BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
b. Belajar Eksploratory
Proses pembelajaran Eksploratory yaitu memanfaatkan lingkungan alam sekitar
sekolah sebagai fasilitas belajar anak. Lingkungan alam sekitar sangat bervariasi,
dimulai dari permukaan tanah yang tidak rata, bukit, kebun, kolam, sawah, sungai
dan sebagainya. Hal itu semua, merupakan fenomena menarik dan khas yang akan
memacu anak didik untuk melakukan eksploitasi. Misalnya, permukaan tanah
yang tidak rata seperti terlihat jelas pada tebing, yang tersusun oleh bermacam-
macam hasil proses alam, pelapukan, pengikisan oleh air, baik air hujan maupun
air sungai itu sendiri. Sehingga, akan terlihat seperti lukisan dengan bermacam-
macam warna dan lapisan. Tebing di kiri kanan sungai merupakan tempat
keindahan dan keanehan alami yang tidak ternilai harganya, sebagai fasilitas
belajar anakanak. Mereka akan sangat senang apabila dibawa pulang ke obyek
yang bisa mereka pelajari. Tetapi perlu diperhatikan, obyek belajar yang akan
digunakan harus dipertimbangkan secara cermat dan teliti untuk keselamatan
siswa. Di sinilah perhitungan, pertimbangan serta penelitian awal perlu dilakukan
guru. Anak didik akan senang di bawa ke lingkungan yang sebenarnya, karena
mereka akan mempunyai kesempatan untuk mengekplorasi sesuatu oleh dirinya
sendiri. Mereka akan dengan sendirinya menentukan langkah atau keputusan
untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan. Dan buku-buku akan
berperan penting sebagai pemberi informasi yang mereka dapatkan dari
lingkungan. Di sinilah, guru akan menyadari bahwa kegiatan belajar anak
sebenarnya merupakan tanggung jawab anak itu sendiri. Peran guru bukanlah
semata-mata sebagai pendikte atau pemberi informasi, tetapi lebih cenderung
sebagai fasilitator belajar anak.
Sebagai ilustrasi dari kegiatan di atas, komunitas dua arah antara guru dar siswa
akan sangat baik. Guru bukan lagi dianggap sebagai penguasa tunggal di dalam
kelas, tetapi lebih cenderungdianggap sebagai teman yang bisa diajal berdiskusi
tentang masalah-masalah yang mereka temukan.
7
c. Inkuiri
Sudah tidak terhitung banyaknya temuan-temuan baru di dalam bidang sains
yang kita ketahui saat ini. Temuan-temuan tersebut, tidak mungkin bisa terwujud
kalau investigator atau inquirer hanya mengandalkan kepada pertanyaan-
pertanyaan yang sudah diketahui jawaban sebelumnya. Seorang ahli inkuiri yang
telah berpengalaman, akan menggunakan seni membuat pertanyaan yang dapat
membawa anak didik kepada proses penemuan jawaban-jawaban dari masalah-
masalah yang belum diketahui jawabannya. Sebagai gambaran, di sini sebaiknya
kita lihat inkuiri dari eksplorer anak kelas 3 SD. Mereka merupakan penemu-
penemu potensial yang senang mendatangi lapangan rumput atau tempat-tempat
lain di sekitar sekolah. Mereka akan datang ke dekat bunga-bunga yang ada dan
mereka akan mendekati sekelompok bunga yang asing baginya, mungkin asing
juga bagi gurunya sendiri.
d. Problem Solving
Apakah mungkin kita dapat memotivasi anak usia sekolah dasar untuk terlibat
dalam inkuiri? Anak-anak usia sekolah dasar secara alami mempunyai sifat ingin
tahu (curious) yang sangat besar. Inkuiri kebanyakan terjadi karena dorongan hati
anak-anak itu sendiri, yang disebabkan oleh rasa ingin tahu dan keheranannya
terhadap suatu fenomena yang mereka temukan. Hal tersebut, biasanya terwujud
dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang menggelitik hatinya, misalnya "saya
heran mengapa....?" "saya heran kapan....?".
Serangkaian kejadian, dapat dijadikan sebagai bahan untuk menggali pertanyaan-
pertanyaan pada anak, sesuatu yang mengherankan ataupun yang mengagumkan
bagi diri anak, dapat dijadikan sebagai permasalahan yang menuntut untuk dicari
jawabannya. Semuanya, dapat dikaitkan dengan proses inkuiri. Contoh situasi
seperti di atas, menggambarkan guru dan siswa sedang menghadapi masalah yang
menuntut pemecahan lebih lanjut. Strategi yang perlu dilakukan oleh guru adalah
memotivasi siswa dan membawanya ke dalam inkuiri. Siswa diajak untuk selalu
bertanya tentang sesuatu masalah yang ingin dicari jawabannya.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut ditujukan kepada guru, dan guru yang ditanyai itu
hanya dapat menjawab dengan kata-kata"ya" atau "tidak". Pendekatan khusus ini,
8
menekankan kepada siswa untuk tidak hanya mengobservasi sesuatu lebih dekat
lagi dan mencari data saja, tetapi juga, yang lebih penting dari itu adalah
mengungkapkannya ke dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan inkuiri. Sebagai
gambaran lebih jauh dari hal ini, bahwa guru harus mengacu kepada suatu
keadaan yang lebih terbuka, lebih banyak mengajak siswa untuk berfikir kreatif,
analitis, dan sistematis di dalam memecahkan sesuatu masalah. Contoh, siswa-
siswa dari suatu kelas diajak untuk melihat pohon yangbagian pangkal akarnya
menyembul di atas permukaan tanah, dan akar pohon itu ditutupi oleh kulit luar
yang tebal dan kasar. Guru membawa anak-anak untuk memecahkan masalah
tentang akar pohon yang keadaannya seperti yang telah disebutkan tadi.
Salah satu cara terbaik untuk membantu hal tersebut, adalah dengan
mempelajarinya lebih banyak lagi (tidak hanya sampai nama saja). Banyak ahli
sains yang dapat memberikan nama lain setelah nama yang satu diketahui,
mungkin satu atau malahan bisa juga dua nama latinnya. Hal ini, membuktikan,
pengetahuan manusia tentang tumbuhan masih sangat sedikit. Mereka mungkin
saja tidak mengetahui, misalnya pohon tersebut berbunga, burung apa yang biasa
membuat sarang di sana, bentuk macam buah, tekstur kulit luar pohon atau
kualitas kayu, dan untuk apa kayu itu digunakan. Pendekatan eksploratory, dapat
langsung diadaptasikan untuk kegiatan belajar seperti ini. Pada prakteknya,
kegiatan ini bersifat alami. Tehnik mengajar dengan pendekatan lingkungan alam
9
sekitar, adalah kegiatan yang melibatkan anak untuk berhadapan langsung dengan
obyek belajarnya. Anak didik difasilitasi dan dibimbing untuk menemukan
informasi, dan data tentang obyek belajarnya sebanyak mungkin melalui observasi
langsung oleh dirinya sendiri. Pendekatan ini, akan sama baiknya digunakan
sepanjang tahun, baik pada musim kemarau ataupun musim penghujan. Untuk itu,
penggunaan pendekatan eksploratory, pada dasarnya tidak terlepas dari
kemampuan siswa di dalam menguji obyek lebih dekat dan teliti, sesuai dengan
informasi yang diperlukan. Selama musim hujanpun anak didik masih dapat
melakukan identifikasi, seperti: mencari informasi sifat-sifat daun, tekstur, warna
dna macam kulit luar pohon, warna dan bentuk tunas, yang sangat penting untuk
mengembangkan kunci determinasi sederhana (tabel kunci) yang berguna untuk
membantu di dalam mengenali tumbuhan. Fungsi guru pada situasi seperti di atas,
adalah membantu memberi arahan kepada siswa di dalam hal merencanakan arah
dan fokus penelitian dari setiap kelompok atau individu anak. Contoh, "marilah
kita raba kulit luar pohon, sebelum kamu menjelaskannya". Dapatkah kamu
melihat, apa warnanya? Coklat, kelabu atau kehijau-hijauan? Tidak menjadi
masalah, warna kulit pohon dan macam apa pohon itu diterangkan di dalam buku.
Kalau ternyata menurut penglihatan siswa berwarna kelabu, siswa harus
mencatatnya sebagai warna kelabu, sesuai hasil observasinya dan itu dicatat dalam
buku sebagai salah satu karakteristik yang ditemukan. Semua karakteristik yang
berhasil dicatat, nantinya digunakan dan dituangkan ke dalam tabel kunci. Teknik
yang cukup efektif untuk kegiatan ini, ialah dengan mengelompokan siswa dua-
dua. Setiap kelompok yang beranggotakan 2 (dua) orang tersebut, masing-masing
disuruh untuk memilih pohon yang berbeda. Masing-masing kelompok
diinstruksikan untuk mempelajari pohon yang dipilihnya untuk jangka waktu
sekitar 10 sampai 15 menit. Selanjutnya, mereka disuruh untuk mencatat dan
mengingat karakteristik pohon tersebut. Sehingga, mereka dapat mengenali jenis
pohon berdasarkan ciri-ciri yang mereka ketahui dan dapat membedakannya
dengan jenis pohon lainnya. Di dalam diskusi kelas, setiap kelompok disuruh
untuk membacakan uraian tentang pohon itu berdasarkan apaapa yang mereka
lihat.
10
Diharapkan informasi tentang pohon yang telah mereka amati cukup spesifik,
sehingga kelompok lain bisa mengenali atau mengetahui pohon itu. Kegiatan yang
singkat dan sederhana ini, merupakan suatu persepsi dan ekspresi siswa, sebagai
latihan mengobservasi sesuatu dan membedakannya dengan yang lain, seperti
halnya pohon yang mereka teliti. Akhir dari kegiatan, siswa dituntut untuk
membuat uraian tentang sesuatu dengan benar dan akurat. Yang paling penting
dari pendekatan discovery, siswa akan bertanya kepada dirinya sendiri tentang
segala sesuatu yang belum mereka ketahui. Misalnya, tatkala siswa disuruh
mengobservasi pohon yang mereka pilih, mereka akan bertanya dalam hatinya,
seperti pertanyaan berikut ini :
"apa yang perlu saya ingat dan perlu saya ketahui tentang pohon ini, supaya bisa
digunakan untuk mengenali pohon lain yang sama seperti pohon ini?". Ketika
siswa mendapatkan catatan atau pengetahuan dari lapangan sebagai kunci
perolehan sendiri tentang pohon itu, memungkinkan mereka untuk mentransfer
hal serupa terhadap yang lainnya. Sehingga, mereka bisa membuat "tabel kunci"
untuk mengenali beberapa macam pohon-pohonan.
Dalam rangka mendapatkan data yang cukup untuk memenuhi kolom-kolom yang
ada dalam tabel kunci, anak dituntut untuk melakukan observasi tentang
karakteristik pohon lebih teliti dan lebih banyak lagi. Misal, kolom untuk
karakteristik bunga tidak akan diisi sebelum pohon itu berbunga. Untuk hal
tersebut, anak mungkin perlu menunggu beberapa bulan sampai pohon tersebut
berbunga. Sekali anak didik bisa melengkapi tabel kunci pengenal tumbuhan,
mereka akan mempunyai lebih banyak pengetahan yang diperoleh secara langsung
tentang pohon-pohon yang sedang dipelajarinya daripada mereka yang
memperoleh informasi hanya dari buku-buku bacaan saja. Karena dengan satu ciri
saja, anak didik bisa membedakan macam-macam tumbuhan. Dari kegiatan ini,
anak akan memahami, bahwa untuk mendeterminasi suatu species, akan
diperlukan ciri-ciri yang lebih lengkap dan spesifik lagi. Hal inilah sebenarnya,
yang mendorong anak-anak untuk melakukan observasi lebih teliti dan lengkap
lagi.
11
Keadaan ini, bisa dimanfaatkan oleh anak-anak untuk lebih mengenal dan akrab
dengan burung-burung peliharaan bapaknya itu. Sehingga pengenalan burung bagi
anak-anak akan lebih mudah dan lebih berhasil. Bagaimana anak-anak usia
sekolah dasar belajar tentang burung? Dengan hanya melihat burung-burung yang
ada, tidak menjamin anak-anak bisa mengenalnya lebih jauh. Tabel kunci
pengenal burung merupakan teknik yang paling efektif untuk diterapkan di dalam
mengajari anak-anak membedakan macam-macam burung. Lebih jauh lagi, hal itu
mendorong anak untuk melakukan observasi yang lebih teliti lagi.
Ciri lain dari burung tersebut, misalnya: warna apa yang paling banyak pada
burung itu? Apakah ada ciri-ciri lain yang merupakan ciri khas dari burung
tersebut, yang dapat membedakannya dari jenis burung lainnya? Bagaimana ciri-
ciri bentuk burung itu secara umum? Apakah ekor burung itu pendek atau
panjang? Apakah ekor burung itu terbuka atau kuncup? Apakah paruhnya panjang
atau pendek? Apakah kepalanya bundar atau mempunyai bentuk lain? Dari ukuran
tubuh, bentuk, warna dan ciri-ciri khusus lainnya, memungkinkan anak bisa
mengidentifikasi beberapa burung yang biasa mereka temukan. Metode seperti di
atas, lebih efektif dilaksanakan dalam kegiatan field trip ke hutan sekitar sekolah
14
atau tempat lain yang tidak terlalu jauh dari lokasi sekolah, dan tidak
membahayakan keselamatan anak didik. Tatkala anak-anak mendapatkan
pengalaman observasi, mereka akan belajar untuk membuat pembeda macam-
macam burung dengan lebih baik dan teliti. Dasar pemikiran pentingnya kegiatan
ini, adalah siswa dimungkinkan untuk dapat mengamati langsung secara utuh,
meneliti karakteristik khusus, sehingga memungkinkan mereka untuk dapat
membedakan dengan jenis-jenis burung lainnya. Misalnya, anak di dalam
mencatat macam dan bentuk ekor burung akan seperti berikut ini: panjang dan
kuncup, panjang dengan ujungnya melingkar, pendek dengan ujungnya persegi,
dan sebagainya. Di dalam pengobservasian paruh, anak diarahkan untuk
mengamatinya dengan teliti, misalnya: apakah paruhnya panjang atau pendek?
Guru selanjutnya harus bertanya apakah paruhnya tebal atau tipis, atau
mempunyai warna yang khas. Apabila burung itu berkicau, apakah suaranya
meninggi atau merendah? Apakah kicauannya menyebutkan sesuatu? misalnya,
burung pipit akan berkicau seperti: ph....pit....pit... dan kutilang... kutilang.., untuk
burung kutilang, dsb. Anak-anak sebaik-baiknya diajak untuk mendengarkan
suara kicauanburung, selanjutnya anak-anak disuruh untuk menafsirkan bentuk
dan macam suara burung itu ke dalam kata-kata yang umum digunakan di dalam
bahasa kehidupan sehari-hari. Di dalam kegiatan ini, setiap anak mungkin akan
mempunyai penafsiran yang berbeda atas bentuk dan macam suara burung tadi. Di
sini, anak-anak akan belajar memverbalisasikan sebutan kata apa yang paling
cocok dengan suara burung itu, untuk selanjutnya mereka cocokan dengan
keterangan yang ada di dalam buku. Dengan mengulang observasi ke lapangan,
memungkinkan anak untuk mengenal kembali jenis pohon atau tumbuhan yang
selalu digunakan untuk hinggap atau bersarangnya burungburung tersebut.
Sehingga, anak-anak dapat melengkapi catatan di dalam label kunci pengenalan
burung yang dibuatnya. Observasi dapat dikembangkan lebih lanjut kepada hal-
hal sebagai berikut: misalnya, apakah burung itu ada pada pohon-pohon yang
tumbuh di pinggir jalan, dekat air, dekat ladang atau pohon yang sangat rindang
tempat burung tersebut tersembunyi di dalamnya Apakah burung tersebut sering
hinggap di puncak pohon, di batang atau di dekal Untuk identifikasi burung
15
dengan menggunakan kunci sederhana bagi anakanak usia sekolah dasar yang
dilakukan di bawah bimbingan guru, bisa dimulai dengan memberikan pertanyaan
atau masalah sebagai berikut:
Apakah burung yang kamu temukan sebesar burung kutilang? Lebih besar atau
lebih kecil? Apabila burung itu lebih besar atau lebih kecil dari burung kutilang,
apabila lebih kecil dari burung kutilang, apakah sebesar burung pipit? Kita
menggunakan standar ukuran tubuh, sebab kebanyakan anak-anak usia sekolah
dasar sudah bisa membedakan ukuran atau besarnya burung-burung di atas
dengan baik. Hal ini, dikarenakan anak-anak usia SD terutama yang ada di
pedesaan sering menjumpai jenis burung-burung tadi. Selanjutnya guru bisa
menanyakan ciri-permukaan tanah. Di dalam hal terbangnya, apakah burung itu
terbang mendatar, zigzag atau yang lainnya. Karena burung akan mudah dikenali
dari cara terbangnya, seperti halnya kita bisa mengenali seseorang dari suara, cara
bicara, atau dari cara berjalannya. Kemungkinan kolom-kolom tabel kunci
pengenal burung tidak bisa terisi semua, dan akan sangat beruntung, kalau kolom-
kolom tersebut bisa terisi semuanya. Untuk mendapatkan ciri-ciri lengkap jenis
burung tertentu, kemungkinan perlu dilakukan beberapa kali kegiatan field trip.
akan bertanya ciri-ciri lain yang sempat dilihat oleh guru tentang burung itu.
Anak-anak yang sudah mempunyai tabel kunci pengenal burung, mungkin bisa
mengetahui nama burung yang sedang terbang itu. Dengan kata lain, dengan
mengidentifikasi cara burung itu terbang, siswa mungkin dapat mengidentifikasi
jenis burung itu. Secara alami, setiap anak di dalam kelompoknya tidak akan bisa
memberi perhatian terhadap setiap burung yang terbang dengan cara khasnya.
Salah satu cara efektif untuk mengarahkan perhatian anak terhadap karakteristik
khusus dari seekor burung adalah dengan menyuruh anak untuk memperhatikan
gambar burung tersebut, secara teliti dari segala segi dan dilanjutkan dengan
pertanyaan sebagai berikut: apa yang ingin kamu ingat tentang burung ini supaya
dapat mengenalnya kalau menjumpai burung macam ini? Menurut perkiraan
kamu, sebesar apa burung ini sebenarnya? Apa warna utamanya? Dan bagaimana
kamu bisa mengenalinya. Selanjutnya, guru meneruskan kegiatan dengan
menyuruh salah seorang anak untuk membacakan hasil pengamatan gambar yang
dilakukannya, berdasarkan pertanyaan-pertanyaan di atas, misalnya:
"Susi. coba kamu bacakan uraian burung itu dengan keras supaya teman-temanmu
bisa mendengarnya!". Di mana kira-kira kita dapat menemukan burung semacam
ini, hinggap pada kabel listri?, di ladang?, di hutan?, atau hinggap di tanah? Coba
kamu lihat gambar ini sekali lagi dengan lebih teliti, kemudian perhatikan
karakteristik burung ini, siapa tahu kita menemukan macam burung ini di tempat
lain.
Guru yang menggunakan pendekatan semacam ini, akan membantu siswa dalam
mengembangkan keterampilan observasi, sehingga memungkinkan siswa dapat
belajar caranya mengenali sesuatu yang belum mereka ketahui, atau yang belura
mereka kenal sebelumnya. Teknik observasi, bersama-sama dengan pendekatan
tabel, akan mendorong siswa untuk berfikir kritis, analitis dan sintetis, sehingga
akar memudahkan mereka di dalam mengenal bermacam-macam bidang
pengetahuai yang baru atau asing.
17
Situasi semacam ini, akan timbul secara tiba-tiba, tatkala sekelompok anak
melakukan perjalanan lintas alam (misalnya, sepanjang sungai). Contoh ketika
seorang siswa mencelupkan tangan pada air sungai atau menancapkan tongkat ke
dalam air, pertanyaan spontan sering timbul dari anak-anal misalnya "berapa
kedalaman sungai ini?" "Saya ingin tahu berapa kira-kira lebar sungai ini?"
Berapa kecepatan air sungai ini mengalir?" Untuk melupakan pertanyaan-
pertanyaan lama dan mencari pertanyaan-pertanyaa baru sangat mudah. Tetapi
membantu anak-anak usia muda mencari jawaba dari pertanyaan-pertanyaan
tersebut, tidak mudah. Apabila guru melemparkan kembali pertanyaan-pertanyaan
tersebut kepada anak didik untuk dicari jawabannya, mereka yang menginginkan
untuk mengetahui kedalaman sungai mungkin akan meresponnya dengan jawaban
sebagai berikut: "Kita dapat: mengukur kedalaman tepi sungai dengan tongkat",
anggota kelompok lain mungkin akan ikut nimbrung dengan pendapatnya kira-
kira sebagai berikut "Tetapi mungkin tidak akan sama kedalamannya disetiap
tempat, bagian tengah sungai lebih dalam dari bagian tepinya", Yang lainnya
mungkin akan menyarankan untuk naik perahu menyebrangi sungai sambil
menguki kedalaman sungai pada setiap tempat sepanjang penyebrangan dengan
menggunakan tali yang diberi bandul.
tepi sungai yang satu sampai ke tepi sungai yang lainnya. Sehingga kita bisa
mengukur lebar sungai dan sekaligus mengetahui kedalamannya. Guru sebaiknya
membimbing siswa-siswinya dalam situasi seperti ini dengan memberitahukan,
bahwa terdapat bermacam-macam cara untuk memecahkan masalah seperti ini,
tanpa harus meninggalkan tepi sungai. Di dalam penggunaan cara pemecahan
masalah, guru dituntut untuk hati-hati dengan mempertimbangkan tingkatan/kelas,
usia, serta kemampuan anak. Untuk pemecahan masalah tentar sungai, guru dapat
memperkenalkan metoda "pace angle" atau metode "napoleon".
e. Jarak antara titik tempat kamu berdiri dengan titik B adalah lebar sungai yang
kamu cari. Untuk lebih jelasnya lihat gambar di halaman berikutnya.
jarak yang telah ditentukan tadi. Hasil perhitungan yang mungkin diperoleh anak
adalah meter permenit. Tetapi perhitungan ini mungkin akan sulit dipahami anak,
untuk perhitungan bisa diubah ke dalam kilometer per jam, karena konsep
kilometer dan jam sudah banyak dikenal anak-anak. Anak mungkin akan bertanya
tentang perhitungan matematika di atas, seperti ada berapa menit satu jam itu?
Berapa jauh benda tadi akan hanyut dalam jangka waktu satu jam, apabila
kecepatannya seperti di atas? Satu kilometer itu sama dengan berapa meter?
Untuk memecahkan masalah di atas, apakah kita harus mengalikannya atau
membaginya? Misalnya, apabila anak-anak memperoleh data benda tadi bergerak
terbawa hanyut air sungai adalah 10 meter per menit, jawaban dari hasil
perhitungan akan menjadi 0,6 km/jam. Perhitungan yang mungkin dilakukan oleh
anak-anak adalah 10 meter/menit x 60 menit/jam = 1.000 meter/kilometer = 0,6
kilometer/jam.
Keuntungan dari kegiatan field trip dilengkapi dengan penuntun kegiatan, dapat
menentukan tujuan yang ingin dicapai dari hasil kegiatan dengan jelas. Semua
siswa yang sebelumnya sudah dibagi-bagi dalam kelompok, bekerja bersama-
sama saling mengisi untuk memecahkan masalah yang sesuai dengan petunjuk
yang dibuat. Oleh sebab itu petunjuk kegiatan dapat berfungsi sebagai:
1. Ajuan pertanyaan-pertanyaan
2. Petunjuk hal-hal yang perlu mendapat perhatian khusus
25
Dengan menggunakan petunjuk kegiatan field trip, merupakan salah satu cara
untuk memperoleh pengalaman langsung bagi anak. Guru jangan segan-segan
untuk mau diajak berdiskusi tentang beberapa masalah berkaitan dengan yang
tertulis di dalam penuntun kegiatan. Untuk mengembangkan keterampilan anak
anak di dalam mengidentifikasi pohon-pohon atau tumbuh-tumbuhan lain
sepanjang perjalanan field trip, akan lebih baik kalau disertai dengan beberapa
permainan yang berhubungan dengan masalah di atas, misalnya permainan :
daun apa ini? Letakan kembali daun pada tangkainya?, mencocokkan atau
menyamakan daun?. Setelah anak-anak kembali ke kelas, kegiatan diskusi bisa
dilaksanakan untuk memecahkan permasalahan yang ingin mereka ketahui
jawabannya. Penuntun kegiatan field trip dapat digunakan sebagai catatan
pengalaman belajar, dan dapat digunakan sebagai acuan bagi anak untuk
membaca buku-buku yang menunjang, dan melaporkan hasil kegiatan dan diskusi
temuan-temuan selama perjalanan field trip tersebut.
1. Lintas alam ke tepi sungai.
Sesuatu yang perlu diperhatikan dan dikerjakan pada kegiatan lintas alam di
tepi sungai, adalah hal-hal sebagai berikut :
a. Perhatikan setiap langkah selama dalam perjalanan, kamu akan dapat melihat
karakteristik khas dari setiap langkah yang kamu lalui.
b. Berhati-hatilah dengan daun tumbuhan yang dapat membuat kamu gatal-gatal.
Tumbuhan apa yang kamu lihat sepanjang perjalanan, lihat dan carilah
barangkali ada yang cocok dengan daftar nama tumbuhan di bawah ini :
Beringin - Jati Dadap - Cemara - Alpukat Waru - Aren - Kelapa Pinang
-Mangga - Jambu mete Pinus - Akasia - Angsana Gerenuk - Mahoni -
Albasia - Ketapang, dsb.
Perhatikan batuan yang ada pada lapisan bawah tanah (dilihat dari tepi sungai
atau bekas bukit yang longsor):
Untuk apa batuan macam itu biasa digunakan?
Ke arah mana sungai mengalir?
Apakah air sungai itu jernih atau keruh?
Terangkan pohon-pohon apa yang tumbuh disepanjang tepian sungai?
27
Celupkan tanganmu ke dalam air, apakah air itu terasa lebih hangat atau
dingin bila dibandingkan dengan suhu disekitarnya? dapatkah kamu
memperkirakan berapa suhu air itu?
Sekarang buktikan hasil perkiraan suhu yang kamu buat dengan menggunakan
thermometer suhu? (thermometer diikat sebelum dicelupkan ke air supaya
tidak jatuh ke dalam air) adakah perbedaan suhu hasil perkiraan kamu dengan
hasil pengukuran dengan thermometer ? Berapa derajat perbedaan suhu itu?
Lokasi C
Telitilah daun-daun pohon itu?
Buatlah sketsa (bagan) urat-urat daun yang kamu temukan dari pohon itu?
Apakah daunnya majemuk atau tunggal?
Apakah tepi daunnya rata atau bergerigi?
Rabalah bagian permukaan bawah daun (punggung daun) apakah
permukaannya halus atau kasar?
Lokasi D
Remaslah salah satu daunnya dan ciumlah, seperti apakah bau daun tersebut?
Ciumlah bau tanah humus disamping kiri atau kanan jalan lintasan, seperti apa
baunya?
Cicipilah rasa buahnya (kalau ada). Bagaimana kamu bisa menjelaskan
rasanya?
Lokasi B
Apabila kamu kebetulan melihat bekas ganti kulit ular lihatlah dengan teliti
(hati-hati jangan dipegang dan harus waspada kalau ada ular berbisa
disekitarnya).
Berapa kira-kira panjang ular itu?
Apa kira-kira warna ular itu apabila kamu lihat dari warna kelupasan kulit
yang kamu temukan? Buatlah sketsa kulit ular itu dan uraikan dengan katakata
yang jelas?
Bagaimana kulit luar ular yang ditinggalkan bisa berbeda dengan kulit luar
yang masih menempel pada dirinya?
Melihat rumusan tersebut, tampak bahwa sumber belajar tidak hanya bertumpu
pada buku, tapi dapat bervariasi. Hal itu sejalan dengan pernyataan pada rambu-
rambu Kurikulum Bahasa Indonesia di SD, bahwa sumber belajar siswa SD itu
dapat berupa : (1) buku pelajaran (buku teks), (2) media cetak, (3) media
elektronik, (4) lingkungan, (5) narasumber, (6) pengalaman dan minat anak, (7)
hasil karya siswa (Depdikbud, 1994). Demikian pula dalam penjelasan umum
31
Kurikulum 2004 (KBK), dinyatakan bahwa Sumber belajar utama bagi guru
adalah sarana cetak seperti: buku, brosur, majalah, surat kabar, poster, lembar
informasi lepas, naskah brosur, foto, dan lingkungan sekitar.
Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian
(sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar akan membuat
anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak
selalu harus di luar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas
untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat
mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh
indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasikan,
membuat tulisan, membuat gambar/ denah, dan sebagainya.
Anak SD berada pada tahapan perkembangan yang juga harus diantisipasi pada
waktu mereka belajar. Misalnya anak-anak usia SD mempunyai ketertarikan yang
kuat terhadap apa saja yang mereka temui di lingkungannya. Apa yang langsung
dialaminya (didengar, dilihat, dan dirasakan) merupakan pengayaan kognitif,
emosi, dan perkembangan sosial yang memperluas dan memperkuat akumulasi
perkembangan selanjutnya. Ketertarikan anak terhadap kondisi tersebut menuntut
guru untuk menjadikan lingkungan sebagai sumber belajar (hand on experience).
Ada beberapa alasan mengapa lingkungan bisa dipilih sebagai sumber belajar di
SD. Arikunto (1990:3) misalnya mengungkapkan sebagai
berikut:
(1) Lingkungan merupakan sesuatu yang paling dekat dengan dunia siswa, sudah
dikenal dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan demikian, apabila guru
mengajak mereka untuk mencermatinya tentu sudah ada modal minat dan
motivasi.
(2) Lingkungan merupakan sumber belajar yang sangat kaya.
(3) Lingkungan merupakan tempat nyata kehidupan anak, sehingga diharapkan
akan relevan dengan kehdupannya kelak.
Pengajaran bahasa memang sebaiknya tidak terpisahkan dari lingkungan sekitar,
baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial budaya. Bagaimanapun, para
siswa akan memasuki dunia kehidupan yang nyata, yaitu kehidupan
kemasyarakatan. Siswasiswa merupakan bagian dari tata kehidupan masyarakat
itu sendiri.
Proses belajar megajar bahasa tidak hanya dapat dilakukan di dalam ruangan,
tetapi bisa di luar lingkungan dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber
belajar. Sumber belajar lingkungan dan belajar di luar kelas akan lebih
komunikatif, karena siswa langsung terlibat dalam masyarakat bahasa dan bahasa
yang fungsional digunakan masyarakat yang bersangkutan.
Demikian pula keadaan kelas, harus kaya dengan sumber belajar sebagai pajanan
untuk siswa dalam belajar bahasa. Keadaan kelas harus dilengkapi dengan hiasan
yang menunjang pemerolehan bahasa tingkat awal. Hiasan berupa abjad, gambar
bertulis, atau ada sudut bahasa (menyimak, membaca, berbicara, dan menulis) di
setiap kelas akan membantu siswa dalam pemerolehan bahasa. Pembelajaran
bahasa dengan menggunakan sumber belajar lingkungan, guru dapat
memanfaatkan alam sekitar dan segala yang ada di sekeliling anak (rumah
maupun sekolah) untuk menunjang kecakapan berbahasa.
(3) Sumber belajar harus mudah diperoleh, artinya sumber belajar itu dekat, tidak
perlu diadakan atau dibeli ditoko. Sumber belajar yang tidak dirancang lebih
mudah diperoleh karena dapat dicari di lingkungan sekitar.
(4) Sumber belajar harus bersifat fleksibel, artinya bisa dimanfaatkan untuk
beberapa tujuan dan tidak dipengaruhi faktor luar, misalnya kemajuan
teknologi, nilai, budaya, dan berbagai keinginan pemakai sumber belajar itu
sendiri.
Kriteria memilih sumber belajar berdasarkan tujuan antara lain sebagai berikut:
(1) Sumber belajar untuk memotivasi, terutama untuk siswa yang rendah
tingkatannya. Siswa kelas rendah SD yang belajar membaca atau menulis
permulaan misalnya, memerlukan sumber belajar yang menarik dan nyata
dibandingkan dengan kelas tinggi. Karena siswa kelas rendah akan
semakin tertarik dan termotivasi untuk belajar karena sumber belajarnya
menarik.
(2) Sumber belajar untuk tujuan pembelajaran, yaitu sumber belajar untuk
mendukung kegiatan belajar mengajar di kelas dalam mencapai tujuan.
(3) Sumber belajar untuk penelitian, yaitu sumber yang dapat dianalisis,
diobservasi biasanya sumber yang langsung dari masyarakat atau
lingkungan.
(4) Sumber belajar untuk memecahkan masalah dan untuk presentasi.
Selain itu, pada waktu pemilihan sumber belajar, guru bahasa Indonesia harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
(1) Tuntutan kurikulum, artinya ketika guru berniat memilih sumber belajar yang
cocok dengan tuntutan Kurikulum 2004, guru harus mempertim-bangkan: a)
fungsi pembelajaran, b) tujuan pembelajaran, dan c) rambu-rambu
pembelajaran. Fungsi pembelajaran bahasa Indonesia seperti tertera dalam
Kurikulum 2004 ialah : (a) sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa,
(b) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian
dan pengembangan budaya, (c) sarana peningkatan pengetahuan dan
keterampilan untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi,
36
Menurut Goodman isi pembelajaran bahasa akan dengan mudah dikuasai murid
apabila bersifat (1) nyata, (2) menyeluruh, (3) bermakna, (4) relevan, (5)
38
Peranan guru dalam kelas yang berpijak pada pendekatan whole language bukan
hanya sebagai penyaji materi, namun lebih dinamis. Menurut Aminuddin
(1997:33) dalam kelas whole language guru berperan sebagai:
1. model, guru menjadi contoh perwujudan bentuk aktivitas berbahasa yang
ideal, dalam kegiatan membaca, menulis, menyimak dan berbicara;
2. fasilitator, guru mempersiapkan bahan pengayaan yang memberi peluang
bagi murid dalam menemukan dan mengembangkan pemahaman;
3. pebelajar, guru merupakan pembantu yang senantiasa mempelajari sesuatu
yang dipelajari murid, mempelajari kesulitan yang dihadapi murid serta
memikirkan pemecahannya;
4. pengamat dan peneliti, guru senantiasa mengamati gejala minat, motivasi,
dan proses belajar murid. Guru perlu mengumpulkan bahan untuk memahami,
proses dan kemajuan belajar murid. Caranya dapat dari hasil tugas, catatan
lapangan, dan tanya jawab. Selain itu, guru juga perlu mengadakan refleksi;
5. dinamisator, guru bersahabat, bersedia mengingatkan murid atau memujinya,
serta memanfaatkan berbagai bentuk penguatan.
Berikut ini contoh penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar bahasa di SD.
A. Contoh Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Menggunakan Lingkungan
1. Contoh Pembelajaran Mendengarkan Menggunakan Lingkungan
Berikut contoh penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar
mendengarkan/menyimak.
Kelas : III
Waktu : 2 x 40 menit
a) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.
b) Guru memberi penjelasan apa yang harus dikerjakan oleh tiap kelompok.
c) Siswa dibawa keluar kelas. Setiap kelompok harus mengamati lingkungan
sekolah dan harus mencatat secara rinci apa yang dilihatnya itu. Kalau perlu
apa yang diamatinya secara kelompok itu dicatat.
39
c) Setiap siswa membuat deskripsi sebanyak tiga buah benda/ tempat/ teman
yang diarahkan menajdi tebak-tebakan atau teka-teki.
d) Setiap siswa menukar hasil masing-masing dengan teman sebangkunya
untuk menjawab teka-teki.
e) Selesai menjawab mereka menukarkan lagi untuk diperiksa jawabannya.
Tujuan kelas : Siswa mampu menyerap isi ceritadan berita yang diengar atau
dibaca
Pembelajaran : Membaca petunjuk-petunjuk, papan nama, dan menjelaskannya.
Membuat kamus kecil berbagai sumber.
Tujuan pembelajaran khusus :
Siswa dapat menjelaskan arti kata-kata yang dianggap sulit dari papan nama.
Siswa dapat memuat kamus kecil dari papan mana/ spanduk/ iklan.
Siswa dapat mendeskripsikan pesan dari papan nama/spanduk/iklan menjadi
pesan yang jelas.
Siswa dapat menuliskan pesan dari papan nama/spanduk/iklan dengan ejaan
yang benar (huruf kapital, tanda koma, tanda titik, tanda tanya).
Siswa dapat menggunakan bahasa sesuai dengan fungsinya melalui bermain.
Siswa dapat memerankan peranan sesuai dengan yang ditokohkan.
Kegiatan Pembelajaran
Satu unit pembelajaran ini dilaksanakan untuk tiga pertemuan Sebelum
pelaksanaan pembelajaran ini, para siswa sudah diberi tugas secara individu untuk
mencatat kata-kata yang tertulis pada papan nama di sekitar sekolah (tempat
tinggalnya). Setiap siswa mencatat tulisan pada papan nama/ spanduk/ iklan yang
ditemuinya di sekitar mereka. Pencatatan disesuaikan dengan aslinya, ditulis pada
selembar kertas dan boleh diberi gambar dan diwarnai. Setiap siswa boleh
mencatat tulisan pada papan nama/sapnduk/iklan sebanyak-banyaknya. Setiap
siswa harus mencatat kata-kata yang dianggap sulit dari papan
nama/spanduk/iklan yang ditemukannya. Guru sebelumnya memberi contoh
papan
nama/spanduk/iklan, baik langsung yang ada di sekolah maupun fotonya.
Pertemuan kesatu
1. Para siswa memilih kelompok, setiap kelompok tiga
orang.
2. Setiap kelompok mengumpulkan kosakata yang
dianggap sulit oleh setiap anggotanya. Kosakata yang
44
Pertemuan kedua
(1) Setiap siswa memilih satu papan nama/spanduk/ iklan yang paling disukainya
dari papan nama/ spanduk/ iklan yang mereka temukan di lingkungannya.
(2) (Anak berkumpul kembali dalam kelompoknya) Kelompok berdiskusi
memilih satu papan
(3) nama/sapnduk/iklan yang paling diminati kelompok.
(4) Catatan : pemilihan ini dapat juga melalui sharing kalsikal dari semua temuan
siswa.
(5) Setiap kelompok membaca pesan yang tertulis pada papan nama/ spanduk/
iklan yang telah dipilihnya.
(6) Setiap kelompok menuliskan pesan tersebut dalam bentuk uraian (deskripsi).
(7) Setiap kelompok membacakan hasilnya di depan kelas. Aslinya ditulis guru di
papan tulis supaya terjadi diskusi, mungkin ada kelompok yang kurang
sependapat.
(8) Para siswa mengelompokkan kalimat/ kata yang harus menggunakan huruf
kapital dan
(9) tanda baca yang benar (secara berkelompok) dari wacana hasil
mendeskripsikan papan nama/ spanduk/ iklan yang telah dikerjakan siswa
dalam kelompok atau ditukar dengan kelompok lain. Secara kritis para siswa
45
Pertemuan ketiga
(1) Setiap kelompok secara bergiliran menampilkan adegan bermain peran.
(2) Setiap selesai satu kelompok tampil, kelompok lain diperkenankan
mengomentari/ berpendapat sesuai dengan pengalaman mereka tentang adegan
tersebut. Mungkin dalam bentuk kritikan : bukan begitu, bukan itu, masa
begitu, mengapa begitu (setiap selesai satu kelompok tampil guru mengajak
anak-anak bertepuk tangan).
(3) Setelah semua kelompok tampil, guru memberi penguatan dan pujian. Anak-
anak juga diberi penjelasan tentang papan nama/ spanduk/ iklan yang baik,
yaitu yang bisa cepat dimengerti pembacanya dan tidak menggunakan huruf
yang sulit dibaca (harus jelas), tidak menggunakan kata asing bila ada kata
Indonesianya dan menarik baik warna maupun posisinya.
Evaluasi
Evaluasi yang digunakan adalah proses dan produk. Evaluasi produk berupa
tulisan deskripsi setiap kelompok dan hasil pembuatan kamus kecil yang
dikumpulkan dalam portofolio Evaluasi proses berupa pengamatan performansi
pada waktu diskusi dan bertukar pengalaman di kelas, serta waktu bermain peran,
dengan menggunakan instrumen lembar observasi yang dibuat guru.
Tindak lanjut
Para siswa membuat papan nama/spanduk/ iklan untuk kepentingan masing-
masing (mereka berimajinasi menjadi dokter, pekerja bengkel, pekerja salon,
46
bidan, pengusaha pabrik, dan lainlain) Mereka membuat papan nama/ spanduk/
iklan/papan nama tersebut dan mewarnainya.
Contoh dan Deskripsi Papan Nama, Petunjuk, dan Iklan.
Contoh 1. Papan Nama Dokter :
Contoh 4 Petunjuk :
Dari rambu-rambu petunjuk ini, kalau mau ke pusat kota Sumedang atau ke
gedung DPRD, atau ke Gedung Negara sebagai pusat Pemerintahan Daerah
Kabupaten Sumedang, lurus ke depan. Sedangkan dari rambu-rambu ini kalau
mau menuju ke Tasikmalaya melalui jalan Wado harus mengambil arah ke
sebelah kiri. Kalau bermaksud menuju ke Bandung atau ke Subang harus
mengambil arah ke kanan dari rambu-rambu ini.
48
Tanah yang ada papan iklan ini akan dijual. Tetapi yang mempunyai tanah
mengharapkan yang berminat membeli tanah ini datang langsung ke pemilik tanah
tanpa perantara. Luas tanah yang akan dijual 358 bata. Bila ada yang berminat
untuk membeli tanah ini bisa menghubungi yang punya tanah dengan nomor
telepon (021) 6402567 atau nomor Hand phone 08122534457.
49
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengajaran dengan menggunakan pendekatan lingkungan alam sekitar
adalah menggunakan atau memanfaatkan lingkungan siswa sebagai
sumber belajar untuk keperluan pengajaran dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran dengan menggunakan model dan teknik yang sudah ada.
Dalam pelaksanaannya dapat membawa kelas ke lingkungan dan dapat
juga lingkungan dibawa ke sekolah. Ini berarti bahwa pengajaran akan
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
3.2 Saran
Perkembangan teknologi dari tahun ke tahun semakin maju dan
kemampuan Sumber Daya Manusia ( SDM ) terus meningkat khususnya
bagi seorang guru yang bertugas mendidik dan membimbing siswa agar
menjadi anak-anak yang memiliki IPTEK dan siap bersaing dalam
menghadapi perkembangan zaman. Untuk itu seorang guru harus kreatif
dan inovatif dalam mengajar siswa-siswanya agar tidak membosankan.
Salah satu contoh adalah dengan pendekatan lingkungan alam sekitar.
Sehingga tercipta generasi-generasi yang cerdas.
50
DAFTAR PUSTAKA