Anda di halaman 1dari 50

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Program peningkatan mutu pendidikan akan dapat tercapai apabila
didukung oleh para guru dengan melaksanakan proses pembelajaran di
kelas yang berlangsung baik, berdaya guna dan berhasil guna. Hal ini
harus ditunjang oleh adanya kemampuan guru yang memadai, sebab
gurulah yang berperan langsung dalam mengajar, mendidik dan melatih
para siswa, serta guru pulalah yang sangat berperan dalam meningkatkan
mutu penidikan siswa-siswanya. Selain itu guru dipandang sebagai faktor
kunci yang setiap hari berhadapan langsung dengan muridnya. Hal ini
menunjukkan betapa pentingnya guru dalam dunia pendidikan.

Media lingkungan alam sekitar sebagai pendidikan di luar ruangan kelas


yang berkaitan terutama dengan penggunaan/pemanfaatan sumber daya
alam (Lily Barlia, 2008 : 4). Alam sekitar sebagai fundamen pendidikan
dan pengajaran memberikan dasar emosiaonal, sehingga anak menaruh
perhatian yang spontan terhadap segala sesuatu yang diberikan kepadanya
asal itu didasarkan atas dan diambil dari alam sekitar.
Secara harfiah, pembelajaran dengan pendekatan lingkungan sekitar dapat
diartikan sebagai proses belajar mengajar yang berorientasi kepada dan
berlangsung di lingkungan alam sekitar.

Berdasarkan tujuannya, proses proses pembelajaran dengan


pendekatan lingkungan alam sekitar dapat didefinisikan sebagai
penggunaan atau pemanfaatan fasilitas-fasilitas yang ada di lingkungan
alam sekitar sekolah (Lily Barlia, 2008 : 5). Pendidikan dengan
pendekatan lingkungan sekitar, dapat membantu pemenuhan kebutuhan
pengetahuan anak didik, juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana teknik mengajar dengan pendekatan lingkungan alam
sekitar?
2. Bagaimana strategi pembelajaran Bahasa Indonesia di SD dengan
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar?
3. Bagaimana peran lingkungan sebagai sumber belajar Bahasa
Indonesia di SD?
4. Bagaimana cara memilih sumber belajar yang tepat?
5. Apa tujuan penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar Bahasa
Indonesia di Sekolah Dasar?
6. Bagaimana penerapan dan contoh pembelajaran Bahasa Indonesia
di SD dengan menggunakan lingkungan?
1.3 Tujuan Penyusunan Makalah
1. Mengetahui dan memahami teknik mengajar dengan pendekatan
lingkungan alam sekitar.
2. Mengetahui strategi pembelajaran Bahasa Indonesia di SD dengan
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar.
3. Mengetahui peran lingkungan sebagai sumber belajar Bahasa
Indonesia di SD.
4. Mengetahui memilih sumber belajar yang tepat.
5. Mengetahui tujuan penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar
Bahasa Indonesia di SD.
6. Memahami penerapan dan contoh pembelajaran Bahasa Indonesia
di SD dengan menggunakan lingkungan.
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teknik Mengajar Dengan Pendekatan Lingkungan Alam Sekitar


Ada beberapa elemen dasar yang perlu diperhatikan, sehubungan dengan
pengimplementasian suatu pendekatan di dalam proses belajar mengajar.
1. Semua pendekatan mengajar adalah baik dan dapat digunakan. Hal ini
tergantung dari sejauhmana penyiapan kegiatan belajar mengajar dan materi
yang akan diajarkan. Kedua hal tersebut, sangat berpengaruh terhadap proses
belajar anak. Kegiatan belajar anak yang berinteraksi langsung dengan benda
nyata, dapat merangsang kepekaan berfikir dan persepsinya di dalam
memformulasikan konsep- konsep ke arah pemahaman yang lebih baik.
Sehingga, pengetahuan yang diperoleh dan dibentuk sebelumnya, akan terus
diperbaiki dan dilengkapi.
2. Dampak positif mengajar dengan pendekatan lingkungan alam sekitar,
memberikan kesempatan dan dorongan untuk pengembangan inkuiri anak
dalam usaha memecahkan masalah (problem solving). Inkuiri merupakan
kegiatan mencari data-data lain, biasanya melalui proses sebagai berikut:
a. Dengan membuat pertanyan-pertanyaan, yang dilanjutkan dengan proses
investigasi. Proses penemuan (discovery) terjadi ketika investigator, yang
dalam hal ini adalah anak didik, mendapatkan pengetahuan atau menyadari
tentang sesuatu yang sebelumnya tidak dikenal atau diketahuinya.
b. Proses inkuiri dan penemuan, saling berkaitan dan menunjang proses
pemecahan masalah tentang hal-hal yang merupakan bagian penting untuk
dipelajari dan dipahami. Perlu diingat, bahwa inkuiri akan membawa
kepada proses penemuan. Discovery merangsang terbentuknya pendapat.
Dan terjadinya suatu pendapat menunjukkan adanya suatu pengertian dan
pemahaman. Pengertian dan pemahaman, sangat penting untuk suatu
pengetahuan jawaban. Sedangkan jawaban terhadap suatu permasalahan,
pada gilirannya akan membawa anak didik untuk lebih banyak bertanya
lagi, itulah inqury. Proses di atas, merupakan siklus yang selalu berkaitan
satu sama lain. Dengan kata lain, inkuiri dan proses penemuan akhirnya
4

bersama-sama akan menuju kepada upaya untuk mendapatkan jawaban-


jawaban dari suatu permasalahan, yang pada hakekatnya merupakan awal
untuk mengenali masalah-masalah baru.
3. Kegiatan belajar dengan pendekatan lingkungan alam sekitar memungkinkan
anak didik untuk merespon dengan seluruh kemampuan berfikir, anggota
badan, serta segala minatnya. Anak-anak dengan spontan akan menggunakan
seluruh indera yang dipunyainya. Keadaan seperti ini, sukar ditemui di dalam
kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Anak didik merespon dengan segala
aktivitas motorik, emosi, fikiran, dan perasaannya, serta dengan cara-cara
yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri. Itu semua, mempunyai nilai yang
sangat berharga di dalam proses menumbuhkembangkan pribadinya.

Strategi mengajar yang selalu diidentikkan dengan mengajar melalui pendekatan


lingkungan alam sekitar, adalah pendekatan eksplorasi dan penemuan. Secara
umum, prosedur mengajar dengan pendekatan Lingkungan alam sekitar meliputi:
sistematika penggunaan pertanyaan-pertanyaan yang dibuat, lebih mengarah
kepada proses untuk memacu berfikir, observasi, serta bersikap teliti terhadap
segala bagian sekecil apapun, yang dianggap penting bagi anak didik itu sendiri.

Anak didik diarahkan untuk mengeksplorasi benda-benda dan prosesproses


dilingkungan alam sekitar yang belum pernah mereka kenal sebelumnya, melalui
keterampilan bertanya. Di dalam kegiatan bertanya, anak dibimbing untuk melihat
dan mengamati sendiri. Selanjutnya, mereka dipacu untuk memikirkan tentang
apa-apa yang mereka amati, dan mengintegrasikan serta mensitesa bagian-bagian
yang sesuai dengan hasil pengamatan, sampai mereka dapat memformulasikan
kesimpulan dari pertanyaan "apa yang terjadi disini?". Oleh sebab itu,
pengetahuan lebih banyak diperoleh melalui penggunaan sumber-sumber dan
materi yang sifatnya nyata, daripada melalui deseminasi verbal.

Mengajar dengan pendekatan Lingkungan alam sekitar diimplikasikan dengan


kegiatan di luar kelas sangat penting dalam rangka melibatkan anak didik untuk
5

mencari pengalaman belajarnya. Di dalam cara ini siswa dimotivasi untuk


menggunakan semua inderanya (belajar dengan multi sensories) di dalam mencari
jawaban terhadap segala misteri yang mereka temukan. Segala pengalaman,
pengetahuan dan pemahaman yang mereka peroleh merupakan kekuatan argumen
untuk menyusun kembali, menambah, menyempumakan atau menggantikan
pengalaman pertama yang diperoleh dari sesuatu yang mereka lihat di dalam
kegiatan di Hngkungan alam sekitar, yang ingin mereka ketahui. Anak didik
menggantikan pengalaman pertama yang mereka peroleh dari yang mereka lihat,
dengar, cium, kecap, dan rasa ke dalam bentuk simbol-simbol atau teks. Sehingga,
menjadi sesuatu yang bermakna, dalam rangka melengkapi pengetahuan verbal
yang telah mereka punyai selama ini. Dengan kata lain, sesuatu yang dianggap
baru atau aneh dari sesuatu yang sering ditemui anak-anak, sebenarnya sudah
tidak asing lagi bagi mereka. Anak akan lebih cepat memahami, apabila guru
lebih banyak menggunakan pendekatan eksplorasi di dalam kegiatan belajar
mengajarnya.

2.1.1 Inkuiri di dalam Laboratorium Lingkungan Alam Sekitar


Sebagai strategi pembelajaran untuk proses "penemuan", inkuiri mempunyai
elemen-elemen yang meliputi pendekatan-pendekatan belajar lainnya, seperti:
problem solving, metoda discovery, metoda socrates, pendekatan non directive
dan sebagainya. Apapun label dari pendekatan-pendekatan tersebut, di dalam
proses belajar mengajar tetap mempunyai satu tujuan utama yaitu melibatkan anak
didik dalam rangka mengembangkan kemampuan mereka agar dapat
memformulasikan pertanyaan-pertanyaan yang datang dari dirinya, serta berusaha
untuk mencari jawabannya sendiri. Dengan kata lain, penggunaan pendekatan
inkuiri, pada hakekatnya bertujuan untuk membimbing anak didik agar dapat
"mencari sesuatu oleh dan untuk dirinya sendiri".
Masalah yang akan dibicarakan yaitu:
a. Ceramah bukan metode mengajar yang efektif
Ceramah bukan metode mengajar yang efektif, hal ini disebabkan di dalam
ceramah hanya berpegang kepada penggunaan kata-kata saja. Sehingga
menjadikan anak-anak tenggelam di dalam lautan kata-kata.
6

b. Belajar Eksploratory
Proses pembelajaran Eksploratory yaitu memanfaatkan lingkungan alam sekitar
sekolah sebagai fasilitas belajar anak. Lingkungan alam sekitar sangat bervariasi,
dimulai dari permukaan tanah yang tidak rata, bukit, kebun, kolam, sawah, sungai
dan sebagainya. Hal itu semua, merupakan fenomena menarik dan khas yang akan
memacu anak didik untuk melakukan eksploitasi. Misalnya, permukaan tanah
yang tidak rata seperti terlihat jelas pada tebing, yang tersusun oleh bermacam-
macam hasil proses alam, pelapukan, pengikisan oleh air, baik air hujan maupun
air sungai itu sendiri. Sehingga, akan terlihat seperti lukisan dengan bermacam-
macam warna dan lapisan. Tebing di kiri kanan sungai merupakan tempat
keindahan dan keanehan alami yang tidak ternilai harganya, sebagai fasilitas
belajar anakanak. Mereka akan sangat senang apabila dibawa pulang ke obyek
yang bisa mereka pelajari. Tetapi perlu diperhatikan, obyek belajar yang akan
digunakan harus dipertimbangkan secara cermat dan teliti untuk keselamatan
siswa. Di sinilah perhitungan, pertimbangan serta penelitian awal perlu dilakukan
guru. Anak didik akan senang di bawa ke lingkungan yang sebenarnya, karena
mereka akan mempunyai kesempatan untuk mengekplorasi sesuatu oleh dirinya
sendiri. Mereka akan dengan sendirinya menentukan langkah atau keputusan
untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan. Dan buku-buku akan
berperan penting sebagai pemberi informasi yang mereka dapatkan dari
lingkungan. Di sinilah, guru akan menyadari bahwa kegiatan belajar anak
sebenarnya merupakan tanggung jawab anak itu sendiri. Peran guru bukanlah
semata-mata sebagai pendikte atau pemberi informasi, tetapi lebih cenderung
sebagai fasilitator belajar anak.

Sebagai ilustrasi dari kegiatan di atas, komunitas dua arah antara guru dar siswa
akan sangat baik. Guru bukan lagi dianggap sebagai penguasa tunggal di dalam
kelas, tetapi lebih cenderungdianggap sebagai teman yang bisa diajal berdiskusi
tentang masalah-masalah yang mereka temukan.
7

c. Inkuiri
Sudah tidak terhitung banyaknya temuan-temuan baru di dalam bidang sains
yang kita ketahui saat ini. Temuan-temuan tersebut, tidak mungkin bisa terwujud
kalau investigator atau inquirer hanya mengandalkan kepada pertanyaan-
pertanyaan yang sudah diketahui jawaban sebelumnya. Seorang ahli inkuiri yang
telah berpengalaman, akan menggunakan seni membuat pertanyaan yang dapat
membawa anak didik kepada proses penemuan jawaban-jawaban dari masalah-
masalah yang belum diketahui jawabannya. Sebagai gambaran, di sini sebaiknya
kita lihat inkuiri dari eksplorer anak kelas 3 SD. Mereka merupakan penemu-
penemu potensial yang senang mendatangi lapangan rumput atau tempat-tempat
lain di sekitar sekolah. Mereka akan datang ke dekat bunga-bunga yang ada dan
mereka akan mendekati sekelompok bunga yang asing baginya, mungkin asing
juga bagi gurunya sendiri.

d. Problem Solving
Apakah mungkin kita dapat memotivasi anak usia sekolah dasar untuk terlibat
dalam inkuiri? Anak-anak usia sekolah dasar secara alami mempunyai sifat ingin
tahu (curious) yang sangat besar. Inkuiri kebanyakan terjadi karena dorongan hati
anak-anak itu sendiri, yang disebabkan oleh rasa ingin tahu dan keheranannya
terhadap suatu fenomena yang mereka temukan. Hal tersebut, biasanya terwujud
dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang menggelitik hatinya, misalnya "saya
heran mengapa....?" "saya heran kapan....?".
Serangkaian kejadian, dapat dijadikan sebagai bahan untuk menggali pertanyaan-
pertanyaan pada anak, sesuatu yang mengherankan ataupun yang mengagumkan
bagi diri anak, dapat dijadikan sebagai permasalahan yang menuntut untuk dicari
jawabannya. Semuanya, dapat dikaitkan dengan proses inkuiri. Contoh situasi
seperti di atas, menggambarkan guru dan siswa sedang menghadapi masalah yang
menuntut pemecahan lebih lanjut. Strategi yang perlu dilakukan oleh guru adalah
memotivasi siswa dan membawanya ke dalam inkuiri. Siswa diajak untuk selalu
bertanya tentang sesuatu masalah yang ingin dicari jawabannya.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut ditujukan kepada guru, dan guru yang ditanyai itu
hanya dapat menjawab dengan kata-kata"ya" atau "tidak". Pendekatan khusus ini,
8

menekankan kepada siswa untuk tidak hanya mengobservasi sesuatu lebih dekat
lagi dan mencari data saja, tetapi juga, yang lebih penting dari itu adalah
mengungkapkannya ke dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan inkuiri. Sebagai
gambaran lebih jauh dari hal ini, bahwa guru harus mengacu kepada suatu
keadaan yang lebih terbuka, lebih banyak mengajak siswa untuk berfikir kreatif,
analitis, dan sistematis di dalam memecahkan sesuatu masalah. Contoh, siswa-
siswa dari suatu kelas diajak untuk melihat pohon yangbagian pangkal akarnya
menyembul di atas permukaan tanah, dan akar pohon itu ditutupi oleh kulit luar
yang tebal dan kasar. Guru membawa anak-anak untuk memecahkan masalah
tentang akar pohon yang keadaannya seperti yang telah disebutkan tadi.

2.1.2 Pendekatan Pengalaman Langsung Dalam Belajar Mengenal


Tumbuhan
Proses pembelajaran yang dimulai dari objek nyata, akan lebih baik daripada
dimulai dari buku pelajaran yang diteruskan ke lapangan untuk mengidentifikasi
tumbuhan dan membuktikan deskripsinya. Marilah kita coba dengan
menggunakan pendekatan pengalaman langsung, sehingga diharapkan akan terjadi
situasi kegiatan belajar mengajar yang lebih realistis. Banyak tumbuhan yang
belum dikenal danbisa kita gunakan untuk memulai kegiatan belajar mengajar.
Sering kali kita berkeinginan untuk mengetahui dan menemukan nama tumbuhan
yang belum dikenal itu, baik familinya ataupun namanya.

Salah satu cara terbaik untuk membantu hal tersebut, adalah dengan
mempelajarinya lebih banyak lagi (tidak hanya sampai nama saja). Banyak ahli
sains yang dapat memberikan nama lain setelah nama yang satu diketahui,
mungkin satu atau malahan bisa juga dua nama latinnya. Hal ini, membuktikan,
pengetahuan manusia tentang tumbuhan masih sangat sedikit. Mereka mungkin
saja tidak mengetahui, misalnya pohon tersebut berbunga, burung apa yang biasa
membuat sarang di sana, bentuk macam buah, tekstur kulit luar pohon atau
kualitas kayu, dan untuk apa kayu itu digunakan. Pendekatan eksploratory, dapat
langsung diadaptasikan untuk kegiatan belajar seperti ini. Pada prakteknya,
kegiatan ini bersifat alami. Tehnik mengajar dengan pendekatan lingkungan alam
9

sekitar, adalah kegiatan yang melibatkan anak untuk berhadapan langsung dengan
obyek belajarnya. Anak didik difasilitasi dan dibimbing untuk menemukan
informasi, dan data tentang obyek belajarnya sebanyak mungkin melalui observasi
langsung oleh dirinya sendiri. Pendekatan ini, akan sama baiknya digunakan
sepanjang tahun, baik pada musim kemarau ataupun musim penghujan. Untuk itu,
penggunaan pendekatan eksploratory, pada dasarnya tidak terlepas dari
kemampuan siswa di dalam menguji obyek lebih dekat dan teliti, sesuai dengan
informasi yang diperlukan. Selama musim hujanpun anak didik masih dapat
melakukan identifikasi, seperti: mencari informasi sifat-sifat daun, tekstur, warna
dna macam kulit luar pohon, warna dan bentuk tunas, yang sangat penting untuk
mengembangkan kunci determinasi sederhana (tabel kunci) yang berguna untuk
membantu di dalam mengenali tumbuhan. Fungsi guru pada situasi seperti di atas,
adalah membantu memberi arahan kepada siswa di dalam hal merencanakan arah
dan fokus penelitian dari setiap kelompok atau individu anak. Contoh, "marilah
kita raba kulit luar pohon, sebelum kamu menjelaskannya". Dapatkah kamu
melihat, apa warnanya? Coklat, kelabu atau kehijau-hijauan? Tidak menjadi
masalah, warna kulit pohon dan macam apa pohon itu diterangkan di dalam buku.
Kalau ternyata menurut penglihatan siswa berwarna kelabu, siswa harus
mencatatnya sebagai warna kelabu, sesuai hasil observasinya dan itu dicatat dalam
buku sebagai salah satu karakteristik yang ditemukan. Semua karakteristik yang
berhasil dicatat, nantinya digunakan dan dituangkan ke dalam tabel kunci. Teknik
yang cukup efektif untuk kegiatan ini, ialah dengan mengelompokan siswa dua-
dua. Setiap kelompok yang beranggotakan 2 (dua) orang tersebut, masing-masing
disuruh untuk memilih pohon yang berbeda. Masing-masing kelompok
diinstruksikan untuk mempelajari pohon yang dipilihnya untuk jangka waktu
sekitar 10 sampai 15 menit. Selanjutnya, mereka disuruh untuk mencatat dan
mengingat karakteristik pohon tersebut. Sehingga, mereka dapat mengenali jenis
pohon berdasarkan ciri-ciri yang mereka ketahui dan dapat membedakannya
dengan jenis pohon lainnya. Di dalam diskusi kelas, setiap kelompok disuruh
untuk membacakan uraian tentang pohon itu berdasarkan apaapa yang mereka
lihat.
10

Diharapkan informasi tentang pohon yang telah mereka amati cukup spesifik,
sehingga kelompok lain bisa mengenali atau mengetahui pohon itu. Kegiatan yang
singkat dan sederhana ini, merupakan suatu persepsi dan ekspresi siswa, sebagai
latihan mengobservasi sesuatu dan membedakannya dengan yang lain, seperti
halnya pohon yang mereka teliti. Akhir dari kegiatan, siswa dituntut untuk
membuat uraian tentang sesuatu dengan benar dan akurat. Yang paling penting
dari pendekatan discovery, siswa akan bertanya kepada dirinya sendiri tentang
segala sesuatu yang belum mereka ketahui. Misalnya, tatkala siswa disuruh
mengobservasi pohon yang mereka pilih, mereka akan bertanya dalam hatinya,
seperti pertanyaan berikut ini :
"apa yang perlu saya ingat dan perlu saya ketahui tentang pohon ini, supaya bisa
digunakan untuk mengenali pohon lain yang sama seperti pohon ini?". Ketika
siswa mendapatkan catatan atau pengetahuan dari lapangan sebagai kunci
perolehan sendiri tentang pohon itu, memungkinkan mereka untuk mentransfer
hal serupa terhadap yang lainnya. Sehingga, mereka bisa membuat "tabel kunci"
untuk mengenali beberapa macam pohon-pohonan.

Dalam rangka mendapatkan data yang cukup untuk memenuhi kolom-kolom yang
ada dalam tabel kunci, anak dituntut untuk melakukan observasi tentang
karakteristik pohon lebih teliti dan lebih banyak lagi. Misal, kolom untuk
karakteristik bunga tidak akan diisi sebelum pohon itu berbunga. Untuk hal
tersebut, anak mungkin perlu menunggu beberapa bulan sampai pohon tersebut
berbunga. Sekali anak didik bisa melengkapi tabel kunci pengenal tumbuhan,
mereka akan mempunyai lebih banyak pengetahan yang diperoleh secara langsung
tentang pohon-pohon yang sedang dipelajarinya daripada mereka yang
memperoleh informasi hanya dari buku-buku bacaan saja. Karena dengan satu ciri
saja, anak didik bisa membedakan macam-macam tumbuhan. Dari kegiatan ini,
anak akan memahami, bahwa untuk mendeterminasi suatu species, akan
diperlukan ciri-ciri yang lebih lengkap dan spesifik lagi. Hal inilah sebenarnya,
yang mendorong anak-anak untuk melakukan observasi lebih teliti dan lengkap
lagi.
11

Jika seorang siswa sudah bisa mengembangkan tabel kunci macam-macam


tumbuhan, maka dia akan bisa mengenali suatu jenis pohon, walaupun sudah tidak
ada daunnya. Misalnya, sebuah pohon yang warnanya kecoklatan, hidup di daerah
panas dekat pantai, dengan pangkal akar menyembul ke atas tanah, tunas berbulu
dan kulit kayunya banyak yang mengelupas, anak bisa menentukan sebagai pohon
jati (Tectona grandis). Keterlibatan guru di dalam kegiatan ini, hanya sebatas
membimbing dan memfasilitasi anak belajar. Guru tidak perlu memberitahukan
nama tumbuhan secara langsung kepada siswa, selama melakukan lintas alam.
Dengan kata lain, tugas guru di sini adalah membimbing siswa untuk mengenali
obyek-obyek yang belum diketahuinya, langsung oleh dirinya sendiri. Pendekatan
ini digunakan, agar siswa mendapatkan pengetahuan dari materi-materi pelajaran
yang belum mereka ketahui. Di sini, seorang guru harus menyadari bahwa "proses
perolehan pengetahuan pada anak, sebenarnya merupakan tugas dan tanggung
jawab anak itu sendiri". Yang paling penting bagi seorang guru adalah
membimbing dan memfasilitasi siswa agar terbiasa untuk belajar oleh dirinya
sendiri.

Di dalam kegiatan belajar mengajar yang mengimplementasikan pendekatan


lingkungan alam sekitar, memungkinkan siswa untuk belajar berdasarkan hasil
observasinya dan dengan segala kepurusannya sendiri. Mereka memandang sosok
guru sebagai pembimbing di dalam berfikir dan bukan sebagai pemberi jawaban
atas segala masalah yang mereka temukan.
12

Contoh tabel kunci tumbuhan.

2.1.2 Pendekatan Tabel Kunci Untuk Mengenal Burung


Salah satu cara termudah untuk menemukan burung dan menjadi akrab
dengannya, adalah dengan membawa atau mendekatkan burung tersebut kepada si
pengamat. Hal ini, bisa dilakukan dengan cara membuat tempat-tempat pakan
burung yang disimpan (digantung) pada rumpun-rumpun kayu, pohon-pohon
dekat rumah atau halaman sekolah. Pemberian makanan sebaiknya dilakukan
13

secara teratur dengan makanan yang bermacam-macam, sehingga dapat menarik


perhatian burung untuk datang dan makan ke tempat yang telah disediakan.
Burung akan memilih tempat makanan yang disimpan ditempat sepi dan
tersembunyi. Kegiatan mengobservasi burung dapat dilakukan manakala sudah
terdengar suara kicauannya. Apabila tempat pakan burung itu dipertahankan
keberadaannya, dan pemberian makanan terus menerus dilakukan, burung-burung
akan terus mendatanginya. Jenis makanan burung akan menentukan jenis burung
yang datang. Contohnya, burung yang paling tertarik oleh serangga biasanya
adalah burung kutilang, karena burung jenis ini makanannya serangga. Lain
halnya, apabila pada tempat pakan burung itu disimpan biji-bijian, kemungkinan
banyak jenis burung besar yang datang, seperti: tekukur, perkutut dan sebagainya.
Selain itu, suatu kemudahan di dalam pengenalan burung bagi siswa, adalah
banyaknya masyarakat kita yang senang memelihara burung di rumah.

Keadaan ini, bisa dimanfaatkan oleh anak-anak untuk lebih mengenal dan akrab
dengan burung-burung peliharaan bapaknya itu. Sehingga pengenalan burung bagi
anak-anak akan lebih mudah dan lebih berhasil. Bagaimana anak-anak usia
sekolah dasar belajar tentang burung? Dengan hanya melihat burung-burung yang
ada, tidak menjamin anak-anak bisa mengenalnya lebih jauh. Tabel kunci
pengenal burung merupakan teknik yang paling efektif untuk diterapkan di dalam
mengajari anak-anak membedakan macam-macam burung. Lebih jauh lagi, hal itu
mendorong anak untuk melakukan observasi yang lebih teliti lagi.

Ciri lain dari burung tersebut, misalnya: warna apa yang paling banyak pada
burung itu? Apakah ada ciri-ciri lain yang merupakan ciri khas dari burung
tersebut, yang dapat membedakannya dari jenis burung lainnya? Bagaimana ciri-
ciri bentuk burung itu secara umum? Apakah ekor burung itu pendek atau
panjang? Apakah ekor burung itu terbuka atau kuncup? Apakah paruhnya panjang
atau pendek? Apakah kepalanya bundar atau mempunyai bentuk lain? Dari ukuran
tubuh, bentuk, warna dan ciri-ciri khusus lainnya, memungkinkan anak bisa
mengidentifikasi beberapa burung yang biasa mereka temukan. Metode seperti di
atas, lebih efektif dilaksanakan dalam kegiatan field trip ke hutan sekitar sekolah
14

atau tempat lain yang tidak terlalu jauh dari lokasi sekolah, dan tidak
membahayakan keselamatan anak didik. Tatkala anak-anak mendapatkan
pengalaman observasi, mereka akan belajar untuk membuat pembeda macam-
macam burung dengan lebih baik dan teliti. Dasar pemikiran pentingnya kegiatan
ini, adalah siswa dimungkinkan untuk dapat mengamati langsung secara utuh,
meneliti karakteristik khusus, sehingga memungkinkan mereka untuk dapat
membedakan dengan jenis-jenis burung lainnya. Misalnya, anak di dalam
mencatat macam dan bentuk ekor burung akan seperti berikut ini: panjang dan
kuncup, panjang dengan ujungnya melingkar, pendek dengan ujungnya persegi,
dan sebagainya. Di dalam pengobservasian paruh, anak diarahkan untuk
mengamatinya dengan teliti, misalnya: apakah paruhnya panjang atau pendek?

Guru selanjutnya harus bertanya apakah paruhnya tebal atau tipis, atau
mempunyai warna yang khas. Apabila burung itu berkicau, apakah suaranya
meninggi atau merendah? Apakah kicauannya menyebutkan sesuatu? misalnya,
burung pipit akan berkicau seperti: ph....pit....pit... dan kutilang... kutilang.., untuk
burung kutilang, dsb. Anak-anak sebaik-baiknya diajak untuk mendengarkan
suara kicauanburung, selanjutnya anak-anak disuruh untuk menafsirkan bentuk
dan macam suara burung itu ke dalam kata-kata yang umum digunakan di dalam
bahasa kehidupan sehari-hari. Di dalam kegiatan ini, setiap anak mungkin akan
mempunyai penafsiran yang berbeda atas bentuk dan macam suara burung tadi. Di
sini, anak-anak akan belajar memverbalisasikan sebutan kata apa yang paling
cocok dengan suara burung itu, untuk selanjutnya mereka cocokan dengan
keterangan yang ada di dalam buku. Dengan mengulang observasi ke lapangan,
memungkinkan anak untuk mengenal kembali jenis pohon atau tumbuhan yang
selalu digunakan untuk hinggap atau bersarangnya burungburung tersebut.
Sehingga, anak-anak dapat melengkapi catatan di dalam label kunci pengenalan
burung yang dibuatnya. Observasi dapat dikembangkan lebih lanjut kepada hal-
hal sebagai berikut: misalnya, apakah burung itu ada pada pohon-pohon yang
tumbuh di pinggir jalan, dekat air, dekat ladang atau pohon yang sangat rindang
tempat burung tersebut tersembunyi di dalamnya Apakah burung tersebut sering
hinggap di puncak pohon, di batang atau di dekal Untuk identifikasi burung
15

dengan menggunakan kunci sederhana bagi anakanak usia sekolah dasar yang
dilakukan di bawah bimbingan guru, bisa dimulai dengan memberikan pertanyaan
atau masalah sebagai berikut:
Apakah burung yang kamu temukan sebesar burung kutilang? Lebih besar atau
lebih kecil? Apabila burung itu lebih besar atau lebih kecil dari burung kutilang,
apabila lebih kecil dari burung kutilang, apakah sebesar burung pipit? Kita
menggunakan standar ukuran tubuh, sebab kebanyakan anak-anak usia sekolah
dasar sudah bisa membedakan ukuran atau besarnya burung-burung di atas
dengan baik. Hal ini, dikarenakan anak-anak usia SD terutama yang ada di
pedesaan sering menjumpai jenis burung-burung tadi. Selanjutnya guru bisa
menanyakan ciri-permukaan tanah. Di dalam hal terbangnya, apakah burung itu
terbang mendatar, zigzag atau yang lainnya. Karena burung akan mudah dikenali
dari cara terbangnya, seperti halnya kita bisa mengenali seseorang dari suara, cara
bicara, atau dari cara berjalannya. Kemungkinan kolom-kolom tabel kunci
pengenal burung tidak bisa terisi semua, dan akan sangat beruntung, kalau kolom-
kolom tersebut bisa terisi semuanya. Untuk mendapatkan ciri-ciri lengkap jenis
burung tertentu, kemungkinan perlu dilakukan beberapa kali kegiatan field trip.

Keuntungan dari kegiatan ini, anak-anak akan memperoleh pengalaman langsung


dari alam sekitar tempat observasi mereka lakukan, selain kebanggaan diri, karena
telah mampu membuat tabel kunci determinasi burung bagi dirinya sendiri. Yang
perlu diperhatikan di dalam kegiatan ini, guru jangan terlalu mudah dan langsung
memberi informasi kepada anak-anak tentang hal-hal yang ditanyakannya. Siswa
sebaiknya didorong dan diberi keberanian untuk mendapatkan segala informasi
yang diperlukan oleh dirinya sendiri, sedapat mungkin sesuai dengan kemampuan
masing-masing individu siswa. Siswa-siswa yang belajar di lingkungan alam
sekitar, sebaiknya diarahkan untuk melakukan observasi sendiri dan membuat
kesimpulan sendiri. Sehingga, mereka akan mempunyai kesempatan untuk
mendapatkan jawaban sendiri dari permasalahan-permasalahan yang belum
mereka ketahui di lingkungan sekitar mereka sendiri. Misalnya, apabila guru
melihat satu jenis burung dan guru menjelaskan cara burung itu terbang,
sedangkan anak-anak tidak sempat melihatnya, kemungkinan besar anak-anak
16

akan bertanya ciri-ciri lain yang sempat dilihat oleh guru tentang burung itu.
Anak-anak yang sudah mempunyai tabel kunci pengenal burung, mungkin bisa
mengetahui nama burung yang sedang terbang itu. Dengan kata lain, dengan
mengidentifikasi cara burung itu terbang, siswa mungkin dapat mengidentifikasi
jenis burung itu. Secara alami, setiap anak di dalam kelompoknya tidak akan bisa
memberi perhatian terhadap setiap burung yang terbang dengan cara khasnya.

Salah satu cara efektif untuk mengarahkan perhatian anak terhadap karakteristik
khusus dari seekor burung adalah dengan menyuruh anak untuk memperhatikan
gambar burung tersebut, secara teliti dari segala segi dan dilanjutkan dengan
pertanyaan sebagai berikut: apa yang ingin kamu ingat tentang burung ini supaya
dapat mengenalnya kalau menjumpai burung macam ini? Menurut perkiraan
kamu, sebesar apa burung ini sebenarnya? Apa warna utamanya? Dan bagaimana
kamu bisa mengenalinya. Selanjutnya, guru meneruskan kegiatan dengan
menyuruh salah seorang anak untuk membacakan hasil pengamatan gambar yang
dilakukannya, berdasarkan pertanyaan-pertanyaan di atas, misalnya:
"Susi. coba kamu bacakan uraian burung itu dengan keras supaya teman-temanmu
bisa mendengarnya!". Di mana kira-kira kita dapat menemukan burung semacam
ini, hinggap pada kabel listri?, di ladang?, di hutan?, atau hinggap di tanah? Coba
kamu lihat gambar ini sekali lagi dengan lebih teliti, kemudian perhatikan
karakteristik burung ini, siapa tahu kita menemukan macam burung ini di tempat
lain.

Guru yang menggunakan pendekatan semacam ini, akan membantu siswa dalam
mengembangkan keterampilan observasi, sehingga memungkinkan siswa dapat
belajar caranya mengenali sesuatu yang belum mereka ketahui, atau yang belura
mereka kenal sebelumnya. Teknik observasi, bersama-sama dengan pendekatan
tabel, akan mendorong siswa untuk berfikir kritis, analitis dan sintetis, sehingga
akar memudahkan mereka di dalam mengenal bermacam-macam bidang
pengetahuai yang baru atau asing.
17

Contoh tabel kunci burung.


18

2.1.4. Pendekatan Eksplorasi dalam Mengenal Batuan dan Mineral


Belajar batuan dan mineral adalah model pembelajaran lain yang sangat cocok
untuk digunakan pendekatan eksploratory dan discovery. Di dalam proses belajar,
inak usia sekolah dasar memungkinkan untuk melakukan praktek pengaplikasian
lasar-dasar discovery melalui pengamatan langsung. Salah satu cara yang bisa
ligunakan guru dalam penerapan pendekatan di atas, dengan melakukan
perjalanan lintas alam yang tidak terlalu jauh dari ruangan kelas. Selanjutnya, di
dalam perjalan, siswa disuruh untuk mengumpulkan bermacammacam batuan
(jangan terlalu banyak), mereka diarahkan untuk duduk melingkar, sehingga
setiap anak akan duduk berhadapan muka. Tahap selanjutnya, anak-anak disuruh
untuk melihat seberapa banyak mereka telah bisa mengetahui macam-macam
batuan yang bisa merek kumpulkan.

Pertama, anak-anak disuruh untuk memisah-misahkan batuan yang mereka


kumpulkan menjadi dua bagian berdasarkan halus kasarnya permukaan.
Selanjutnya, batuan dipisahkan lagi berdasarkan warnanya. Kegiatan ini, mungkin
akan memerlukan waktu beberapa menit sampai beberapa jam. Pemberian nama-
nama batuan atau mineral adalah masalah nomor dua, yang paling penting dari
kegiatan ini adalah anak-anak bisa menemukan beberapa sifat dan ciri dari batuan
tersebut, Batuan, mempunyai tekstur yang berbeda, ini bisa dibuktikan dengan
perbedaan bentuk dan permukaannya dari halus sampai kasar. Beberapa
diantaranya sangat keras, sedangkan yang lainnya begitu mudah untuk
dipecahkan. Beberapa batuan mungkin akan dicatat secara khusus, karena
mempunyai susunan warna yang bermacam-macam. Kesimpulannya mungkin
akan berbunyi sebagai berikut : "batuan disusun atau dibentuk oleh bermacam-
macam substansi atau mineral". Kegiatan seperti di atas, merupakan pendekatan
yang sangat sederhana dan kita bisa mengatakannya sebagai kegiatan belajar yang
sangat dasar. Kegiatan yang sangat dasar ini, lebih cocok diperuntukan bagi anak
SD kelas rendah (kelas satu, dua, dan tiga). Untuk anak-anak SD kelas tinggi,
kegiatan seperti di atas lebih ditujukan kepada investigasi yang lebih dalam lagi:
"kita lihat lapisan-lapisan yang ada pada batuan itu?" "Bagaimana menurut
pendapat kamu lapisan-lapisan pada batuan itu bisa terbentuk?" "Batuan ini
19

kelihatannya tersusun dari kristalkristal, dapatkah kamu jelaskan bagaimana kira-


kira kristal bisa terbentuk di dalam batuan itu?" Discovery semacam ini, akan
dapat membawa siswa ke dalam diskusi yang menarik, dari mulai masalah batuan
yang terbentuk dari material yang meleleh (magma) selanjutnya mengeras dan ada
jauh di bawah permukaan bumi.

Setelah siswa mendapatkan informasi untuk dirinya sendiri, akan merupakan


dasar pemikirai baik yang akan membawa mereka untuk melakukan pengujian
terhadap beberapa macam batuan. Kebanyakan anak-anak telah mengenal pasir,
baik pasir yang ditemui di sungai pasir yang dibeli ayahnya tatkala membangun
rumah, maupun pasir yang pernah diketahui waktu mereka pergi ke pantai.
Mereka melihat bahwa butiran kecil pasii itu telah disatukan satu sama lain dan
membentuk batuan. Di dalam beberapa hal anak-anak dapat memberikan nama
pada batuan tersebut dengan benar. Guru sebaiknya melanjutkan proses
pemecahan masalah, dengan memberikan informasi sebagai berikut : "sering kali
pasir yang bertebaran itu, karena tekanan yang besar dan kuat, bersatu sama lain
dan bersama-sama membentuk batuan baru yang disebu Quarliite". Kritera lain
yang mempunyai proses kejadian sama seperti di atas dapat didemonstrasikan
dengan tanah liat yang dapat berubah menjadi batu tuli: atau menjadi asbak.
Untuk siswa yang baru pertama kali belajar batuan, mereka mungkin belum
mengetahui bahwa batuan itu meliputi batuan "sedimen", batuan "beku", dari
batuan "metamorf". Guru sebaiknya menunggu sampai anak-anak memahami
konsep tersebut sebelum diperkenalkan kepada proses pembentukan batuan.
Diskusi tentang proses pembentukan batuan sangat menarik perhatian anak untuk
berfikir, sebagaimana halnya proses terbentuknya air, api atau perubahannya.
Di sini guru harus berhati-hati membimbing berfikir anak dalam suatu eksplorasi.
Guru harus menyesuaikan materi yang diajarkan dengan tingkat perkembangan
serta pemahaman berfikir anak. Karena, tatkala guru memperkenalkan banyak hal
tentang batuan dalam tingkat yang lebih tinggi, terminologi kata yang
digunakannyapun akan mempunyai arti yang luas, sesuai dengan tingkai
perkembangan berfikir anak serta sejauh mana mereka dapat menghubungkar
dengan pengalaman nyata.
20

2.1.5 Pemecahan Masalah Tentang Sungai


Dorongan belajar pada diri anak akan terlihat tatkala anak mengharapkan suati
pengetahuan atau jawaban dari hal-hal yang mereka hadapi. Mengabaikan
kesempatan tersebut, guru akan kehilangan momen berharga untuk dikembangkan
kepada proses belajar mengajar yang efektif. Apabila dorongan belajar yang
ditunjukan siswa dapat dimanfaatkan dengan baik, pengembangan motivasi
belajar dan berfikir kreatif pada diri anak akan terbentuk dengan sendirinya.

Situasi semacam ini, akan timbul secara tiba-tiba, tatkala sekelompok anak
melakukan perjalanan lintas alam (misalnya, sepanjang sungai). Contoh ketika
seorang siswa mencelupkan tangan pada air sungai atau menancapkan tongkat ke
dalam air, pertanyaan spontan sering timbul dari anak-anal misalnya "berapa
kedalaman sungai ini?" "Saya ingin tahu berapa kira-kira lebar sungai ini?"
Berapa kecepatan air sungai ini mengalir?" Untuk melupakan pertanyaan-
pertanyaan lama dan mencari pertanyaan-pertanyaa baru sangat mudah. Tetapi
membantu anak-anak usia muda mencari jawaba dari pertanyaan-pertanyaan
tersebut, tidak mudah. Apabila guru melemparkan kembali pertanyaan-pertanyaan
tersebut kepada anak didik untuk dicari jawabannya, mereka yang menginginkan
untuk mengetahui kedalaman sungai mungkin akan meresponnya dengan jawaban
sebagai berikut: "Kita dapat: mengukur kedalaman tepi sungai dengan tongkat",
anggota kelompok lain mungkin akan ikut nimbrung dengan pendapatnya kira-
kira sebagai berikut "Tetapi mungkin tidak akan sama kedalamannya disetiap
tempat, bagian tengah sungai lebih dalam dari bagian tepinya", Yang lainnya
mungkin akan menyarankan untuk naik perahu menyebrangi sungai sambil
menguki kedalaman sungai pada setiap tempat sepanjang penyebrangan dengan
menggunakan tali yang diberi bandul.

Setelah diskusi, anak-anak akan segera bisa menyimpulkan untuk mencari


kedalaman rata-rata sungai, diperlukan beberapa kali pengukuran kedalaman dari
mulai tepi yang satu sampai ke tepi yang lainnya. Siswa mungkin akan berfikir
sambil menggunakan perahu, akan lebih baik jika sekalian merentangkan tali dari
21

tepi sungai yang satu sampai ke tepi sungai yang lainnya. Sehingga kita bisa
mengukur lebar sungai dan sekaligus mengetahui kedalamannya. Guru sebaiknya
membimbing siswa-siswinya dalam situasi seperti ini dengan memberitahukan,
bahwa terdapat bermacam-macam cara untuk memecahkan masalah seperti ini,
tanpa harus meninggalkan tepi sungai. Di dalam penggunaan cara pemecahan
masalah, guru dituntut untuk hati-hati dengan mempertimbangkan tingkatan/kelas,
usia, serta kemampuan anak. Untuk pemecahan masalah tentar sungai, guru dapat
memperkenalkan metoda "pace angle" atau metode "napoleon".

1.Mengukur lebar sungai dengan metoda "pace angle"


Prosedumya adalah sebagai berikut : (lihatgambar).
a) Tentukan pohon yang ada di seberang sungai (A)
b) Buatlah pancang yang letaknya tepat lurus dengan pohon diseberang sungai
tadi (B)
c) Berjalanlah sepanjang tepi sungai dengan sudut siku-siku terhadap AB sejauh
20 langkah (catatan : 2 (dua) langkah dianggap sama dengan satu meter),
berilah pancang pada jarak 20 langkah tersebut (C).
d) Teruskan melangkah sejauh 10 langkah lagi dengan arah sama seperti pada
e) c) di atas, dan buatlah pancang (D).
f) Beloklah dari D tegak lurus terhadap DB sampai kamu dapat melihat titik A
dan C ada dalam garis lurus pandangan kamu dan berilah pancang dan itu
dianggap sebagai titik E.
g) Garis DE adalah setengah dari lebar sungai yang ingin kamu ketahui, dan
lebar sungai sebenarnya adalah 2 x (dua kali) jarak DE. Dengan kata lain,
panjang AB =
h) 2 x DE
22

Gambar Pemecahan Lebar Sungai

2. Mengukur lebar sungai dengan metode Napoleon.


Metode Napoleon merupakan cara sederhana digunakan untuk menaksir lebar
sungai. Untuk metode ini hanya diperlukan sebuah topi (misalnya : topi yang
biasa digunakan untuk upacara bendera setiap hari senin). Apabila kebetulan
anak-anak tidak membawa topi, bisa digunakan telapak tangan terbuka yang
ditempelkan sedikit di atas kedua mata (seperti halnya sedang menghormat
bendera), tetapi di sini telapak tangan bagian telunjuk tepat dikenakan di atas
mata. Metode ini mempunyai tahap-tahap sebagai berikut :
a. Pandanglah ujung topi atau telapak tangan kearah tepi seberang sungai
(misalnya ke titik dimana pohon A tumbuh), angkat atau tundukkan kepala
sampai pandangan tepat terhadap titik yang dituju tadi.
b. Setelah pandangan tepat tertuju pada titik A tahanlah posisi kepala kamu dan
putarlah badan kamu tegak lurus terhadap titik A (kamu bebas memutar badan
kearah kiri atau kanan asal masih tetap sepanjang tepi sungai).
c. Berilah tanda, titik temu pandangan kamu dengan tanah sepanjang tepi sungai
(misalnya kebetulan tepat pada suatu pohon dan berilah tanda sebagai titik B).
d. Hitunglah berapa langkah jarak antara tempat kamu berdiri dengan titik B tadi,
adalah lebar sungai yang sedang kamu cari.
23

e. Jarak antara titik tempat kamu berdiri dengan titik B adalah lebar sungai yang
kamu cari. Untuk lebih jelasnya lihat gambar di halaman berikutnya.

Gambar Mengukur Lebar (2)

3. Menghitung kecepatan aliran air sungai


Menghitung kecepatan aliran sungai memerlukan cara yang sedikit lebih rumit.
Akan tetapi, anak-anak memahami bahwa kecepatan gerakan air sungai adalah
sama dengan jarak tempuh per satuan waktu tertentu. Pemecahan kecepatan aliran
sungai sangat mudah dilakukan oleh anak, salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah menghitung jarak tepi sungai tadi. Selanjutnya anak disuruh menghitung
waktu yang digunakan oleh benda yang dibuang ke sungai, untuk menempuh
24

jarak yang telah ditentukan tadi. Hasil perhitungan yang mungkin diperoleh anak
adalah meter permenit. Tetapi perhitungan ini mungkin akan sulit dipahami anak,
untuk perhitungan bisa diubah ke dalam kilometer per jam, karena konsep
kilometer dan jam sudah banyak dikenal anak-anak. Anak mungkin akan bertanya
tentang perhitungan matematika di atas, seperti ada berapa menit satu jam itu?
Berapa jauh benda tadi akan hanyut dalam jangka waktu satu jam, apabila
kecepatannya seperti di atas? Satu kilometer itu sama dengan berapa meter?
Untuk memecahkan masalah di atas, apakah kita harus mengalikannya atau
membaginya? Misalnya, apabila anak-anak memperoleh data benda tadi bergerak
terbawa hanyut air sungai adalah 10 meter per menit, jawaban dari hasil
perhitungan akan menjadi 0,6 km/jam. Perhitungan yang mungkin dilakukan oleh
anak-anak adalah 10 meter/menit x 60 menit/jam = 1.000 meter/kilometer = 0,6
kilometer/jam.

2.1.6 Field Trip dengan Penuntun Kegiatan.


Cara lain yang perlu diketahui guru untuk kegiatan mengajar dengan pendekatan
lingkungan alam sekitar adalah field trip dengan menggunakan petunjuk kegiatan
sebagai alat bantu kegiatan belajar. Pengembangan penggunaan alat bantu ini,
perlu diperhitungkan dan difikirkan secara matang oleh guru atau oleh pimpinan
kegiatan ini. Survey lokasi sebelum kegiatan dilaksanakan mutlak diperlukan
dalam rangka menentukan daerah-daerah dan objek penting sebagai titik fokus
kegiatan yang akan dilakukan. Perhitungan yang matang sehubungan dengan
objek pelajaran, keselamatan dan jumlah siswa merupakan hal pokok yang perlu
difikirkan dengan cermat oleh guru.

Keuntungan dari kegiatan field trip dilengkapi dengan penuntun kegiatan, dapat
menentukan tujuan yang ingin dicapai dari hasil kegiatan dengan jelas. Semua
siswa yang sebelumnya sudah dibagi-bagi dalam kelompok, bekerja bersama-
sama saling mengisi untuk memecahkan masalah yang sesuai dengan petunjuk
yang dibuat. Oleh sebab itu petunjuk kegiatan dapat berfungsi sebagai:
1. Ajuan pertanyaan-pertanyaan
2. Petunjuk hal-hal yang perlu mendapat perhatian khusus
25

3. Penjelasan segala istilah penting


4. Pengaruh dan pemancing berfikir anak dan diskusi lebih lanjut.

Petunjuk kegiatan sepenuhnya merupakan alat bantu tambahan, semuanya itu


tidak dapat menggantikan fungsi dan tugas guru. Biasanya hal itu digunakan
terbatas untuk lingkungan sekitar sekolah kita sendiri, dan hal itu merupakan alat
bantu mengajar yang efektif dalam merangsang minat anak untuk melakukan
investigasi sendiri. Anak-anak akan berjalan terus sepanjang perjalanan dengan
kecepatannya sendiri. Sebagian anak mungkin akan berhenti lebih lama dari yang
lainnya pada hal-hal yang dianggap sangat khusus, karena masalah tersebut
menarik perhatian dirinya untuk diketahui dan diteliti lebih jauh lagi. Dengan
menggunakan penuntun kegiatan field trip, memungkinkan diperkecilnya kegiatan
anak yang kurang berarti. Suatu hal yang harus dihindari oleh guru, adalah
membuat penuntun kegiatan field trip yang berupa soal-soal atau pertanyaan-
pertanyaan, anak-anak hanya dituntut untuk menjawab betul atau salah dan
hanya memberi tanda cek (v) dari masalah-masalah yang ditemukan di dalam
kegiatan ini. Hal ini, bisa mengakibatkan anak-anak mengenyampingkan obyek-
obyek yang sebenarnya sangat penting untuk diketahui, sehingga proses
penemuan (discovery) tidak dilakukan oleh anakanak sepanjang perjalanan itu.
Guru atau pimpinan field trip perlu untuk mempunyai daftar (ceklis)
masalahmasalah penting atau obyek-obyek penting yang ada disepanjang
perjalanan itu, sehingga bisa diketahui hal-hal yang sudah atau belum dikerjakan
oleh anak. Dengan cara itulah, kegiatan field trip bisa dijadikan sebagai
kesempatan baik bagi guru untuk mengajarkan segala sesuatu yang bisa diajarkan
kepada anak-anak. Di dalam petunjuk kegiatan field trip ke suatu tempat
misalnya, bisa mencakup masalah-masalah sebagai berikut :
1. Beberapa contoh kerusakan atau bencana alam
2. Mengidentifikasi tumbuhan atau hewan tertentu, serta
3. Beberapa pertanyaan penting yang menurut pertimbangan guru perlu untuk
disertakan.
26

Dengan menggunakan petunjuk kegiatan field trip, merupakan salah satu cara
untuk memperoleh pengalaman langsung bagi anak. Guru jangan segan-segan
untuk mau diajak berdiskusi tentang beberapa masalah berkaitan dengan yang
tertulis di dalam penuntun kegiatan. Untuk mengembangkan keterampilan anak
anak di dalam mengidentifikasi pohon-pohon atau tumbuh-tumbuhan lain
sepanjang perjalanan field trip, akan lebih baik kalau disertai dengan beberapa
permainan yang berhubungan dengan masalah di atas, misalnya permainan :
daun apa ini? Letakan kembali daun pada tangkainya?, mencocokkan atau
menyamakan daun?. Setelah anak-anak kembali ke kelas, kegiatan diskusi bisa
dilaksanakan untuk memecahkan permasalahan yang ingin mereka ketahui
jawabannya. Penuntun kegiatan field trip dapat digunakan sebagai catatan
pengalaman belajar, dan dapat digunakan sebagai acuan bagi anak untuk
membaca buku-buku yang menunjang, dan melaporkan hasil kegiatan dan diskusi
temuan-temuan selama perjalanan field trip tersebut.
1. Lintas alam ke tepi sungai.
Sesuatu yang perlu diperhatikan dan dikerjakan pada kegiatan lintas alam di
tepi sungai, adalah hal-hal sebagai berikut :
a. Perhatikan setiap langkah selama dalam perjalanan, kamu akan dapat melihat
karakteristik khas dari setiap langkah yang kamu lalui.
b. Berhati-hatilah dengan daun tumbuhan yang dapat membuat kamu gatal-gatal.
Tumbuhan apa yang kamu lihat sepanjang perjalanan, lihat dan carilah
barangkali ada yang cocok dengan daftar nama tumbuhan di bawah ini :
Beringin - Jati Dadap - Cemara - Alpukat Waru - Aren - Kelapa Pinang
-Mangga - Jambu mete Pinus - Akasia - Angsana Gerenuk - Mahoni -
Albasia - Ketapang, dsb.
Perhatikan batuan yang ada pada lapisan bawah tanah (dilihat dari tepi sungai
atau bekas bukit yang longsor):
Untuk apa batuan macam itu biasa digunakan?
Ke arah mana sungai mengalir?
Apakah air sungai itu jernih atau keruh?
Terangkan pohon-pohon apa yang tumbuh disepanjang tepian sungai?
27

Celupkan tanganmu ke air ditepi sungai (apabila memungkinkan), tebak


berapa kira-kira suhu air itu?, Buatlah perkiraan suhu udara disekitarnya,
dan hal-hal apa yang menyebabka terjadinya perbedaan temperatur (suhu)?
Apa yang dimaksud dengan cuaca?

2. Kegiatan lintas alam dengan petunjuk yang dibuat sendiri


Kemungkinan untuk pengembangan petunjuk yang dibuat sendiri oleh anak-anak
dalam kegiatan lintas alam tidak terbatas macamnya. Petunjuk yang dibuat sendiri
juga dapat dijadikan alat yang sangat baik untuk mengembangkan rasa ingin tahu,
dalam rangka mengembangkan kepekaan alat indera anak untuk mengetes kuatnya
keinginan mengobservasi, dan melatih anak ke dalam situasi problem solving.
Kegiatan lintas alam bisa dirancang sedemikian rupa dan dapat digunakan untuk
mengajar, mereview, dan mengetes. Salah satu bentuk petunjuk lintas alam yang
dibuat sendiri adalah apabila keadaan lingkungan dapat menjamin siswa untuk
mengetahui dan mengenali dirinya sendiri, dan mungkin bisa digunakan untuk
mengembangkan sensitifitas dan kesadaran diri terhadap kebesaran sang maha
pencipta melalui fenomena-fenomena yang ada. Kegiatan lintas alam untuk
melatih alat indera.
Lokasi A
Tutuplah matamu, dan telitilah kulit pohon dengan cara diraba oleh kamu
sendiri.
Kata-kata apa yang cocok digunakan untuk menjelaskan tekstur kulit pohon
yang kamu raba itu?
Sekarang buatlah uraian singkat lainnya, berdasarkan hal-hal yang kamu lihat
tentang pohon itu!
Bandingkan kedua uraian di atas dalam hal terminologi (kejelasan kalimat)
dan
vocabulari (penjelasan kata-kata) yang digunakan.
Lokasi B
Berhenti sejenak, dengarkan suara gemersik apa yang kamu dengar?
28

Celupkan tanganmu ke dalam air, apakah air itu terasa lebih hangat atau
dingin bila dibandingkan dengan suhu disekitarnya? dapatkah kamu
memperkirakan berapa suhu air itu?
Sekarang buktikan hasil perkiraan suhu yang kamu buat dengan menggunakan
thermometer suhu? (thermometer diikat sebelum dicelupkan ke air supaya
tidak jatuh ke dalam air) adakah perbedaan suhu hasil perkiraan kamu dengan
hasil pengukuran dengan thermometer ? Berapa derajat perbedaan suhu itu?
Lokasi C
Telitilah daun-daun pohon itu?
Buatlah sketsa (bagan) urat-urat daun yang kamu temukan dari pohon itu?
Apakah daunnya majemuk atau tunggal?
Apakah tepi daunnya rata atau bergerigi?
Rabalah bagian permukaan bawah daun (punggung daun) apakah
permukaannya halus atau kasar?
Lokasi D
Remaslah salah satu daunnya dan ciumlah, seperti apakah bau daun tersebut?
Ciumlah bau tanah humus disamping kiri atau kanan jalan lintasan, seperti apa
baunya?
Cicipilah rasa buahnya (kalau ada). Bagaimana kamu bisa menjelaskan
rasanya?

Kegiatan observasi alam dalam lintas alam


Lokasi A
Ceritakan tentang bunga ini, seperti apa bunga itu menurut kamu?
Buatlah sketsa (bagan) bunga itu selengkapnya, termasuk bagian-bagian
bunganya?
Berapa jumlah lembaran mahkota bunga itu? Apa warnanya?
Bagaimana kedudukan daun pada tangkai atau batangnya?
Apakah bunga-bunga yang kamu temukan itu ada yang sudah menjadi biji?
Jelaskan tentang biji yang kamu lihat? Dan buatlah sketsa biji tadi supaya
kamu mempunyai data tentang itu?
29

Lokasi B
Apabila kamu kebetulan melihat bekas ganti kulit ular lihatlah dengan teliti
(hati-hati jangan dipegang dan harus waspada kalau ada ular berbisa
disekitarnya).
Berapa kira-kira panjang ular itu?
Apa kira-kira warna ular itu apabila kamu lihat dari warna kelupasan kulit
yang kamu temukan? Buatlah sketsa kulit ular itu dan uraikan dengan katakata
yang jelas?
Bagaimana kulit luar ular yang ditinggalkan bisa berbeda dengan kulit luar
yang masih menempel pada dirinya?

Kegiatan problem solving dalam lintas alam


Lokasi A
1. Dapatkah kamu menemukan binatang apa yang membuat sarang di dalam
2. lubang kayu, dan apa buktinya?
3. Menurut pendapat kamu mengapa binatang tersebut memilih sarang pada
tempat seperti itu? Apa kirakira makanan binatang itu?
Lokasi B
Apakah lumut yang kamu temukan pada pohon-pohon dapat digunakan untuk
menentukan arah utara?
Teliti pada 10 buah pohon yang ada disekitarnya, apakah lumut yang
menempel
padanya selalu ada di sebelah utara?
Pada lingkungan yang bagaimana lumut cenderung memilih tempat hidupnya?
Lokasi C
Apabila kamu tersesat di dalam hutan, dan terpaksa kamu harus berada di
dalam hutan untuk beberapa hari, tumbuh-tumbuhan apa yang kamu pilih
sebagai sumber makanan?
Tempat yang bagaimana yang akan kamu pilih sebagai lokasi untuk
mendirikan tenda?
Bagaimana caranya kamu dapat menjaga diri dari keadaan dinginnya
malam atau keadaan hujan. Bagaimana caranya menghindari diri dari
30

bahaya binatang binatang, seperti : ular, lintah atau kalajengking, lipan


dan sebagainya?
Manakah yang lebih baik, menunggu di tempat ini sampai datang
pertolongan atau kamu berusaha mencari jalan untuk kembali, apa yang
sebaiknya kamu lakukan atau perbuat?

2.2 Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Sd Menggunakan


Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
2.2.1. Lingkungan sebagai Sumber Belajar BI di SD
Sumber belajar bukan hanya buku paket (buku teks), karena seperti diungkapkan
Sudjana (2003:77) Sumber belajar adalah segala daya yang dapat dimanfaatkan
guna memberi kemudahan kepada seseorang dalam belajar. Sumber belajar dapat
dipilah menjadi dua macam, yaitu (1) learning resources by design, (2) learning
resources by utilization.
Learning resources by design, yaitu sumber belajar yang dirancang atau sengaja
dibuat untuk belajar mengajar. Misalnya buku, brosur, ensiklopedi, film, video,
tape, slide,OHP, dan sebagainya. Semua sumber tersebut dirancang secara sengaja
untuk kepentingan pembelajaran.
Learning resources by utilization, yaitu sumber belajar yang tidak dirancang
khusus tetapi dapat dimanfaatkan untuk memberi kemudahan dalam belajar
mengajar, biasanya sumber belajar yang ada di sekeliling kita. Contoh sumber
belajar ini misalnya pasar, toko, museum, benda dan tulisan yang ada di sekitar,
dan sebagainya yang ada di lingkungan sekitar. Sumber belajar yang kedua
tersebut tidak dibuat khusus, tetapi langsung dipakai untuk kepentingan
pembelajaran, diambil langsung dari dunia nyata.

Melihat rumusan tersebut, tampak bahwa sumber belajar tidak hanya bertumpu
pada buku, tapi dapat bervariasi. Hal itu sejalan dengan pernyataan pada rambu-
rambu Kurikulum Bahasa Indonesia di SD, bahwa sumber belajar siswa SD itu
dapat berupa : (1) buku pelajaran (buku teks), (2) media cetak, (3) media
elektronik, (4) lingkungan, (5) narasumber, (6) pengalaman dan minat anak, (7)
hasil karya siswa (Depdikbud, 1994). Demikian pula dalam penjelasan umum
31

Kurikulum 2004 (KBK), dinyatakan bahwa Sumber belajar utama bagi guru
adalah sarana cetak seperti: buku, brosur, majalah, surat kabar, poster, lembar
informasi lepas, naskah brosur, foto, dan lingkungan sekitar.

Lingkungan sebagai sumber belajar dapat dibedakan menjadi :


a) Lingkungan alam seperti: sungai, pantai, gunung, kebun, dan sebagainya.
b) Lingkungan sosial misalnya keluarga, rukun tetangga, desa, kota, pasar, dan
sebagainya.
c) Lingkungan budaya misalnya candi, dan adat istiadat.
Pemanfaatan sumber daya lingkungan diperlukan dalam upaya menjadikan
sekolah sebagai bagian integral dari masyarakat setempat. Sekolah bukanlah
tempat yang terpisah dari masyarakatnya. Dengan cara ini fungsi sekolah sebagai
pusat pembaharuan dan pembangunan sosial budaya masyarakat akan
terwujudkan. Selain itu, lingkungan sangat kaya dengan sumber-sumber, media,
dan alat bantu pelajaran. Lingkungan fisik, sosial, atau budaya merupakan sumber
yang sangat kaya untuk bahan belajar anak.

Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian
(sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar akan membuat
anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak
selalu harus di luar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas
untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat
mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh
indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasikan,
membuat tulisan, membuat gambar/ denah, dan sebagainya.

Pemilihan sumber belajar yang bervariasi di SD sangat diperlukan, sebab anak-


anak usia SD sangat memerlukan beragam sumber belajar. Pembelajaran yang
baik memerlukan
sebanyak mungkin sumber belajar untuk memperkaya pengalaman belajar
anak (Depdiknas, 2003:18).
32

Anak SD berada pada tahapan perkembangan yang juga harus diantisipasi pada
waktu mereka belajar. Misalnya anak-anak usia SD mempunyai ketertarikan yang
kuat terhadap apa saja yang mereka temui di lingkungannya. Apa yang langsung
dialaminya (didengar, dilihat, dan dirasakan) merupakan pengayaan kognitif,
emosi, dan perkembangan sosial yang memperluas dan memperkuat akumulasi
perkembangan selanjutnya. Ketertarikan anak terhadap kondisi tersebut menuntut
guru untuk menjadikan lingkungan sebagai sumber belajar (hand on experience).

Ada beberapa alasan mengapa lingkungan bisa dipilih sebagai sumber belajar di
SD. Arikunto (1990:3) misalnya mengungkapkan sebagai
berikut:
(1) Lingkungan merupakan sesuatu yang paling dekat dengan dunia siswa, sudah
dikenal dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan demikian, apabila guru
mengajak mereka untuk mencermatinya tentu sudah ada modal minat dan
motivasi.
(2) Lingkungan merupakan sumber belajar yang sangat kaya.
(3) Lingkungan merupakan tempat nyata kehidupan anak, sehingga diharapkan
akan relevan dengan kehdupannya kelak.
Pengajaran bahasa memang sebaiknya tidak terpisahkan dari lingkungan sekitar,
baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial budaya. Bagaimanapun, para
siswa akan memasuki dunia kehidupan yang nyata, yaitu kehidupan
kemasyarakatan. Siswasiswa merupakan bagian dari tata kehidupan masyarakat
itu sendiri.

Dalam pembelajaran bahasa yang sesuai dengan pandangan whole language,


diperlukan konteks dan pengalaman belajar bahasa yang sesuai dan otentik.
Sumber belajar yang tidak bertalian langsung dengan konteks dan pengalaman
anak menurut pandangan whole language, tidak akan efektif dan tidak
memberdayakan siswa. Pembelajaran bahasa yang baik ialah pembelajaran yang
komunikatif dan integratif. Siswa dikondisikan untuk mempelajari hal-hal yang
bersifat komunikatif. Artinya, siswa mempelajari hal ihwal berbahasa dan bukan
33

mempelajari tentang bahasa. Pembelajaran seperti ini harus berorientasi pada


kecakapan atau keterampilan.

Omagio (dalam Tarigan, 1989: 9) mengajukan lima hipotesis tentang pengajaran


bahasa yang mengacu pada kecakapan atau keterampilan berbahasa.
Hipotesis kesatu : Berbagai kesempatan harus disediakan bagi para siswa untuk
mempraktikkan penggunaan bahasa di dalam konteks yang mirip seperti di dalam
budaya bahasa sasaran. Untuk memenuhi tuntutan hipotesis ini, harus
dilaksanakan atau dipenuhi empat syarat berikut ini.
(1) Para siswa hendaknya didorong untuk mengekspresikan gagasan mereka
sendiri sedini mungkin setelah keterampilan-keterampilan produktif
diperkenalkan dalam pengajaran.
(2) Pendekatan yang dilaksanakan harus berorientasi pada kecakapan
meningkatkan serta mengembangkan interaksi komunikasi aktif di antara para
siswa.
(3) Praktik penggunaan bahasa kreatif (sebagai lawan praktik konvergen atau
manipulatif) haruslah dikembangkan atau dirangsang di dalam kelas yang
berorientasi pada kecakapan.
(4) Bahasa yang otentik haruslah dipakai dalam pengajaran di mana saja apabila
mungkin.
Hipotesis kedua : berbagai kesempatan harus disediakan bagi para siswa untuk
menggunakan fungsi-fungsi bahasa yang terdapat dalam budaya sasaran.
Hipotesis ketiga : perkembangan kecakapan linguistuik para siswa harus
diperhatikan sejak awal pengajaran.
Hipotesis keempat : pendekatanpendekatan yang berorientasi pada kecakapan
harus memberi responsi atau tanggapan terhadap kebutuhankebutuhan afektif dan
kognitif para siswa. Para siswa harus merasa terdorong untuk belajar dan harus
diberi kesempatan untuk mengekspresikan gagasan atau isi hati mereka dalam
lingkungan yang bebas.
Hipotesis kelima : Pengertian kultural harus dikembangkan dengan berbagai cara
sehingga para siswa dipersiapkan untuk hidup lebih harmonis di dalam
masyarakat bahasa sasaran.
34

Proses belajar megajar bahasa tidak hanya dapat dilakukan di dalam ruangan,
tetapi bisa di luar lingkungan dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber
belajar. Sumber belajar lingkungan dan belajar di luar kelas akan lebih
komunikatif, karena siswa langsung terlibat dalam masyarakat bahasa dan bahasa
yang fungsional digunakan masyarakat yang bersangkutan.

Demikian pula keadaan kelas, harus kaya dengan sumber belajar sebagai pajanan
untuk siswa dalam belajar bahasa. Keadaan kelas harus dilengkapi dengan hiasan
yang menunjang pemerolehan bahasa tingkat awal. Hiasan berupa abjad, gambar
bertulis, atau ada sudut bahasa (menyimak, membaca, berbicara, dan menulis) di
setiap kelas akan membantu siswa dalam pemerolehan bahasa. Pembelajaran
bahasa dengan menggunakan sumber belajar lingkungan, guru dapat
memanfaatkan alam sekitar dan segala yang ada di sekeliling anak (rumah
maupun sekolah) untuk menunjang kecakapan berbahasa.

2.2.2 Memilih Sumber Belajar


Guru perlu memahami dan dapat memilih sumber belajar yang tepat pada waktu
mengajar di kelas. Memilih sumber belajar, harus didasarkan kriteria tertentu,
yaitu kriteria umum dan kriteria berdasarkan tujuan yang hendak dicapai
(Sudjana, 2003:85). Kedua kriteria itu berlaku baik untuk yang dirancang maupun
sumber yang dimanfaatkan. Kriteria umum dalam memilih sumber belajar bahasa
merupakan ukuran kasar yang dapat dijadikan patokan, ketika seorang guru
memilih sumber belajarnya. Kriteria umum tersebut sebagai berikut:
(1) Sumber belajar harus ekonomis, artinya sumber yang digunakan tidak terlalu
mahal. Kalaupun harganya agak mahal harus bermanfaat dalam jangka
panjang sehingga akan tetap terhitung murah.
(2) Sumber belajar harus praktis dan sederhana, artinya tidak memerlukan
pelayanan yang langka dan khusus, sehingga tidak akan menyulitkan guru
sendiri.
35

(3) Sumber belajar harus mudah diperoleh, artinya sumber belajar itu dekat, tidak
perlu diadakan atau dibeli ditoko. Sumber belajar yang tidak dirancang lebih
mudah diperoleh karena dapat dicari di lingkungan sekitar.
(4) Sumber belajar harus bersifat fleksibel, artinya bisa dimanfaatkan untuk
beberapa tujuan dan tidak dipengaruhi faktor luar, misalnya kemajuan
teknologi, nilai, budaya, dan berbagai keinginan pemakai sumber belajar itu
sendiri.

Kriteria memilih sumber belajar berdasarkan tujuan antara lain sebagai berikut:
(1) Sumber belajar untuk memotivasi, terutama untuk siswa yang rendah
tingkatannya. Siswa kelas rendah SD yang belajar membaca atau menulis
permulaan misalnya, memerlukan sumber belajar yang menarik dan nyata
dibandingkan dengan kelas tinggi. Karena siswa kelas rendah akan
semakin tertarik dan termotivasi untuk belajar karena sumber belajarnya
menarik.
(2) Sumber belajar untuk tujuan pembelajaran, yaitu sumber belajar untuk
mendukung kegiatan belajar mengajar di kelas dalam mencapai tujuan.
(3) Sumber belajar untuk penelitian, yaitu sumber yang dapat dianalisis,
diobservasi biasanya sumber yang langsung dari masyarakat atau
lingkungan.
(4) Sumber belajar untuk memecahkan masalah dan untuk presentasi.

Selain itu, pada waktu pemilihan sumber belajar, guru bahasa Indonesia harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
(1) Tuntutan kurikulum, artinya ketika guru berniat memilih sumber belajar yang
cocok dengan tuntutan Kurikulum 2004, guru harus mempertim-bangkan: a)
fungsi pembelajaran, b) tujuan pembelajaran, dan c) rambu-rambu
pembelajaran. Fungsi pembelajaran bahasa Indonesia seperti tertera dalam
Kurikulum 2004 ialah : (a) sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa,
(b) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian
dan pengembangan budaya, (c) sarana peningkatan pengetahuan dan
keterampilan untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi,
36

dan seni, (d) sarana penyebarluasan pemakaian Bahasa Indonesia pemakaian


Bahasa Indonesia yang baik untuk keperluan menyangkut berbagai masalah,
(e) sarana pengembangan penalaran, (f) sarana pemahaman beragam budaya
Indonesia melalui khazanah kesusastraan indonesia.
Sedangkan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia secara umum adalah sebagai
berikut: (a) Siswa menghargai dan membanggakan Bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara.
(b) Siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi,
serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam
tujuan, keperluan, dan keadaan.
(c) Siswa memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk
meningkatkan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial.
(d) Siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan
menulis).
(e) Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
(f) Siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Rambu-rambu pembelajaran bahasa Indonesia yang dimaksud ialah sebagai
berikut: (a) Fungsi utama bahasa adalah untuk berkomunikasi. Maksud
komunikasi dapat berupa pengungkapan pikiran, gagasan, ide, pendapat,
keinginan, penyampaian indformasi, dan lain-lain. Hal itu disampaikan dalam
aspek kebahasaan berupa kata, kalimat, paragraf (komunikasi tulis) atau
paraton (komunikasi lisan), ejaan dan tanda baca (dalam bahasa tulis), serta
unsurunsur prosodi (intonasi, nada, irama, tekanan, tempo) dalam bahasa lisan
(Depdiknas, 2003).
(2) Keotentikan (bahasa yang benar-benar ada dan digunakan dalam kehidupan
siswa serta sesuai dengan fungsinya) dan aktualitas (kemutahiran dan
keberadaan bahasa itu masih hidup dan dikenal) sumber belajar, maksudnya
memilih sumber belajar itu harus diupayakan otentik, karena sumber belajar
yang otentik akan memberikan gambaran tentang bahasa yang sebenarnya
37

kepada siswa. Dengan demikian, siswa akan mengetahui bagaimana bahasa


yang komunikatif itu. Demikian pula aktualitasnya, sumber belajar yang aktual
dan populer akan lebih baik digunakan dalam proses belajar mengajar bahasa
daripada sumber belajar yang tidak dikenal siswa. Sumber belajar yang aktual
dapat memotivasi siswa untuk belajar bahasa dengan baik dan
sungguhsungguh.
(3) Jenjang pendidikan, artinya pemilihan sumber belajar harus disesuaikan
dengan jenjang kelas dan usia siswa SD. Jika sumber itu menyulitkan
siswa,maka akan menjadi hambatan dalam penerimaan materi. Sebaliknya, jika
sumber juga terlalu mudah, maka akan membosankan siswa. Oleh karena itu,
pemilihan sumber belajar bahasa untuk SD kelas rendah dan SD kelas tinggi
perlu perhatian dan penanganan yangberbeda.

2.2.3 Tujuan Penggunaan Lingkungan sebagai Sumber Belajar Bahasa


Indonesia di Sekolah Dasar
Arikunto (1990: 4) mengungkapkan bahwa tujuan lingkungan dijadikan sumber
belajar antara lain :
(1) untuk mengefektifkan pembelajaran,
(2) untuk membuat pembelajaran menjadi relevan; baik relevan dengan kebutuhan
siswa, relevan dengan konsep perkembangan anak, maupun relevan dengan
apa yang menarik minat anak,
(3) agar pembelajaran menjadi efisien dan murah.

Pernyataan Arikunto tersebut diperkuat oleh prinsip pendekatan whole language


yang menurut Goodman (1986: 26-31) ditopang oleh empat landasan dasar, yaitu :
(1) teori belajar,
(2) teori kebahasaan,
(3) pandangan dasar tentang pengajaran, dan
(4) peranan guru serta pandangan kurikulum berpusatkan bahasa.

Menurut Goodman isi pembelajaran bahasa akan dengan mudah dikuasai murid
apabila bersifat (1) nyata, (2) menyeluruh, (3) bermakna, (4) relevan, (5)
38

fungsional, (6) disajikan dalam konteks pemakaian, dan (7) murid


menggunakannya.

Peranan guru dalam kelas yang berpijak pada pendekatan whole language bukan
hanya sebagai penyaji materi, namun lebih dinamis. Menurut Aminuddin
(1997:33) dalam kelas whole language guru berperan sebagai:
1. model, guru menjadi contoh perwujudan bentuk aktivitas berbahasa yang
ideal, dalam kegiatan membaca, menulis, menyimak dan berbicara;
2. fasilitator, guru mempersiapkan bahan pengayaan yang memberi peluang
bagi murid dalam menemukan dan mengembangkan pemahaman;
3. pebelajar, guru merupakan pembantu yang senantiasa mempelajari sesuatu
yang dipelajari murid, mempelajari kesulitan yang dihadapi murid serta
memikirkan pemecahannya;
4. pengamat dan peneliti, guru senantiasa mengamati gejala minat, motivasi,
dan proses belajar murid. Guru perlu mengumpulkan bahan untuk memahami,
proses dan kemajuan belajar murid. Caranya dapat dari hasil tugas, catatan
lapangan, dan tanya jawab. Selain itu, guru juga perlu mengadakan refleksi;
5. dinamisator, guru bersahabat, bersedia mengingatkan murid atau memujinya,
serta memanfaatkan berbagai bentuk penguatan.

Berikut ini contoh penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar bahasa di SD.
A. Contoh Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Menggunakan Lingkungan
1. Contoh Pembelajaran Mendengarkan Menggunakan Lingkungan
Berikut contoh penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar
mendengarkan/menyimak.
Kelas : III
Waktu : 2 x 40 menit
a) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.
b) Guru memberi penjelasan apa yang harus dikerjakan oleh tiap kelompok.
c) Siswa dibawa keluar kelas. Setiap kelompok harus mengamati lingkungan
sekolah dan harus mencatat secara rinci apa yang dilihatnya itu. Kalau perlu
apa yang diamatinya secara kelompok itu dicatat.
39

d) Selesai pengamatan, masih di luar, setiap kelompok melalui perwakilannya


harus memberi
e) penjelasan rinci dengan cara mengatakan rincian apa yang ditemukannya itu
kepada kelompok lain. Setelah selesai merinci, kelompok yang menyimak
harus menerka benda apa, atau apa yang dirinci oleh kelompok tersebut.
f) Setiap kelompok mendapat giliran, dan setiap orang dalam kelompok juga
mendapat giliran. Hasilnya, kelompok yang anggotanya paling banyak
menerka benar, dan kelompok mana yang anggotanya paling lancar merinci
temuannya yang menang.
2. Contoh Pembelajaran Berbicara Menggunakan Lingkungan
Contoh ini di kelas 5 Kurikulum 2004 semester II.
Kelas : 5
Waktu : 2 x 40 menit (satu kali pertemuan)
Prosedur pelaksanaan :
a) Siswa dibagi menjadi empat kelompok, kemudian dibagi tugas untuk
mewawancarai pedagang di lingkungan sekolah.
b) Setiap kelompok membuat daftar pertanyaan untuk wawancara dengan
pedagang di lingkungan sekolah.
c) Siswa bersama kelompoknya keluar kelas untuk mewawancarai pedagang di
lingkungan sekolah.
d) Siswa mengajukan pertanyaan yang telah dibuatnya kepada para pedagang.
e) Siswa mencatat pesan yang diberikan oleh pedagang.
f) Siswa secara berkelompok membuat laporan hasil wawancara dengan
pedagang.
g) Masing-masing kelompok membacakan hasil laporannya di depan kelas.
1. Mendeskripsikan benda/ tempat di Lingkungan anak
a) Siswa menebak sebuah nama/ benda/ tempat berdasarkan deskripsi dari
guru atau temannya.
b) Siswa membuat deskripsi dari sesuatu benda/ teman/ tempat dengan
bimbingan guru. Maksudnya guru memberikan sebuah nama ( siswa
menyimak), siswa membuat dskripsinya.
40

c) Setiap siswa membuat deskripsi sebanyak tiga buah benda/ tempat/ teman
yang diarahkan menajdi tebak-tebakan atau teka-teki.
d) Setiap siswa menukar hasil masing-masing dengan teman sebangkunya
untuk menjawab teka-teki.
e) Selesai menjawab mereka menukarkan lagi untuk diperiksa jawabannya.

Menjelaskan denah/ peta lokasi tempat


Kelas IV
Waktu : 2 x 40 menit
a) Siswa diajak meneliti keadaan lingkungan sekolah dengan dibekali
beberapa pertanyaan seperti :
a. Terdiri dari berapa ruangan sekolah kita?
b. Ruang apa saja?
b) Seorang siswa dengan bantuan guru dan siswa lainnya membuat denah
sekolah mereka.
c) Setelah mereka membuat denah, setiap siswa harus menceritakan keadaan
lokasi sekolah mereka dan kelas mereka.
d) Mengulangi kegiatan di atas dengan objek rumah-masingmasing.

3. Contoh Pembelajaran Membaca Menggunakan Lingkungan


Berikut ini contoh penggunaan lingkungan dalam pembelajaran membaca.
Kelas : IV
Waktu : 2 x 40 menit
a) a.)Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.
b) Siswa berkelompok harus membawa hasil pengamatannya berupa proyek,
penulisan papan
c) nama atau papan iklan atau yang ada di sekitar tempat tinggal mereka.
d) Hasilnya, beberapa papan nama atau iklan tersebut harus dibuat deskripsinya.
e) Siswa membaca hasil deskripsi yang telah dibuatnya di depan kelas
f) Guru menuliskan salah satu papan nama atau iklan itu dalam bentuk deskripsi
di papan tulis, kemudian semua siswa secara klasikal membaca nyaring.
41

Contoh membaca petunjuk


Kelas : III
Waktu : 2 x 40 menit
a) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.
b) b) Siswa berkelompok harus membawa hasil pengamatannya
c) berupa proyek, petunjuk rambu-rambu jalan atau petunjuk pemakaian
(bungkus supermi,
d) bungkus obat batuk, dan sebagainya yang ada petunjuk pemakainnya)
e) Hasilnya, beberapa petunjuk pemakaian yang dapat dibaca oleh siswa.
Petunjuk tersebut dibaca oleh siswa terus harus dibuat deskripsinya.
f) Siswa membaca hasil deskripsi yang telah dibuatnya di depan kelas.
g) Guru menuliskan salah satu petunjuk itu dalam bentuk deskripsi di papan tulis,
kemudian
h) semua siswa secara klasikal membaca nyaring.

4.Contoh Pembelajaran Menulis Menggunakan Lingkungan


Berikut ini contoh penggunaan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar
menulis di SD.
Kelas : IV
Waktu : 2 x 40 menit
Seorang guru kelas IV SD Ketilang mengajak siswanya ke luar kelas untuk
mengamati apa yang ada di taman sekolahnya. Setiap kelompok siswa harus
mengamati bagian taman sekolah yang diminatinya. Ada yang mengamati kebun
sekolah, warung sekolah, kebersihan sekolah, ada yang mengamati halaman
sekolah, dan ada yang mengamati posisi dan denah bangunan sekolah. Setiap
anggota kelompok harus membuat karangan pengalaman deskripsi dari hasil
pengamatannya. Setiap siswa dalam kelompok membuat karangan dari hasil
penemuan kelompoknya dalam bahasanya masing-masing. Ada yang membuat
karangan tentang kebersihan sekolah. Ada yang membuat karangan tentang
memelihara bunga di taman sekolah. Yang lain menulis tentang kebersihan di
sekolahnya. Ada pula yang membuat denah dan membuat deskripsinya.
42

Contoh lain menulis dengan sumber belajar lingkungan sebagai berikut.


Kelas : V
Waktu : 3 x 40 menit
a) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.
b) Siswa diajak keluar untuk mengobservasi keadaan lingkungan sekolah yang
telah ditentukan sebelumnya oleh guru: perpustakaan, kantin, lapangan
upacara, dll. Dengan bimbingan guru.
c) Guru menyuruh siswa agar memperhatikan beberapa lokasi di sekolah tadi,
manakah yang perlu mendapat perhatian dalam hal fisik bangunan, sarana
prasarana, kebersihan, serta apa
d) yang menjadi masalah yang harus diinformasikan untuk
e) ditindaklanjuti oleh kepala sekolah.
f) Tiap kelompok harus membuat surat yang diajukan kepada kepala sekolah
mengenai keadaan sekolah yang telah diamati dengan menggunakan bahasa
yang jelas, benar, dan sopan.
g) Setiap kelompok membacakan suratnya di depan kelas.
h) Kelompok lain mengajukan pendapat gagasan, terhadap permasalahan yang
dibahas.
i) Tiap kelompok mengirimkan suratnya ke alamat sekolah melalui pos.
j) Kepala sekolah membalas surat yang dikirimkan siswa juga melalui pos
dengan alamat kelas tempat siswa yang mengirimkan surat tersebut. Dengan
demikian, setiap siswa akan menjadi sadar bahwa fungsi surat itu alat
komunikasi tertulis dan pasti akan ada balasannya.

5.Contoh Pembelajaran Terpadu Menggunakan Lingkungan


Contoh model pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan sumber belajar
Lingkungan
Tema : Lingkungan
Topik : Papan nama/ spanduk/ iklan di lingkungan sekolah/ tempat tinggal siswa
Kelas III
Waktu : 6 x 40 menit
43

Tujuan kelas : Siswa mampu menyerap isi ceritadan berita yang diengar atau
dibaca
Pembelajaran : Membaca petunjuk-petunjuk, papan nama, dan menjelaskannya.
Membuat kamus kecil berbagai sumber.
Tujuan pembelajaran khusus :
Siswa dapat menjelaskan arti kata-kata yang dianggap sulit dari papan nama.
Siswa dapat memuat kamus kecil dari papan mana/ spanduk/ iklan.
Siswa dapat mendeskripsikan pesan dari papan nama/spanduk/iklan menjadi
pesan yang jelas.
Siswa dapat menuliskan pesan dari papan nama/spanduk/iklan dengan ejaan
yang benar (huruf kapital, tanda koma, tanda titik, tanda tanya).
Siswa dapat menggunakan bahasa sesuai dengan fungsinya melalui bermain.
Siswa dapat memerankan peranan sesuai dengan yang ditokohkan.

Kegiatan Pembelajaran
Satu unit pembelajaran ini dilaksanakan untuk tiga pertemuan Sebelum
pelaksanaan pembelajaran ini, para siswa sudah diberi tugas secara individu untuk
mencatat kata-kata yang tertulis pada papan nama di sekitar sekolah (tempat
tinggalnya). Setiap siswa mencatat tulisan pada papan nama/ spanduk/ iklan yang
ditemuinya di sekitar mereka. Pencatatan disesuaikan dengan aslinya, ditulis pada
selembar kertas dan boleh diberi gambar dan diwarnai. Setiap siswa boleh
mencatat tulisan pada papan nama/sapnduk/iklan sebanyak-banyaknya. Setiap
siswa harus mencatat kata-kata yang dianggap sulit dari papan
nama/spanduk/iklan yang ditemukannya. Guru sebelumnya memberi contoh
papan
nama/spanduk/iklan, baik langsung yang ada di sekolah maupun fotonya.

Pertemuan kesatu
1. Para siswa memilih kelompok, setiap kelompok tiga
orang.
2. Setiap kelompok mengumpulkan kosakata yang
dianggap sulit oleh setiap anggotanya. Kosakata yang
44

terkumpul dipilih (didiskusikan) dalam kelompok; kosa


kata yang benar-benar
(2) belum diketahui oleh kelompok atau bisa juga semua kata ditulis, tapi
kosakata yang sudah diketahui kelompok diberi penjelasan dengan kata-kata
sendiri. Kosakata yang sulit menurut kelompok diberi penjelasan dengan
bantuan kamus.
(3) Kelompok menyusun kata-kata yang sudah diberi penjelasan itu menjadi
kamus kecil (tersusun alpabetis seperti kamus). Kamus dapat diberi sampul
dan digambari.
(4) Hasilnya dapat dibacakan di depan kelas atau ditempel di dinding kelas
sehingga setiap
(5) siswa/ kelompok dapat membaca hasil temannya.

Pertemuan kedua
(1) Setiap siswa memilih satu papan nama/spanduk/ iklan yang paling disukainya
dari papan nama/ spanduk/ iklan yang mereka temukan di lingkungannya.
(2) (Anak berkumpul kembali dalam kelompoknya) Kelompok berdiskusi
memilih satu papan
(3) nama/sapnduk/iklan yang paling diminati kelompok.
(4) Catatan : pemilihan ini dapat juga melalui sharing kalsikal dari semua temuan
siswa.
(5) Setiap kelompok membaca pesan yang tertulis pada papan nama/ spanduk/
iklan yang telah dipilihnya.
(6) Setiap kelompok menuliskan pesan tersebut dalam bentuk uraian (deskripsi).
(7) Setiap kelompok membacakan hasilnya di depan kelas. Aslinya ditulis guru di
papan tulis supaya terjadi diskusi, mungkin ada kelompok yang kurang
sependapat.
(8) Para siswa mengelompokkan kalimat/ kata yang harus menggunakan huruf
kapital dan
(9) tanda baca yang benar (secara berkelompok) dari wacana hasil
mendeskripsikan papan nama/ spanduk/ iklan yang telah dikerjakan siswa
dalam kelompok atau ditukar dengan kelompok lain. Secara kritis para siswa
45

harus mengoreksi betul tidaknya penggunaan huruf kapital dalam deskripsi


dan penggunaan tanda baca lainnya (titik, koma, tanda tanya, tanda seru). dari
wacana kelompok lain dan kelompoknya.
(10) Pada akhir pertemuan kedua, para siswa secara kelompok diberi tugas
untuk mempersiapkan bermain peran berkaitan dengan dengan kegiatan atau
pekerjaan yang sesuai dengan topik pilihanya. Beri kesempatan kepada para
siswa untuk bertanya jawab. Barangkali ada yang kurang dimengerti. Kalau
perlu diberi contoh.

Pertemuan ketiga
(1) Setiap kelompok secara bergiliran menampilkan adegan bermain peran.
(2) Setiap selesai satu kelompok tampil, kelompok lain diperkenankan
mengomentari/ berpendapat sesuai dengan pengalaman mereka tentang adegan
tersebut. Mungkin dalam bentuk kritikan : bukan begitu, bukan itu, masa
begitu, mengapa begitu (setiap selesai satu kelompok tampil guru mengajak
anak-anak bertepuk tangan).
(3) Setelah semua kelompok tampil, guru memberi penguatan dan pujian. Anak-
anak juga diberi penjelasan tentang papan nama/ spanduk/ iklan yang baik,
yaitu yang bisa cepat dimengerti pembacanya dan tidak menggunakan huruf
yang sulit dibaca (harus jelas), tidak menggunakan kata asing bila ada kata
Indonesianya dan menarik baik warna maupun posisinya.

Evaluasi
Evaluasi yang digunakan adalah proses dan produk. Evaluasi produk berupa
tulisan deskripsi setiap kelompok dan hasil pembuatan kamus kecil yang
dikumpulkan dalam portofolio Evaluasi proses berupa pengamatan performansi
pada waktu diskusi dan bertukar pengalaman di kelas, serta waktu bermain peran,
dengan menggunakan instrumen lembar observasi yang dibuat guru.

Tindak lanjut
Para siswa membuat papan nama/spanduk/ iklan untuk kepentingan masing-
masing (mereka berimajinasi menjadi dokter, pekerja bengkel, pekerja salon,
46

bidan, pengusaha pabrik, dan lainlain) Mereka membuat papan nama/ spanduk/
iklan/papan nama tersebut dan mewarnainya.
Contoh dan Deskripsi Papan Nama, Petunjuk, dan Iklan.
Contoh 1. Papan Nama Dokter :

Dokter Dimmy A. Effendi adalah dokter spesialis. Ia ahli dalam mengobati


penyakit di telinga, hidung, dan tenggorokan. Ia praktk setiap hari Selasa dan
Kamis. Jadi, peraktik hanya dua hariu dalam seminggu. Mulai peraktik pukul
14.00 sampai dengan pukul 16.00.

Contoh 2. Papan Nama Kelurahan :

Kelurahan Kotakaler termasuk wilayah Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten


Sumedang. Kelurahan ini berada di Jalan Mayor Abdurachman No. 214 Telepon
Sumedang.
47

Contoh 3 Papan Nama SD:

Sekolah Dasar Negeri Sukamaju berada di Kecamatan Sumedang Utara. Sekolah


Dasar ini menginduk ke Dinas Pendidikan Pemerintah Kabupaten Sumedang.
Alamat lengkapnya berada di Jalan Dano No. 02 Kecamatan Sumedang Utara
Kabupaten Sumedang.

Contoh 4 Petunjuk :

Dari rambu-rambu petunjuk ini, kalau mau ke pusat kota Sumedang atau ke
gedung DPRD, atau ke Gedung Negara sebagai pusat Pemerintahan Daerah
Kabupaten Sumedang, lurus ke depan. Sedangkan dari rambu-rambu ini kalau
mau menuju ke Tasikmalaya melalui jalan Wado harus mengambil arah ke
sebelah kiri. Kalau bermaksud menuju ke Bandung atau ke Subang harus
mengambil arah ke kanan dari rambu-rambu ini.
48

Contoh 5 Papan Iklan

Tanah yang ada papan iklan ini akan dijual. Tetapi yang mempunyai tanah
mengharapkan yang berminat membeli tanah ini datang langsung ke pemilik tanah
tanpa perantara. Luas tanah yang akan dijual 358 bata. Bila ada yang berminat
untuk membeli tanah ini bisa menghubungi yang punya tanah dengan nomor
telepon (021) 6402567 atau nomor Hand phone 08122534457.
49

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengajaran dengan menggunakan pendekatan lingkungan alam sekitar
adalah menggunakan atau memanfaatkan lingkungan siswa sebagai
sumber belajar untuk keperluan pengajaran dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran dengan menggunakan model dan teknik yang sudah ada.
Dalam pelaksanaannya dapat membawa kelas ke lingkungan dan dapat
juga lingkungan dibawa ke sekolah. Ini berarti bahwa pengajaran akan
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

3.2 Saran
Perkembangan teknologi dari tahun ke tahun semakin maju dan
kemampuan Sumber Daya Manusia ( SDM ) terus meningkat khususnya
bagi seorang guru yang bertugas mendidik dan membimbing siswa agar
menjadi anak-anak yang memiliki IPTEK dan siap bersaing dalam
menghadapi perkembangan zaman. Untuk itu seorang guru harus kreatif
dan inovatif dalam mengajar siswa-siswanya agar tidak membosankan.
Salah satu contoh adalah dengan pendekatan lingkungan alam sekitar.
Sehingga tercipta generasi-generasi yang cerdas.
50

DAFTAR PUSTAKA

Barlia Lily, (2008). Mengajar Dengan Pendekatan Lingkungan Alam Sekitar.


Subang : Royyan Press
Novelasari, Winda. 2013. Makalah Teknik Mengajar Dengan Pendekatan
Lingkungan Alam Sekitar. Diakses di URL
http://wiendha29.blogspot.co.id/2013/12/makalah-teknik-mengajar-
dengan.html

Anda mungkin juga menyukai