Kasus 1 Asma Bronkhial Putri

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 9

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 Identitas Pasien


Nama : An. R
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 12 th
Alamat : Ds. Pendawaran jaya rt.01
Agama : Islam
RM : 14-43-53
Tanggal Masuk : 4 - 7-2017
Tanggal Pemeriksaan : 4 - 7-2017

1.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Sesak nafas
Keluhan Tambahan
Batuk dan pilek
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas. Sesak dirasakan sejak 9 jam SMRS pada
pukul 0300 pagi, dan semakin memberat sejak 1 jam SMRS. Sesak disertai dengan bunyi
mengi, sesak tidak membaik dengan perubahan posisi dan penggunaan obat. Menurut orang
tuanya ini bukan sesak pertama karena sebelum ini beberapa kali pernah mengalami sesak
yang hampir sama dan biasanya kambuh ketika cuaca dingin dan memakan chiki. Sesak juga
tidak disertai dengan kebiruan pada telapak tangan, kaki atau biru pada mulut. Sesak
dirasakan kurang dari satu kali dalam seminggu dan gejala malam kurang dari 2 bulan. Sesak
dapat mengganggu aktvitas, pasien dapat berbicara dalam panggalan kalimat. Nyeri dada
disangkal.
Pasien juga mengeluhkan batuk sejak 5 hari yang lalu, batuk terus menerus dengan
sedikit dahak tidak berwarna, dahak sulit dikeluarkan dan tidak berdarah, pasien juga
mnegalam pilek sejak 1 hari. Pasien juga sering bersin pada pagi hari. Mual/muntah
disangkal, BAB dan BAK normal.
Riwayat Penyakit Dahulu
- 5 bualn yang lalu pasien mengalami sesak seperti ini.
- Alergi terhadap debu (+)

Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu pasien menderita penyakit serupa
Riwayat Penggunaan Obat
Ambroxol 3 x 2 cth
Salbutamol 2 x 1 cth
Riwayat Kebiasaan Sosial
Pasien seorang pelajar

1.3 Pemeriksaan Fisik


1.3.1 Pemeriksaan Tanda Vital (Vital Sign)
Keadaan umum : tamapk sesak
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Frekuensi nadi : 99 kali/menit, regular, kuat angkat, isi cukup
Frekuensi nafas : 35 kali/menit, regular.
Suhu : 36,6oC di axilla
Saturasi O2 : 95%
Berat badan : 21 kg

1.3.2 Status Generalis


1. Kulit
1) Warna : Kecoklatan
2) Turgor : Cepat kembali
3) Sianosis : (-)
4) Ikterik : (-)
5) Edema : (-)
2. Kepala
1) Bentuk : Normochepali
2) Rambut : Hitam, sukar dicabut
3) Wajah : Simetris, edema (-), deformitas (-), pucat (-), keringat (-)
4) Mata : Pucat (-/-), ikterik (-/-), sekret (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil isokor
5) Telinga : Dalam batas mormal, serumen (-/-)
6) Hidung : hiperemis (+), Sekret (-). Napas Cuping Hidung (-)
7) Mulut
7.1 Bibir : Bibir kering (-), mukosa kering (-), sianosis (-)
7.2 Lidah : Tremor (-). hiperemis (-)
7.3 Tonsil : Hiperemis (-/-), T1-T1
3. Leher
1) Inspeksi : retraksi suprasternal (+), jejas (-), tumor (-), deviasi trakea (-)
2) Palpasi : Pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), distensi vena
jugularis (+)
4. Toraks (anterior-posterior) Paru-paru
1) Inspeksi : Normochest, pergerakan dinding dada (statis-dinamis) simetris kanan
dan kiri, retraksi supraklavikular-interkostal (-) , penggunaan otot bantu napas (-).
2) Palpasi : Nyeri tekan (-), pergerakan dinding dada (statis-dinamis) simetris
kanan dan kiri, stem fremitus dada kanan dan kiri normal
3) Perkusi : sonor dikedua lapang paru
4) Auskultasi : Vesikuler, rhonki tidak ada, wheezing (+/+)
5. Jantung
1) Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak terlihat
2) Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea midklavikula sinistra
3) Perkusi :Batas jantung kanan pada ICS IV linea parasternal dekstra, batas
jantung kiri pada ICS V linea axilaris anterior sinistra, batas atas jantung pada ICS III
linea midklavikula sinistra.
4) Auskultasi : Bunyi jantung I > bunyi jantung II regular, tidak terdapat
murmur.
6. Abdomen
1) Inspeksi : Simetris, perut membesar.
2) Palpasi : Nyeri tekan (-), Hepar/Lien/Renal tidak teraba
3) Perkusi : Suara timpani di seluruh lapangan abdomen, peranjakan batas paru-
hati relatif-absolut sebesar dua jari, undulasi (-), shifting dullness (-).
4) Auskultasi : Peristaltik usus normal
7. Ekstremitas
1) Superior : Tidak ada edema pada tangan kanan dan tangan kiri , tidak ada
pucat dan kebiruan pada tangan kanan dan tangan kiri
2) Inferior : Tidak ada edema pada kaki kanan dan kaki kiri , tidak ada pucat dan
kebiruan pada kaki kanan dan kaki kiri

1.5 Diagnosa Banding


- Asma bronkial
- Rhinitis Alergika
- Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK)

1.6 Diagnosa Kerja


Asma bronkial eksaserbasi akut derajat sedang.

1.7 Penatalaksanaan
Penanganan pasien di IGD RSUD dr.H. Andi Abdurrahman Noor
O2 nasal canul 2-3 liter/menit
Nebul Ventolin Amp + 3cc Nacl kemudian diobservasi selama 15 menit dan
dilakukan pemeriksaan ulang tidak terdapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas dan
suara mengi.
Kemudian pasien dipulangkan dengan obat:
Salbutamol 3x2mg
Ambroxol syr 3x1cth
Citirizine 1x10mg

1.8 Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam

1.9 Edukasi
Edukasi dilakukan kepada pasien untuk mengenal faktor resiko asma sehingga
diharapkan meminimalkan kekambuhan. Edukasi mengenai perjalanan penyakit serta
mengenal tanda dan gejala perburukan asma. Penjelasan mengenai penanganan mandiri asma
di rumah. Serta modifikasi gaya hidup menjadi gaya hidup yang sehat.

BAB II
ANALISA KASUS

Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel

dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan nafas yang

menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan

batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan

obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau

tanpa pengobatan.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di Indonesia tahun 2013

didapatkan prevalensi asma di Indonesia 4,5% dengan kejadian terbanyak pada perempuan

sebesar 4,6%. Prevalensi asma tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (7,8%), diikuti Nusa

Tenggara Timur (7,3%), DI Yogyakarta (6,9%), dan Sulawesi Selatan (6,7%). Sulawesi Utara

masuk ke urutan 18 dari 33 provinsi dengan prevalensi sebesar 4,7%. Prevalensi asma pada

anak yang tertinggi di usia 5-14 tahun sebesar 3,9%.

Hal ini sesuai dengan tanda dan gejala yang dialami oleh pasien yaitu adanya tanda

obstruksi jalan nafas berupa sesak nafas, dada terasa berat, batuk dan adanya mengi

(wheezing) yang didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik. Penurunan saturasi oksigen menjadi

data objektif adanya obstruksi jalan nafas. Adanya perbaikan gejala dengan pengobatan

menggunakan agonis beta-2 kerja singkat menunjukkan obstruksi jalan nafas bersifat

reversibel. Usia pasien 12 tahun dan perempuan, termasuk ke dalam usia dengan kejadian

asma tertinggi di Indonesia.


Tabel. Klasifikasi derajat berat asma berdasarkan gambaran klinis (sebelum

pengobatan)
Tabel. Klasifikasi berat serangan asma akut

Faktor pejamu (host factor) dan faktor lingkungan (environmental factor) berperan

sebagai penyebab atau pencetus inflamasi saluran napas pada penderita asma. Faktor pejamu

disini termasuk presdiposisi genetik yang mempengaruhi untuk berkembangnya asma, yaitu

genetik asma, alergik (atopi), hipereaktivitibronkus, jenis kelamin dan ras. Faktor lingkungan

mempengaruhi individu dengan kecendrungan/predisposisi asma untuk berkembang menjadi

asma, menyebabkan terjadinya eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala-gejala asma

menetap. Termasuk dalam faktor lingkungan yaitu alergin, sensitivitas lingkungan kerja, asap

rokok, polusi udara, infeksi pernapasan (virus), diet, status sosioekonomi dan besarnya

keluarga.

Faktor resiko yang paling memungkinkan menjadi pencetus serangan asma pada pasien
adalah faktor pejamu (host factor) karena presdiposisi genetik yang mempengaruhi untuk
berkembangnya asma, dimana ibu pasien penderita asma.
Agonis beta-2 kerja singkat Termasuk golongan ini adalah salbutamol, terbutalin,
fenoterol, dan prokaterol yang telah beredar di Indonesia. Mempunyai waktu mulai kerja
(onset) yang cepat. Mekanisme kerja sebagaimana agonis beta-2 yaitu relaksasi otot polos
saluran napas, meningkatkan bersihan mukosilier, menurunkan permeabiliti pembuluh darah
dan modulasi penglepasan mediator dari sel mast. Merupakan terapi pilihan pada serangan
akut.
Kortikosteroid sistemik. (Steroid sistemik digunakan sebagai obat pelega bila
penggunaan bronkodilator yang lain sudah optimal tetapi hasil belum tercapai,
penggunaannya dikombinasikan dengan bronkodilator lain).
Pada pasien ini pemberian nebul ventolin 1x dan di dilakukan pengecekan ulang
terhadap kondisi pasien, mengi tidak terdengar.Dan berdasarkan hasil anamnesis dan
pemeriksaan ulang pasien boleh pulang dengan bekal obat-obatan dan edukasi untuk
mencegah serangan berulang.
DAFTAR PUSTAKA

1. GINA (Global Initiative for Asthma). 2014. Global Strategy for Asthma Management
and Prevention. Available from: www.ginasthma.org
2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2011. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksaan Asma
di Indonesia. Available from: www.klikpdpi.com
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar [Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) Nasional].
5. British Thoracic Society: Scottish Intercollegiate Guidelines Network. Revised 2012.
British Guideline on the Management of Asthma: A National Clinical Guideline. London:
NHS Evidence.
6. Riyanto BS, Hisyam B. 2009. Obstruksi Saluran Pernafasan Akut dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing

Anda mungkin juga menyukai