Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

EDUKASI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

OLeh :

Solikin 152.0025B
Sri Wahyuni 152.0026B
Syahri Sidiq 152.0027B

PROGAM STUDI D III KEPERAWATAN


STIKES HANG TUAH SURABAYA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah remaja (usia >10-1,9 tahun) merupakan masalah yang perlu diperhatikan
dalam pembangunan nasional di Indonesia. Masalah remaja terjadi, karena mereka tidak
dipersiapkan mengenai pengetahuan tentang aspek yang berhubungan dengan masalah
peralihan dari masa anak ke dewasa. Masalah kesehatan remaja mencakup aspek fisik
biologis dan mental, sosial. Perubahan fisik yang pesat dan perubahan endokrin/hormonal
yang sangat dramatik merupakan pemicu masalah kesehatan remaja serius karena
timbuhnya dorongan motivasi seksual yang menjadikan remaja rawan terhadap penyakit
dan masalah kesehatan reproduksi, kehamilan remaja dengan segala konsekuensinya
yaitu: hubungan seks pranikah, aborsi, PMS & RIV-AIDS serta narkotika.

Permasalahan remaja seringkali berakar dari kurangnya informasi dan


pemahaman serta kesadaran untuk mencapai sehat secara reproduksi. Di sisi lain, remaja
sendiri mengalami perubahan fisik yang cepat.
Akses untuk mendapatkan informasi bagi remaja banyak yang tertutup. Dengan
memperluas akses informasi tentang kesehatan reproduksi remaja yang benar dan jujur
bagi remaja akan membuat remaja makin sadar terhadap tanggung jawab perilaku
reproduksinya. Dengan makin banyaknya persoalan kesehatan reproduksi remaja, maka
pemberian informasi, layanan dan pendidikan kesehatan reproduksi remaja menjadi
sangat penting

B. Rumusan Masalah
Dari gambaran latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah pentingnya informasi kesehatan reproduksi remaja.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pentingnya informasi
kesehatan reproduksi remaja

BAB II
PEMBAHASAN

Di masyarakat, kasus-kasus kehamilan yang tidak dikehendaki selalu dipandang


dengan muatan-muatan yang sarat dengan moral. Masyarakat cenderung menyalahkan
korban, bukannya empati. Akibatnya, terjadi stigmatisasi dan diskriminasi dan
menjadikan kasus ini tabu untuk dibicarakan secara terbuka.
Akibat kehamilan yang tidak dikehendaki ini, hampir bisa dipastikan (khususnya
siswi) yang mengalami kasus ini harus berhenti dari sekolah atau dikeluarkan. Pihak
sekolah selalu beralasan, dengan memberikan izin sekolah bagi siswi hamil, nama baik
sekolah akan tercermar dan perbuatan tersebut akan ditiru oleh murid-murid lainnya.
Pendapat ini baru asumsi/ pandangan dan belum tentu kebenarannya. Dengan demikian,
pihak perempuanlah yang paling dirugikan bila kasus ini benar-benar terjadi.
Kasus kehamilan yang tidak dikehendaki ini merupakan kasus yang berakibat
terjadinya diskriminasi dan merupakan pelanggaran atas hak-hak anak, paling tidak hak
untuk mendapatkan pendidikan sesuai dengan Konvensi Hak Anak, sehingga harus ada
perubahan cara pandang atas kasus ini dari muatan moral menjadi muatan empati, di
mana hak-hak korban harus dilindungi dan diperjuangkan secara bersama-sama, bukan
lagi menyalahkan korban dengan alasan-alasan yang tidak rasional, seperti menuduh
korban sebagai pihak yang memicu terjadinya perbuatan tersebut dengan memakai
pakaian-pakaian seksi dan sejenisnya.
Mengacu pada isu-isu global, seperti yang dibahas di International Conference of
Population and Development (ICPD) di Kairo tahun 1994, maka setiap orang (laki-laki
dan perempuan, tanpa diskriminasi, termasuk anak dan remaja) harus mendapatkan
pelayanan kesehatan reproduksi yang memadai. Maka bila ada golongan tertentu
(anak/remaja) yang karena sebab-sebab tertentu tidak dapat mengakses pelayanan, maka
hal tersebut termasuk pelanggaran hak.

A. Kesehatan Reproduksi Remaja


Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan
sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek
yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau Suatu keadaan
dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi
dan proses reproduksinya secara sehat dan aman.

Tumbuh Kembang Remaja.


1. Masa remaja dibedakan dalam :
a. Masa remaja awal, 10 13 tahun.
b. Masa remaja tengah, 14 16 tahun.
c. Masa remaja akhir, 17 19 tahun.

2. Pertumbuhan fisik pada remaja perempuan :


a. Mulai menstruasi.
b. Payudara dan pantat membesar.
c. Indung telur membesar.
d. Kulit dan rambut berminyak dan tumbuh jerawat.
e. Vagina mengeluarkan cairan.
f. Mulai tumbuh bulu di ketiak dan sekitar vagina.
g. Tubuh bertambah tinggi.

3. Perubahan fisik yang terjadi pada remaja laki-laki :


a. Terjadi perubahan suara mejadi besar dan mantap.
b. Tumbuh bulu disekitar ketiak dan alat kelamin.
c. Tumbuh kumis.
d. Mengalami mimpi basah.
e. Tumbuh jakun.
f. Pundak dan dada bertambah besar dan bidang.
g. Penis dan buah zakar membesar.

4. Perubahan psikis juga terjadi baik pada remaja perempuan maupun remaja laki-laki,
mengalami perubahan emosi, pikiran, perasaan, lingkungan pergaulan dan tanggung
jawab, yaitu :
a. Remaja lebih senang berkumpul diluar rumah dengan kelompoknya.
b. Remaja lebih sering membantah atau melanggar aturan orang tua.
c. Remaja ingin menonjolkan diri atau bahkan menutup diri.
d. Remaja kurang mempertimbangkan maupun menjadi sangat tergantung pada
kelompoknya.
e. Hal tersebut diatas menyebabkan remaja menjadi lebih mudah terpengaruh oleh hal-hal
yang negatif dari lingkungan barunya.

5. Menstruasi atau haid.


Bila menstruasi baru mulai periodenya mungkin tidak teratur dan dapat terjadi sebulan
dua kali menstruasi kemudian beberapa bulan tidak menstruasi lagi. Hal ini memakan
waktu kira-kira 3 tahun sampai menstruasi mempunyai pola yang teratur dan akan
berjalan terus secara teratur sampai usia 50 tahun. Bila seorang wanita berhenti
menstruasi disebut menopause. Siklus menstruasi meliputi :
a. Indung telur mengeluarkan telur (ovulasi) kurang lebih 14 hari sebelum menstruasi
yang akan datang.
b. Telur berada dalam saluran telur, selaput lendir rahim menebal.
c. Telur berada dalam rahim, selaput lendir rahim menebal dan siap menerima hasil
pembuahan.
d. Bila tidak ada pembuahan, selaput rahim akan lepas dari dinding rahim dan terjadi
perdarahan. Telur akan keluar dari rahim bersama darah.
e. Panjang siklus menstruasi berbeda-beda setiap perempuan. Ada yang 26 hari, 28 hari,
30 hari, atau bahkan ada yang 40 hari. Lama menstruasi pada umumnya 5 hari, namun
kadang-kadang ada yang lebih cepat 2 hari atau bahkan sampai 5 hari. Jumlah seluruh
darah yang dikeluarkan biasanya antara 30 80 ml. Selama masa haid, yang perlu
diperhatikan adalah kebersihan daerah kewanitaan dengan mengganti pembalut sesering
mungkin.

6. Mimpi Basah, Bagaimana Bisa Terjadi


Ketika seseorang laki-laki memasuki masa pubertas, terjadi pematangan sperma didalam
testis. Sperma yang telah diproduksi ini akan dikeluarkan melalui Vas Deferens kemudian
berada dalam cairang mani yang diproduksi oleh kelenjar prostat. Air mani yang telah
mengandung sperma ini akan keluar yang disebut ejakulasi. Ejakulasi yang tanpa
rangsangan yang nyata disebut mimpi basah.

7. Kehamilan.
Merupakan akibat utama dari hubungan seksual. Kehamilan dapat terjadi bila dalam
berhubungan seksual terjadi pertemuan antara sel telur (ovum) dengan sel sperma. Proses
kehamilan dapat diilustrasikan sebagai berikut :
a. Sel telur yang keluar dari indung telur pada saat ovulasi akan masuk kedalam sel telur.
b. Sperma yang tumpah didalam saluran vagina waktu senggama akan bergerak masuk
kedalam rahim dan selanjutnya ke saluran telur.
c. Di saluran telur ini, sperma akan bertemu dengan sel telur dan langsung membuahi.

8. Tanda-tanda kehamilan :
a. Sering mual-mual, muntah dan pusing pada saat bangun tidur (morning sickness) atau
sepanjang hari.
b. Mengantuk, lemas, letih dan lesu.
c. Amenorhea (tidak mengalami haid).
d. Nafsu makan menurun, namun pada saat tertentu menghendaki makanan tertentu
(nyidam).
e. Dibuktikan melalui tes laboratorium yaitu HCG Test dan USG.
f. Perubahan fisik seperti payudara membesar dan sering mengeras, daerah sekitar Aerola
Mammae (sekitar puting) membesar.
9. Kehamilan di bawah usia 20 tahun Organ reproduksi belum sempurna sehingga pada
saat persalinan akan mengalami kesulitan.
a. Belum siap mental sebagai ibu.

b. Bila tidak diinginkan akan dilakukan abortus (abotus : suatu kejadian keluarnya hasil
kehamilan sebelum janin dapat hidup diluar kandungan).
c. Abortus Spontan (tidak disengaja)
d. Provokatus (disengaja)

B. Perlunya Pendidikan
Melihat besarnya permasalahan dan dampaknya di masa depan untuk generasi
mendatang, maka dalam rangka menjamin pemenuhan hak seksual dan kesehatan
reproduksi untuk remaja, maka ada beberapa upaya yang harus dilakukan secara terpadu
dan lintas sektor.
Untuk itu, perlu dibangun komitmen bersama antar elemen, baik pemerintah
maupun masyarakat, yang menetapkan kesehatan reproduksi remaja sebagai agenda/isu
bersama dan penting. Harus ada keyakinan bersama bahwa membangun generasi penerus
yang berkualitas perlu dimulai sejak anak, bahkan sejak dalam kandungan. Untuk itu,
harus ada kesadaran bersama bahwa upaya yang dilakukan saat ini tidak serta merta
tampak hasilnya, namun perlu waktu panjang untuk memetik hasilnya.
Upaya-upaya yang perlu dilakukan adalah pemberian informasi kesehatan
reproduksi dalam berbagai bentuk sedini mungkin kepada seluruh segmen remaja, baik di
perkotaanmaupun di pedesaan. Pemberian informasi ini dengan tujuan meningkatkan
pengetahuan yang pada gilirannya mampu memberikan pilihan kepada remaja untuk
bertindak secara bertanggung jawab, baik kepada dirinya maupun keluarga dan
masyarakat.
Untuk itu, pemerintah bersama LSM dan masyarakat dapat menjadi inisiator
lahirnya kebijakan. Kebijakan itu misalnya dengan memberikan keputusan bahwa seluruh
sekolah, baik negeri maupun swasta mempunyai kewajiban memberikan informasi
kesehatan reproduksi remaja mulai SD hingga SMU. Dengan lahirnya kebijakan ini,
maka sudah tidak ada alasan lagi bagi berbagai pihak yang menentang pemberian
informasi kesehatan reproduksi dengan alasan-alasan yang tidak rasional
Informasi ini memberikan makna kepada kita bahwa bila para stakeholder
pendidikan, terutama Dinas Pendidikan dan Pemerintah Provinsi mempunyai komitmen
yang kuat, maka dapat saja hal itu dilakukan. Oleh karena itu, diharapkan ada perlakukan
yang sama untuk memberlakukan pendidikan kesehatan reproduksi remaja sebagai
muatan lokal di seluruh jenjang pendidikan dari SD hingga SMU. Tentunya di tiap
jenjang pendidikan, kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi remaja juga berbeda
antara yang diberikan kepada SD ataupun SMU.
Pendidikan kesehatan reproduksi yang dimaksud di sini tidak ada hubungannya
dengan teknik-teknik hubungan seks, namun merupakan sekumpulan pengetahuan yang
berisi tentang pengenalan dan fungsi-fungsi organ reproduksi (termasuk di dalamnya
proses terjadinya menstruasi dan mimpi basah), proses terjadinya pembuahan,
pengetahuan infeksi, HIV/AIDS, pengetahuan tentang gender dan risiko-risiko hubungan
seks yang tidak bertanggung jawab.
Dengan memberikan waktu khusus pendidikan kesehatan reproduksi remaja dalam
sekolah, maka akan ada upaya-upaya sistematis dan terencana dalam pemberian
informasi kepada anak didik, sehingga pada gilirannya mereka dapat mengetahui dan
bertanggung jawab atas perilaku seksualnya di masa depan.
Sisi lainnya adalah memberikan benteng/pertahanan kepada remaja itu sendiri
untuk secara tegas dapat bersikap atas maraknya informasi pornografi yang beredar di
masyarakat, baik dalam bentuk tulisan, maupun elektronik. Upaya ini memerlukan
dukungan dari berbagai pihak, terutama para stakeholder dalam pendidikan yang berani
berpikir secara kreatif dan inovatif dalam melahirkan kebijakan-kebijakan yang berpihak
kepada remaja di Indonesia. Sudah saatnya diakhiri hal-hal yang kontraproduktif dan
polemik yang mempertentangkan antara pendidikan kesehatan reproduksi dengan
pornografi. Area pembatas kedua hal ini sudah sangat jelas dan dapat
dipertanggungjawabkan. Kekhawatiran bahwa dengan informasi pendidikan kesehatan
reproduksi para murid (anak didik) akan meniru juga berlebihan, karena di dalam
informasi pendidikan kesehatan reproduksi remaja memang tidak ada sesuatu yang patut
ditiru. Jadi sebenarnya tidak ada sesuatu yang patut dicurigai atau bahkan dikhawatirkan.
Kita sepakat, tidak rela melihat anak-anak kita menjadi generasi penerus yang lemah dan
menderita hanya gara-gara mereka melakukan praktik-praktik seksual yang tidak
bertanggungjawab di masa mendatang disebabkan pengetahuan mereka yang rendah.

Upaya lainnya adalah memberikan porsi dan kesempatan yang seluas-luasnya


pendidikan moral/agama kepada seluruh anak/remaja, dengan memberikan informasi
yang komprehensif bahaya dan akibat-akibat yang ditanggung remaja bila melakukan
perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab. Informasi kerugian fisik, mental dan
spiritual harus dijelaskan secara seimbang dengan hal-hal yang terkait dengan moral
/agama bila sampai terjadi perilaku seks yang tidak bertanggung jawab. Bagaimanapun
juga, mencegah terjadinya perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab jauh lebih baik
dari pada harus menyelesaikannya bila hal tersebut sungguh-sungguh terjadi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masalah kesehatan remaja mencakup aspek fisik biologis dan mental, sosial.
Perubahan fisik yang pesat dan perubahan endokrin/ hormonal yang sangat dramatik
merupakan pemicu masalah kesehatan remaja serius karena timbuhnya dorongan
motivasi seksual yang menjadikan remaja rawan terhadap penyakit dan masalah
kesehatan reproduksi, kehamilan remaja dengan segala konsekuensinya yaitu: hubungan
seks pranikah, aborsi, PMS & RIV-AIDS serta narkotika.
Permasalahan remaja seringkali berakar dari kurangnya informasi dan
pemahaman serta kesadaran untuk mencapai sehat secara reproduksi. Di sisi lain, remaja
sendiri mengalami perubahan fisik yang cepat. Harus ada keyakinan bersama bahwa
membangun generasi penerus yang berkualitas perlu dimulai sejak anak, bahkan sejak
dalam kandungan.
Pemberian informasi ini dengan tujuan meningkatkan pengetahuan yang pada
gilirannya mampu memberikan pilihan kepada remaja untuk bertindak secara
bertanggung jawab, baik kepada dirinya maupun keluarga dan masyarakat.
B. Saran
1. Perlu dibangun komitmen bersama antar elemen, baik pemerintah maupun
masyarakat yang menetapkan kesehatan reproduksi remaja sebagai agenda/isu bersama
dan penting.
2. Perlu pendekatan kepada pihak yang berkompeten dalam pembinaan remaja melalui
pembekalan.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, dkk. 2006. Anak Jalanan: Anak yang Membutuhkan Perlindungan


Khusus di Indonesia: Analisis Situasi. PKPM , Atma Jaya-Departemen
Sosial-Unicef
Arida, S.dkk (2005). Seks dan Kehamilan Pranikah. Pusat PSKK UGM:
Yogyakarta
Azwar, Azrul (2005). Kebijakan dan Strategi Kesehatan Reproduksi di
Indonesia.
Heriawan, R.dkk (2008). Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indoneisa.
Badan Pusat Statistik: Jakarta
WHO. (2007). Profil Kesehatan Pembangunan Perempuan di Indonesia.
Jakarta: WHO- Depkes RI

Anda mungkin juga menyukai