Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca.
Harapan kami semoga makalah ini selain membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, kami harap bentuk maupun isi
makalah ini kedepannya dapat

lebihbaik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Kendal, Desember 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

SAMPUL ............................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... iv

A. Latar Belakang ....................................................................................... iv


B. Rumusan Masalah ................................................................................... iv
C. Tujuan ..................................................................................................... v
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 1

A. NEGARA HUKUM ................................................................................


1. Ciri Negara Hukum ..........................................................................
2. Pembagian Hukum Menurut Bidangnya ..........................................
3. Lembaga Penegak Hukum ...............................................................
4. Makna Indonesia Sebagai Negara Hukum .......................................
5. Hubungan Negara Hukum Dengan HAM ........................................
6. Prinsip Negara Hukum Dalam Kehidupan Sebagai Warga Negara .
B. HAK ASASI MANUSIA ........................................................................
1. Pengertian Hak Asasi Manusia ........................................................
2. Macam Hak Asasi Manusia..............................................................
3. Upaya Penegakan Hak Asasi Manusia Di Indonesia .......................
C. PEMBERANTASAN KORUPSI ...........................................................
1. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Korupsi ....................................
2. Peran Pemerintah Dan Masyarakat Dalam Memberantas Korupsi ..
3. Upaya Yang Dapat Ditempuh Dalam Pemberantasan Korupsi .......
BAB III PENUTUP ............................................................................................

A. Kesimpulan..............................................................................................
B. Saran ........................................................................................................
DFTAR PUSTAKA ............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan perspektif ilmu hukum administrasi, ada dua jenis hukum


administrasi, yaitu pertama,hukum administrasi umum (allgemeem deel) , Yakni
berkenaan dengan teori-teori dan prinsip-prinsip yang berlaku untuk semua bidang
hukum administrasi,tidak terikat pada bidang-bidang tertentu , kedua hukum
administrasi khusus (bijzonder deel) , yakni hukum-hukum yang terkait dengan
bidang-bidang pemerintahan tertentu seperti hukum lingkungan, hukum tata ruang
, hukum kesehatan dan sebagainya. Sekilas Tentang Negara Hukum. Pemikiran
atau konsepsi manusia tentang Negara hukum juga lahir dan berkembang dalam
situasi kesejarahan. Oleh karena itu , meskipun konsep Negara hukum dianggap
sebagai konsep universal. Secara embrionik, gagasan Negara hukum telah
dikemukakan oleh plato.Ada tiga unsur dari pemerintah yang berkonstitusi yaitu
peratama, pemerintah dilaksanakan untuk kepentingan umum; kedua pemerintah
dilaksanakan menurut hukum yang berdasarkan pada ketentuan-ketentuan
umum,bukan yang dibuat secara sewenang-wenang yang menyampingkan
konvensi dan konstitusi; ketiga, pemerintah berkonstitusi berarti pemerintah yang
dilaksanakan atas kehendak rakyat,bukan berupa paksaan tekanan yang
dilaksanakan pemerintah despotik.Dalam kaitannya dengan konstitusi bahwa
konstitusi meupakan penyusunan jabatan dalam suatu Negara dan menentukan apa
yang dimaksudkan dengan badan pemerintahan dan apa akhir dari setiap
masyarakat.
Hak Asasi Manusia merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia.Penegakan HAM yang kuat terjadi ketika bangsa ini memperjuangkan
hak asasinya, yaitu: kemerdekaan, yang telah berabad-abad dirampas oleh
penjajah.
Para pendiri negeri ini telah merasakan sendiri bagaimana penderitaan yang
dialami karena hak asasinya diinjak-injak oleh penjajah. Oleh karena itu, tidak
mengherankan setelah berhasil mencapai kemerdekaan, para pendiri negeri ini
mencantumkan prinsip-prinsip HAM dalam Konstitusi RI (Undang-undang Dasar
1945 dan Pembukaannya) sebagai pedoman dan cita-cita yang harus dilaksanakan
dan dicapai. Sejak memasuki era reformasi, Indonesia telah melakukan upaya
pemajuan HAM, termasuk menciptakan hukum positif. Kasus pelanggaran HAM
di Indonesia memang masih banyak yang belum terselesaikan dan tuntas sehingga
diharapkan perkembangan dunia HAM di Indonesia dapat terwujud ke arah yang
lebih baik. Salah satu tokoh HAM di Indonesia adalah Munir yang tewas dibunuh
di atas pesawat udara saat menuju Belanda dari Indonesia. Oleh karena itu sebagai
warga negara yang baik kita seharusnya menjunjung tinggi nilai hak azasi
manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain
sebagainya. Makalah ini akan memperdalam pengetahuan kita tentang HAM dan
kaitan antara HAM dan Negara Hukum.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah makna Indonesia sebagai Negara Hukum ?


2. Bagaimanakah hubungan Negara Hukum dengan HAM ?
3. Bagaimana menerapkan Prinsip Negara Hukum dalam kehidupannya
sebagai warga negara ?
4. Bagaimana mendukung Penegakkan HAM di Indonesia ?
5. Bagaimana mendukung Pemberantasan Korupsi?

C. Tujuan

1. Mengetahui makna Indonesia sebagai Negara Hukum


2. Mengetahui hubungan Negara Hukum dengan HAM
3. Menerapkan Prinsip Negara Hukum dalam kehidupannya sebagai warga
negara
4. Mendukung Penegakkan HAM di Indonesia
5. Mendukung pemberantasan korupsi
BAB II

PEMBAHASAN

A. NEGARA HUKUM

Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechstaat yang diberikan oleh
ahli-ahli hukum Eropa continental atau Rule of law yang diberikan oleh ahli
hukum Anglo-Saxon. Rechstaat atau Rule of law dapat dikatakan sebagai
perumusan yuridis dari gagasan konsitusionalisme. Negara yang menganut
gagasan ini dinamakan constitutional state atau rechstaat (Miriam Budiarjo,2008.
Oleh karena itu, konstitusi dan negara hukum merupakan dua lembaga yang tidak
dapat terpisahkan.
Negara hukum adalah negara yang penyelenggaraan kekuasaan
pemerintahnya didasarkan atas hukum. Di negara hukum, pemerintah dan
lembaga-lembaga lain melakukan tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum
dan dipertanggung jawabkan secara hukum. Soetandyo Wignjosoebroto
menyatakan bahwa negara hukum mempunayi konsep berparadigma bahwa
negara dan alat kekuasaannya harus bertindak pada dasar kebenaran hukum yaitu
undang-undang yaitu undang undang dasar.Terdapat 3 karakter konsep negara
hukum dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pertama, hukum itu harus
dibentuk dalam wujudnya yang positif. Kedua, apa yang disebut hukum disebut
constitutum merupakan kesepakatan golongan-golongan dalam suatu negara
melalui suatu proses yang disebut proses legislasi. Ketiga, hukum yang telah
diwujudkan berbentuk undang-undang.
Negara hukum menempatkan hukum sebagai hal yang tertinggi (supreme)
sehingga ada istilah supremasi hukum. Supremasihukum tidak boleh mengabaikan
tiga ide dasar hukum yaitu keadilan, kemanfatan, kepastian atau tiga tujuan
hukum yaitu keadilan, kepastian, dan kemanfaatan.ada dua unsure dalam negara
hukum. Pertama, hubungan antara yang memerintah dan yang diperintah tidak
berdasarkan kekuasaan, melainkan berdasarkan suatu norma objektif. Kedua,
norma objektif itu harus memenuhi syarat bahwa tidak hanya secara formal,
melainkan dapat dipertahankan berhadapan dengan ide hukum.
1. Ciri Negara Hukum
Negara hukum merupakan terjemahan dari rechstaat atau rule of law. Istilah
rechstaat sendiri diberikan oleh ahlib hukum eropa continental sedangkan istilah
rule of law diberikan oleh para ahli hokum anglo saxon.
Friedrich Julius mengemukakan bahwa ciri-ciri rechstaat adalah sebagai berikut:
1. Hak asasi manusia
2. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin HAM
3. Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan
4. Peradilan administerasi dalam perselisihan

Adapun AV dicey memberikan ciri-ciri rule of law adalah sebagai berikut:


1. Supremasi hukum, tidak boleh ada kesewenang-wenangan
2. Kedudukan yang sama didepan hukum
3. Terjaminnya HAM dalam undang-undang dan keputusan peradilan.
Disamping perumusan ciri-ciri Negara hokum diatas ada pula berbagai
pendapat mengenai ciri-ciri yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut
Montesquieu Negara yang paling baik adalah Negara hukum karena didalam
konstitusi dibanyak Negara yang mengandung tiga inti pokok yaitu:
1. Perlindungan HAM
2. Ditetapkanya ketatanegaraan suatu Negara dan
3. Membatasi kekuasaan dan wewenang organ-organ Negara
Prof. sudargo Gautama mengemukakan ada 3 ciri atau unsur dari Negara hukum
yaitu:
1. Terdapat pembatasan kakuasaan Negara terhadap perorangan, maksudnya
Negara tidak dapat bertindak sewenang-wenang.
2. Asas legalitas yaitu setiap tindakan Negara harus berdasarkan hukum yang
telah diadakan terlebih dahulu
3. Pemisahan kekuasaan yaitu agar hak-hak asasi itu benar-benar terlindungi
maka diadakan pemisahan kekuasaan.
2. Pembagian Hukum Menurut Bidangnya
1. Hukum perdata. Hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki
pada subjek hukum dan hubungan antar subjek hukum, maka hukum
perdata mengatur hubungan antar penduduk atau warga negara sehari-hari.
2. Hukum pidana. Merupakan bagian dari hukum publik, hukum yang
mengatur antar negara dengan warga negaranya.
3. Hukum Administrasi Negara. Hukum yang mengatur kegiatan administrasi
negara atau hukum yang mengatur tata pelaksanaan pemerintah dalam
menjalankan tugasnya.
4. Hukum Acara Perdata. Hukum yang mengatur tentang tata cara beracara
(berperkara di badan peradilan) dalam lingkup hukum perdata.
5. Hukum Acara Pidana. Hukum yang mengatur tentang tata cara beracara
(berperkara di badan peradilan) dalam lingkup hukum pidana. Hukum
acara pidana di Indonesia diatur dalam UU No. 8 Tahun 1981.
6. Hukum Antar Tata Hukum. Hukum yang mengatur hubungan antara dua
golongan atau lebih yang tunduk pada ketentuan hukum yang berbeda.
7. Hukum Adat. Seperangkat norma dan aturan adat yang berlaku di suatu
wilayah negara kesatuan Republik Indonesia.
8. Hukum Islam. Hukum yang berlandaskan Al Quran dan hadis Nabi.

3. Lembaga Penegak Hukum


1. Kepolisian. Kepolisian bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam
negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat,
tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman
dan pelayanan kepada masyarakat serta terbinanya ketenteraman
masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
2. Kejaksaan. Melaksanakan tugas dan wewenang serta fungsi Kejaksaan di
daerah hukum Kejaksaan Tinggi yang bersangkutan sesuai dengan
peraturan perundangan-undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh
Jaksa serta tugas-tugas lain yang ditetapkan oleh Jaksa Agung.
3. Komisi Pemberantasan Korupsi. (KPK). Meiliki tugas dan kewenangan
berkoordinasi dalam pemberantasan korupsi, supervisi ke instansi dalam
pemberantasan korupsi, penyidikan, penyelidikan dan penuntutan serta
pencegahan korupsi dan memonitor penyelenggaraan negara.
4. Mahkamah Agung (MA). Mempunyai kewenangan mengadili tingkat
kasasi dan peninjauan kembali perkara, menguji aturan terhadap undang-
undang, kewenangan lain menurut undang-undang, dan lain-lain.
5. Mahkamah Konstitusi (MK). Memiliki kewenangan menyelesaikan
sengketaantar lembaga negara, pembubaran partai politik, menyelesaikan
perselisihan hasil pemilu, pengujian substansi UU terhadap UUD 1945.
6. Komisi Yudisial (KY). Mempunyai kewenangan megusulkan
pengangkatan hakim agung, menjaga dan menengakkan kehormatan,
keluhuran, martabat serta perilaku hakim.
7. Pengadilan Negeri (PN) dan Pengadilan Tinggi (PT). Mempunyai
wewenang menyelenggarakan peraadilan pidana dan perdata ditingkat
kota/kabupaten (PN) dan tingkat propinsi (PT).

4. Makna Negara Indonesia Sebagai Negara Hukum

Bukti yuridis atas keberadaan negara hukum Indonesia dalam arti material
tersebut harus dimaknai bahwa negara Indonesia adalah negara hukum dinamis,
atau negara kesejahteraan (welfare state), yang membawa implikasi bagi para
penyelenggara negara untuk menjalankan tugas dan wewenangnya secara luas dan
komprehensif dilandasi ide-ide kreatif dan inovatif.

Makna negara Indonesia sebagai negara hukum dinamis, esensinya adalah


hukum nasional Indonesia harus tampil akomodatif, adaptif dan progresif.
Akomodatif artinya mampu menyerap, menampung keinginan masyarakat yang
dinamis. Makna hukum seperti ini menggambarkan fungsinya sebagai pengayom,
pelindung masyarakat. Adaptif, artinya mampu menyesuaikan dinamika
perkembangan jaman, sehingga tidak pernah usang. Progresif, artinya selalu
berorientasi kemajuan, perspektif masa depan. Makna hukum seperti ini
menggambarkan kemampuan hukum nasional untuk tampil dalam praktiknya
mencairkan kebekuan-kebekuan dogmatika. Hukum dapat menciptakan kebenaran
yang berkeadilan bagi setiap anggota masyarakat.
Dasar pijakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum tertuang pada
Pasal 1 ayat 3 UUD 1945, yang menyebutkan bahwa Negara Indonesia adalah
Negara Hukum. Dimasukkannya ketentuan ini ke dalam bagian pasal UUD 1945
menunjukkan semakin kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat negara, bahwa
negara Indonesia adalah dan harus merupakan negara hukum.

Sebelumnya, landasan negara hukum Indonesia ditemukan dalam bagian


Penjelasan Umum UUD 1945 tentang Sistem Pemerintahan Negara, yaitu sebagai
berikut :

1. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (Rechsstaat). Negara


Indonesia berdasar atas Hukum (Rechsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan
belaka (Machtsstaat).
2. Sistem Konstitusional. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum
dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).

Berdasarkan perumusan di atas, negara Indonesia memakai sistem Rechsstaat


yang kemungkinan dipengaruhi oleh konsep hukum Belanda yang termasuk
dalam wilayah Eropa Kontinental. Konsepsi negara hukum Indonesia dapat
dimasukkan negara hukum materiil, yang dapat dilihat pada Pembukaan UUD
1945 Alenia IV. Dasar lain yang dapat dijadikan landasan bahwa negara Indonesia
adalah negara hukum yakni pada Bab XIV tentang Perekonomian Negara dan
Kesejahteraan Sosial Pasal 33 dan 34 UUD 1945, yang menegaskan bahwa negara
turut aktif dan bertanggung jawab atas perekonomian negara dan kesejahteraan
rakyat.

Negara Hukum Indonesia menurut UUD 1945 mengandung prinsip-prinsip


sebagai berikut :

1. Norma hukumnya bersumber pada Pancasila sebagai hukum dasar nasional.


2. Sistem yang digunakan adalah Sistem Konstitusi.
3. Kedaulatan rakyat atau Prinsip Demokrasi.
4. Prinsip kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (Pasal 27 (1)
UUD 1945).
5. Adanya organ pembentuk undang-undang (Presiden dan DPR).
6. Sistem pemerintahannya adalah Presidensiil.
7. Kekuasaan kehakiman yang bebas dari kekuasaan lain (eksekutif);
8. Hukum bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
9. Adanya jaminan akan hak asasi dan kewajiban dasar manusia (Pasal 28 A-J
UUD 1945).

5. Hubungan Negara Hukum Dengan HAM

Dalam perkembangannya, teori klasik tentang negara ini tampil dalam ragam
formulasinya, misalnya menurut tokoh; Socrates, Plato dan Aristoteles.
Munculnya keragam konsep teori tentang negara hanya karena perbedaan cara-
cara pendekatan saja. Pada dasarnya negara harus merepresentasikan suatu bentuk
masyarakat yang sempurnya. Teori klasik menginspirasikan lahirnya teori modern
tentang negara, kemudian dikenal istilah negara hukum. Istilah negara hukum
secara terminologis terjemahan dari kata Rechtsstaat atau Rule of law. Para ahli
hukum di daratan Eropa Barat lazim menggunakan istilah Rechtsstaat, sementara
tradisi AngloSaxon menggunakan istilah Rule of Law. Di Indonesia, istilah
Rechtsstaat dan Rule of law biasa diterjemahkan dengan istilah Negara Hukum
(Winarno, 2007). Gagasan negara hukum di Indonesia yang demokratis telah
dikemukakan oleh para pendiri negara Republik Indonesia (Dr. Tjipto
Mangoenkoesoemo dan kawan-kawan) sejak hampir satu abad yang lalu.

Walaupun pembicaraan pada waktu itu masih dalam konteks hubungan


Indonesia (Hindia Belanda) dengan Netherland. Misalnya melalui gagasan
Indonesia (Hindia Belanda) berparlemen, berpemerintahan sendiri, dimana hak
politik rakyatnya diakui dan dihormati. Jadi, cita-cita negara hukum yang
demokratis telah lama bersemi dan berkembang dalam pikiran dan hati para
perintis kemerdekaan bangsa Indonesia. Apabila ada pendapat yang mengatakan
cita negara hukum yang demokratis pertama kali dikemukakan dalam sidang
Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
adalah tidak memiliki dasar historis dan bisa menyesatkan. Para pendiri negara
waktu itu terus memperjuangkan gagasan negara hukum. Ketika para pendiri
negara bersidang dalam BPUPKI tanggal 28 Mei 1 Juni 1945 dan tanggal 10-17
Juli 1945 gagasan dan konsep Konstitusi Indonesia dibicarakan oleh para anggota
BPUPKI. Melalui sidang-sidang tersebut dikemukakan istilah rechsstaat (Negara
Hukum) oleh Mr. Muhammad Yamin (Abdul Hakim G Nusant ara, 2010:2).
Dalam sidangsidang tersebut muncul berbagai gagasan dan konsep alternatif
tentang ketatanegaraan sepert i: negara sosialis, negara serikat dikemukakan oleh
para pendiri negara.

Perdebatan pun dalam sidang terjadi, namun karena dilandasi tekad bersama
untuk merdeka, jiwa dan semangat kebangsaan yang tinggi (nasionalisme) dari
para pendiri negara, menjunjung tinggi azas kepentingan bangsa, secara umum
menerima konsep negara hukum dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).Semangat cita negara hukum para pendiri negara secara formal
dapatditemukan dalam setiap penyusunan konstitusi, yaitu Konstitusi RIS 1949
danUUDS 1950. Dalam konstitusi konstitusi tersebut dimasukkan Pasal-
pasalyang termuat dalam Deklarasi Umum HAM PBB tahun 1948. Hal
itumenunjukkan bahwa ketentuan-ketentuan tentang penghormatan,
danperlindungan HAM perlu dan penting unt uk dimasukkan ke dalam
konstitusinegara (Abdul Hakim G Nusantara, 2010:2)Pengertian negara hukum
selalu menggambarkan adanyapenyelenggaraan kekuasaan pemerintahan negara
yang didasarkan atas hukum. Pemerintah dan unsur unsur lembaga di dalamnya
dalam menjalankan tugas dan wewenangnya terikat oleh hukum yang berlaku.
Menurut Mustafa Kamal (2003), dalam negara hukum, kekuasaan menjalankan
pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum (supremasihukum) dan bertujuan
untuk menyelenggarakan ketert iban hukum. Dasar yuridis bagi negara Indonesia
sebagai negara hukum tertera pada Pasal 1 ayat (3) UUD Negara RI 1945
(amandemen ketiga), Negara Indonesia adalah Negara Hukum Konsep negara
hukum mengarah pada tujuan terciptanya kehidupan demokratis, dan terlindungi
hak azasi manusia, serta kesejahteraan yang berkeadilan. Menurut Winarno
(2010), konsepsi negara hukum Indonesia dapat di masukkan dalam konsep
negara hukum dalam arti material atau negara hukum dalam arti luas.

Pembuktiannya dapat kita lihat dari perumusan mengenai t ujuan bernegara


sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD Negara RI 1945 Alenia IV.
Bahwasannya, negara bertugas dan bertanggungjawab tidak hanya melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia tetapi juga
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial. Bukti lain yang menjadi dasar yuridis bagi keberadaan negara
hukumIndonesia dalam arti material, yaitu pada: Bab XIV Pasal 33 dan Pasal
34UUD Negara RI 1945, bahwa negara turut aktif dan bertanggungjawab
atasperekonomian negara dan kesejahteraan rakyat.

6. Prinsip Negara Hukum Dalam Kehidupannya Sebagai Warga Negara

Prinsip Negara Hukum yang berkembang pada abad 19 cenderung mengarah pada
konsep negara hukum formal, yaitu pengertian negara hukumdalam arti sempit.
Dalam Prinsip ini negara hukum diposisikan ke dalamruang gerak dan peran yang
kecil atau sempit. Seperti dalam uraian terdahulunegara hukum dikonsepsikan
sebagai sistem penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan negara yang didasarkan
atas hukum. Pemerintah dan unsur - unsur lembaganya dalam menjalankan tugas
dan wewenangnya terikat oleh hukum yang berlaku. Peran pemerintah sangat
kecil dan pasif. Dalam dekade abad 20 konsep negara hukum mengarah pada
pengembangan negara hukum dalam arti material. Arah tujuannya memperluas
peran pemerintah terkait dengan tuntutan dan dinamika perkembangan jaman.
Prinsip Negara Hukum material yang dikembangkan di abad ini sedikitnya
memiliki sejumlah ciri yang melekat pada negara hukum atau Rechtsstaat, yaitu
sebagai berikut :
1. HAM terjamin oleh undang-undang, Supremasi hukum, Pembagian
kekuasaan ( Trias Politika) demi kepastian hukum.
2. Kesamaan kedudukan di depan hukum.
3. Peradilan administrasi dalam perselisihan.
4. Kebebasan menyatakan pendapat, bersikap dan berorganisasi.
5. Pemilihan umum yang bebas.
6. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak

B. HAK ASASI MANUSIA


1. Pengertian Hak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia merupakan hak dasar yang melekat dan dimiliki setiap
manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Mustafa Kamal
Pasha (2002) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia
adalah hal-hak dasar yang dibawa sejak lahir yang melekat pada esensinya sebagai
anugerah Allah SWT.

Kesadaran akan hak asasi manusia didasarkan pada pengakuan bahwa semua
manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki derajat dan martabat yang sama.
Dengan pengakuan akan prinsip tersebut maka setiap manusia memiliki hak dasar
yang disebut Hak Asasi Manusia.

Pengakuan terhadap HAM memiliki dua landasan, yaitu:

1. Landasan yang langsung dan pertama, yakni kodrat manusia , bahwa kodrat
manusia adalah sama derajat tanpa membedakan ras, agama, suku, bahasa,
dan sebagainya,
2. Landasan yang kedua dan yang lebih dalam, yakni Tuhan yang menciptakan
manusia. Bahwa semua manusia adalah makhluk dari pencipta yang sama
yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu dihadapan Tuhan manusia adalah
sama kecuali nanti pada amalnya.

Dengan demikian, selama manusia belum mengakui adanya persamaan harkat


dan martabat manusia maka hak asasi manusia belum bisa di tegakkan. Jika hak
asasi manusia belum dapat ditegakkan maka akan terus terjadi pelanggaran dan
penindasan atas hak asasi manusia, baik oleh masyarakat, bangsa dan pemerintah
suatu negara.
Secara definitif hak artinya kekuasaan arau wewenang yag dimiliki seseorang
atas sesuatu di luar dirinya (Suria Kusuma, 1986). Kebalikan dari hak adalah
kewajiban yang berarti tugas yang harus dijalankan manusia untuk mengakui
kekuasaan itu. Setiap orang memiliki hak dasar memeluk agama yang berarti
kebebasan dan kewenangan dia untuk menganut suatu agama, sedangkan orang
lain memiliki kewajiban untuk mengakui kewenangan orang tersebut.

Istilah hak asasi manusia berawal dari Barat yang dikenal dengan right of
man untuk menggantikan natural right. Karena istilah right of man tidak
mencakup right of women maka oleh Eleanor Roosevelt diganti dengan istilah
human rights yang lebih universal dan netral.

2. Macam Hak Asasi Manusia

Berdasarkan pada Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi


Manusia, dinyatakan bahwa hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan merupakan anugerahnya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara hukum, pemerintah serta perlindungan
harkat dan martabat manusia.

Ciri pokok dari hakikat hak asasi manusia:

1. Hak asasi manusia tidak perlu diberikan, diberi, ataupun diwarisi.


2. Hak asasi manusa berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis
kelamin, asal usul,ras, agama dan pandangan politik.
3. Hak asasi manusia tidak boleh dilanggar

Beberapa contoh hak dasar tersebut adalah:

1. Hak asasi manusia menurut Piagam PBB tentang deklarasi Universal Hak
Asasi Manusia 1948
2. Hak asasi manusia menurut Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak
asasi Manusia
Hak asasi manusia meliputi bidang sebagai berikut:

1. Hak asasi pribadi (personal rights).


2. Hak asasi politik ( political rights).
3. Hak asasi ekonomi (property rights).
4. Hak asasi sosial dan kebudayaan (social and culture rights).
5. Hak untuk mendapat perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
(rights of legal equality).
6. Hak untuk mendapat perlakuan sama dalam tata cara peradilan dan
perlindungan (prosedural rights).

3. Upaya penegakan HAM di Indonesia

Upaya penegakan HAM dapat dilakukan melalui jalur hukum dan politik.
Maksudnya terhadap berbagai pelanggaran HAM maka upaya menindak para
pelaku pelanggaran diselesaikan melalui Pengadilan HAM bagi pelanggaran
HAM berat dan melalui KKR (Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi).

Upaya penegakan HAM melalui jalur Pengadilan HAM, mengikuti ketentuan-


ketentuan antara lain, sebagai berikut:

1. Kewenangan memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak asasi


manusia yang berat tersebut di atas oleh Pengadilan HAM tidak berlaku bagi
pelaku yang berumur di bawah 18 tahun pada saat kejahatan dilakukan.
2. Terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang terjadi sebelum
diundangkan UURI No.26 Tahun 2000, diperiksa dan diputus oleh
Pengadilan HAM adhoc. Pembentukan Pengadilan HAM ad hoc diusulkan
oleh DPR berdasarkan pada dugaan telah terjadinya pelanggaran hak asasi
manusia yang berat yang dibatasi pada tempat dan waktu perbuatan tertentu
(locus dan tempos delicti ) yang terjadi sebelum diundangkannya UURI No.
26 Tahun 2000.
3. Agar pelaksanaan Pengadilan HAM bersifat jujur, maka pemeriksaan
perkaranya dilakukan majelis hakim Pengadilan HAM yang berjumlah 5
orang. Lima orang tersebut, terdiri atas 2 orang hakim dari Pengadilan HAM
yang bersangkutan dan 3 orang hakim ad hoc (diangkat di luar hakim karir).
Sedang penegakan HAM melalui KKR penyelesaian pelanggaran HAM
dengan cara para pelaku mengungkapkan pengakuan atas kebenaran bahwa ia
telah melakukan pelanggaran HAM terhadap korban atau keluarganya,
kemudian dilakukan perdamaian. Jadi KKR berfungsi sebagai mediator antara
pelaku pelanggaran dan korban atau keluarganya untuk melakukan
penyelesaian lewat perdamaian bukan lewat jalur Pengadilan HAM.

Beberapa contoh kegiatan yang dapat dimasukan menghargai upaya penegakan


HAM, antara lain :

1. Membantu dengan menjadi saksi dalam proses penegakan HAM;


2. Mendukung para korban untuk memperoleh restitusi maupun kompensasi
serta rehabilitasi;
3. Tidak mengganggu jalannya persidangan HAM di Pengadilan HAM;
4. Memberikan informasi kepada aparat penegak hokum dan lembaga lembaga
HAM bila terjadi pelanggaran HAM;
5. Mendorong untuk dapat menerima cara rekonsiliasi melalui KKR kalau lewat
jalan Peradilan HAM mengalami jalan buntu, demi menghapus dendam yang
berkepanjangan yang dapat menghambat kehidupan yang damai dan
harmonis dalam bermasyarakat.

Sebagai negara hukum, maka dalam upaya menegakan HAM diatur


pelaksanaannya dalam peraturan perundang-undangan, yaitu sebagai berikut:

UUD 1945

UUD 1945 Pasal 31, menegaskan bahwa setiap warga negara memiliki hak
mendapat pengajaran. Maka untuk mencapainya Pemerintah membangun gedung-
gedung sekolah, mengangkat guru, memberikan bea siswa pada anak berprestasi
tetapi dari segi ekonomi kurang mampu, dan lain-lain.
Ketetapan MPR

TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998, menugaskan Presiden dan DPR untuk


membentuk lembaga yang melakukan penyuluhan, pengkajian, pemantauan,
penelitian, dan mediasi tentang HAM. Maka dibentuklah KOMNAS HAM melalu
Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993.

Undang-Undang

UU Nomor 39 tahun 1999 Pasal 9, menegaskan tentang hak untuk hidup. Maka
manakala terjadi pelanggaran terhadap hak ini, maka pemerintah menggelar
peradilan HAM.

C. PEMBERANTASAN KORUPSI

Wertheim dalam Lubis, 1970 menyatakan bahwa seorang pejabat dikatakan


melakukan tindakan korupsi bila ia menerima hadiah dari seseorang yang
bertujuan mempengaruhinya agar ia mengambil keputusan yang menguntungkan
kepentingan si pemberi hadiah. Kadang-kadang orang yang menawarkan hadiah
dalam bentuk balas jasa juga termasuk dalam korupsi. Selanjutnya, Wertheim
menambahkan bahwa balas jasa dari pihak ketiga yang diterima atau diminta oleh
seorang pejabat untuk diteruskan kepada keluarganya atau kelompoknya atau
orang-orang yang mempunyai hubungan pribadi dengannya, juga dapat dianggap
sebagai korupsi. Dalam keadaan yang demikian, jelas bahwa ciri yang paling
menonjol di dalam korupsi adalah tingkah laku pejabat yang melanggar azas
pemisahan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan masyarakat,
pemisaham keuangan pribadi dengan masyarakat.
Menurut perspektif hukum, definisi korupsi di jelaskan dalam 13 pasal ( UU
No.31 Tahun 1999 jo. UU No 20 Tahun 2001 ) Merumuskan 30 bentuk / Jenis
tindak pidana korupsi, yang di kelompokkan sebagai berikut:

1. Kerugian keuangan negara


2. Suap menyuap
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
7. Gratifikasi

Korupsi adalah penyalahgunaan amanah untuk kepentingan pribadi


(Anwar, 2006:10). Masyarakat pada umumnya menggunakan istilah korupsi untuk
merujuk kepada serangkaian tindakan-tindakan terlarang atau melawan hukum
dalam rangka mendapatkan keuntungan dengan merugikan orang lain. Hal yang
paling mengidentikkan perilaku korupsi bagi masyarakat umum adalah penekanan
pada penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan publik untuk keuntungan pribadi.
Dalam mewujudkan keseriusan pemerintah dalam upaya memberantas
korupsi, Telah di keluarkan berbagai kebijakan. Di awali dengan penetapan anti
korupsi sedunia oleh PBB pada tanggal 9 Desember 2004, Presiden susilo
Budiyono telah mengeluarkan instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2004 tentang
Percepatan Pemberantasan Korupsi, yang menginstruksikan secara khusus Kepada
Jaksa Agung Dan kapolri:

1. Mengoptimalkan upayaupaya penyidikan/Penuntutan terhadap tindak pidana


korupsi untuk menghukum pelaku dan menelamatkan uang negara.
2. Mencegah & memberikan sanksi tegas terhadap penyalah gunaan wewenang
yg di lakukan oleh jaksa (Penuntut Umum)/ Anggota polri dalam rangka
penegakan hukum.
3. Meningkatkan Kerjasama antara kejaksaan dgn kepolisian Negara RI, selain
denagan BPKP,PPATK,dan intitusi Negara yang terkait denagn upaya
penegakan hukum dan pengembalian kerugian keuangan negara akibat tindak
pidana korupsi

Kebijakan selanjutnya adalah menetapkan Rencana aksi nasional


Pemberantasan Korupsi (RAN-PK) 2004-2009. Langkah langkah pencegahan
dalam RAN-PK di prioritaskan pada :
1. Mendesain ulang layanan publik .
2. Memperkuat transparasi, pengawasan, dan sanksi pada kegiatan pemerintah
yg berhubungan Ekonomi dan sumber daya manusia.
3. Meningkatkan pemberdayaan pangkatpangkat pendukung dalam pencegahan
korupsi.

Upaya-upaya hukum yang telah dilakukan pemerintah sebenarnya sudah


cukup banyak dan sistematis. Namun korupsi di Indonesia semakin banyak sejak
akhir 1997 saat negara mengalami krisis politik, sosial, kepemimpinan, dan
kepercayaan yang pada akhirnya menjadi krisis multidimensi. Gerakan reformasi
yang menumbangkan rezim Orde Baru menuntut antara lain ditegakkannya
supremasi hukum dan pemberantasan Korupsi, Kolusi & Nepotisme (KKN).
Tuntutan tersebut akhirnya dituangkan di dalam Ketetapan MPR Nomor
IV/MPR/1999 & Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penye-
lenggaraan Negara yang Bersih & Bebas dari KKN.
Jenis korupsi yang lebih operasional juga diklasifikasikan oleh tokoh reformasi,
M. Amien Rais yang menyatakan sedikitnya ada empat jenis korupsi, yaitu:

1. Korupsi ekstortif, yakni berupa sogokan atau suap yang dilakukan


pengusaha kepada penguasa.
2. Korupsi manipulatif, seperti permintaan seseorang yang memiliki
kepentingan ekonomi kepada eksekutif atau legislatif untuk membuat
peraturan atau UU yang menguntungkan bagi usaha ekonominya.
3. Korupsi nepotistik, yaitu terjadinya korupsi karena ada ikatan
kekeluargaan, pertemanan, dan sebagainya.
4. Korupsi subversif, yakni mereka yang merampok kekayaan negara secara
sewenang-wenang untuk dialihkan ke pihak asing dengan sejumlah
keuntungan pribadi.

Diantara model-model korupsi yang sering terjadi secara praktis adalah:


pungutan liar, penyuapan, pemerasan, penggelapan, penyelundupan, pemberian
(hadiah atau hibah) yang berkaitan dengan jabatan atau profesi seseorang.
Jeremy Pope (2007: xxvi) mengutip dari Gerald E. Caiden dalam Toward a
General Theory of Official Corruption menguraikan secara rinci bentuk-bentuk
korupsi yang umum dikenal, yaitu:

1. Berkhianat, subversif, transaksi luar negeri ilegal, penyelundupan.


2. Penggelapan barang milik lembaga, swastanisasi anggaran pemerintah,
menipu dan mencuri.
3. Penggunaan uang yang tidak tepat, pemalsuan dokumen dan penggelapan
uang, mengalirkan uang lembaga ke rekening pribadi, menggelapkan
pajak, menyalahgunakan dana.
4. Penyalahgunaan wewenang, intimidasi, menyiksa, penganiayaan, memberi
ampun dan grasi tidak pada tempatnya.
5. Menipu dan mengecoh, memberi kesan yang salah, mencurangi dan
memperdaya, memeras.

1. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Korupsi


Faktor-Faktor yang menyebabkan terjadinya Korupsi adalah :
1. Penegakan hukum tidak konsisten : penegakan hukum hanya sebagai
make-up politik, bersifat sementara dan sellalu berubah tiap pergantian
pemerintahan.
2. Penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang karena takut dianggap bodoh
bila tidak menggunakan kesempatan.
3. Langkahnya lingkungan yang antikorup : sistem dan pedoman antikorupsi
hanya dilakukan sebatas formalitas.
4. Rendahnya pndapatan penyelenggaraan negara. Pedapatan yang diperoleh
harus mampu memenuhi kebutuhan penyelenggara negara, mampu
mendorong penyelenggara negara untuk berprestasi dan memberikan
pelayanan terbaik bagi masyarakat.
5. Kemiskinan, keserakahan : masyarakat kurang mampu melakukan korupsi
karena kesulitan ekonomi. Sedangkan mereka yang berkecukupan
melakukan korupsi karena serakah, tidak pernah puas dan menghalalkan
segala cara untuk mendapatkan keuntungan.
6. Budaya member upeti, imbalan jasa dan hadiah.
7. Konsekuensi bila ditangkap lebih rendah daripada keuntungan korupsi :
saat tertangkap bisa menyuap penegak hukum sehingga dibebaskan atau
setidaknya diringankan hukumannya. Rumus: Keuntungan korupsi >
kerugian bila tertangkap.
8. Budaya permisif/serba membolehkan; tidakmau tahu : menganggap biasa
bila ada korupsi, karena sering terjadi. Tidak perduli orang lain, asal
kepentingannya sendiri terlindungi.
9. Gagalnya pendidikan agama dan etika : ada benarnya pendapat Franz
Magnis Suseno bahwa agama telah gagal menjadi pembendung moral
bangsa dalam mencegah korupsi karena perilaku masyarakat yang
memeluk agama itu sendiri. Pemeluk agama menganggap agama hanya
berkutat pada masalah bagaimana cara beribadah saja. Sehingga agama
nyaris tidak berfungsi dalam memainkan peran sosial. Menurut Franz,
sebenarnya agama bisa memainkan peran yang besar dibandingkan insttusi
lainnya. Karena adanya ikatan emosional antara agama dan pemeluk
agama tersebut jadi agama bisa menyadarkan umatnya bahwa korupsi
dapat memberikan dampak yang sangat buruk baik bagi dirinya maupun
orang lain.

2. Peran Pemerintah Dan Masyarakat Dalam Memberantas Korupsi


Partisipasi dan dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengawali
upaya-upaya pemerintah melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan
aparat hukum lain.
KPK yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi,
dan memberan-tas korupsi, merupakan komisi independen yang diharapkan
mampu menjadi martir bagi para pelaku tindak KKN.
Adapun agenda KPK adalah sebagai berikut :

1. Membangun kultur yang mendukung pemberantasan korupsi.


2. Mendorong pemerintah melakukan reformasi public sector dengan
mewujudkan good governance.
3. Membangun kepercayaan masyarakat.
4. Mewujudkan keberhasilan penindakan terhadap pelaku korupsi besar.
5. Memacu aparat hukum lain untuk memberantas korupsi.

Bentuk bentuk peran serta mayarakat dalam pemberantasan tindak pidana


korupsi menurut UU No. 31 tahun 1999 antara lain adalah SBB :

1. Hak Mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan tindak


pidana korupsi
2. Hak untuk memperoleh layanan dalam mencari, memperoleh, dan
memberikan informasi adanya dugaan telah tindak pidana korupsi kepada
penegak hukum
3. Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kpada
penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi
4. Hak memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporan yg di berikan
kepada penegak hukum waktu paling lama 30 hari
5. Hak untuk memperoleh perlindungan hukum.

3. Upaya Yang Dapat Ditempuh Dalam Pemberantasan Korupsi


Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak korupsi di
Indonesia, antara lain sebagai berikut :
1. Strategi Preventif.
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan dengan diarahkan pada hal-hal
yang menjadi penyebab timbulnya korupsi. Setiap penyebab yang terindikasi
harus dibuat upaya preventifnya, sehingga dapat meminimalkan penyebab
korupsi. Disamping itu perlu dibuat upaya yang dapat meminimalkan peluang
untuk melakukan korupsi dan upaya ini melibatkan banyak pihak dalam
pelaksanaanya agar dapat berhasil dan mampu mencegah adanya korupsi.
2. Strategi Deduktif.
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan agar
apabila suatu perbuatan korupsi terlanjur terjadi, maka perbuatan tersebut akan
dapat diketahui dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan seakurat-akuratnya,
sehingga dapat ditindaklanjuti dengan tepat. Dengan dasar pemikiran ini banyak
sistem yang harus dibenahi, sehingga sistem-sistem tersebut akan dapat berfungsi
sebagai aturan yang cukup tepat memberikan sinyal apabila terjadi suatu
perbuatan korupsi. Hal ini sangat membutuhkan adanya berbagai disiplin ilmu
baik itu ilmu hukum, ekonomi maupun ilmu politik dan sosial.
3. Strategi Represif.
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan untuk
memberikan sanksi hukum yang setimpal secara cepat dan tepat kepada pihak-
pihak yang terlibat dalam korupsi. Dengan dasar pemikiran ini proses penanganan
korupsi sejak dari tahap penyelidikan, penyidikan dan penuntutan sampai dengan
peradilan perlu dikaji untuk dapat disempurnakan di segala aspeknya, sehingga
proses penanganan tersebut dapat dilakukan secara cepat dan tepat. Namun
implementasinyaharus dilakukan secara terintregasi. Bagi pemerintah banyak
pilihan yang dapat dilakukan sesuai dengan strategi yang hendak dilaksanakan.
Adapula strategi pemberantasan korupsi secara preventif maupun secara
represif antara lain :Gerakan Masyarakat Anti Korupsi yaitu pemberantasan
korupsi di Indonesia saat ini perlu adanya tekanan kuat dari masyarakat luas
dengan mengefektifkan gerakan rakyat anti korupsi, LSM, ICW, Ulama NU dan
Muhammadiyah ataupun ormas yang lain perlu bekerjasama dalam upaya
memberantas korupsi, serta kemungkinan dibentuknya koalisi dari partai politik
untuk melawan korupsi. Selama ini pemberantasan korupsi hanya dijadikan
sebagai bahan kampanye untuk mencari dukungan saja tanpa ada realisasinya dari
partai politik yang bersangkutan. Gerakan rakyat ini diperlukan untuk menekan
pemerintah dan sekaligus memberikan dukungan moral agar pemerintah bangkit
memberantas korupsi.

1. Gerakan Pembersihan yaitu menciptakan semua aparat hukum (Kepolisian,


Kejaksaan, Pengadilan) yang bersih, jujur, disiplin, dan bertanggungjawab
serta memiliki komitmen yang tinggi dan berani melakukan pemberantasan
korupsi tanpa memandang status sosial untuk menegakkan hukum dan
keadilan. Hal ini dapat dilakukan dengan membenahi sistem organisasi yang
ada dengan menekankan prosedur structure follows strategy yaitu dengan
menggambar struktur organisasi yang sudah ada terlebih dahulu kemudian
menempatkan orang-orang sesuai posisinya masing-masing dalam struktur
organisasi tersebut.
2. Gerakan Moral yang secara terus menerus mensosialisasikan bahwa
korupsi adalah kejahatan besar bagi kemanusiaan yang melanggar harkat dan
martabat manusia. Melalui gerakan moral diharapkan tercipta kondisi
lingkungan sosial masyarakat yang sangat menolak, menentang, dan
menghukum perbuatan korupsi dan akan menerima, mendukung, dan
menghargai perilaku anti korupsi. Langkah ini antara lain dapat dilakukan
melalui lembaga pendidikan, sehingga dapat terjangkau seluruh lapisan
masyarakat terutama generasi muda sebagai langlah yang efektif membangun
peradaban bangsa yang bersih dari moral korupsi.
3. Gerakan Pengefektifan Birokrasi yaitu dengan menyusutkan jumlah
pegawai dalam pemerintahan agar didapat hasil kerja yang optimal dengan
jalan menempatkan orang yang sesuai dengan kemampuan dan keahliannya.
Dan apabila masih ada pegawai yang melakukan korupsi, dilakukan tindakan
tegas dan keras kepada mereka yang telah terbukti bersalah dan bilamana
perlu dihukum mati karena korupsi adalah kejahatan terbesar bagi
kemanusiaan dan siapa saja yang melakukan korupsi berarti melanggar harkat
dan martabat kehidupan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Negara Hukum Adalah Negara yang didalamnya terdapat berbagai aspek
peraturan-peraturan yang memang bersifat abstrak yaitu memaksa, dan
mempunyai sanksi yang tegas.
2. HAM merupakan hak dasar yang melekat dan dimiliki setiap manusia
sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
3. Korupsi adalah penyalahgunaan amanah untuk kepentingan pribadi
(Anwar, 2006:10). Masyarakat pada umumnya menggunakan istilah
korupsi untuk merujuk kepada serangkaian tindakan-tindakan terlarang
atau melawan hukum dalam rangka mendapatkan keuntungan dengan
merugikan orang lain.

B. Saran
Kita sebagai generasi penerus bangsa dan sebagai mahasiswa sudah
semestinya membantu pemerintah untuk membantu melawan Korupsi di
indonesia dalam segala hal. Baik itu korupsi berskala kecil maupun besar. Karena
korupsi merugikan pada banyak hal dan segala bidang. Kita juga turut serta
membantu pemerintah dalam mewujudkan negara aman, dan makmur.
DAFTAR PUSTAKA

www.kemhan.com/2009/01/hukum-administrasi-negara.html
http://setia.student.umm.ac.id/about/
http://fatahilla.blogspot.com/2010/08/negara-hukum-indonesia
http://deluk12.wordpress.com/makalah-ham/
http://www.organisasi.org/1970/01/pengertian-macam-dan-jenis-hak-asasi-
manusia-ham-yang-berlaku-umum-global-pelajaran-ilmu-ppkn-pmp-
indonesia.html?m=1
https://rezaahmadfadila.wordpress.com/2016/04/25/makalah-pendidikan-
kewarganegaraan-negara-hukum-dan-hak-asasi-manusia/

http://contoh-makalahlengkap.blogspot.co.id/2015/01/upaya-pemberantasan-
korupsi-di-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai