Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori


II.1.1 Pengertian Pelapisan Logam (Electroplating)

Gambar II.1 Pelapisan Logam


Pelapisan logam adalah suatu cara yang dilakukan untuk memberikan sifat
tertentu pada suatu permukaan benda kerja, dimana diharapkan benda tersebut akan
mengalami perbaikan baik dalam hal struktur mikro maupun ketahanannya, dan tidak
menutup kemungkinan pula terjadi perbaikan terhadap sifat fisiknya. Pelapisan logam
merupakan bagian akhir dari proses produksi dari suatu produk. Proses tersebut
dilakukan setelah benda kerja mencapai bentuk akhir atau setelah proses pengerjaan
mesin serta penghalusan terhadap permukaan benda kerja yang dilakukan. Dengan
demikian, proses pelapisan termasuk dalam kategori pekerjaan finishing atau sering
juga disebut tahap penyelesaian dari suatu produksi benda kerja (Gautama, 2009).
Pelapisan secara listrik electroplating adalah elektro deposisi pelapisan (coating)
logam melekat ke elektroda untuk menjaga substrat dengan memberikan permukaan
dengan sifat dan dimensi berbeda dari pada logam basisnya tersebut, sedangkan
pengertian electroplating yang lain adalah suatu proses pengerjaan permukaan material
baik logam maupun bukan logam dan upaya meningkatkan sifat-sifat material tersebut.
Sifat-sifat yang akan ditingkatkan adalah penggabungan sifat-sifat seperti berikut :
a. Daya tahan korosi (corrosion resistence)
b. Tampak rupa (appearance)
II-1
Bab II Tinjauan Pustaka

c. Daya tahan gores atau aus (abrasion resistence)


d. Harga atau nilai (value)
e. Mampu solder (solderability)
f. Karet pengikat (bonding of rubber)
g. Daya kontak listrik (electrcal contact resistence)
h. Mampu pantul atau bias cahaya (reflectivity)
i. Penyebaran rintangan (diffusion barrier)
j. Mampu sikat kawat (wive bondability)
k. Daya tahan temperatur tinggi (high temperature resistence)
Dalam teknologi pengerjaan logam, proses electroplating dikategorikan sebagai proses
pengerjaan akhir (metal finishing). Secara sederhana, electroplating dapat diartikan
sebagai proses pelapisan logam, dengan menggunakan bantuan arus listrik dan senyawa
kimia tertentu guna memindahkan partikel logam pelapis ke material yang hendak
dilapisi. Pelapisan logam dapat berupa lapis seng (zink), galvanis, perak, emas, brass,
tembaga, nikel dan krom. Penggunaan lapisan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan
dan kegunaan masing-masing material. Perbedaan utama dari pelapisan tersebut selain
anoda yang digunakan, adalah larutan elektrolisisnya. Proses electroplating mengubah
sifat fisik, mekanik, dan sifat teknologi suatu material. Salah satu contoh perubahan
fisik ketika material dilapis dengan nikel adalah bertambahnya daya tahan material
tersebut terhadap korosi, serta bertambahnya kapasitas konduktifitasnya. Adapun dalam
sifat mekanik, terjadi perubahan kekuatan tarik maupun tekan dari suatu material
sesudah mengalami pelapisan dibandingkan sebelumnya (Gautama, 2009).
Karena itu, tujuan pelapisan logam tidak luput dari tiga hal, yaitu untuk meningkatkan
sifat teknis/mekanis dari suatu logam, melindungi logam dari korosi, dan memperindah
tampilan (decorative) (Gautama, 2009).

II.1.2 Macam-Macam Pelapisan Logam


Berdasarkan Fontana (1987 : 301-312) macam-macam pelapisan logam ada dua yaitu :
a) Pelapisan Anorganik dan Logam.
Pada umumnya pelapisan tipis dari logam dan materi anorganik dapat
menyediakan sebuah kendala yang sering terjadi antara logam dengan lingkungannya.
Hal utama dari pelapisan adalah (terlepas dari pengorbanan logam pelapis seperti zinc)
untuk menyelesaikan sebuah kendala secara efektif. Pelapisan logam diaplikasikan

Laboratorium Dasar-Dasar Kimia Fisika II-2


Departemen Teknik Kimia Industri
FV - ITS
Bab II Tinjauan Pustaka

dalam pengendapan logam menggunakan arus listrik (electro deposition), penyalutan


(cladding), penceluban panas (hot dipping), dan pengendapan logam dengan uap (vapor
deposition). Material anorganik diaplikasikan atau dibentuk oleh pembakaran, difusi
atau pengkonversi reaksi kimia. Penyemprotan (spraying) biasanya dibentuk dari
pembakaran pada suhu yang tinggi. Pelapisan logam biasanya menunjukkan beberapa
kemampuan pembentukan, padahal material anorganik mempunyai sifat yang rapuh.
Dari dua kasus di atas harus diatasi. Pengeroposan atau pengerusakan lainnya pada
logam bisa disebabkan dari pengerusakan pada bagian dasar logam yang dipercepat
karena dampak dari dua atau lebih logam lainnya. beberapa contoh dari pelapisan logam
yaitu pelapisan logam pada bumper mobil dan hiasan, alat-alat rumah tangga, pelapisan
kaleng dengan timah. Sementara macam-macam dari pelapisan anorganik dan logam ini
meliputi :

1. Pelapisan Logam (Electrodeposition)


Electrodeposition disebut juga electroplapting. Electroplating adalah pelapisan
logam dengan cara pengendapan logam lainnya ke logam seabagai pelapis logam
tersebut dengan menggunakan aliran arus listrik. Proses ini dikenal juga dengan istilah
elektrolisis. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengendapan logam pada
electroplating yaitu suhu, aliran arus listrik, waktu dan kadar dari palarut yang
digunakan pada electroplating. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pelapisan
logam tersebut dapat diatur untuk mengahsilkan pelapisan logam yang tebal, tipis, lunak
atau tajam. Pada pelapisan yang keras digunakan untuk mencegah erosi korosi. Pada
pelapisan dapat digunakan logam tunggal, beberapa campuran logam atau beberapa
komposisi aloy, misalnya campuran pada pelapisan bemper mobil, mempunyai sebuah
lapisan utama berupa tembaga pada permukaannya, kapisan nickel pada bagian
tengahnya dan pada bagian atasnya terlapisi logam krom yang tipis. Seng, nikel, timah
dan kadmium pada pelapisan logam diatas untuk mendapatkan hasil pelapisan yang
kuat. Pelapis berupa emas, perak dan platina adalah sering digunakan. Pada umumnya
dari beberapa logam bisa diaplikasikan dengan electroplating atau pelapisan logam
dengan menggunaka sumber arus listrik(Tony,1987).

Laboratorium Dasar-Dasar Kimia Fisika II-3


Departemen Teknik Kimia Industri
FV - ITS
Bab II Tinjauan Pustaka

2. Pengalasan (Flame Spraying)


Proses ini dikenal juga dengan istilah metallizing, dimana bijih logam dipanasi
dengan apai atau dijadikan bubuk kemudian diluruhkan dengan api sehingga logam
berubah menjadi cairan logam (liquid) dan disemprotkan pada permukaan logam yang
akan dilapisi (Tony,1987)..

3. Penyalutan (Cladding)
Proses ini melibatkan sebuah sebuah lapisan permukaan dari beberapa lembar
logam yang biasanya diletakkan oleh penggelinding pada dua lembar logam yang
diletakkan secara bersama-sama pada benda yang akan dilapisi (Tony,1987)..

4. Pecelupan (Hot Dipping)


Pencelupan dengan cairan logam panas diaplikasikan kepada logam yang
dicelupkan pada penampungan yang berisi leburan logam yang teridiri dari berbagai
campuran leburan logam lainnya, misal seng, timah, timah hitam dan aluminium. Hot
Dipping merupakan salah satu metode pelapisan logam yang paling tua dan pelapisan
seng adalah salah satu contohnya (Tony,1987)..

5. Pengendapan dengan metode uap (Vapor Deposition)


Proses ini dilakukan pada ruangan hampa dengan uap temperatur tinggi. Pelapis
logam diupakan oleh pemanas elektrik dan pelapis logam akan diendapkan pada bagian
yang akan dialpisi, metode pelapisan mengahbiskan biaya yang lebuh mahal daripada
metode pelapisan logam yang lainnya. contoh dari pelapisan jenis ini biasanya
digunakan pada pelapisan bagian dari kerangka roket (Tony,1987)..

6. Penyebaran (Diffusion)
Pelapisan dengan metode penyebaran melibatkan pemanasan pada bentukan
alloy yang kemudian dipanasakan dan disebarkan dari satu alloy ke permukaan logam
lainnya yang akan dilapisi (Tony,1987)..

7. Reaksi Kimia (Chemical Conversion)


Pelapisan logam melalui reaksi kimia dilakukan untuk menghindari dari
perkaratan corroding pada sebuah permukaan logam (Tony,1987)..

Laboratorium Dasar-Dasar Kimia Fisika II-4


Departemen Teknik Kimia Industri
FV - ITS
Bab II Tinjauan Pustaka

8. Modifikasi Permukaan (Surface Modification)


Perlakuaan pada permukaan logam untuk pelapisan logam membutuhkan energi
langsung guna meningkatkan daya tahan logam tersebut. misalnya saja ingin melapisi
logam dengan alloy atau chrom sehingga tahan karat (Tony,1987)..

9. Penanaman Ion (Ion Implantation)


Pengaplikasian penanaman ion pada permukaan logam untuk memodifikasi
permukaan logam agar tahan karat (Fontana, 1987).

10. Pelapisan Organik


Pelapisan jenis ini melibatkan beberapa subtrat alami dan lingkungan.
pengecatan (paints), pernis (varnishes), pemberian pernis (lacquers) dan pelapisan yang
sejenis untuk melindungi logam dan pencegahan terhadap korosi. Permukaan pada
bagian luar yang dilapisi sering kita jumpai, tapi pelapisan pada bagian dalam sering
juga kita gunakan. Salah satu jenis pelapisan organik yang sering digunakan yaitu
pengecatan. Proses pengecatan dapat mencegah prose korosi (Fontana, 1987).

II.1.3 Elektroplating
Elektroplating Pelapisan logam adalah suatu cara yang dilakukan untuk
memberikan sifat tertentu pada suatu permukaan benda kerja dimana diharapkan benda
tersebut akan mengalami perbaikan maupun ketahanannya serta tidak menutup
kemungkinan pula terjadi perbaikan terhadap sifat fisiknya. Adapun macam-macam
pelapisan logam menurut tujuannya antara lain untuk dekoratif, protektif dan untuk
mendapatkan sifat khusus pada permukaan. Adapun pelapisan logam ditinjau dari sifat
elektrokimia bahan pelapisnya, dapat di kategorikan sebagai pelapisan anodik dan
pelapisan katodik.Pelapisan anodik dimana potensial listrik logam pelapis lebih anodik
terhadap logam dasar/subtrat, sedangkan pelapisan katodik merupakan pelapisan
dimana potensial listrik logam pelapis lebih katodik terhadap subtratnya.Keunggulan
dari pelapisan anodik adalah sifat logam pelapis melindungi logam yang dilapisi,
sementara itu pada pelapisan katodik lebih cocok digunakan pada pelapisan untuk
tujuan dekoratif.Dalam perlindungan katodik, obyek yang dilindungi adalah katoda,

Laboratorium Dasar-Dasar Kimia Fisika II-5


Departemen Teknik Kimia Industri
FV - ITS
Bab II Tinjauan Pustaka

tetapi dalam perlindungan anodik, obyek yang dilindungi adalah anoda (Soekardjo,
1985).
Dalam teknologi pengerjaan logam, proses electroplating dikategorikan sebagai
proses pengerjaan akhir (metal finishing). Secara sederhana, electroplating dapat
diartikan sebagai proses pelapisan logam, dengan menggunakan bantuan arus listrik dan
senyawa kimia tertentu guna memindahkan partikel logam pelapis ke material yang
hendak dilapis.Pelapisan logam dapat berupa lapis seng (zink), galvanis, perak, emas,
brass, tembaga, nikel dan krom. Penggunaan lapisan tersebut disesuaikan dengan
kebutuhan dan kegunaan masing-masing material (Soekardjo, 1985).
Perbedaan utama dari pelapisan tersebut selain anoda yang digunakan,
adalah larutan elektrolisisnya. Dalam penelitian yang baru belakangan ini (tahun 2004),
dilakukan oleh Tadashi Doi dan Kazunari Mizumoto, mereka menemukan larutan baru
(elektrolisis) yang dinamakan larutan citrate ( kekerasan deposit mencapai 440 VHN)
(Soekardjo, 1985).
Proses electroplating mengubah sifat fisik, mekanik, dan sifat teknologi suatu
material.Salah satu contoh perubahan fisik ketika material dilapis dengan nikel adalah
bertambahnya daya tahan material tersebut terhadap korosi, serta bertambahnya
kapasitas konduktifitasnya.Adapun dalam sifat mekanik, terjadi perubahan kekuatan
tarik maupun tekan dari suatu material sesudah mengalami pelapisan dibandingkan
sebelumnya.Karena itu, tujuan pelapisan logam tidak luput dari tiga hal, yaitu untuk
meningkatkan sifat teknis/mekanis dari suatu logam, yang kedua melindungi logam dari
korosi, dan ketiga memperindah tampilan (decorative) (Gautama, 2009).
Dari hukum Faraday bahwa pada elektrolit zat yang diendapkan berbanding
lurus dengan waktu dan arus listrik. Berat logam yang diendapkan, dapat ditulis sebagai
berikut :
(1) dimana : W = Berat logam yang diendapkan (gr) Ma= Massa atom (gr)
I = Arus listrik (Amp)
Pengaruh konsentrasi larutan dan kuat arus terhadap ketebalan pada proses pelapisan
nikel untuk baja karbon rendah
T = Waktu (detik) N= Elektron valensi
F= Bilangan Faraday (96.500)
Secara matematis ketebalan lapisan yang terbentuk, menurut lowenheim dirumuskan
sebagai berikut :

Laboratorium Dasar-Dasar Kimia Fisika II-6


Departemen Teknik Kimia Industri
FV - ITS
Bab II Tinjauan Pustaka

(2) dimana : = Tebal lapisan terbentuk (cm)


W = Berat lapisan yang terbentuk (gr) =Massa jenis pelapis (gr/cm3)
A = Luas permukaan setelah dilapis (cm2)
Ketebalan teoritis dapat dihitung pula dari substitusi persamaan (1) dan
(2) yang dapat dituliskan sebagai berikut :
(3) Efisiensi arus, dinyatakan dalam bentuk prosentase, yaitu perbandingan antara
berat aktual berbanding terbalik dengan berat ideal / teoritisnya[2], secara matematis
dituliskan =
4) dimana : Wakt = Berat hasil penimbangan
(gr) Wteoritis = Berat teoritis (gr)
(Soekardjo, 1985).

II.1.4 Fungsi Elektroplating


Dalam teknologi pengerjaan logam, proses lapis listrik termasuk ke dalam
proses pengerjaan akhir (metal finishing). Adapun fungsi dan tujuan dari pelapisan
logam adalah sebagai berikut :
1. Memperbaiki tampak rupa (dekoratif) misalnya ; pelapisan emas, perak,
kuningan, dan tembaga.
2. Melindungi logam dan dekorasi, yaitu :
- Melindungi logam dasar dengan logam yang lebih mulia, misalnya ; pelapisan platina,
emas dan baja.
- Melindungi logam dasar dengan yang kurang mulia, misalnya ; pelapisan seng dan
baja.
3. Meningkatkan ketahanan produk terhadap gesekan (abrasi), misalnya ; pelapisan
krom keras.
4. Memperbaiki kehalusan /bentuk permukaan toleransi logam dasar misalnya ;
pelapisan nikel, krom dan lain sebagainya.
5. Elektroforming, yaitu ; membentuk benda kerja dengan cara endapan
(Soekardjo, 1985).

II.1.5 Korosi
Salah satu tujuan plating ialah upaya mencegah korosi. Secara sederhana,
peristiwa korosi disebabkan oleh reaksi logam dengan unsur bukan logam dari

Laboratorium Dasar-Dasar Kimia Fisika II-7


Departemen Teknik Kimia Industri
FV - ITS
Bab II Tinjauan Pustaka

lingkungannya. Produknya biasanya oksida atau garamnya, yang pada gilirannya turut
mempengaruhi jalannya reaksi lanjut. Mengendalikan korosi logam dapat ditempuh
dengan berbagai cara. Reaksi korosi dapat dikelompokkan atas berbagai jenis, akan
tetapi secara umum ada dua macam (sesuai peristiwanya) yakni : penggabungan
langsung logam atau ion logam dengan unsur-unsur bukan logam, serta reaksi pelarutan
logam (biasanya di lingkungan berair) lalu bergabung dengan bukan logam mambentuk
produk korosi (reaksi penggantian). Reaksi langsung disebut juga korosi kering, reaksi
penggantian disebut korosi basah. Reaksi langsung (korosi kering) termasuk oksida di
udara, reaksi dengan uap belerang, hydrogen sulfide dan kandungan udara kering
lainnya, juga reaksi dengan logam cair misalnya natrium. Reaksi demikian nyata dan
lazim pada suhu relatif tinggi (Lando, 1989).
Oksidasi logam sekilas tak tampak melibatkan mekanisme elektrokimia, akan
tetapi sebenarnya bentuk korosi itupun tergantung pada mekanisme pertukaran elektron
dengan gejala arus listrik pula. Secara sederhana, oksigen molekul terserap ke
permukaan logam. Lalu mengurai menjadi atom dan mengion. Logamnya juga
mengion. Ion logam dan oksida bergabung, membentuk lapisan awal oksidanya. Ion
logam terus terbentuk dipermukaan, elektron berdifusi lewat lapisan oksida,
mengionkan oksigen di permukaan. Ion oksida berdifusi ke lapisan oksida dan bereaksi
dengan ion logam. Lapisan oksida makin tebal. Dapat pula logam yang mengion dan
berdifusi ke permukaan, hasilnya serupa. Korosi demikian berlangsungnya tergantung
pada sifat oksida logam, seberapa permeabel dan kuat ikatannya ke permukaan logam.
Korosi adalah reaksi antar logam dan lingkungannya, karena itu upaya pengubahan
lingkungan yang menjadikannya kurang agresif akan bermanfaat untuk membatasi
serangannya terhadap logam. Dalam hal ini ada tiga situasi:
1. Lingkungan berwujud gas. Biasanya yang dimaksudkan disini adalah udara dengan
rentang temperatur -100C hingga +300C. Beberapa metode yang digunakan untuk
mengurangi laju korosi di udara bebas adalah :
a. Menurunkan kelembaban relatif;
b. Menghilangkan komponen-komponen mudah menguap yang dihasilkan oleh
bahan-bahan di sekitar;
c. Mengubah temperatur;
d. Menghilangkan kotoran-kotoran (termasuk partikel-partikel padat yang abrasif),
endapan-endapan yang akan membentuk katoda dan ion-ion agresif.

Laboratorium Dasar-Dasar Kimia Fisika II-8


Departemen Teknik Kimia Industri
FV - ITS
Bab II Tinjauan Pustaka

2. Bahan terendam di air bebas yang cukup mengandung ion untuk menjadikannya
sebuah elektrolit. Modifikasi terhadap elektrolit meliputi :
a. Menurunkan konduktivitas ionik;
b. Mengubah pH;
c. Secara homogen mengurangi kandungan oksigen;
d. Mengubah temperatur.
3. Logam terkubur dalam tanah dan mineral-mineral yang terlarut membentuk
elektrolit. Pengendalian biasanya melalui proteksi katodik atau pelapisan permukaan,
tetapi lingkungan tersebut dapat dibuat kurang agresif dengan mengganti tanah urugan
yang tidak menahan air, mengendalikan pH dan mengubah konduktivitasnya.
Perhitungan laju korosi adalah sebagai berikut :
Salah satu metode untuk menentukan laju korosi adalah dengan menghitung berat per
satuan atau kedalaman penetrasi per satuan waktu. Laju korosi ini dapat dinyatakan
dalam inches per year (ipy), mils per year(mpy), milimeter per year (mm/y), micrometer
per year ( m/yr).
Kehilangan berat = (kehilangan volume spesimen) x (berat jenis spesimen)
W = V x ............... (2.5)
Dengan :
W = Kehilangan berat spesimen (gr)
V = Kehilangan volume spesimen (mm3)
= Berat jenis spesimen (gr/cm3)
Sedangkan kedalaman penetrasi pada permukaan logam yaitu:
t = V / A .................. (2.6)
A = 2 ( (x.y) + (x.z) + (y.z))
Dengan :
t = Kedalaman penetrasi (mm)
V = Kehilangan volume spesimen (mm3 ) A = Luas daerah yang terendam (mm2 )
x = Panjang permukaan yang terendam (mm)
y = Lebar permukaan yang terendam (mm)
z = Tebal permukaan yang terendam (mm)
Jadi laju korosi yang terjadi adalah sebagai berikut :
r = t / T.......................... (2.7)
Dengan :

Laboratorium Dasar-Dasar Kimia Fisika II-9


Departemen Teknik Kimia Industri
FV - ITS
Bab II Tinjauan Pustaka

r = Laju korosi (mm/tahun)


t = Kedalaman penetrasi (mm)
T = Waktu (tahun)
(Lando, 1989).

II.1.6 Prinsip Dasar Pelapisan Logam


Kita mengenal istilah anoda, katoda, larutan elektrolit. Ketiga istilah tersebut
digunakan seluruh literatur yang berhubungan dengan pelapisan material khususnya
logam, yaitu :
Anoda adalah terminal positif, dihubungkan dengan kutub positif dari sumber arus
listrik. Anoda dalam larutan elektrolit ada yang larut dan ada yang tidak. Anoda yang
tidak larut berfungsi sebagai penghantar arus listrik saja, sedangkan anoda yang larut
berfungsi selain penghantar arus listrik, juga sebagai bahan baku pelapis. Katoda dapat
diartikan sebagai benda kerja yang akan dilapisi, dihubungkan dengan kutub negatif dari
sumber arus listrik. Elektrolit berupa larutan yang molekulnya dapat larut dalam air dan
terurai menjadi partikel-partikel yang bermuatan positf atau negatif (Luthfi, 2006).

Laboratorium Dasar-Dasar Kimia Fisika II-10


Departemen Teknik Kimia Industri
FV - ITS

Anda mungkin juga menyukai