Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Topik
Pengamatan Sel Kelamin
B. Tujuan
Adapun tujuan dalam pratikum ini adalah sebagai berikut.
1. Mampu mengenal struktur morfologi spermatozoid dan sel telur beberapa
hewan vertebrata.
2. Mengamati perbedaan sel kelamin yang diambil dari bagian-bagian sistem
reproduksi yang berbeda.
C. Teori Dasar
Sel kelamin (gamet) merupakan hasil proses gametogenesis. Gamet jantan
disebut spermatozoid, dan gamet betina disebut sel telur. Spermatozoa
diproduksi didalam tubulus seminiferus testis. Spermatozoid vertebrata terdiri
atas bagian kepala, leher, bagian tengah dan ekor yang berupa flagel panjang.
Sperma hewan-hewan yang berbeda, berbeda pula dalam ukuran, bentuk dan
mobilitasnya. Bentuk spermatozoid adalah spesifik spesies, perbedaannya
terutama terlatak pada bentuk kepalanya, yaitu dari bulat pipih sampai panjang
lancip (Nusantari, 2012).
Sperma adalah sel yang diproduksi oleh organ kelamin jantan dan bertugas
membawa informasi genetik jantan ke sel telur dalam tubuh betina.
Spermatozoa secara struktur telah teradaptasi untuk melaksanakan dua fungsi
utamanya yaitu menghantarkan satu set gen haploidnya ke telur dan
mengaktifkan program perkembangan dalam sel telur (Guyton, 2006).
Kepala spermatozoa bentuknya bervariasi. Isinya adalah inti (di dalamnya
terkandung material genetik) haploid yang berupa kantong berisi sekresi-
sekresi enzim hidrolitik. Spermatozoa yang kontak dengan telur, isi
akrosomnya dikeluarkan secara eksositosis yang disebut dengan reaksi
akrosom (Tenzer, 2003). Ekor sperma terdiri atas tiga bagian yaitu middle
piece, principal piece dan end piece. Ekor ini berfungsi untuk pergerakan
menuju sel telur. Ekor yang motil itu pada dasarnya sama seperti flagellum
memiliki struktur axoneme yang terdiri atas mikrotubul pusat yang dikelilingi
oleh sembilan doblet mikrotubul yang berjarak sama satu dengan yang lainnya.
Daya yang dihasilkan mesin ini memutar ekor bagaikan baling-baling dan
memungkinkan sperma meluncur dengan cepat. Keberadan mesin pendorong
ini tentunya membutuhkan bahan bakar yang paling produktif yaitu gula
fruktosa yang telah tersedia dalam bentuk cairan yang melingkupi sperma
(Bachtiar, 2003).
Pada amphibia sperma dari testis akan disalurkan melalui saluran
reproduksi dengan lintasan dari testis menuju duktus efferens, duktus
mesonefros dan sebelum memasuki kloaka duktus mesonefros mengalami
pelebaran membentuk vesikula seminalis, yang berfungsi untuk menyimpan
sperma sementara (Tenzer, dkk, 2014).
Kelas aves jantan menyalurkan spermanya dari testis menuju duktus
efferens, epididymis, kemudian duktus deferens dan berakhir pada kloaka
(Tenzer, dkk, 2014).
Sel telur diproduksi di dalam ovarium. Perkembangan sel telur terjadi di
dalam folikelfolikel telur. Folikel telur yang matang akan mengalami ovulasi,
sel telur yang dilepaskan dari ovarium akan masuk ke dalam oviduk. Seperti
sel yang lain, sel telur dilengkapi dengan membrane sel yang disebut
plasmalemma atau oolema. Untuk melindungi sitoplasma, inti, yolk, dan
organelorganel dalam sel. Disamping oolema, kebanyakan sel telur dikelilingi
oleh membranemembrane telur. Membrane telur yang disekresi oleh sel telur
sendiri, disebut membrane telur primer. Membrane vitelin yang mengelilingi
oolema termasuk membrane telur primer. Membrane telur yang disekresi oleh
selsel folikel disebut membrane telur sekunder, misalnya zona pelusida yang
terletak disebelah luar membrane vitelin (Guyton, 2006).
Pada hewan amphibi betina disebelah kranial ovarium dijumpai jaringan
lemak berwarna kuning jingga (corpus adiposum). Ovarium dan corpus
adiposum berasal dari plica genitalis yang masing-masing dari pars gonalis dan
pars progonalis. Ovarium terdapat didalam alat penggantungnya yaitu
esovarium. Duktus muler pada amphibia berkembang menjadi sepasang
oviduct yang berupa saluran panjang dan berkelok, tidak berhubungan
langsung dengan ovarium. Ujung anterior oviduct yang berbentuk corong
(infundibulum), dengan lubangnya yang disebut ostium abdominal untuk
menangkap sel-sel telur yang diovulasikan oleh ovarium. Oviduct mengandung
banyak kelenjar yang untuk mensekresikan lendir (jelly) sebagai selubung
telur. Bagian posterior oviduct membesar membentuk uterus, untuk
menyimpan telur sebelum pemijahan. Saluran reproduksi bermuara di bagian
dorsal, yaitu pada kloaka (Tenzer, dkk, 2014).
E. Prosedur
a. Pengamatan Sel Telur Katak (Rana sp.) Betina
Dicatat
c
No Gambar Keterangan Ciri-ciri
1 a. Oosit Sel telur dilengkapi
c
b. Membran dengan membrane sel
b vitelin yang
c. Sitoplasma disebutplasmolema atau
a
oolema untuk
melindungi sitoplsma,
inti, yolk dan organel-
organel dalam sel.
Gambar 3. Sel Telur Katak (Rana Pada sel telur katak ini
sp.) Betina dari Suspensi Ovarium terdapat pigmen
Perbesaran 40 x 10 berwarna gelap
kehitaman.
2 a. Kepala Morfologi sperma pada
sperma burung merpati
memiliki kepala yang
berbentuk silinder
memanjang/ panjang
lancip tetapi belum
motil dan memiliki ekor
yang lebih pendek yang
a
berada pada testis.
Gambar 4. Spermatozoa dari
Suspensi Testis Merpati
Perbesaran 40 x 10
3 a. Kepala Morfologi sperma pada
Sperma burung merpati pada
b. Ekor epididymis memiliki
sperma kepala yang berbentuk
silinder memanjang/
b panjang lancip dan
memiliki ekor yang
a
panjang, mempunyai
motilitas dan mampu
membuahi sel telur
Datar Pustaka
Bachtiar, Imam. 2003. Reproduksi Seksual Karang Scleractinia: Telaah Pustaka.
Jurnal Biota. Vol VIII. No. 3. Hal 131 134. Mataram.
Guyton & Hall. 2006. Textbook of Medical Physiology. Philadelphia: Elsevier
Saunders.
Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Jakarta: EGC.
Nusantari. 2012. Kajian Miskonsepsi Genetika dan Perbaikannya Melalui
Perubahan Struktur Didaktik Bahan Ajar Genetika Berpendekatan Konsep
di Perguruan Tinggi. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Program
Pascasarjana Universitas Malang.
Sukra, Yuhara. 2000. Wawasan Ilmu Pengetahuan Embrio: Benih Masa Depan.
Jakarta: Direktorat Jendral Departemen Pendidikan Nasional.
Tenzer, Amy. 2003. Bahan Ajar: Struktur Hewan II. Malang: Dirjen Dikti.
Tenzer, Amy, dkk. 2014. Struktur Perkembangan Hewan (SPH 1) (Bagian 2).
Malang: Jurusan Biologi, FMIPA UM.