TINJAUAN PUSTAKA
Pelapisan logam adalah suatu cara yang dilakukan untuk memberikan sifat tertentu
pada suatu permukaan benda kerja, dimana diharapkan benda tersebut akan mengalami
perbaikan baik dalam hal struktur mikro maupun ketahanannya, dan tidak menutup
kemungkinan pula terjadi perbaikan terhadap sifat fisiknya. Pelapisan logam merupakan
bagian akhir dari proses produksi dari suatu produk. Proses tersebut dilakukan setelah
benda kerja mencapai bentuk akhir atau setelah proses pengerjaan mesin serta penghalusan
terhadap permukaan benda kerja yang dilakukan. Dengan demikian, proses pelapisan
termasuk dalam kategori pekerjaan finishing atau sering juga disebut tahap penyelesaian
dari suatu produksi benda kerja ( anonim ).
II-1
II-2
Karena itu, tujuan pelapisan logam tidak luput dari tiga hal, yaitu untuk
meningkatkan sifat teknis/mekanis dari suatu logam, melindungi logam dari korosi,
dan memperindah tampilan (decorative) (Gautama, 2009).
yaitu :
Pada umumnya pelapisan tipis dari logam dan materi anorganik dapat
menyediakan sebuah kendala yang sering terjadi antara logam dengan
lingkungannya. Hal utama dari pelapisan adalah (terlepas dari pengorbanan logam
pelapis seperti zinc) untuk menyelesaikan sebuah kendala secara efektif. Pelapisan
logam diaplikasikan dalam pengendapan logam menggunakan arus listrik (electro
deposition), penyalutan (cladding), penceluban panas (hot dipping), dan
pengendapan logam dengan uap (vapor deposition). Material anorganik
diaplikasikan atau dibentuk oleh pembakaran, difusi atau pengkonversi reaksi
kimia. Penyemprotan (spraying) biasanya dibentuk dari pembakaran pada suhu
yang tinggi. Pelapisan logam biasanya menunjukkan beberapa kemampuan
pembentukan, padahal material anorganik mempunyai sifat yang rapuh. Dari dua
Laboratorium Kimia
Fisika
FTI-ITS
II-3
kasus di atas harus diatasi. Pengeroposan atau pengerusakan lainnya pada logam
bisa disebabkan dari pengerusakan pada bagian dasar logam yang dipercepat
karena dampak dari dua atau lebih logam lainnya. beberapa contoh dari pelapisan
logam yaitu pelapisan logam pada bumper mobil dan hiasan, alat-alat rumah
tangga, pelapisan kaleng dengan timah. Sementara macam-macam dari pelapisan
anorganik dan logam ini meliputi :
3. Penyalutan (Cladding)
Laboratorium Kimia
Fisika
FTI-ITS
II-4
6. Penyebaran (Diffusion)
Laboratorium Kimia
Fisika
FTI-ITS
II-5
(Fontana, 1987).
II.1.3 Elektroplating
Laboratorium Kimia
Fisika
FTI-ITS
II-6
( emperor , 2012 )
( Sugiyarta dkk.,)
Pengaruh konsentrasi larutan dan kuat arus terhadap ketebalan pada proses
pelapisan nikel untuk baja karbon rendah
T = Waktu (detik)
N= Elektron valensi
Laboratorium Kimia
Fisika
FTI-ITS
II-7
Ketebalan teoritis dapat dihitung pula dari substitusi persamaan (1) dan
(3) Efisiensi arus, dinyatakan dalam bentuk prosentase, yaitu perbandingan antara
berat aktual berbanding terbalik dengan berat ideal / teoritisnya[2], secara
matematis dituliskan =
II.1.5 Korosi
Salah satu tujuan plating ialah upaya mencegah korosi. Secara sederhana,
peristiwa korosi disebabkan oleh reaksi logam dengan unsur bukan logam dari
lingkungannya. Produknya biasanya oksida atau garamnya, yang pada gilirannya turut
mempengaruhi jalannya reaksi lanjut. Mengendalikan korosi logam dapat ditempuh
dengan berbagai cara. Reaksi korosi dapat dikelompokkan atas berbagai jenis, akan
tetapi secara umum ada dua macam (sesuai peristiwanya) yakni : penggabungan
langsung logam atau ion logam dengan unsur-unsur bukan logam, serta reaksi
Laboratorium Kimia
Fisika
FTI-ITS
II-8
pelarutan logam (biasanya di lingkungan berair) lalu bergabung dengan bukan logam
mambentuk produk korosi (reaksi penggantian). Reaksi langsung disebut juga korosi
kering, reaksi penggantian disebut korosi basah. Reaksi langsung (korosi kering) termasuk
oksida di udara, reaksi dengan uap belerang, hydrogen sulfide dan kandungan udara kering
lainnya, juga reaksi dengan logam cair misalnya natrium. Reaksi demikian nyata dan
lazim pada suhu relatif tinggi.
berlangsungnya tergantung pada sifat oksida logam, seberapa permeabel dan kuat
ikatannya ke permukaan logam. Korosi adalah reaksi antar logam dan lingkungannya,
karena itu upaya pengubahan lingkungan yang menjadikannya kurang agresif akan
bermanfaat untuk membatasi serangannya terhadap logam. Dalam hal ini ada tiga situasi :
1. Lingkungan berwujud gas. Biasanya yang dimaksudkan disini adalah udara dengan
rentang temperatur -100C hingga +300C. Beberapa metode yang digunakan untuk
mengurangi laju korosi di udara bebas adalah :
2. Bahan terendam di air bebas yang cukup mengandung ion untuk menjadikannya
sebuah elektrolit. Modifikasi terhadap elektrolit meliputi :
b. Mengubah pH;
Laboratorium Kimia
Fisika
FTI-ITS
II-9
d. Mengubah temperatur.
Salah satu metode untuk menentukan laju korosi adalah dengan menghitung berat
per satuan atau kedalaman penetrasi per satuan waktu. Laju korosi ini dapat dinyatakan
dalam inches per year (ipy), mils per year(mpy), milimeter per year (mm/y), micrometer
per year ( m/yr).
W = V x ............... (2.5)
Dengan :
t = V / A .................. (2.6)
A = 2 ( (x.y) + (x.z) + (y.z))
Dengan :
r = t / T.......................... (2.7)
Dengan :
T = Waktu (tahun)
FTI-ITS
II-10
(mm/tahun) digunakan
hati-hati
peralatan
Kita mengenal istilah anoda, katoda, larutan elektrolit. Ketiga istilah tersebut
digunakan seluruh literatur yang berhubungan dengan pelapisan material khususnya
logam, yaitu :
Anoda adalah terminal positif, dihubungkan dengan kutub positif dari sumber arus
listrik. Anoda dalam larutan elektrolit ada yang larut dan ada yang tidak. Anoda
yang tidak larut berfungsi sebagai penghantar arus listrik saja, sedangkan anoda
yang larut berfungsi selain penghantar arus listrik, juga sebagai bahan baku pelapis.
Elektrolit berupa larutan yang molekulnya dapat larut dalam air dan terurai
menjadi partikel-partikel yang bermuatan positf atau negatif.
Laboratorium Kimia
Fisika
FTI-ITS
II-11
Perpindahan ion logam dengan bantuan arus listrik melalui larutan elektrolit
sehinnga ion logam mengendap pada benda padat yang akan dilapisi. Ion logam
diperoleh dari elektrolit maupun berasal dari pelarutan anoda logam di dalam
elektrolit. Pengendapan terjadi pada benda kerja yang berlaku sebagai katoda.
Gambar II.1.2 Skema Proses Electroplating
Laboratorium Kimia
Fisika
FTI-ITS
II-12
Pada Katoda
Pada Anoda
Pembentukan lapisan Nikel
Pembentukan gas oksigen
2+ -
Ni (aq) + 2e Ni (s)
H2O (l) 4H + (aq) + O2 (g) + 4e-
Laboratorium Kimia
Fisika
FTI-ITS
II-13
a) Reaksi antara ion besi(III) dan timah(II) menuju terbentuknyabesi(II) dan timah(IV)
Jika reaksi ini dijalankan dengan hadirnya asam klorida, hilangnya warna kuning
(ciri khas Fe3+) dapat diamati dengan mudah. Dalam reaksi ini Fe3+ direduksi
menjadi Fe2+ dan Sn2+ dioksidasi menjadi Sn4+. Sebenarnya apa yang terjadi
adalah bahwa Sn2+ memberikan elektron-elektron kepada Fe3+ jadi terjadilah serah
terima (transfer) elektron.
b) Sepotong besi (paku misalnya) dibenamkan dalam larutan tembaga sulfat (CuSO4),
paku ini akan tersulut logam tembaga yang merah, sementara itu dapatlah
dibuktikan adanya besi(II) dalam larutan. Reaksi yang berlangsung adalah
Fe + Cu2+ Fe2+ + Cu
Melihat contoh-contoh ini dapat ditarik beberapa kesimpulan umum dan dapatlah
didefinisikan oksidasi dan reduksi dengan cara berikut :
(i) Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatkan hilangnya satu elektron
atau lebih dari dalam zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur
dioksidasi, keadaan oksidasinya berubah ke harga yang lebih positif. Suatu
zat pengoksidasi adalah zat yang memperoleh elektron, dan dalam proses itu
zat itu direduksi. Definisi ini sangat umum, karena itu berlaku juga untuk
proses dalam zat padat, lelehan maupun gas.
(ii) Reduksi sebaliknya adalah suatu proses yang mengakibatkan diperolehnya
satu elektron atau lebih oleh zat (atom, ion, atau molekul). Bila suatu unsur
direduksi, keadaan oksidasi berubah menjadi lebih negatif (kurang positif).
Jadi suatu zat pereduksi adalah zat yang kehilangan elektron, dalam proses itu
zat ini dioksidasi. Definisi reduksi ini juga sangat umum dan berlaku juga
(Vogel, 1985).
Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari aspek elektronik dari reaksi kimia.
Elemen yang digunakan dalam reaksi elektrokimia dikarakterisasikan dengan
Laboratorium Kimia
Fisika
FTI-ITS
II-14
banyaknya elektron yang dimiliki. Elektrokimia secara umum terbagi dalam dua
kelompok, yaitu sel galvani dan sel elektrolisis (wikipedia.org).
Sel Elektrolisis
Meliputi jenis elektroda, jenis elektrolit yang kontak dengan elektroda tersebut
termasuk konsentrasi ion-ionnya, anoda dan katodanya serta pereaksi dan hasil reaksi
setiap setengah-sel. Setengah sel anoda dituliskan terlebih dahulu, diikuti dengan
setengah sel katoda. Satu garis vertikal menggambarkan batas fasa. Garis vertikal
putus-putus sering digunakan untuk menyatakan batas antara dua cairan yang misibel.
Dua spesi yang ada dalam fasa yang sama dipisahkan dengan tanda koma. Garis
vertikal rangkap dua digunakan untuk menyatakan adanya jembatan garam. Untuk
larutan, konsentrasinya dinyatakan di dalam tanda kurung setelah penulisan rumus
kimianya. Sebagai contoh:
Karena yang dituliskan terlebih dulu (elektroda sebelah kiri) dalam notasi tersebut
adalah anoda, maka reaksi yang terjadi pada elektroda sebelah kiri adalah oksidasi dan
elektroda yang ditulis berikutnya (elektroda kanan) adalah katoda maka reaksi yang
terjadi pada elektroda kanan adalah reaksi reduksi. Untuk sel dengan notasi :
(Dailami, 2010).
Elektroda
Elektroda merupakan kutub atau lempeng pada suatu sel elektrolitik ketika arus
listrik memasuki atau meninggalkan sel. Elektroda dimana proses reduksi berlangsung
disebut sebagai katoda yang merupakan kutub negatif (penarik elektron), sedangkan
elektron dimana proses oksidasi berlandsung disebut anoda yang merupakan kutub
positif (pelepas elektron). Anoda biasanya terkorosi dengan melepaskan elektron-
elektron dari atom-atom logam netral untuk membentuk ion-ion bersangkutan.
Berbagai anoda dipergunakan pada electroplating. Ada anoda inert, ada anoda aktif
(terkorosi). Anoda dapat merupakan logam murni, dapat pula sebagai alloy. Katoda
biasanya tidak mengalami korosi, walaupun mungkin menderita kerusakan dalam
kondisi-kondisi tertentu. Dalam larutan, ion-ion positif bergerak ke katoda dan ion-ion
negatif bergerak ke anoda. Adapun logam yang biasa digunakan sebagai elektroda
adalah logam yang tidak larut dalam larutan elektrolit yang digunakan sebagai pelapis
(Dailami, 2010).
dan sebaliknya jika elektron masuk ke dalam elektroda ini terjadi reaksi yang
sebaliknya:
Zn2+(aq) + 2e- Zn(s)
Tetapi jika elektroda Zn tersebut dicelupkan ke dalam larutan KCl, tidak dapat
terbentuk elektroda yang reversibel karena saat ada elektron keluar dari elektroda
ini terjadi setengah-reaksi :
akan tetapi saat ada elektron yang masuk ke dalam elektroda ini, yang terjadi
adalah setengah-reaksi :
Laboratorium Kimia
Fisika
FTI-ITS
II-16
karena larutan yang digunakan tidak mengandung Zn2+. Jadi dalam hal ini
kereversibelan memerlukan adanya Zn2+ yang cukup dalam larutan di sekitar
elektroda Zn (Vogel, 1985).
Lz+ + ze- L
Contoh dari elektroda ini diantaranya Cu2+ Cu; Zn2+ Zn, Ag+ Ag, Pb2+ Pb.
Logam-logam yang dapat mengalami reaksi lain dari reaksi setengah-sel yang
diharapkan) tidak dapat digunakan. Jadi logam-logam yang dapat bereaksi dengan
pelarut tidak dapat digunakan. Logam-logam golongan IA dan IIA seperti Na dan
Ca dapat bereaksi dengan air, oleh karena itu tidak dapat digunakan. Seng dapat
bereaksi dengan larutan yang bersifat asam. Logam-logam tertentu perlu diaerasi
dengan N2 atau He untuk mencegah oksidasi logam dengan oksigen yang larut
(kimiaunipa.blogspot.com).
Elektroda Amalgam
Amalgam adalah larutan dari logam dengan cairan Hg. Pada elektroda ini
amalgam dari logam L berkesetimbangan dengan larutan yang mengandung ion
Lz+, dengan reaksi :
(kimiaunipa.blogspot.com).
Pada elektrtoda ini logam L kontak dengan garamnya yang sangat sukar
larut (L +X -) dan dengan larutannya yang jenuh dengan garam tersebut serta
mengandung garam yang larut (atau asam) yang mengandung Xz-. Contoh dari
elektroda ini adalah elektroda perak-perak klorida, elektroda kalomel, dan elektroda
timbal-timbal sulfat (Dailami, 2010).
Laboratorium Kimia
Fisika
FTI-
ITS
II-17
Elektroda Gas
2010).
Elektroda Redoks
Fe3+ + e- Fe
2+
(Dailami, 2010).
1. Massa suatu zat yang dibebaskan atau diendapkan pada suatu elektrode
sebanding dengan muatan listrik (yaitu banyaknya coulumb) yang melalui
eletrolit.
2. Massa berbagai zat yang dibebaskan atau diendapkan oleh kuantitas listrik yang
sama (yaitu banyaknya coulumb yang sama) sebanding dengan bobot ekuivalen
zat-zat itu.
Laboratorium Kimia
Fisika
FTI-
ITS
II-18
Kedua hukum ini, yang ditemukan secara empiri oleh faraday lebih dari
setengah abad sebelum penemuan elektron, dapat dikatakan merupakan
konsekuensi sederhana daripada sifat-sifat listrik zat. Dalam setiap peristiwa
elektrolisis terjadi reduksi pada katode untuk mengambil elektron yang mengalir ke
elektrode itu dan oksidasi yang terjadi pada anode, yang memberikan elektron yang
meninggalkan sel elektrolitik itupada elektroda ini. Berdasarkan asas
kesinambungan arus, pembuangan elektron pada katode harus persis sama dengan
elektron yang ditambahkan pada anode. Berdasarkan definisi daripada bobot
ekuivalen dalam reaksi oksidasi-reduksi, banyaknya gram ekuivalen reaksi
elektrode harus sebandingdengan banyaknya muatan yang diangkut ke dalam atau
ke luar sel elektrolitik itu, dan harus sama dengan banyaknya mol elektron yang
diangkut ke dalam rangkaian listrik itu. Tetapan faraday (F) sama dengan muatan
satu mol elektron :
Aliran antara kutub positif dan negatif dari sumber arus lansung
dilengkapi dengan suatu alat elektrolit, maka sejumlah arus listrik yang akan lewat
sangat bergantung pada dua faktor, yaitu :
Gaya gerak listrik (ggl) atau dinamakan electro motif force (e. m. f. ) atau
voltase yang digunakan pada baterai atau sumber arus ion sebagai sumber
arus yang melalui elektrolit.
Tahanan listrik dari elektrolit yang berbanding terbalik dengan arus yang lewat.
Jika tahanan diperbesar maka kuat arus yang ditimbulkan makin kecil, begitulah
sebaliknya. Untuk memulai suatu elektrolisa harus melampaui GGL balik galvanik
atau potensial penguraian Ed. Harga ini dinyatakan dengan Ed= EAnoda - EKatoda
dapat dengan mudah dihitung. Persamaan untuk menentukan potensial yang
diperlukan sebagai berikut :
Laboratorium Kimia
Fisika
FTI-ITS
II-19
I = V/R
R = Tahanan (Ohm)
Berdasarkan penemuan dari Michael Faraday pada tahun 1883 yang dikenal
sebagai hukum Faraday, menetapkan hubungan listik dan kimia dari elektrolit atau
reaksi elektrokimia. Kedua hukum tersebut adalah:
a) Berat logam yang diendapkan pada katoda selama elektrolisis adalah sebanding
dengan jumlah arus listrik yang melalui larutan.
b) Untuk sejumlah arus yang lewat selama elektrolisis, berat logam yang
diendapkan sebanding dengan berat ekivalennya. Berdasarkan kedua hukum
tersebut diatas diperoleh:
A.i.t
W=
Z . 96500
(Dailami, 2010).
Laboratorium Kimia
Fisika
FTI-ITS
II-20
digunakan. Kerapatan arus yang baik adalah arus yang tinggi pada saat arus yang
diperlukan masuk. Berapapun nilai kerapatan arus akan mempengaruhi proses dan
waktu untuk ketebalan lapisan tertentu. Konsentrasi merupakan faktor yang
mempengaruhi struktur deposit. Naiknya konsentrasi logam akan meningkatkan
aktivitas anion yang membantu mobilitas ion. Waktu merupakan faktor yang
mempengaruhi banyaknya logam yang mengendap di katoda. Secara umum
semakin banyak waktu yang digunakan untuk proses electroplating semakin tebal
lapisan pada katoda (Dailami, 2010).
Pada proses ini jumlah logam yang terdeposisi pada katoda atau yang
lenyap dari anoda. Rapat arus yang timbul dapat mempercepat terjadinya
pengendapan namun hasilnya kasar.di samping itu rapat arus yang tinggi dapat
menyebabkan pelarutan kembali pada lapisan yang terbentuk. Rapat arus yang
rendah menyebabkan pelepaan ion lambat sehingga membutuhkan waktu yang
relatif lama (Dailami, 2010).
14. pH Larutan
Laboratorium Kimia
Fisika
FTI-
ITS
II-21
melarutnya kembali lapisan yang terjadi. Nilai potensial (E) untuk elektroda hidrogen
bergantung pada konsentrasi ion hidrogenny (Dailami, 2010).
II-1