Anak Balita dan Prasekolah - jika umur anak 1-6

tahun.

3. Data yang terekam pada Register Kohort Bayi dipindahkan ke Formulir

Laporan Kesehatan Bayi sebagai laporan bulanan. Demikian pula halnya

dengan data yang ada di Register Kohort Anak Balita dan Prasekolah, juga

dipindahkan ke formulir Laporan Kesehatan Anak Balita dan Prasekolah.

laporan bulanan ini diolah dan dianalisa di tingkat Puskesmas dan hasilnya

ditindak-lanjuti oleh Kepala Puskesmas, yang kegiatannya telah disepakati

oleh seluruh staf puskesmas dan jaringannya pada pertemuan

bulanan/lokakarya mini di puskesmas.

2.3.6. Monitoring

Monitoring kegiatan DDTK anak di tingkat puskesmas dan jaringannya

dilaksanakan dengan cara mengkaji data sekunder dari laporan bulanan hasil

kegiatan DDTK anak dan juga laporan bulanan kunjungan supervisi lapangan.

Data yang terekam di dalam buku register kohort akan diperbaharui (up-date)

setiap bulan selama periode 1 tahun kalender. Buku register kohort yang terisi

lengkap (semua kolom-kolom terisi sesuai jenis pelayanan kesehatan yang sudah

11
diberikan kepada anak), berisi banyak data penting tentang pelayanan kesehatan

bayi, anak balita dan prasekolah Pertemuan bulanan di tingkat puskesmas

(lokakarya mini) dapat dimanfaatkan untuk memonitor pelaksanaan kegiatan

DDTK di posyandu, puskesmas pembantu, puskesmas, sekolah taman kanak-

kanak dan sebagainya.1

12
BAB 3

ANALISIS SITUASI

3.1 Gambaran Umum Puskesmas

3.1.1 Keadaan Geografis

Puskesmas Ambacang terletak pada 0 55' 25.15" Lintang Selatan dan

+100 23' 50.14" Lintang Utara dengan luas wilayah kerja Puskesmas Ambacang

sekitar 12 km2. Wilayah kerja Puskesmas Ambacang terdiri dari empat kelurahan

yaitu: Kelurahan Pasar Ambacang, Kelurahan Anduring, Kelurahan Ampang, dan

Kelurahan Lubuk Lintah.

Secara geografis wilayah kerja Puskesmas Ambacang berbatasan dengan

kecamatan dan kelurahan yang menjadi tanggung jawab selain Puskesmas

Ambacang, antara lain:

Utara : Wilayah kerja Puskesmas Kuranji.


Timur : Wilayah kerja Puskesmas Pauh.
Selatan : Wilayah kerja Puskesmas Andalas.
Barat : Wilayah kerja Puskesmas Nanggalo.

Gambar 3.1 Peta geografi wilayah kerja puskesmas Ambacang


Dilihat dari segi topografis dan geografis Puskesmas Ambacang yang

terletak di Jl. Raya By Pass Ds. Pasar Ambacang, Kec. Kuranji, Kota Padang ( 8

13
km dari pusat kota) dapat terjangkau dengan kendaraan roda dua atau roda empat

pribadi maupun sarana angkutan umum berupa angkutan kota, ojek, dan becak

sehingga akses masyarakat ke puskesmas mudah.

3.1.2 Keadaan Demografi

Jumlah penduduk yang menjadi tanggung jawab wilayah Puskesmas

Ambacang selama tahun 2016 adalah 50.694 jiwa dengan distribusi

kependudukan menurut kelurahan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Data Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang


No. Kelurahan Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 Ps. Ambacang 9.082 9.097 18.179
2 Anduring 7.242 7.254 14.496
3 Lubuk Lintah 5.256 5.191 10.523
4 Ampang 3.745 3.751 74.496
Jumlah 52.325 25.369 50.694

Dari tabel diatas diketahui angka kepadatan penduduk (jumlah penduduk

dibagi luas wilayah dalam kilometer persegi) di Kecamatan Kuranji sebesar 4.224

penduduk setiap satu kilometer perseginya. Berdasarkan UU no.50/PRP/1960,

angka ini menunjukkan bahwa Kecamatan Kuranji tergolong dalam wilayah

dengan kepadatan penduduk sangat padat. Selain itu pertambahan jumlah

penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ambacang selama 6 tahun terakhir dari

2010 (43.114 orang) sampai dengan 2016 adalah sebanyak 7850 orang.

Kepadatan penduduk pada masing-masing kelurahan dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 3.2 Distribusi Jumlah Penduduk Perluas Wilayah


No. Kelurahan Luas Wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan
1 Pasar Ambacang 5,03 km2 18.179 3614,11

14
2 Anduring 4,04 km2 14.496 3588,11
3 Lubuk Lintah 4,03 km2 10.523 2611,16
4 Ampang 4,03 km2 7.496 1860,04

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa setiap kelurahan tergolong pada

kategori padat dimana kelurahan dengan angka kepadatan penduduk paling tinggi

adalah Kelurahan Pasar Ambacang yaitu 3614,11 (30,96%) dan paling rendah

adalah Kelurahan Ampang yaitu 1860,04 (15,93%).

Jumlah distribusi sasaran penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ambacang

selama tahun 2016 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Distribusi Sasaran Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang


Kelurahan Bayi Balita Anak Apras Bumil WUS PUS Lansia
Balita
Ps.Ambacang 337 1.628 1291 685 366 4.178 3.436 1.190
Anduring 226 1.299 1033 546 292 3.331 2.779 949
Lubuk Lintah 196 943 747 397 212 2.418 1.872 689
Ampang 141 672 531 283 151 1.725 1.534 491
Jumlah 940 4.542 3602 1911 1.021 11652 9.621 3.319
Ket : Bumil = Ibu Hamil, WUS = Wanita Usia Subur, PUS = Pasangan Usia Subur

3.1.3 Keadaan Sosial Budaya dan Ekonomi

Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ambacang mayoritas beragama

Islam. Penduduk non muslim di wilayah ini merupakan kaum pendatang dari luar

provinsi. Walaupun terdapat perbedaan suku, agama dan budaya, dalam

melakukan aktivitas sosial serta peribadatan penduduk berjalan dengan baik. Suku

terbesar yang terdapat di Kecamatan Kuranji adalah suku Minang.

15
3.1.4 Sarana dan Prasarana Kesehatan

Puskesmas Ambacang saat ini telah memiliki sarana dan prasarana berupa

gedung puskesmas dengan dua lantai yang mampu dimanfaatkan sebagai

pelayanan dan kegiatan administrasi/ manajemen puskesmas. Begitu pula

prasarana kendaraan roda empat dan roda dua telah mampu menjangkau

pelayanan kesehatan terutama di luar gedung seperti Pos Pelayanan Terpadu

(Posyandu), Unit Kesehatan Sekolah (UKS) dan Unit Kesehatan Gigi Sekolah

(UKGS) serta pembinaan Desa Siaga atau Pos Kesehatan Kelurahan (Poskeskel).

Tabel 3.4 Fasilitas Kesehatan Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang


Kelurahan Puskes Pustu Puskes Roda Klinik , RS BPM DPS
mas kel 2/Roda 4 K SWASTA
Bersalin
Ps.Ambacang 1 - 1 3/1 3 1 3 6
Anduring - - 1 5 5
Ampang - - 1 1 4
Lubuk Lintah - 1 1 1 1 6
Jumlah 1 1 4 3 2 1 10 21

Data UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) di Puskesmas

Ambacang:

a. Posyandu Balita : 29 Pos

b. Posyandu Lansia : 8 Pos

c. Posbindu : 8 Pos

d. Batra : 73 Pos

e. Poskestren : 1 Pos

f. Toga : 722 KK

g. Usaha Kesehatan Kerja : 134 UKK

h. Poskeskel : 4 unit

16
i. Pembinaan RT berPHBS : 890 RT

Gambar 3.2 Geomapping Persebaran Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas


Ambacang

Dari gambar di atas dapat dilihat persebaran posyandu di empat kelurahan

wilayah kerja Puskesmas Ambacang. Kelurahan Ampang terdapat 5 buah

posyandu, Kelurahan Lubuk Lintah terdapat 8 buah, Kelurahan Anduring

sebanyak 7 buah, dan Kelurahan Pasar Ambacang sebanyak 9 buah.

Jumlah posyandu ideal menurut Departemen Kesehatan RI yaitu 1

posyandu untuk 100 balita.4 Total balita di wilayah kerja Puskesmas Ambacang

sebanyak 4.542 orang sehingga 1 posyandu diasumsikan melayani 157 orang

balita. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah posyandu masih belum

ideal.

Tabel 3.5 Fasilitas Pendidikan Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang


Kelurahan TK SD SMP SMU/K PT
Pasar 3 10 3 2
Ambacang
Anduring 2 6 1
Ampang 1 3
Lubuk Lintah 2 3 1 1 1
Jumlah 8 22 5 3 1

17
3.1.5 Ketenagaan

Sumber daya manusia dalam sistem kesehatan terdiri atas tenaga kesehatan

dan non kesehatan. Tenaga kesehatan merupakan orang yang mengabdikan diri

dalam bidang kesehatan. Tenaga kesehatan dan non kesehatan dalam memberikan

pelayanan kepada pasien yang berobat di Puskesmas Ambacang berjumlah 58

orang dan terdiri dari:

Tabel 3.6 Tenaga Kesehatan dan Non Kesehatan di Puskesmas Ambacang


No Jenis Petugas Status Pegawai Pendidikan Terakhir Jumlah
PNS PTT Suka S S D D D Sede
Rela/ 2 1 I III I rajat
Honor V SLTA
1 Dokter Umum 3 - - - 3 - - - - 3
2 Dokter Gigi 3 - - - 3 - - - - 3
3 Sarjana 3 - - 1 2 - - - - 3
Kesmas
4 Bidan 11 5 4 - - 2 18 - - 20
5 Perawat 9 - 3 - 1 - 10 - 1 12
6 Perawat Gigi 1 - - - - - - - 1 1

7 Kesling 2 - - - - 1 1 - - 2
8 Analis 2 - - - - - - - 2 2
9 Epidemiologi 1 - - - 1 - - - - 1
(SKM)
10 Apoteker 1 - - 1 - - - - 1
9 Asisten 3 - - - - - - - 3 3
Apoteker
10 Nutrition 2 - - - 1 - 1 - - 2
(AKZI/SKM)
11 RR 3 - 2 - - - 2 - 3 5
12 Sopir/cleaning - - 1/1 - - - - - 2 2
service
Jumlah 42 5 11 2 9 3 32 0 12 58

18
3.2 Data Program DDTK di Puskesmas Ambacang

3.2.1 Program DDTK

Program DDTK di Puskesmas Ambacang termasuk ke dalam salah satu

program KIA. Program KIA merupakan bagian dari UKM esensial. Kegiatan

DDTK di Puskesmas Ambacang dilakukan di posyandu, puskesmas dan Taman

Kanak-kanak. Sasaran program deteksi dini tumbuh kembang adalah bayi, anak

balita dan anak pra sekolah. Tenaga kesehatan yang berperan dalam kegiatan

DDTK adalah petugas pengganggung jawab program, bidan, perawat serta ahli

gizi dan pembina wilayah. Pembina wilayah bertanggung jawab melakukan

program DDTK pada masing-masing daerah binaannya kemudian melaporkan

hasil kegiatan tersebut kepada petugas penanggungjawab program di puskesmas

setiap bulannya. Kegiatan DDTK di posyandu berupa pengukuran berat badan,

tinggi badan, lingkar kepala dan penilaian KPSP pada bayi dan balita. Di TK,

kegiatan DDTK dilaksanakan dua kali dalam setahun berupa skrining penilaian

KPSP, Tes Daya Dengar, Tes Daya Lihat dan penilaian KMME. Anak yang datang

ke puskesmas dan belum dilakukan DDTK sebelumnya tetap dilayani seperti di

posyandu maupun TK sesuai usia. Sasaran DDTK di Puskesmas Ambacang

ditampilkan pada tabel 3.7.


Tabel 3.7 Sasaran DDTK Puskesmas Ambacang
Kelurahan Bayi (0-11 bln) Anak Balita (1-5 th) Apras (5-7 th)
L P J L P J L P J
Ps. Ambacang 169 168 337 659 632 1291 341 344 685
Anduring 134 132 266 526 507 1033 272 274 546
Lubuk Lintah 98 98 196 381 366 747 198 199 397
Ampang 71 70 141 271 260 531 141 142 283
Jumlah 472 468 940 1837 1765 3602 952 959 1911

19
3.2.2 Pencapaian program DDTK

a. DDTK Bayi

Pada program DDTK Bayi yang menjadi sasaran adalah anak berusia 29 hari-

12 bulan sesuai pelayanan bayi standar.

Gambar 3.3 Hasil Capaian Cakupan Program DDTK Bayi di Puskesmas


Ambacang pada Tahun 2016

Berdasarkan gambar 3.3 diatas dapat diketahui bahwa DDTK bayi kontak

pertama Puskesmas Ambacang pada tahun 2016 sudah mencapai target yaitu

dengan rata-rata 98,3%. Sedangkan DDTK bayi empat kali kontak belum

mencapai target dengan rata-rata 85,3%. Target program DDTK bayi per

tahunnya adalah 94%. Program DDTK bayi yang sesuai standar dilakukan

sebanyak 4 kali kontak, yaitu usia 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan dan 12 bulan.

Gambar di atas menunjukkan pencapaian masing-masing kelurahan di

Puskesmas Ambacang untuk program DDTK bayi tahun 2016. Pencapaian Kontak

I seluruh kelurahan sudah mencapai target, sedangakan DDTK bayi empat kali

kontak belum ada yang mencapai target. Pencapaian target terendah adalah

kelurahan Ampang sebesar 68,8%.

20
b. DDTK Balita

Pada program DDTK balita yang menjadi sasaran adalah anak berusia di atas

12 bulan hingga usia bawah 5 tahun.

Gambar 3.4 Hasil Capaian Cakupan Program DDTK Anak Balita di


Puskesmas Ambacang pada Tahun 2016

Berdasarkan gambar 3.4, program DDTK anak balita kontak pertama dan

dua kali kontak di Puskesmas Ambacang pada tahun 2016 sudah mencapai target

dengan rata-rata 98,9% dan 93,9%. Target untuk DDTK anak balita adalah 90%.

Program DDTK balita sesuai standar dilakukan sebanyak 2 kali kontak, yaitu usia

1,5 tahun atau 2,5 tahun atau 3,5 tahun atau 4,5 tahun untuk kontak I dan kontak

kedua 6 bulan setelah kontak pertama.


Gambar di atas menunjukkan pencapaian masing-masing kelurahan di

Puskesmas Ambacang untuk program DDTK balita tahun 2016. Kelurahan

Ampang tidak mencapai target yaitu hanya sebesar 81% pada kontak I dan 79,8%

pada dua kali kontak.

21
c. DDTK Anak Prasekolah

Pada program DDTK anak pra sekolah yang menjadi sasaran adalah anak

berusia di atas 5 tahun hingga 7 tahun.

Gambar 3.5 Hasil Capaian Cakupan Program DDTK Anak Prasekolah di


Puskesmas Ambacang pada Tahun 2016

Berdasarkan gambar 3.5 diatas dapat diketahui bahwa DDTK anak pra

sekolah pada tahun 2016 di Puskesmas Ambacang sudah mencapai target dengan

rata-rata 152,3% pada kontak I dan 139,8% pada dua kali kontak. Target DDTK

anak pra sekolah adalah 90%. Program DDTK anak pra sekolah dilakukan

sebanyak 2 kali kontak, yaitu usia 5,5 tahun atau 6,5 tahun untuk kontak I dan 6

bulan berikutnya untuk kontak kedua.


Gambar di atas menunjukkan pencapaian masing-masing kelurahan di

Puskesmas Ambacang untuk program DDTK anak pra sekolah tahun 2016.

Seluruh kelurahan di wilayah kerja puskesmas Ambacang sudah mencapai target

dengan pencapaian tertinggi 164,3% yakni kelurahan Ampang.

3.2.3 Penyimpangan Tumbuh Kembang

Berdasarkan data dari pemegang program DDTK dari bulan januari hingga

bulan Desember 2016 ditemukan 13 kasus gangguan pertumbuhan dan

22
perkembangan. Terdiri dari 2 gangguan pertumbuhan, 2 gangguan sosialisai dan

kemandirian, 1 sindrom down pada anak balita dan 7 gangguan pertumbuhan, 1

autis pada anak pra sekolah.

3.2.4 Masalah program DDTK

Berdasarkan hasil diskusi dengan petugas penanggung jawab program,

masalah program ini adalah belum tercapainya beberapa target cakupan deteksi

dini tumbuh kembang anak yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota. Hal

ini disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya tidak sesuainya sasaran DDTK

dari Dinas Kesehatan Kota dengan jumlah bayi, anak balita maupun anak pra

sekolah yang ada di wilayah kerja Puskesmas Ambacang.


Selain itu, kurangnya kesadaran masyarakat untuk datang ke posyandu

dalam berpartisipasi dalam program DDTK. Masyarakat memandang bahwa yang

paling penting adalah datang pada saat kontak pertama saja. Petugas kesehatan

juga mengalami kesulitan untuk melakukan kunjungan rumah bagi anak yang

tidak datang ke posyandu, terutama anak yang tinggal di rumah yang memiliki

pagar tinggi. Pemilik rumah tidak mengizinkan petugas untuk masuk.


Masalah lain yang ditemukan dalam pendataan gangguan tumbuh

kembang balita tidak adanya tabel khusus yang dilaporkan dalam laporan tahunan

mengenai penyimpangan tingkat perkembangan bayi, balita dan anak pra sekolah

di setiap kelurahan wilayah kerja puskesmas Ambacang.

23
BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Program, Pencapaian dan Permasalahan DDTK di

Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang

Deteksi Dini Tumbuh kembang anak merupakan salah satu standar untuk

pelayanan kesehatan balita diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang

Kesehatan. Berdasarkan buku panduan Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi

dan intervensi dini tumbuh kembang anak ditingkat pelayanan kesehatan dasar,

pelaksanaan DDTK berupa deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, deteksi dini

penyimpangan perkembangan, dan deteksi dini penyimpangan mental emosional.

Sasarannya adalah bayi, anak balita dan anak prasekolah. Tempat pelaksaannya

adalah pelayanan kesehatan primer dan taman kanak-kanak.


Pelaksanaan program DDTK anak di Puskesmas Ambacang melibatkan

peran aktif dari berbagai pihak, baik dari tenaga kesehatan, kader, orang tua

maupun dari pihak TK. Setiap posyandu yang melakukan DDTK dijalankan oleh

2 tenaga kesehatan dibantu oleh 4-5 kader. DDTK dilaksanakan bersamaan

dengan posyandu balita yang dilaksanakan setiap minggu ke-2 setiap bulan.

Target program DDTK sudah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Padang,

maka setiap bulan dilakukan pemetaan mengenai target-target DDTK bayi, balita

maupun anak pra sekolah yang harus dikejar. Dengan demikian diharapkan target

perbulan, triwulan maupun pertahun bisa dicapai.


Sementara itu, untuk membantu pengejaran target maka peran kader sangat

diperlukan. Dibutuhkan juga tingkat kesadaran yang baik dan kerjasama dari

24
orang tua dan pihak TK agar membantu mensukseskan program DDTK bayi,

balita maupun anak pra sekolah.


Untuk pencatatan dan pelaporan, setiap bulan petugas kesehatan di

posyandu akan melaporkan data mengenai bayi, balita dan anak pra sekolah yang

sudah dilakukan DDTK kepada pembina wilayah masing-masing kelurahan.

Setelah memperoleh data yang lengkap, pembina wilayah akan memberikan

laporannya kepada pemegang program KIA Anak di Puskesmas Ambacang.

Program DDTK bayi kontak pertama Puskesmas Ambacang pada tahun

2016 sudah mencapai target yaitu dengan rata-rata 98,29%. Sedangkan DDTK

bayi empat kali kontak belum mencapai target dengan rata-rata 85,31%.

Pencapaian Kontak I seluruh kelurahan sudah mencapai target, sedangkan DDTK

bayi empat kali kontak belum ada yang mencapai target. Pencapaian target

terendah adalah kelurahan Ampang sebesar 68,79%.

Tampak bahwa orang tua masih memiliki kesadaran yang tinggi untuk

membawa bayinya ke posyandu dan dilakukan DDTK untuk kontak I. Akan

tetapi, kesadaran orang tua ini cenderung tampak menurun seiring bertambah usia

anak, terlihat dari data pencapaian DDTK bayi empat kali kontak. Hal ini bisa

disebabkan oleh pengetahuan orang tua yang masih kurang tentang pentingnya

deteksi dini tumbuh kembang bayi sehingga tidak membawa bayinya ke posyandu

untuk empat kali kontak, maupun petugas kesehatan yang belum optimal dalam

mengejar target yang ada.


Program DDTK anak balita kontak pertama dan dua kali kontak di

Puskesmas Ambacang pada tahun 2016 sudah mencapai target dengan rata-rata

98,9% dan 93,9%. Akan tetapi, jika dilihat capaian perkelurahan, Kelurahan

Ampang tidak mencapai target yaitu hanya sebesar 80,9% pada kontak I dan

25
79,8% pada dua kali kontak. Hal ini bisa disebabkan oleh pembagian sasaran yang

kurag tepat di wilayah kerja puskesmas Ambacang.


Program DDTK anak pra sekolah pada tahun 2016 sudah mencapai target

dengan rata-rata 152,2% pada kontak I dan 139,8% pada dua kali kontak. Seluruh

kelurahan di wilayah kerja puskesmas Ambacang sudah mencapai target dengan

pencapaian tertinggi 164% yakni kelurahan Ampang. Tercapainya target DDTK

anak pra sekolah dikarenakan adanya kerja sama antara petugas kesehatan dan

Taman Kanak-kanak (TK), biasanya DDTK anak pra sekolah dilakukan dua kali

dalam setahun pada bulan Maret dan September.


Secara keseluruhan, angka capaian program DDTK masih belum maksimal,

terutama DDTK pada bayi disebabkan oleh berbagai hal. Tampak bahwa perhatian

dan pengetahuan orang tua untuk dilakukan DDTK pada anaknya masih rendah.

Selain itu, masih terdapat beberapa pembina wilayah yang belum optimal dalam

mengejar target-target perbulan yang sudah dipetakan. Untuk mengatasi hal

tersebut pemegang program selalu mengingatkan pembina wilayah agar lebih giat

dan meningkatkan kualitas dalam melaksanakan DDTK. Bagi orang tua yang

belum memiliki kesadaran yang cukup untuk membawa anaknya ke posyandu

maka diutamakan peran kader agar bisa menjemput bola dan berperan aktif

mengingatkan pentingnya dilakukan DDTK ini.


Masalah lain yang ditemukan dalam pendataan gangguan tumbuh

kembang anak tidak adanya tabel khusus yang dilaporkan dalam laporan tahunan

mengenai penyimpangan tingkat perkembangan bayi, balita dan anak pra sekolah

di setiap kelurahan wilayah kerja puskesmas Ambacang. Karena gangguan

tumbuh kembang anak tidak dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota, sehingga

pemegang program tidak merekap gangguan tumbuh kembang anak. Meskipun

demikan, saat program berlangsung, jika ditemukan anak yang mengalami

26
penyimpangan tumbuh kembang, anak tersebut tetap diintervensi dan dirujuk

sesuai dengan alur rujukan yang telah ditentukan.

27
BAB 5

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Pelaksanaan program deteksi dini tumbuh kembang anak di wilayah kerja

Puskesmas Ambacang dilakukan sudah sesuai dengan pedoman DDTK

anak.
2. Pencapaian program deteksi dini tumbuh kembang anak di wilayah kerja

Puskesmas Ambacang secara rata-rata telah mencapai target pada anak

balita dan anak pra sekolah, namun untuk bayi masih belum mencapai

target.
3. Permasalahan dalam pelaksanaan program deteksi dini tumbuh kembang

anak di wilayah kerja Puskesmas Ambacang adalah masih terdapat

beberapa pembina wilayah yang belum optimal dalam melakukan program

DDTK, ketidaksesuaian data jumlah anak dengan jumlah anak di lapangan

dan kurangnya partisipasi orang tua.

5.2. Saran

1. Dapat dilakukan penyuluhan yang lebih rutin kepada orang tua tentang

pentingnya deteksi dini tumbuh kembang anak untuk meningkatkan

partisipasi orang tua.


2. Perlunya data khusus pada laporan tahunan mengenai jumlah anak yang

mengalami penyimpangan tumbuh kembang setiap kelurahan di wilayah

kerja Puskesmas Ambacang.

DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman pelaksanaan stimulasi,
deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak ditingkat pelayanan
kesehatan dasar. Jakarta: Depkes RI. 2010.

28
2. Undang-Undang Republik Indnesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang
perlindungan anak
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014
tentang pemantauan pertumbuhan, perkembangan, dan gangguan tumbuh
kembang anak
4. Zulkifli. Posyandu dan Kader kesehatan. Medan: USU. 2003
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2016
Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
6. Laporan Tahunan Puskesmas Ambacang Tahun 2016
7. Laporan Bulanan KIA Anak Puskesmas Ambacang Tahun 2016

29

Anda mungkin juga menyukai