Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS

Disusun oleh kelompok II:

Nama

1. Divyanza Reghantara Samudra (20170810061)

2. Erlita Tri Fahlevi (20170810062)

3. Mutia Ardinsyah (20170810063)

4. Muhammad Yazid Ishaqqi (20170810064)

5. Ella Fransiska (20170810065)

6. Yolanda (20170810066)

7. Gerald J. Pattynama (20140800045)

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah yang disusun sebagai tugas
kelompok.

Dengan penuh kesadaran, selesainya makalah ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, doa
dan partisipasi dari anggota kelompok. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih jauh dari sempurna. Demi kesempurnaan makalah ini, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari semua pihak.

Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pihak-pihak terutama para pembaca
yang peduli dengan pendidikan.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................ 4
1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................... 4
1.3 TUJUAN MASALAH........................................................................ 4
II. PEMBAHASAN
2.1 LINGKUNGAN STRATEGIS INTERNASIONAL................... 5
2.2 LINGKUNGAN STRATEGIS GLOBAL................................... 8
2.3 LINGKUNGAN STRATEGIS REGIONAL............................... 9
2.4 LINGKUNGAN STRATEGIS NASIONAL.............................. .. 10
2.5 PERUBAHAN FOKUS KONFLIK............................................. 11
2.6 KERJASAMA POLITIK & KEAMANAN ASEAN DALAM
MEWUJUDKAN KEAMANAN REGIONAL........................... 12
III. PENUTUP
4.1 KESIMPULAN.................................................................................. 14
4.2 SARAN.............................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sebagai mahasiswa Universitas Hangtuah Surabaya, saya menyambut baik penugasan ini
sebagai peningkatan kualitas penulisan karya tulis ilmiah bagi mahasiswa. Jumlah mahasiswa
yang dapat membuat karya tulis ilmiah dengan baik sangat kurang. Kualitas penulisan pun
relatif rendah. Di pihak lain, tantangan di berbagai bidang kehidupan semakin berat. Ukuran
persaingan semakin meningkat di berbagai aspek kehidupan. Masalah tersebut tentu tidak
bisa diabaikan, tetapi perlu dicari solusinya. Untuk itu mahasiswa diharapkan dapat
menemukan penyelesaian terhadap sebuah masalah yang ada dalam bentuk penelitian yang
disajikan dalam bentuk karya tulis ilmiah yang berpedoman pada referensi buku yang sudah
ada dan tidak mengacu pada sumber lain yang penanggung jawabannya masih tidak jelas.

Sebagai mahasiswa harus berperan aktif dalam meningkatkan mutu pendidikan dan berperan
aktif mempersiapkan sumber daya manusia terdidik yang mampu menghadapi berbagai
tantangan kehidupan baik lokal, regional, nasional maupun internasional. Mahasiswa tidak
cukup hanya menguasai teori-teori, tetapi juga mau dan mampu menerapkannya dalam
kehidupan sosial. Tidak hanya mampu menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku
perkuliahan, tetapi juga mampu memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan masalah

1) Bagaimana perubahan lingkungan strategis internasional?


2) Bagaimana perubahan lingkungan strategis global?
3) Bagaimana perubahan lingkungan strategis nasional?
4) Bagaimana perubahan lingkungan strategis regional?

1.3 Tujuan penulisan

1) Mendeskripsikan perubahan lingkungan strategis internasional


2) Mendeskripsikan perubahan lingkungan strategis global
3) Mendeskripsikan perubahan lingkungan strategis nasional
4) Mendeskripsikan perubahan lingkungan strategis regional

1.4 Metode pengumpulan data

Data yang dikemukakan dalam makalah ini diperoleh melalui referensi buku yang sudah ada
dan jelas penanggung jawabannya.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Lingkungan Strategis Internasional

Dinamika politik dan keamanan internasional semakin intens karena di bawah pengaruh

fenomena globalisasi dan berbagai implikasinya, negara-negara di dunia dituntut untuk saling

bekerjasama, namun pada sisi lain persaingan antar negara dalam melindungi kepentingan

nasional juga semakin meningkat. Interdependensi antarnegara semakin menguat, tetapi pada

saat yang bersamaan kesenjangan power ekonomi dan militer semakin melebar karena

agenda dan isu internasional masih dominan dipengaruhi oleh agenda dan kebijakan negara-

negara maju. Akibatnya negara-negara berkembang yang memiliki sumberdaya terbatas,

harus lebih hati-hati mengatasi permasalahan yang dihadapi, lebih aktif memperkuat

ketahanan nasional di berbagai bidang, dan lebih baik dalam melakukan penyesuaian-

penyesuaian yang diperlukan dalam melindungi kepentingan-kepentingan nasionalnya.

Secara mendasar, isu/fenomena global yang akan terus mewarnai, mempengaruhi, dan

memberi dampak terhadap lingkungan strategis saat ini adalah:

1. Fluktuasi Harga Minyak Dunia, oleh karena itu kerjasama untuk menjaga kestabilan

harga minyak dunia mutlak diperlukan. Di samping itu, perlu adanya kesepakatan di

antara negara-negara non produsen minyak untuk meminimalisir konsumsi minyak dan

berusaha mencari barang substitusi lain yang lebih ramah lingkungan.

2. Perubahan Iklim, upaya kerjasama untuk mengurangi laju dan memitigasi dampak

pemanasan global semakin meningkat, tetapi secara bersamaan jalannya pembangunan

negara berkembang menjadi terbatas. Ini memang menjadi PR ke depan bagi negara-

5
negara yang menggantungkan perekonomiannya pada sektor industri. Negara-negara

berkembang ini harus mengakselerasi diri dalam bidang teknologi untuk meminimalisir

residu dari proses industri yang berdampak pada lingkungan.

3. Krisis Ekonomi, Interkoneksi perekonomian internasional menyebabkan krisis ekonomi

semakin rawan terjadi. Sehingga diperlukan penguatan transparansi dan pengawasan

ekonomi dan keuangan internasional, namun pada saat yang bersamaan juga

meningkatkan tekanan-tekanan dan intervensi terhadap perekonomian negara

berkembang.

4. Dominasi Negara-Negara Maju, peta perpolitikkan dunia dalam beberapa tahun

mendatang dirasa masih akan dikuasai oleh negara-negara besar yang memiliki peran

cukup signifikan dalam mempengaruhi sistem perekonomian dunia.

5. Dinamika politik dan keamanan internasional, masih bergantung pada keseriusan

negara-negara besar dalam memelihara perdamaian dan stabilitas internasional, dan

mengurangi adventurisme politik luar negeri yang mendorong instabilitas dan gejolak

di berbagai kawasan. Meningkatnya upaya peningkatan kekuatan militer oleh seluruh

negara di dunia dalam rangka menjamin kelangsungan hidup dengan memperkuat

kemampuan daya tangkal menghadapi ancaman tradisional dan non-tradisional.

6. Perubahan Kekuatan Dunia, kelak Amerika tidak hanya beridiri sendiri sebagai negara

besar dan super power. meningkatnya kekuatan ekonomi dan militer Cina dan India,

serta menguatnya leverage Rusia akan menyebabkan pergerakan kekuatan dunia yang

lebih menyebar dan tidak hanya akan dikuasi oleh satu negara saja.

Dari pemaparan di atas jelas sejak periode tahun 1970an hingga akhir tahun 1990an

semua aspek kehidupan berubah dengan cepat. Aspek kehidupan yang berubah itu meliputi

aspek ideologi, politik, ekonomi sosial budaya, dan yang paling penting adalah keamanan

6
yang berubah secara relatif dinamis. Dalam konteks keamanan dunia internasional, hal ini

dapat dipahami dalam pendekatan teoritis bahwa pada dasarnya manusia selalu dipengaruhi

dan ingin dipengaruhi oleh gejala kekuasaan (the phenomenon of power). Keinginan dasar

manusia untuk sejahtera dan kuat direfleksikan oleh perjuangan antar negara untuk

memperluas kekuatan pengaruh. Ini tentunya akan berkorelasi langsung dengan membawa

negara dalam persaingan dengan negara tetangganya. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa

persaingan kepentingan ini kadang-kadang membawa ke peperangan. Selama kepentingan

negara untuk sejahtera dan aman itu ada, maka perjuangan antar negara untuk menyusun

kekuatan antar bangsa tidak akan pernah berakhir.[3]

Di antara sekian banyak kecenderungan perubahan di abad ke-21 yankni globalisasi

ekonomi, difusi global dari teknologi, gelombang demokrasi, perubahan sistem internasional

dari nation state ke region state, terjadinya multi polaritas dunia. Ini tentunya akan

mempengaruhi perubahan konsep security nasional. Konsep secutity nasional menjadi

semakin luas tidak hanya pada isu-isu militer. Tetapi dengan munculnya isu-isu global,

mengakibatkan pertimbangan geostrategic tidak lagi mendominasi agenda politik luar negeri.

Saat ini pengertian security lebih komprehensif dan bersifat multi dimensi. Security ekonomi

secara esensial mulai meliputi mempertahankan pertumbuhan ekonomi, membuaka

komunikasi laut (open sea lane of communication). Praktek perdagangan bebas, akses

finansial yang meluas dan bebas, masalah security lingkungan (polusi, kerusakan hutan, efek

rumah kaca), semuanya menunjukkan pengertian keamanan yang bersifat lebih luas non

military security (masalah pengungsian, terorisme, dll).

Konsekuensi perencanaan pertahanan (defence planning) menuntut kesadaran akan

interaksi antara ekonomi, sosial, demografi, ekologi, dan ancaman lainnya, yaitu aspek diluar

konteks politik militer tradisional. Dengan ini, membangun strategi militer di masa depan

perlu berbicara dengan pakar sosiologi. Pakar lingkungan, ekonomi, dan pakar lainnya.

7
Kondisi internal negara tetangga merupakan salah satu aspek yang penting yang harus

diperhitungkan oleh perencanaan pertahanan dunia.

2.2 Perubahan Strategis Lingkungan Global


Ancaman keamanan tradisional (perang antar negara) sangat kecil (kecuali negara tertentu)
saat ini, tetapi hubungan internasional masih diwarnai oleh ketidakpastian yang terkait
dengan isu-isu ekonomi, politik, dan keamanan. Ancaman-ancaman keamanan tradisional
sebagian besar telah berganti dengan ancaman-ancaman keamanan non tradisional
(ancamanancaman non militer). Pada konteks global, lingkungan strategis yang
diduga berpengaruh dominan pada kebijakan pertahanan Indonesia, antara lain :
1. Dampak isu globalisasi, meliputi :
o Terbukanya ekonomi nasional dapat melahirkan tantangan terhadap
kedaulatan NKRI.
o Timbulnya kerawanan sosial, ekonomi, politik, dan keamanan Indonesia
akibat tekanan-tekanan negara maju.
o Meningkatnya kerawanan sebagai akibat dari penetrasi asing yang melewati
batas-batas negara. Misalnya, arus modal, arus gagasan, mobilitas penduduk,
dan munculnya aktor-aktor bukan negara.
2. Dampak kebijakan politik luar negeri AS. Berubahnya/bertambahnya tiga pilar
politik luar negeri AS (Demokrasi, HAM, dan lingkungan hidup) menjadi perang
terhadap terorisme, berimbas kepada negara-negara yang dalam proses transisi dari
pemerintah otoriter ke demokrasi, seperti Indonesia. Indonesia harus bekerjasama
dengan AS dan negara lainnya di dunia, untuk menciptakan keamanan dunia,
khususnya dalam mengatasi terorisme dan kejahatan lintas negara lainnya. Padahal,
Indonesia sedang dalam pemulihan ekonomi, proses konsolidasi demokrasi, dan
masih menghadapi persoalan-persoalan disintegrasi bangsa. Untuk itu, Indonesia
harus pandai-pandai dalam membuat kebijakan yang dapat memaksimalkan
kepentingan nasionalnya.
3. Dampak meningkatnya peranan PBB, khusunya di bidang keamanan. PBB bukan
saja menangani persoalan konflik antar negara (inter state conflict), melainkan juga
konflik di dalam suatu negara (intra state conflict). Mengingat pengakuan yang luas
bahwa keamanan internasional dapat dipengaruhi oleh persoalan-persoalan di dalam
dan antar negara. Indonesia harus menerima kenyataan bahwa tidak dapat lagi
mengabaikan kaitan antara tragedi kemanusiaan yang terjadi di dalam negeri dengan
intervensi kemanusiaan PBB. Bila Pemerintah Indonesia tidak mampu secara
8
sendirian menangani masalah keamanan dalam negeri yang menyebabkan tragedi
kemanusiaan, maka Indonesia harus menerima kehadiran pasukan multinasional
(PBB) untuk melakukan intervensi kemanusiaan, seperti yang pernah terjadi di Timor
Timur pasca jajak pendapat pada akhir Agustus 1999.
4. Dampak perkembangan teknologi dan industri pertahanan. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam dekade terakhir telah menimbulkan revolusi di
bidang kemiliteran (Revolution in military affairs RMA) dan sistem pertahanan.
Pada akhirnya RMA akan ikut menentukan perkembangan dan perubahan doktrin,
organisasi militer, serta strategi perang. Kecenderungan untuk melakukan investasi
pada RMA telah menimbulkan perlombaan senjata antar negara-negara maju serta
menimbulkan jurang teknologi antara negara maju dan negara-negara sedang
berkembang, termasuk Indonesia.
5. Dampak merebaknya isu-isu ancaman keamanan non tradisional. Merebaknya isu-isu
ancaman keamanan non tradisional yang terjadi sejak berakhirnya perang dingin
telah mendorong Indonesia untuk ikut merespons perkembangan tersebut. Isu-isu
tersebut antara lain menyangkut masalah terorisme, lalu lintas obat terlarang,
perompakan dan pembajakan di laut.

2.3 Pengaruh Lingkungan Regional


Lingkungan strategis Indonesia di tingkat regional, baik di kawasan Asia-Pasifik pada
umumnya maupun Asia Tenggara pada khususnya, paling sedikit ditandai oleh lima
perkembangan dan kecenderungan strategis, yaitu :
o Pertama, kepentingan dan kebijakan keamanan dan pertahanan negara-negara besar
khususnya AS, RRC, Jepang, dan Rusia.
o Kedua, dinamika perkembangan dan kecenderungan kerjasama keamanan multilateral,
khususnya ASEAN dan ARF, serta sikap negara-negara besar.
o Ketiga, dinamika kerjasama dan kompetisi ekonomi regional, terutama mengenai
prospek free trade serta kompetisi mengenai akses terhadap pasar dan resources
(modal, sumber daya manusia, teknologi, sumber daya alam).
o Keempat, potensi konflik/sengketa antar negara, khususnya sengketa wilayah dan
perbatasan. Kelima, meningkatnya arti penting isu dan masalah kejahatan lintas
nasional.

9
2.4 Pengaruh Lingkungan Nasional
Pada beberapa tahun mendatang, Indonesia masih akan menghadapi persoalan-persoalan
pelik, antara lain :
1. Dinamika reformasi di segala bidang pada tataran nasional. Secara kasat mata
reformasi total yang didengungkan kalangan cendekiawan dulu telah melenceng dari
yang diinginkan semula oleh kalangan masyarakat. Tingkah laku sebagian pemimpin
politik, baik di eksekutif maupun di legislatif, lebih menonjolkan kepentingan pribadi
dan kelompoknya daripada kepentingan bangsa secara keseluruhan.
2. Transisi dari sentralisasi pemerintahan ke desentralisasi masih menimbulkan riak-riak
sosial, ekonomi dan politik di berbagai daerah. Desentralisasi pemerintahan ditujukan
untuk kemakmuran dan keamanan masyarakat. Dalam banyak kasus masih terjadi
gejolak di daerah yang terkait dengan proses desentralisasi pemerintahan tersebut.
Misalnya, adanya perebutan pengelolaan sumber daya alam antara pemerintah pusat,
propinsi, dan kabupaten.
3. Adanya persoalan separatisme, khususnya di Papua yang mencoba untuk memperoleh
perlakuan yang sama dengan di Aceh.
4. Proses pemulihan ekonomi yang berjalan lamban, disebabkan antara lain karena :
o Pelarian dana ke luar negeri oleh pengusaha besar nasional yang berutang
kepada negara.
o Tidak sinkronnya persoalan penanaman modal antara pusat dan daerah.
o Situasi keamanan dalam negeri yang belum stabil di beberapa daerah.
o Demonstrasi atau tuntutan buruh untuk menaikkan upah tanpa diimbangi oleh
produktifitas kerja.
o Globalisasi menuntut adanya ekonomi terbuka/serba hitung dan persaingan
yang ketat.
5. Konflik-konflik sosial yang disebabkan oleh gabungan dari dua atau lebih faktor,
seperti sentimen kesukuan, sentimen keagamaan, rendahnya toleransi antar
masyarakat dan adanya kesenjangan ekonomi di masyarakat.
6. Terorisme di dalam negeri. Perlu adanya kerja sama yang baik antara Polisi, TNI,
aparat intelijen, dan seluruh penyelenggara negara (penegak hukum), serta institusi
internasional untuk mengatasinya. Jika tidak, Indonesia akan tetap dipandang sebagai
salah satu sarang terorisme di Asia Tenggara.

10
2.5 Perubahan Fokus Konflik

Secara singkat konflik akan dihasilkan oleh sekelompok negara yang akan mengendalikan

sumber energi, perikanan atau sumber daya laut dan bahan-bahan mentah. Perang tidak akan

lagi terjadi untuk menyerang teritorial negara lain, kecuali proses negosiasi gagal, sebab

permulaan perang ini sering gagal mencapai tujuan (seperti yang berkepanjangan di Irak dan

Iran). Sebagai penggantinya adalah penguasaan ruang angkasa. Usaha akan diarahkan pada

pengendalian dan eksploitasi sumber daya alam pada daerah-daerah yang belum dieksplorasi.

Negara-negara yang mendomiasi kekuasaan laut dan udara akan mengendalikan dunia,

dan ini berkaitan erat dengan kemampuan menguasai teknologi. Konflik masa depan dapat

lebih bersifat perang teknologi tinggi dengan intensitas tinggi antara negara-negara pasca

industri. Inti dari perang di masa depan, tidak akan merusak secara total pihak musuh, jadi

walaupun terjadi perang akan sebisa mungkin meminimalkan kerusakan dan pertumpahan

darah. Jadi pada dasarnya ada semacam pergeseran dari teori perusak massa ke strategi

militer yang dibangun dengan teknologi melumpuhkan musuh dengan meminimumkan

pertumpahan darah.

11
2.6 Kerjasama Politik & Keamanan ASEAN dalam Mewujudkan Keamanan Regional

Sumber konflik di Asia Pasifik masa depan tetap akan terpengaruh oleh perkembangan

globalisasi. Maka dengan kata lain sumber-sumber konflik yang mungkin masih akan tetap

muncul lebih disebabkan oleh minyak bumi, perikanan, arus mobilitas penduduk, kultur

agama, lingkungan, dan terorisme. Cina dan Jepang pada dasarnya saling memperhatikan

kecepatan modernisasi kekuatan militernya untuk menguasai laut Cina Selatan. Jika kita tarik

dalam konteks Asia Tenggara, ancaman Cina telah membuat Vietnam bergabung dalam

kelompok ASEAN. Di lain sisi Indonesia harus mampu memanfaatkan posisinya di antara

dua benua dalam hal lalu lintas perdagangan laut dan memperhitungkan pengaruh kekuatan

milter di antara ke dua benua ini (Asia dan Afrika), terutama dalam hal penguasaan laut.

Kontroversi perjanjian ekstradisi dan tahanan Indonesia-Singapura masih berlangsung.

Permasalahan ini telah berdampak pada terganggunya hubungan Indonesia-Singapura.

Percobaan kudeta kembali terjadi pada tahun 2007 di Filipina,namun penanganan cepat, tegas

dan sigap menyebabkan upaya inkonstitusional kembali mengalami kegagalan.

Perkembangan demokrasi di Thailand menunjukkan kemajuan dengan disepakatinya

konstitusi baru. Akan tetapi, kelangsungan demokrasi di Thailand masih rawan terhadap

perebutan kekuasaan antara sipil dan militer.

Isu demokratisasi dan peristiwa kekerasan berdarah di Myanmar telah menyebabkan

negara tersebut dan negara-negara ASEAN menjadi pusat perhatian kalangan masyarakat

internasional. Tekanan terhadap junta militer Myanmar untuk melanjutkan arus demokratisasi

semakin menguat. Kerusuhan Malaysia pada tahun 2007 akibat menguatnya tuntutan dari

kaum minoritas keturunan Cina dan India atas diskriminasi dan pelanggaran HAM yang

dilakukan oleh pemerintah Malaysia sempat menggoyahkan stabilitas politik negara tersebut.

12
Bagi Malaysia, bila tidak tertangani, maka perkembangan ini akan mengarah pada reformasi

di negara tersebut.

Dalam konteks stabilitas keamanan regional, sejumlah isu keamanan masih mewarnai

kawasan ini seperti konflik yang bersumber pada klaim teritorial, keamanan jalur pelayaran

dan perdagangan, terorisme, perompakan, bajak laut dan penyelundupan. Pembangunan

kepercayaan dan peningkatan kerjasama di kawasan dalam mengatasi masalah-masalah ini

terus dilaksanakan. Namun demikian, permasalahan ini menyebabkan setiap negara berupaya

melakukan kekuatan militer untuk mencegah. [6]

Membangun hubungan yang tangguh antar sesama negara-negara regional jelas menuntut

beberapa landasan yang harus dipatuhi antar sesama negara yang bergabung dalam kesatuan

regional tersebut. Berbicara masalah ketangguhan suatu relasi, maka juga akan berkaitan dan

berdampak langsung akan tuntutan sikap, mental, dan cara pikir kebangsaan yang kuat dan

penuh akan integritas. Jika landasan ini tidak terpenuhi dalam menjalin kerjasama regional

maka ketangguhan hubungan antar bangsa akan sulit diwujudkan.

Di bidang politik/keamanan, Carlyle A Thayer (Southeast Asian Affairs, 2011) menyebut

ada tiga faktor yang memengaruhi dinamika politik/keamanan regional di kawasan Asia

Timur saat ini. Pertama, bertambahnya ketegangan dalam hubungan China-AS; kedua,

meningkatnya kembali keterlibatan AS di Asia Timur; dan ketiga, peningkatan keagresifan

China di Laut China Selatan. Ketiga faktor ini merupakan ujian yang serius bagi ASEAN,

yang telah memproklamasikan diri sebagai kekuatan pendorong utama (primary driving

force) dalam penyelesaian isu-isu regional di kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur.

13
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pendeskripsian dan analisis di atas, adapun kesimpulan yang diperoleh sebagai

berikut:

ASEAN sepakat untuk meningkatkan kerjasama dalam bidang pertahanan dan keamanan

nasional dan regional untuk mewujudkan ketahanan regional ASEAN.

Agenda ASEAN difokuskan pada bagaimana mewujudkan kondisi keamanan kawasan

yang lebih stabil dan damai sehingga negara-negara lainnya di dunia bisa datang ke

ASEAN dengan aman.

Adanya kerja sama praktis seperti kerja sama regional hingga penyelesaian sengketa di

Laut Cina Selatan. Termasuk di dalamnya keamanan maritim dengan merealisasikan

code of conduct (kode etik) yang jelas di antara negara-negara anggota ASEAN.

3.2 Saran

Sebaiknya keamanan dan terorisme juga menjadi agenda utama.

Sebaiknya memperluas kerjasama dengan melibatkan negara di luar Asia

Sebaiknyamengadakan latihan bersama untuk menanggulangi bencana yang kerap terjadi

di lingkungan negara-negara Asia Tenggara.

14
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/user/Downloads/S2-2015-310165-chapter1%20(1).pdf

https://cenya95.wordpress.com/2008/09/05/kecenderungan-perkembangan-lingkungan-

strategis/

15

Anda mungkin juga menyukai