TINJAUAN PUSTAKA
3. Penyalutan (Cladding)
Proses ini melibatkan sebuah sebuah lapisan permukaan dari beberapa lembar
logam yang biasanya diletakkan oleh penggelinding pada dua lembar logam yang
diletakkan secara bersama-sama pada benda yang akan dilapisi (Tony,1987)..
6. Penyebaran (Diffusion)
Pelapisan dengan metode penyebaran melibatkan pemanasan pada bentukan
alloy yang kemudian dipanasakan dan disebarkan dari satu alloy ke permukaan logam
lainnya yang akan dilapisi (Tony,1987)..
II.1.3 Elektroplating
Elektroplating Pelapisan logam adalah suatu cara yang dilakukan untuk
memberikan sifat tertentu pada suatu permukaan benda kerja dimana diharapkan benda
tersebut akan mengalami perbaikan maupun ketahanannya serta tidak menutup
kemungkinan pula terjadi perbaikan terhadap sifat fisiknya. Adapun macam-macam
pelapisan logam menurut tujuannya antara lain untuk dekoratif, protektif dan untuk
mendapatkan sifat khusus pada permukaan. Adapun pelapisan logam ditinjau dari sifat
elektrokimia bahan pelapisnya, dapat di kategorikan sebagai pelapisan anodik dan
pelapisan katodik.Pelapisan anodik dimana potensial listrik logam pelapis lebih anodik
terhadap logam dasar/subtrat, sedangkan pelapisan katodik merupakan pelapisan
dimana potensial listrik logam pelapis lebih katodik terhadap subtratnya.Keunggulan
dari pelapisan anodik adalah sifat logam pelapis melindungi logam yang dilapisi,
sementara itu pada pelapisan katodik lebih cocok digunakan pada pelapisan untuk
tujuan dekoratif.Dalam perlindungan katodik, obyek yang dilindungi adalah katoda,
tetapi dalam perlindungan anodik, obyek yang dilindungi adalah anoda (Soekardjo,
1985).
Dalam teknologi pengerjaan logam, proses electroplating dikategorikan sebagai
proses pengerjaan akhir (metal finishing). Secara sederhana, electroplating dapat
diartikan sebagai proses pelapisan logam, dengan menggunakan bantuan arus listrik dan
senyawa kimia tertentu guna memindahkan partikel logam pelapis ke material yang
hendak dilapis.Pelapisan logam dapat berupa lapis seng (zink), galvanis, perak, emas,
brass, tembaga, nikel dan krom. Penggunaan lapisan tersebut disesuaikan dengan
kebutuhan dan kegunaan masing-masing material (Soekardjo, 1985).
Perbedaan utama dari pelapisan tersebut selain anoda yang digunakan,
adalah larutan elektrolisisnya. Dalam penelitian yang baru belakangan ini (tahun 2004),
dilakukan oleh Tadashi Doi dan Kazunari Mizumoto, mereka menemukan larutan baru
(elektrolisis) yang dinamakan larutan citrate ( kekerasan deposit mencapai 440 VHN)
(Soekardjo, 1985).
Proses electroplating mengubah sifat fisik, mekanik, dan sifat teknologi suatu
material.Salah satu contoh perubahan fisik ketika material dilapis dengan nikel adalah
bertambahnya daya tahan material tersebut terhadap korosi, serta bertambahnya
kapasitas konduktifitasnya.Adapun dalam sifat mekanik, terjadi perubahan kekuatan
tarik maupun tekan dari suatu material sesudah mengalami pelapisan dibandingkan
sebelumnya.Karena itu, tujuan pelapisan logam tidak luput dari tiga hal, yaitu untuk
meningkatkan sifat teknis/mekanis dari suatu logam, yang kedua melindungi logam dari
korosi, dan ketiga memperindah tampilan (decorative) (Gautama, 2009).
Dari hukum Faraday bahwa pada elektrolit zat yang diendapkan berbanding
lurus dengan waktu dan arus listrik. Berat logam yang diendapkan, dapat ditulis sebagai
berikut :
(1) dimana : W = Berat logam yang diendapkan (gr) Ma= Massa atom (gr)
I = Arus listrik (Amp)
Pengaruh konsentrasi larutan dan kuat arus terhadap ketebalan pada proses pelapisan
nikel untuk baja karbon rendah
T = Waktu (detik) N= Elektron valensi
F= Bilangan Faraday (96.500)
Secara matematis ketebalan lapisan yang terbentuk, menurut lowenheim dirumuskan
sebagai berikut :
II.1.5 Korosi
Salah satu tujuan plating ialah upaya mencegah korosi. Secara sederhana,
peristiwa korosi disebabkan oleh reaksi logam dengan unsur bukan logam dari
lingkungannya. Produknya biasanya oksida atau garamnya, yang pada gilirannya turut
mempengaruhi jalannya reaksi lanjut. Mengendalikan korosi logam dapat ditempuh
dengan berbagai cara. Reaksi korosi dapat dikelompokkan atas berbagai jenis, akan
tetapi secara umum ada dua macam (sesuai peristiwanya) yakni : penggabungan
langsung logam atau ion logam dengan unsur-unsur bukan logam, serta reaksi pelarutan
logam (biasanya di lingkungan berair) lalu bergabung dengan bukan logam mambentuk
produk korosi (reaksi penggantian). Reaksi langsung disebut juga korosi kering, reaksi
penggantian disebut korosi basah. Reaksi langsung (korosi kering) termasuk oksida di
udara, reaksi dengan uap belerang, hydrogen sulfide dan kandungan udara kering
lainnya, juga reaksi dengan logam cair misalnya natrium. Reaksi demikian nyata dan
lazim pada suhu relatif tinggi (Lando, 1989).
Oksidasi logam sekilas tak tampak melibatkan mekanisme elektrokimia, akan
tetapi sebenarnya bentuk korosi itupun tergantung pada mekanisme pertukaran elektron
dengan gejala arus listrik pula. Secara sederhana, oksigen molekul terserap ke
permukaan logam. Lalu mengurai menjadi atom dan mengion. Logamnya juga
mengion. Ion logam dan oksida bergabung, membentuk lapisan awal oksidanya. Ion
logam terus terbentuk dipermukaan, elektron berdifusi lewat lapisan oksida,
mengionkan oksigen di permukaan. Ion oksida berdifusi ke lapisan oksida dan bereaksi
dengan ion logam. Lapisan oksida makin tebal. Dapat pula logam yang mengion dan
berdifusi ke permukaan, hasilnya serupa. Korosi demikian berlangsungnya tergantung
pada sifat oksida logam, seberapa permeabel dan kuat ikatannya ke permukaan logam.
Korosi adalah reaksi antar logam dan lingkungannya, karena itu upaya pengubahan
lingkungan yang menjadikannya kurang agresif akan bermanfaat untuk membatasi
serangannya terhadap logam. Dalam hal ini ada tiga situasi:
1. Lingkungan berwujud gas. Biasanya yang dimaksudkan disini adalah udara dengan
rentang temperatur -100C hingga +300C. Beberapa metode yang digunakan untuk
mengurangi laju korosi di udara bebas adalah :
a. Menurunkan kelembaban relatif;
b. Menghilangkan komponen-komponen mudah menguap yang dihasilkan oleh
bahan-bahan di sekitar;
c. Mengubah temperatur;
d. Menghilangkan kotoran-kotoran (termasuk partikel-partikel padat yang abrasif),
endapan-endapan yang akan membentuk katoda dan ion-ion agresif.
2. Bahan terendam di air bebas yang cukup mengandung ion untuk menjadikannya
sebuah elektrolit. Modifikasi terhadap elektrolit meliputi :
a. Menurunkan konduktivitas ionik;
b. Mengubah pH;
c. Secara homogen mengurangi kandungan oksigen;
d. Mengubah temperatur.
3. Logam terkubur dalam tanah dan mineral-mineral yang terlarut membentuk
elektrolit. Pengendalian biasanya melalui proteksi katodik atau pelapisan permukaan,
tetapi lingkungan tersebut dapat dibuat kurang agresif dengan mengganti tanah urugan
yang tidak menahan air, mengendalikan pH dan mengubah konduktivitasnya.
Perhitungan laju korosi adalah sebagai berikut :
Salah satu metode untuk menentukan laju korosi adalah dengan menghitung berat per
satuan atau kedalaman penetrasi per satuan waktu. Laju korosi ini dapat dinyatakan
dalam inches per year (ipy), mils per year(mpy), milimeter per year (mm/y), micrometer
per year ( m/yr).
Kehilangan berat = (kehilangan volume spesimen) x (berat jenis spesimen)
W = V x ............... (2.5)
Dengan :
W = Kehilangan berat spesimen (gr)
V = Kehilangan volume spesimen (mm3)
= Berat jenis spesimen (gr/cm3)
Sedangkan kedalaman penetrasi pada permukaan logam yaitu:
t = V / A .................. (2.6)
A = 2 ( (x.y) + (x.z) + (y.z))
Dengan :
t = Kedalaman penetrasi (mm)
V = Kehilangan volume spesimen (mm3 ) A = Luas daerah yang terendam (mm2 )
x = Panjang permukaan yang terendam (mm)
y = Lebar permukaan yang terendam (mm)
z = Tebal permukaan yang terendam (mm)
Jadi laju korosi yang terjadi adalah sebagai berikut :
r = t / T.......................... (2.7)
Dengan :