Anda di halaman 1dari 41

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori

II.1.1 Pengertian Pelapisan Logam (Electroplating)

Pelapisan logam adalah suatu cara yang dilakukan untuk memberikan sifat tertentu
pada suatu permukaan benda kerja, dimana diharapkan benda tersebut akan mengalami
perbaikan baik dalam hal struktur mikro maupun ketahanannya, dan tidak menutup
kemungkinan pula terjadi perbaikan terhadap sifat fisiknya. Pelapisan logam merupakan
bagian akhir dari proses produksi dari suatu produk. Proses tersebut dilakukan setelah
benda kerja mencapai bentuk akhir atau setelah proses pengerjaan mesin serta penghalusan
terhadap permukaan benda kerja yang dilakukan. Dengan demikian, proses pelapisan
termasuk dalam kategori pekerjaan finishing atau sering juga disebut tahap penyelesaian
dari suatu produksi benda kerja ( anonim ).

Pelapisan secara listrik electroplating adalah elektro deposisi pelapisan (coating)


logam melekat ke elektroda untuk menjaga substrat dengan memberikan permukaan
dengan sifat dan dimensi berbeda dari pada logam basisnya tersebut (Anton J. H dan
Tomijiro K. 1995 : 25), sedangkan pengertian electroplating yang lain adalah suatu proses
pengerjaan permukaan material baik logam maupun bukan logam dan upaya meningkatkan
sifat-sifat material tersebut (Saleh, A. Arsianto, 1995 : 3). Sifat-sifat yang akan
ditingkatkan adalah penggabungan sifat-sifat seperti berikut :

a. Daya tahan korosi (corrosion resistence)

b. Tampak rupa (appearance)

c. Daya tahan gores atau aus (abrasion resistence)

d. Harga atau nilai (value)

e. Mampu solder (solderability)


f. Karet pengikat (bonding of rubber)

g. Daya kontak listrik (electrcal contact resistence)

h. Mampu pantul atau bias cahaya (reflectivity)

i. Penyebaran rintangan (diffusion barrier)

j. Mampu sikat kawat (wive bondability)

k. Daya tahan temperatur tinggi (high temperature resistence)

II-1
II-2

BAB II Tinjauan Pustaka

Dalam teknologi pengerjaan logam, proses electroplating dikategorikan


sebagai proses pengerjaan akhir (metal finishing). Secara sederhana, electroplating
dapat diartikan sebagai proses pelapisan logam, dengan menggunakan bantuan arus
listrik dan senyawa kimia tertentu guna memindahkan partikel logam pelapis ke
material yang hendak dilapisi. Pelapisan logam dapat berupa lapis seng (zink),
galvanis, perak, emas, brass, tembaga, nikel dan krom. Penggunaan lapisan tersebut
disesuaikan dengan kebutuhan dan kegunaan masing-masing material. Perbedaan
utama dari pelapisan tersebut selain anoda yang digunakan, adalah larutan
elektrolisisnya. Proses electroplating mengubah sifat fisik, mekanik, dan sifat
teknologi suatu material. Salah satu contoh perubahan fisik ketika material dilapis
dengan nikel adalah bertambahnya daya tahan material tersebut terhadap korosi, serta
bertambahnya kapasitas konduktifitasnya. Adapun dalam sifat mekanik, terjadi
perubahan kekuatan tarik maupun tekan dari suatu material sesudah mengalami
pelapisan dibandingkan sebelumnya (Gautama, 2009).

Karena itu, tujuan pelapisan logam tidak luput dari tiga hal, yaitu untuk
meningkatkan sifat teknis/mekanis dari suatu logam, melindungi logam dari korosi,
dan memperindah tampilan (decorative) (Gautama, 2009).

II.1.2 Macam-Macam Pelapisan Logam

Berdasarkan Fontana (1987 : 301-312) macam-macam pelapisan logam ada dua

yaitu :

a) Pelapisan Anorganik dan Logam.

Pada umumnya pelapisan tipis dari logam dan materi anorganik dapat
menyediakan sebuah kendala yang sering terjadi antara logam dengan
lingkungannya. Hal utama dari pelapisan adalah (terlepas dari pengorbanan logam
pelapis seperti zinc) untuk menyelesaikan sebuah kendala secara efektif. Pelapisan
logam diaplikasikan dalam pengendapan logam menggunakan arus listrik (electro
deposition), penyalutan (cladding), penceluban panas (hot dipping), dan
pengendapan logam dengan uap (vapor deposition). Material anorganik
diaplikasikan atau dibentuk oleh pembakaran, difusi atau pengkonversi reaksi
kimia. Penyemprotan (spraying) biasanya dibentuk dari pembakaran pada suhu
yang tinggi. Pelapisan logam biasanya menunjukkan beberapa kemampuan
pembentukan, padahal material anorganik mempunyai sifat yang rapuh. Dari dua

Laboratorium Kimia
Fisika

Program Studi D3 Teknik


Kimia

FTI-ITS
II-3

BAB II Tinjauan Pustaka

kasus di atas harus diatasi. Pengeroposan atau pengerusakan lainnya pada logam
bisa disebabkan dari pengerusakan pada bagian dasar logam yang dipercepat
karena dampak dari dua atau lebih logam lainnya. beberapa contoh dari pelapisan
logam yaitu pelapisan logam pada bumper mobil dan hiasan, alat-alat rumah
tangga, pelapisan kaleng dengan timah. Sementara macam-macam dari pelapisan
anorganik dan logam ini meliputi :

1. Pelapisan Logam (Electrodeposition)

Electrodeposition disebut juga electroplapting. Electroplating adalah


pelapisan logam dengan cara pengendapan logam lainnya ke logam seabagai
pelapis logam tersebut dengan menggunakan aliran arus listrik. Proses ini
dikenal juga dengan istilah elektrolisis. Beberapa faktor yang mempengaruhi
pengendapan logam pada electroplating yaitu suhu, aliran arus listrik, waktu
dan kadar dari palarut yang digunakan pada electroplating. Beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi pelapisan logam tersebut dapat diatur untuk
mengahsilkan pelapisan logam yang tebal, tipis, lunak atau tajam. Pada
pelapisan yang keras digunakan untuk mencegah erosi korosi. Pada pelapisan
dapat digunakan logam tunggal, beberapa campuran logam atau beberapa
komposisi aloy, misalnya campuran pada pelapisan bemper mobil,
mempunyai sebuah lapisan utama berupa tembaga pada permukaannya,
kapisan nickel pada bagian tengahnya dan pada bagian atasnya terlapisi
logam krom yang tipis. Seng, nikel, timah dan kadmium pada pelapisan
logam diatas untuk mendapatkan hasil pelapisan yang kuat. Pelapis berupa
emas, perak dan platina adalah sering digunakan. Pada umumnya dari
beberapa logam bisa diaplikasikan dengan electroplating atau pelapisan
logam dengan menggunaka sumber arus listrik.

2. Pengalasan (Flame Spraying)


Proses ini dikenal juga dengan istilah metallizing, dimana bijih logam
dipanasi dengan apai atau dijadikan bubuk kemudian diluruhkan dengan api
sehingga logam berubah menjadi cairan logam (liquid) dan disemprotkan
pada permukaan logam yang akan dilapisi.

3. Penyalutan (Cladding)

Laboratorium Kimia
Fisika

Program Studi D3 Teknik


Kimia

FTI-ITS
II-4

BAB II Tinjauan Pustaka

Proses ini melibatkan sebuah sebuah lapisan permukaan dari


beberapa lembar logam yang biasanya diletakkan oleh penggelinding pada
dua lembar logam yang diletakkan secara bersama-sama pada benda yang
akan dilapisi.

4. Pecelupan (Hot Dipping)

Pencelupan dengan cairan logam panas diaplikasikan kepada logam


yang dicelupkan pada penampungan yang berisi leburan logam yang teridiri
dari berbagai campuran leburan logam lainnya, misal seng, timah, timah
hitam dan aluminium. Hot Dipping merupakan salah satu metode pelapisan
logam yang paling tua dan pelapisan seng adalah salah satu contohnya.

5. Pengendapan dengan metode uap (Vapor Deposition)

Proses ini dilakukan pada ruangan hampa dengan uap temperatur


tinggi. Pelapis logam diupakan oleh pemanas elektrik dan pelapis logam akan
diendapkan pada bagian yang akan dialpisi, metode pelapisan mengahbiskan
biaya yang lebuh mahal daripada metode pelapisan logam yang lainnya.
contoh dari pelapisan jenis ini biasanya digunakan pada pelapisan bagian dari
kerangka roket.

6. Penyebaran (Diffusion)

Pelapisan dengan metode penyebaran melibatkan pemanasan pada


bentukan alloy yang kemudian dipanasakan dan disebarkan dari satu alloy ke
permukaan logam lainnya yang akan dilapisi.

7. Reaksi Kimia (Chemical Conversion)


Pelapisan logam melalui reaksi kimia dilakukan untuk menghindari
dari perkaratan corroding pada sebuah permukaan logam.

8. Modifikasi Permukaan (Surface Modification)

Perlakuaan pada permukaan logam untuk pelapisan logam


membutuhkan energi langsung guna meningkatkan daya tahan logam
tersebut. misalnya saja ingin melapisi logam dengan alloy atau chrom
sehingga tahan karat.

9. Penanaman Ion (Ion Implantation)

Pengaplikasian penanaman ion pada permukaan logam untuk


memodifikasi permukaan logam agar tahan karat.

Laboratorium Kimia
Fisika

Program Studi D3 Teknik


Kimia

FTI-ITS
II-5

BAB II Tinjauan Pustaka

(Fontana, 1987).

10. Pelapisan Organik

Pelapisan jenis ini melibatkan beberapa subtrat alami dan lingkungan.


pengecatan (paints), pernis (varnishes), pemberian pernis (lacquers) dan pelapisan
yang sejenis untuk melindungi logam dan pencegahan terhadap korosi. Permukaan
pada bagian luar yang dilapisi sering kita jumpai, tapi pelapisan pada bagian dalam
sering juga kita gunakan. Salah satu jenis pelapisan organik yang sering digunakan
yaitu pengecatan. Proses pengecatan dapat mencegah prose korosi (Fontana, 1987).

II.1.3 Elektroplating

Elektroplating Pelapisan logam adalah suatu cara yang dilakukan untuk


memberikan sifat tertentu pada suatu permukaan benda kerja dimana diharapkan
benda tersebut akan mengalami perbaikan maupun ketahanannya serta tidak
menutup kemungkinan pula terjadi perbaikan terhadap sifat fisiknya. Adapun
macam-macam pelapisan logam menurut tujuannya antara lain untuk dekoratif,
protektif dan untuk mendapatkan sifat khusus pada permukaan. Adapun pelapisan
logam ditinjau dari sifat elektrokimia bahan pelapisnya, dapat di kategorikan
sebagai pelapisan anodik dan pelapisan katodik.Pelapisan anodik dimana potensial
listrik logam pelapis lebih anodik terhadap logam dasar/subtrat, sedangkan
pelapisan katodik merupakan pelapisan dimana potensial listrik logam pelapis lebih
katodik terhadap subtratnya.Keunggulan dari pelapisan anodik adalah sifat logam
pelapis melindungi logam yang dilapisi, sementara itu pada pelapisan katodik lebih
cocok digunakan pada pelapisan untuk tujuan dekoratif.Dalam perlindungan
katodik, obyek yang dilindungi adalah katoda, tetapi dalam perlindungan anodik,
obyek yang dilindungi adalah anoda.
Dalam teknologi pengerjaan logam, proses electroplating dikategorikan
sebagai proses pengerjaan akhir (metal finishing). Secara sederhana, electroplating
dapat diartikan sebagai proses pelapisan logam, dengan menggunakan bantuan arus
listrik dan senyawa kimia tertentu guna memindahkan partikel logam pelapis ke
material yang hendak dilapis.Pelapisan logam dapat berupa lapis seng (zink),
galvanis, perak, emas, brass, tembaga, nikel dan krom. Penggunaan lapisan tersebut
disesuaikan dengan kebutuhan dan kegunaan masing-masing material.

Laboratorium Kimia
Fisika

Program Studi D3 Teknik


Kimia

FTI-ITS
II-6

BAB II Tinjauan Pustaka

Perbedaan utama dari pelapisan tersebut selain anoda yang digunakan,


adalah larutan elektrolisisnya. Dalam penelitian yang baru belakangan ini (tahun
2004), dilakukan oleh Tadashi Doi dan Kazunari Mizumoto, mereka menemukan
larutan baru (elektrolisis) yang dinamakan larutan citrate ( kekerasan deposit
mencapai 440 VHN).

Proses electroplating mengubah sifat fisik, mekanik, dan sifat teknologi


suatu material.Salah satu contoh perubahan fisik ketika material dilapis dengan
nikel adalah bertambahnya daya tahan material tersebut terhadap korosi, serta
bertambahnya kapasitas konduktifitasnya.Adapun dalam sifat mekanik, terjadi
perubahan kekuatan tarik maupun tekan dari suatu material sesudah mengalami
pelapisan dibandingkan sebelumnya.Karena itu, tujuan pelapisan logam tidak luput
dari tiga hal, yaitu untuk meningkatkan sifat teknis/mekanis dari suatu logam, yang
kedua melindungi logam dari korosi, dan ketiga memperindah tampilan
(decorative).

( emperor , 2012 )

Dari hukum Faraday bahwa pada elektrolit zat yang diendapkan


berbanding lurus dengan waktu dan arus listrik. Berat logam yang diendapkan,
dapat ditulis sebagai berikut :

(1) dimana : W = Berat logam yang diendapkan (gr)


Ma= Massa atom (gr)

I = Arus listrik (Amp)

( Sugiyarta dkk.,)
Pengaruh konsentrasi larutan dan kuat arus terhadap ketebalan pada proses
pelapisan nikel untuk baja karbon rendah

T = Waktu (detik)
N= Elektron valensi

F= Bilangan Faraday (96.500)

Secara matematis ketebalan lapisan yang terbentuk, menurut


lowenheim dirumuskan sebagai berikut :

(2) dimana : = Tebal lapisan terbentuk (cm)

W = Berat lapisan yang terbentuk


(gr) =Massa jenis pelapis (gr/cm3)

Laboratorium Kimia
Fisika

Program Studi D3 Teknik


Kimia

FTI-ITS
II-7

BAB II Tinjauan Pustaka

A = Luas permukaan setelah dilapis (cm2)

Ketebalan teoritis dapat dihitung pula dari substitusi persamaan (1) dan

(2) yang dapat dituliskan sebagai berikut :

(3) Efisiensi arus, dinyatakan dalam bentuk prosentase, yaitu perbandingan antara
berat aktual berbanding terbalik dengan berat ideal / teoritisnya[2], secara
matematis dituliskan =

4) dimana : Wakt = Berat hasil penimbangan

(gr) Wteoritis = Berat teoritis (gr)

II.1.4 Fungsi Elektroplating

Dalam teknologi pengerjaan logam, proses lapis listrik termasuk ke dalam


proses pengerjaan akhir (metal finishing). Adapun fungsi dan tujuan dari pelapisan
logam adalah sebagai berikut :

1. Memperbaiki tampak rupa (dekoratif) misalnya ; pelapisan emas,


perak, kuningan, dan tembaga.

2. Melindungi logam dan dekorasi, yaitu :

- Melindungi logam dasar dengan logam yang lebih mulia, misalnya ;


pelapisan platina, emas dan baja.

- Melindungi logam dasar dengan yang kurang mulia, misalnya ; pelapisan


seng dan baja.
3. Meningkatkan ketahanan produk terhadap gesekan (abrasi), misalnya
; pelapisan krom keras.

4. Memperbaiki kehalusan /bentuk permukaan toleransi logam dasar misalnya


; pelapisan nikel, krom dan lain sebagainya.

5. Elektroforming, yaitu ; membentuk benda kerja dengan cara endapan

II.1.5 Korosi

Salah satu tujuan plating ialah upaya mencegah korosi. Secara sederhana,
peristiwa korosi disebabkan oleh reaksi logam dengan unsur bukan logam dari
lingkungannya. Produknya biasanya oksida atau garamnya, yang pada gilirannya turut
mempengaruhi jalannya reaksi lanjut. Mengendalikan korosi logam dapat ditempuh
dengan berbagai cara. Reaksi korosi dapat dikelompokkan atas berbagai jenis, akan
tetapi secara umum ada dua macam (sesuai peristiwanya) yakni : penggabungan
langsung logam atau ion logam dengan unsur-unsur bukan logam, serta reaksi

Laboratorium Kimia
Fisika

Program Studi D3 Teknik


Kimia

FTI-ITS
II-8

BAB II Tinjauan Pustaka

pelarutan logam (biasanya di lingkungan berair) lalu bergabung dengan bukan logam

mambentuk produk korosi (reaksi penggantian). Reaksi langsung disebut juga korosi
kering, reaksi penggantian disebut korosi basah. Reaksi langsung (korosi kering) termasuk
oksida di udara, reaksi dengan uap belerang, hydrogen sulfide dan kandungan udara kering
lainnya, juga reaksi dengan logam cair misalnya natrium. Reaksi demikian nyata dan
lazim pada suhu relatif tinggi.

Oksidasi logam sekilas tak tampak melibatkan mekanisme


elektrokimia, akan tetapi sebenarnya bentuk korosi itupun tergantung pada mekanisme
pertukaran elektron dengan gejala arus listrik pula. Secara sederhana, oksigen molekul
terserap ke permukaan logam. Lalu mengurai menjadi atom dan mengion. Logamnya
juga mengion. Ion logam dan oksida bergabung, membentuk lapisan awal oksidanya.
Ion logam terus terbentuk dipermukaan, elektron berdifusi lewat lapisan oksida,
mengionkan oksigen di permukaan. Ion oksida berdifusi ke lapisan oksida dan
bereaksi dengan ion logam. Lapisan oksida makin tebal. Dapat pula logam yang
mengion dan berdifusi ke permukaan, hasilnya serupa. Korosi demikian

berlangsungnya tergantung pada sifat oksida logam, seberapa permeabel dan kuat
ikatannya ke permukaan logam. Korosi adalah reaksi antar logam dan lingkungannya,
karena itu upaya pengubahan lingkungan yang menjadikannya kurang agresif akan
bermanfaat untuk membatasi serangannya terhadap logam. Dalam hal ini ada tiga situasi :

1. Lingkungan berwujud gas. Biasanya yang dimaksudkan disini adalah udara dengan
rentang temperatur -100C hingga +300C. Beberapa metode yang digunakan untuk
mengurangi laju korosi di udara bebas adalah :

a. Menurunkan kelembaban relatif;

b. Menghilangkan komponen-komponen mudah menguap yang dihasilkan oleh bahan-


bahan di sekitar;
c. Mengubah temperatur;

d. Menghilangkan kotoran-kotoran (termasuk partikel-partikel padat yang abrasif),

endapan-endapan yang akan membentuk katoda dan ion-ion agresif.

2. Bahan terendam di air bebas yang cukup mengandung ion untuk menjadikannya
sebuah elektrolit. Modifikasi terhadap elektrolit meliputi :

a. Menurunkan konduktivitas ionik;

b. Mengubah pH;

Laboratorium Kimia
Fisika

Program Studi D3 Teknik


Kimia

FTI-ITS
II-9

BAB II Tinjauan Pustaka

c. Secara homogen mengurangi kandungan oksigen;

d. Mengubah temperatur.

3. Logam terkubur dalam tanah dan mineral-mineral yang terlarut membentuk


elektrolit. Pengendalian biasanya melalui proteksi katodik atau pelapisan permukaan,
tetapi lingkungan tersebut dapat dibuat kurang agresif dengan mengganti tanah urugan

yang tidak menahan air, mengendalikan pH dan mengubah konduktivitasnya.


Perhitungan laju korosi adalah sebagai berikut :

Salah satu metode untuk menentukan laju korosi adalah dengan menghitung berat
per satuan atau kedalaman penetrasi per satuan waktu. Laju korosi ini dapat dinyatakan
dalam inches per year (ipy), mils per year(mpy), milimeter per year (mm/y), micrometer
per year ( m/yr).

Kehilangan berat = (kehilangan volume spesimen) x (berat jenis spesimen)

W = V x ............... (2.5)

Dengan :

W = Kehilangan berat spesimen (gr)

V = Kehilangan volume spesimen (mm3)

= Berat jenis spesimen (gr/cm3)

Sedangkan kedalaman penetrasi pada permukaan logam yaitu:

t = V / A .................. (2.6)
A = 2 ( (x.y) + (x.z) + (y.z))

Dengan :

t = Kedalaman penetrasi (mm)

V = Kehilangan volume spesimen (mm3 )


A = Luas daerah yang terendam (mm2 )

x = Panjang permukaan yang terendam (mm)

y = Lebar permukaan yang terendam (mm)

z = Tebal permukaan yang terendam (mm)

Jadi laju korosi yang terjadi adalah sebagai berikut :

r = t / T.......................... (2.7)

Dengan :

r = Laju korosi (mm/tahun)

t = Kedalaman penetrasi (mm)

T = Waktu (tahun)

Laboratorium Kimia Fisika

Program Studi D3 Teknik


Kimia

FTI-ITS
II-10

BAB II Tinjauan Pustaka

Tabel 2.1 Pengujian Korosi

Laju korosi Pengujian Dapat atau tidak untuk

(mm/tahun) digunakan

0,05 Cukup tahan korosi Tahan korosi Dapat digunakan

0,05 s/d 0,5 Cukup tahan korosi Dapat digunakan dengan

hati-hati

0,5 s/d 1,5 Kurang tahan korosi Hanya digunakan untuk

peralatan

yang berukuran besar

1,5 Tidak tahan korosi Tidak dapat digunakan

II.1.6 Prinsip Dasar Pelapisan Logam

Kita mengenal istilah anoda, katoda, larutan elektrolit. Ketiga istilah tersebut
digunakan seluruh literatur yang berhubungan dengan pelapisan material khususnya
logam, yaitu :

Anoda adalah terminal positif, dihubungkan dengan kutub positif dari sumber arus
listrik. Anoda dalam larutan elektrolit ada yang larut dan ada yang tidak. Anoda
yang tidak larut berfungsi sebagai penghantar arus listrik saja, sedangkan anoda
yang larut berfungsi selain penghantar arus listrik, juga sebagai bahan baku pelapis.

Katoda dapat diartikan sebagai benda kerja yang akan dilapisi,


dihubungkan dengan kutub negatif dari sumber arus listrik.

Elektrolit berupa larutan yang molekulnya dapat larut dalam air dan terurai
menjadi partikel-partikel yang bermuatan positf atau negatif.

Laboratorium Kimia
Fisika

Program Studi D3 Teknik


Kimia

FTI-ITS
II-11

BAB II Tinjauan Pustaka

Gambar II.1.1 Anoda, Katoda, dan Elektrolit

Karena electroplating adalah suatu proses yang menghasilkan lapisan tipis


logam di atas permukaan logam lainnya dengan cara elektrolisis, maka perlu kita
ketahui skema proses electroplating tersebut (Gautama, 2009).

II.1.7 Skema Proses Electroplating

Perpindahan ion logam dengan bantuan arus listrik melalui larutan elektrolit
sehinnga ion logam mengendap pada benda padat yang akan dilapisi. Ion logam
diperoleh dari elektrolit maupun berasal dari pelarutan anoda logam di dalam
elektrolit. Pengendapan terjadi pada benda kerja yang berlaku sebagai katoda.
Gambar II.1.2 Skema Proses Electroplating

Laboratorium Kimia
Fisika

Program Studi D3 Teknik


Kimia

FTI-ITS
II-12

BAB II Tinjauan Pustaka

Pada Katoda
Pada Anoda
Pembentukan lapisan Nikel
Pembentukan gas oksigen
2+ -
Ni (aq) + 2e Ni (s)
H2O (l) 4H + (aq) + O2 (g) + 4e-

Pembentukan gas Hidrogen


Oksidasi gas Hidrogen
2H+ (aq) + 2e- H2 (g)
H2 (g) 2H+(aq) + 2e-
Reduksi oksigen terlarut

O2 (g) + 2H + H2O (l)

Mekanisme terjadinya pelapisan logam adalah dimulai dari dikelilinginya ion-


ion logam oleh molekul-molekul pelarut yang mengalami polarisai. Di dekat
permukaan katoda, terbentuk daerah Electrical Double Layer (EDL) yang bertindak
seperti lapisan dielektrik. Adanya lapisan EDL memberi beban tambahan bagi ion-ion
untuk menembusnya. Dengan gaya dorong beda potensial listrik dan dibantu oleh
reaski-reaksi kimia, ion-ion logam akan menuju permukaan katoda dan menangkap
electron dari katoda, sambil mendeposisikan diri di permukaan katoda. Dalam kondisi
equilibrium, setelah ion-ion mengalami discharge menjadi atom-atom kemudian akan
menempatkan diri pada permukaan katoda dengan mula-mula menyesuaikan
mengikuti susunan atom dari material katoda (Gautama, 2009).

II.1.8 Reaksi Oksidasi Reduksi


Terdapat sejumlah reaksi dalam mana keadaan oksidasi berubah yang disertai
dengan pertukaran elektron antara pereaksi. Ini disebut reaksi oksidasi-reduksi atau
dengan kata pendek yaitu reaksi redoks.

Dari sejarahnya istilah oksidasi diterapkan untuk proses-proses dimana oksigen


diambil oleh suatu zat. Maka reduksi dianggap sebagai proses dimana oksigen diambil
dari dalam suatu zat. Kemudian penangkapan hidrogen juga disebut reduksi, sehingga
kehilangan hidrogen harus disebut oksidasi. Sekali lagi reaksi-reaksi lain dimana baik
oksigen maupun hidrogen tidak ambil bagian belum dapat dikelompokkan sebagai
oksidasi atau reduksi sebelum definisi oksidasi dan reduksi yang paling umum, yang
didasarkan pada pelepasan dan pengambilan elektron, disusun orang. Sebelum
mencoba mendefinisikan dengan lebih cermat apa arti istilah-istilah itu.

Laboratorium Kimia
Fisika

Program Studi D3 Teknik


Kimia

FTI-ITS
II-13

BAB II Tinjauan Pustaka

a) Reaksi antara ion besi(III) dan timah(II) menuju terbentuknyabesi(II) dan timah(IV)

2Fe3+ + Sn2+ 2Fe2+ + Sn4+

Jika reaksi ini dijalankan dengan hadirnya asam klorida, hilangnya warna kuning
(ciri khas Fe3+) dapat diamati dengan mudah. Dalam reaksi ini Fe3+ direduksi
menjadi Fe2+ dan Sn2+ dioksidasi menjadi Sn4+. Sebenarnya apa yang terjadi
adalah bahwa Sn2+ memberikan elektron-elektron kepada Fe3+ jadi terjadilah serah
terima (transfer) elektron.

b) Sepotong besi (paku misalnya) dibenamkan dalam larutan tembaga sulfat (CuSO4),
paku ini akan tersulut logam tembaga yang merah, sementara itu dapatlah
dibuktikan adanya besi(II) dalam larutan. Reaksi yang berlangsung adalah

Fe + Cu2+ Fe2+ + Cu

Dalam hal ini menyumbangkan elektron-elektron kepada ion tembaga(II). Fe


teroksidasi menjadi Fe2+ dan Cu2+ tereduksi menjadi Cu.

Melihat contoh-contoh ini dapat ditarik beberapa kesimpulan umum dan dapatlah
didefinisikan oksidasi dan reduksi dengan cara berikut :

(i) Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatkan hilangnya satu elektron
atau lebih dari dalam zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur
dioksidasi, keadaan oksidasinya berubah ke harga yang lebih positif. Suatu
zat pengoksidasi adalah zat yang memperoleh elektron, dan dalam proses itu
zat itu direduksi. Definisi ini sangat umum, karena itu berlaku juga untuk
proses dalam zat padat, lelehan maupun gas.
(ii) Reduksi sebaliknya adalah suatu proses yang mengakibatkan diperolehnya
satu elektron atau lebih oleh zat (atom, ion, atau molekul). Bila suatu unsur
direduksi, keadaan oksidasi berubah menjadi lebih negatif (kurang positif).
Jadi suatu zat pereduksi adalah zat yang kehilangan elektron, dalam proses itu
zat ini dioksidasi. Definisi reduksi ini juga sangat umum dan berlaku juga

untuk proses dalam zat padat, lelehan maupun gas.

(Vogel, 1985).

II.1.9 Pengertian Elektrokimia

Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari aspek elektronik dari reaksi kimia.
Elemen yang digunakan dalam reaksi elektrokimia dikarakterisasikan dengan

Laboratorium Kimia
Fisika

Program Studi D3 Teknik


Kimia

FTI-ITS
II-14

BAB II Tinjauan Pustaka

banyaknya elektron yang dimiliki. Elektrokimia secara umum terbagi dalam dua
kelompok, yaitu sel galvani dan sel elektrolisis (wikipedia.org).

Sel Elektrolisis

Sel elektrolisis adalah sel elektrokimia yang menimbulkan terjadinya reaksi


redoks yang tidak spontan dengan adanya energi listrik dari luar. Contohnya adalah
elektrolisis lelehan NaCl dengan electrode platina. Contoh lainnya adalah pada sel
Daniell jika diterapkan beda potensial listrik dari luar yang besarnya melebihi notasi
sel memberikan informasi yang lengkap dari sel galvani. Informasi tersebut potensial
sel Daniell (Dailami, 2010).

Notasi Sel dan Reaksi Sel

Meliputi jenis elektroda, jenis elektrolit yang kontak dengan elektroda tersebut
termasuk konsentrasi ion-ionnya, anoda dan katodanya serta pereaksi dan hasil reaksi
setiap setengah-sel. Setengah sel anoda dituliskan terlebih dahulu, diikuti dengan
setengah sel katoda. Satu garis vertikal menggambarkan batas fasa. Garis vertikal
putus-putus sering digunakan untuk menyatakan batas antara dua cairan yang misibel.
Dua spesi yang ada dalam fasa yang sama dipisahkan dengan tanda koma. Garis
vertikal rangkap dua digunakan untuk menyatakan adanya jembatan garam. Untuk
larutan, konsentrasinya dinyatakan di dalam tanda kurung setelah penulisan rumus
kimianya. Sebagai contoh:

Zn(s) Zn2+(1,00 m) Cu2+(1,00 m) Cu(s)


Zn(s) Zn2+(1,00 m) Cu2+(1,00 m) Cu(s) Pt
Fe2+, Fe3+ H+ H2 Pt

Karena yang dituliskan terlebih dulu (elektroda sebelah kiri) dalam notasi tersebut
adalah anoda, maka reaksi yang terjadi pada elektroda sebelah kiri adalah oksidasi dan
elektroda yang ditulis berikutnya (elektroda kanan) adalah katoda maka reaksi yang
terjadi pada elektroda kanan adalah reaksi reduksi. Untuk sel dengan notasi :

Zn(s) Zn2+(1,00 m) Cu2+(1,00 m) Cu(s) reaksinya adalah:

Zn(s) Zn2+(aq) + 2e- (reaksi oksidasi)

Cu2+(aq) + 2e-Cu(s) + (reaksi reduksi)

Zn(s) + Cu2+(aq)Zn2+(aq) + Cu(s) (reaksi keseluruhan)

(Dailami, 2010).

Laboratorium Kimia Fisika

Program Studi D3 Teknik


Kimia
FTI-ITS
II-15

BAB II Tinjauan Pustaka

Elektroda

Elektroda merupakan kutub atau lempeng pada suatu sel elektrolitik ketika arus
listrik memasuki atau meninggalkan sel. Elektroda dimana proses reduksi berlangsung
disebut sebagai katoda yang merupakan kutub negatif (penarik elektron), sedangkan
elektron dimana proses oksidasi berlandsung disebut anoda yang merupakan kutub
positif (pelepas elektron). Anoda biasanya terkorosi dengan melepaskan elektron-
elektron dari atom-atom logam netral untuk membentuk ion-ion bersangkutan.
Berbagai anoda dipergunakan pada electroplating. Ada anoda inert, ada anoda aktif
(terkorosi). Anoda dapat merupakan logam murni, dapat pula sebagai alloy. Katoda
biasanya tidak mengalami korosi, walaupun mungkin menderita kerusakan dalam
kondisi-kondisi tertentu. Dalam larutan, ion-ion positif bergerak ke katoda dan ion-ion
negatif bergerak ke anoda. Adapun logam yang biasa digunakan sebagai elektroda
adalah logam yang tidak larut dalam larutan elektrolit yang digunakan sebagai pelapis

(Dailami, 2010).

Jenis-Jenis Elektroda Reversible

Kereversibelan pada elektroda dapat diperoleh jika pada elektroda terdapat


semua pereaksi dan hasil reaksi dari setengah-reaksi elektroda. Contoh elektroda
reversibel adalah logam Zn yang dicelupkan ke dalam larutan yang mengandung Zn2+
(misalnya dari larutan ZnSO4). Ketika elektron keluar dari elektroda ini, setengah
reaksi yang terjadi adalah :

Zn(s) Zn2+(aq) + 2e-

dan sebaliknya jika elektron masuk ke dalam elektroda ini terjadi reaksi yang
sebaliknya:
Zn2+(aq) + 2e- Zn(s)

Tetapi jika elektroda Zn tersebut dicelupkan ke dalam larutan KCl, tidak dapat
terbentuk elektroda yang reversibel karena saat ada elektron keluar dari elektroda
ini terjadi setengah-reaksi :

Zn(s) Zn2+(aq) + 2e-

akan tetapi saat ada elektron yang masuk ke dalam elektroda ini, yang terjadi
adalah setengah-reaksi :

2H2O + 2e- H2 + 2OH-

Laboratorium Kimia
Fisika

Program Studi D3 Teknik


Kimia

FTI-ITS
II-16

BAB II Tinjauan Pustaka

dan bukan reaksi :

Zn2+(aq) + 2e- Zn(s)

karena larutan yang digunakan tidak mengandung Zn2+. Jadi dalam hal ini
kereversibelan memerlukan adanya Zn2+ yang cukup dalam larutan di sekitar
elektroda Zn (Vogel, 1985).

Elektroda Logam-Ion Logam

Pada elektroda ini logam L ada dalam kesetimbangan dengan larutan


yang mengandung ion Lz+. Setengah reaksinya ditulis:

Lz+ + ze- L

Contoh dari elektroda ini diantaranya Cu2+ Cu; Zn2+ Zn, Ag+ Ag, Pb2+ Pb.
Logam-logam yang dapat mengalami reaksi lain dari reaksi setengah-sel yang
diharapkan) tidak dapat digunakan. Jadi logam-logam yang dapat bereaksi dengan
pelarut tidak dapat digunakan. Logam-logam golongan IA dan IIA seperti Na dan
Ca dapat bereaksi dengan air, oleh karena itu tidak dapat digunakan. Seng dapat
bereaksi dengan larutan yang bersifat asam. Logam-logam tertentu perlu diaerasi
dengan N2 atau He untuk mencegah oksidasi logam dengan oksigen yang larut
(kimiaunipa.blogspot.com).

Elektroda Amalgam

Amalgam adalah larutan dari logam dengan cairan Hg. Pada elektroda ini
amalgam dari logam L berkesetimbangan dengan larutan yang mengandung ion
Lz+, dengan reaksi :

Lz+ + ze- L (Hg)


Dalam hal ini raksanya sama sekali tidak terlibat dalam reaksi elektroda. Logam
aktif seperti Na, K, Ca dan sebagainya biasa digunakan dalam elektroda amalgam

(kimiaunipa.blogspot.com).

Elektroda Logam-Garamnya yang Tak Larut

Pada elektrtoda ini logam L kontak dengan garamnya yang sangat sukar
larut (L +X -) dan dengan larutannya yang jenuh dengan garam tersebut serta
mengandung garam yang larut (atau asam) yang mengandung Xz-. Contoh dari
elektroda ini adalah elektroda perak-perak klorida, elektroda kalomel, dan elektroda
timbal-timbal sulfat (Dailami, 2010).

Laboratorium Kimia
Fisika

Program Studi D3 Teknik


Kimia

FTI-
ITS
II-17

BAB II Tinjauan Pustaka

Elektroda Gas

Pada elektroda gas, gas berkesetimbangan dengan ionnya dalam larutan.


Contoh dari elektroda ini adalah elektroda hidrogen dan elektroda klor (Dailami,

2010).

Elektroda Redoks

Sebetulnya semua elektroda melibatkan setengah-reaksi oksidasi reduksi. Tapi


istilah untuk elektroda redoks biasanya hanya digunakan untuk elektroda yang
setengah-reaksi redoksnya melibatkan dua spesi yang ada dalam larutan yang sama.
Contoh dari elektroda ini adalah Pt yang dicelupkan ke dalam larutan yang
mengandung ion-ion Fe2+ dan Fe3+ dengan setengah-reaksi :

Fe3+ + e- Fe
2+

Notasi setengah-selnya adalah Pt Fe3+, Fe2+ yang gambarnya tampak seperti di


bawah. Contoh lainnya adalah Pt MnO4-, Mn2+.
Gambar II.1.3. Elektrode Redoks

(Dailami, 2010).

II.1.10 Hukum-Hukum Faraday Tentang Elektrolisis

Konsep hukum faraday yang digunakan dalam elektrolisis yaitu :

1. Massa suatu zat yang dibebaskan atau diendapkan pada suatu elektrode
sebanding dengan muatan listrik (yaitu banyaknya coulumb) yang melalui
eletrolit.

2. Massa berbagai zat yang dibebaskan atau diendapkan oleh kuantitas listrik yang
sama (yaitu banyaknya coulumb yang sama) sebanding dengan bobot ekuivalen

zat-zat itu.

(L. Rosenberg, 1985).

Laboratorium Kimia
Fisika

Program Studi D3 Teknik


Kimia

FTI-
ITS
II-18

BAB II Tinjauan Pustaka

Kedua hukum ini, yang ditemukan secara empiri oleh faraday lebih dari
setengah abad sebelum penemuan elektron, dapat dikatakan merupakan
konsekuensi sederhana daripada sifat-sifat listrik zat. Dalam setiap peristiwa
elektrolisis terjadi reduksi pada katode untuk mengambil elektron yang mengalir ke
elektrode itu dan oksidasi yang terjadi pada anode, yang memberikan elektron yang
meninggalkan sel elektrolitik itupada elektroda ini. Berdasarkan asas
kesinambungan arus, pembuangan elektron pada katode harus persis sama dengan
elektron yang ditambahkan pada anode. Berdasarkan definisi daripada bobot
ekuivalen dalam reaksi oksidasi-reduksi, banyaknya gram ekuivalen reaksi
elektrode harus sebandingdengan banyaknya muatan yang diangkut ke dalam atau
ke luar sel elektrolitik itu, dan harus sama dengan banyaknya mol elektron yang
diangkut ke dalam rangkaian listrik itu. Tetapan faraday (F) sama dengan muatan
satu mol elektron :

F = 1,602 x10-19 C/elektron) (6,022x1023 elektron/mol) = 9,65x104 C/mol

(L. Rosenberg, 1985).

II.1.11 Voltase, Tahanan dan Hataran

Aliran antara kutub positif dan negatif dari sumber arus lansung
dilengkapi dengan suatu alat elektrolit, maka sejumlah arus listrik yang akan lewat
sangat bergantung pada dua faktor, yaitu :

Gaya gerak listrik (ggl) atau dinamakan electro motif force (e. m. f. ) atau
voltase yang digunakan pada baterai atau sumber arus ion sebagai sumber
arus yang melalui elektrolit.

Tahanan listrik dari elektrolit yang berbanding terbalik dengan arus yang lewat.
Jika tahanan diperbesar maka kuat arus yang ditimbulkan makin kecil, begitulah

sebaliknya. Untuk memulai suatu elektrolisa harus melampaui GGL balik galvanik
atau potensial penguraian Ed. Harga ini dinyatakan dengan Ed= EAnoda - EKatoda
dapat dengan mudah dihitung. Persamaan untuk menentukan potensial yang
diperlukan sebagai berikut :

Edigunakan = Ed + iR + Ekatoda + Eanoda

Dengan Ed = Eanoda - Ekatoda adalah potensial penguraian menurut Nernst.

Laboratorium Kimia
Fisika

Program Studi D3 Teknik


Kimia

FTI-ITS
II-19

BAB II Tinjauan Pustaka

Faktor ini berbanding terbalik dengan tahanan, dimana jika daya


hantarnya bertambah maka arus yang lewat besar.

Berdasarkan Hukum Ohm:

I = V/R

Dimana, I = Arus (Ampere)


E = e.m.f (volt)

R = Tahanan (Ohm)

Berdasarkan penemuan dari Michael Faraday pada tahun 1883 yang dikenal
sebagai hukum Faraday, menetapkan hubungan listik dan kimia dari elektrolit atau
reaksi elektrokimia. Kedua hukum tersebut adalah:

a) Berat logam yang diendapkan pada katoda selama elektrolisis adalah sebanding
dengan jumlah arus listrik yang melalui larutan.

b) Untuk sejumlah arus yang lewat selama elektrolisis, berat logam yang
diendapkan sebanding dengan berat ekivalennya. Berdasarkan kedua hukum
tersebut diatas diperoleh:

A.i.t
W=
Z . 96500

Dimana, W = Berat endapan (gram) I


= Kuat Arus (ampere)
T = Waktu pelapisan (detik)
A = Berat atom
(garam/mol) Z = Valensi

F = Konstanta Faraday (96500 Coloumb)

(Dailami, 2010).

II.1.12 Faktor Yang Mempengaruhi Lapisan

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses electroplating antara lain


adalah: (1) potensial dan arus yang diberikan, (2) suhu, (3) kerapatan arus, (4)
konsentrasi ion, (5) waktu. Harga potensial mempengaruhi jalannya proses
electroplating. Setiap logam mempunyai harga potensial tertentu untuk terjadinya
reduksi di katoda. Besarnya potensial yang diberikan berpengaruh pula pada arus
yang mengalir ke dalam larutan. Suhu sangat penting untuk menyeleksi tepat
tidaknya jalan reaksi dan melindungi pelapisan. Keseimbangan suhu ditentukan
oleh beberapa faktor misalnya jarak antara anoda dan katoda serta arus yang

Laboratorium Kimia
Fisika

Program Studi D3 Teknik


Kimia

FTI-ITS
II-20

BAB II Tinjauan Pustaka

digunakan. Kerapatan arus yang baik adalah arus yang tinggi pada saat arus yang
diperlukan masuk. Berapapun nilai kerapatan arus akan mempengaruhi proses dan
waktu untuk ketebalan lapisan tertentu. Konsentrasi merupakan faktor yang
mempengaruhi struktur deposit. Naiknya konsentrasi logam akan meningkatkan
aktivitas anion yang membantu mobilitas ion. Waktu merupakan faktor yang
mempengaruhi banyaknya logam yang mengendap di katoda. Secara umum
semakin banyak waktu yang digunakan untuk proses electroplating semakin tebal
lapisan pada katoda (Dailami, 2010).

11. Logam Dasar

Digunakan untuk pembuatan elektroda (katoda) atau benda kerja harus


berbentuk batang yang mempunyai penampang melintang bulat atau persegi
(berbentuk pelat). Logam dasar harus bebas dari lemak dan kotoran-kotoran
oksida yang dapat mempengaruhi pelekatan lapisan dan dapat menimbulkan
korosi (Dailami, 2010).

12. Rapat Arus

Pada proses ini jumlah logam yang terdeposisi pada katoda atau yang
lenyap dari anoda. Rapat arus yang timbul dapat mempercepat terjadinya
pengendapan namun hasilnya kasar.di samping itu rapat arus yang tinggi dapat
menyebabkan pelarutan kembali pada lapisan yang terbentuk. Rapat arus yang
rendah menyebabkan pelepaan ion lambat sehingga membutuhkan waktu yang
relatif lama (Dailami, 2010).

13. Konsentrasi Larutan Elektrolit

Pada larutan yang konsentrasinya rendah, proses pelapisan berlangsung


lama dan kemungkinan tidak terjadilapisan. Sebaliknya pada larutan yang
konsentrasinya tinggi, akan menghasilkan lapisan yang melekat kuat tatapi
kemungkinan lapisan yang terjadi kasar (Dailami, 2010).

14. pH Larutan

Larutan yang bersifat netral atau mendekati netral mudah menjadi


larutan yang bersifat basa dipermukaan katoda, sehingga lapisan yang
terbentuk akan tercampur dengan lapisan garam basa atau hidroksida. pH yang
terlalu rendah memudahkan terjadinya reaksi pembentukan gas hidrogen dan

Laboratorium Kimia
Fisika

Program Studi D3 Teknik


Kimia

FTI-
ITS
II-21

BAB II Tinjauan Pustaka

melarutnya kembali lapisan yang terjadi. Nilai potensial (E) untuk elektroda hidrogen
bergantung pada konsentrasi ion hidrogenny (Dailami, 2010).

II-1

Anda mungkin juga menyukai