0BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Perawat tidak bisa melihat dan merasakan nyeri yang dialami oleh klien,
karena nyeri bersifat subyektif (antara satu individu dengan individu lainnya
berbeda dalam menyikapi nyeri). Perawat memberi asuhan keperawatan
kepada klien di berbagai situasi dan keadaan, yang memberikan intervensi
untuk meningkatkan kenyamanan pasien. Nyeri terkait erat dengan
kenyamanan karena nyeri merupakan faktor utama yang menyebabkan
ketidaknyamanan pada seorang individu Menurut beberapa teori
keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar pasien yang merupakan
tujuan pemberi asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut didukung oleh
Kolcaba yang mengatakan bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (Ghandi 2010, dalam Yusrizal 2012).
Perawat perlu menerapkan teknik penanganan nyeri untuk
mengantisipasi atau meminimalkan nyeri atau ketidaknyamanan yang terjadi.
Penanganan nyeri ada dua yaitu penanganan nyeri farmakologi dan non
farmakologi, penanganan nyeri farmakologi termasuk didalamnya adalah
dengan obat obatan analgesik dan penenang sedangkan penanganan secara
non farmakologi adalah dengan teknik relaksasi, hipnoterapi, imajinasi,
distraksi, terapi musik, akupuntur, serta terapi accupressure. Penggunaan
manajemen nyeri nonfarmakologi ini lebih murah, simple, efektif dan
tanpa efek yang merugikan. Salah satu penerapan prinsip keperawatan
dengan non farmakologi adalah meminimalkan nyeri dengan teknik
distraksi. Teknik distraksi sangat efektif digunakan untuk menghilangkan
rasa nyeri, hal ini disebabkan karena distraksi merupakan suatu metode
dalam upaya menurunkan nyeri pada pasien post operasi untuk lebih
menahan nyeri. Tehnik distraksi antara lain dengan memberikan terapi
musik (Berliana Ruth, 2011)
Terapi musik adalah suatu proses yang menggabungkan antara aspek
penyembuhan musik itu sendiri dengan kondisi dan situasi fisik atau tubuh,
emosi, mental, spiritual, kognitif dan kebutuhan sosial seseorang (Dian
Natalina, 2013).
Mengacu pada hal di atas penulis tertarik untuk menerapkan prosedur
terapi musik pada pasien post operasi sectio caesarea di RS cipto
mangunkusumo.
3
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran penerapan prosedur terapi musik pada pasien post
operasi sectio caesarea dengan gangguan pemenuhan rasa nyaman nyeri?
5
6
b. Indikasi Relatif
Riwayat sectio sebelumnya, presentasi bokong, distosia, gawat
janin/fetal distress, preeklamsia berat, penyakit kardiovaskuler dan
diabetes, ibu dengan HIV positif sebelum inpartu, gemelli (hamil
ganda), sectio caesarea dianjurkan: bila janin pertama letak lintang,
presentasi bahu, bila terjadi interlock; distosia oleh karena tumor;
IUFD (Intra Uterinr Fetal Death/ kematian janin dalam kandungan)
c. Indikasi Sosial
1) Wanita yang takut melahirkan berdasarkan pengalaman
sebelumnya.
2) Wanita yang ingin sectio caesarea elektif karena selama persalinan
atau mengurangi risiko kerusakan dasar panggul.
3) Wanita yang takut terjadinya perubahan pada tubuhnya atau
sexuality image setelah melahirkan. (Rasjidi dalam maryunani,
2016).
B. Konsep Nyeri
1. Definisi nyeri
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, dan bersifat individual.
Dikatakan bersifat individual karena respons individu terhadap sensasi
nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan lainnya. Hal tersebut
menjadi dasar bagi perawat dalam mengatasi nyeri pada klien. (Asmadi,
2008).
Nyeri diartikan berbeda-beda antar individu, bergantung pada
persepsinya. Walaupun demikian, ada satu kesamaan mengenai persepsi
nyeri. Secara sederhana, nyeri dapat diartikan sebagai suatu sensasi yang
tidak menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang
berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau factor lain,
sehingga individu merasa tersiksa, menderita yang akhirnya akan
mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis, dan lain lain. (Asmadi, 2008).
4. Klasifikasi nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan berdasarkan
pada tempat, sifat, berat ringannya nyeri, dan waktu lamanya serangan.
a) Nyeri berdasarkan tempatnya:
9
5. Penanganan nyeri
Penanganan nyeri dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yaitu
secara farmakologis dan non farmakologis. Secara farmakologis dapat dengan
obat obatan analgesik dan penenang, sedangkan secara non farmakologis
dapat dilakukan dengan cara bimbingan antisipasi, terapi es dan
panas/kompres panas dan dingin, TENS (Transcutaneous Elektrical Nerve
Stimulation), distraksi relaksasi, imajinasi terbimbing, hipnosis, akupuntur,
massage, serta terapi musik (Andarmoyo, 2013).
5. Persiapan alat:
Handphone dan Headset
b. Diagnosa
Berdasarkan teori (Wilkinson, 2007), salah satu diagnosa keperawatan
yang mungkin muncul pada klien post sectio caesarea adalah :
Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan,
efek anestesi, distensi kandung kemih, agen cidera fisik.
c. Perencanaan
Berdasarkan teori (Tamsuri, 2012) intervensi keperawatan untuk
mengatasi nyeri akut adalah sebagai berikut:
a. Diagnosa Keperawatan
Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan trauma
pembedahan, efek anestesi, distensi kandung kemih, agen cidera fisik
b. Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat dapat
teratasi dengan kriteria hasil:
Nyeri berkurang, pasien tidak meringis kesakitan, ekspresi wajah pasien
rileks
d. Kriteria hasil
Klien mengatakan kenyamanan menjadi lebih baik, perilaku klien atau
gejala yang berhubungan dengan nyeri berkurang atau hilang, klien
menghubungkan pengurangan nyeri setelah melakukan tindakan
penurunan rasa nyeri
c. Rencana Keperawatan
1) Kaji derajat nyeri
2) Berikan informasi yang akurat untuk mengurangi rasa takut
3) Diskusikan alasan mengapa individu mengalami peningkatan dan
penurunan nyeri akut
15
e. Implementasi
1) Mengkaji derajat nyeri
2) Memberikan informasi yang akurat untuk mengurangi rasa takut
3) Mendiskusikan alasan mengapa individu mengalami peningkatan dan
penurunan nyeri akut
4) Mengajarkan distraksi terapi musik selama nyeri akut
5) Mengajarkan tindakan penurunan nyeri non invasiv
6) Memberikan analgesik
f. Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai
kemampuan dalam merespons rangsangan nyeri, diantaranya hilangnya
perasaa nyeri menurunnya intensitas nyeri, adanya respons fisiologis yang
baik, dan pasien mampu melakukan aktivitas sehari hari tanpa keluhan
nyeri (Hidayat, A. Aziz Alimul., 2008).
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
16
17
C. Fokus Studi
Pada studi kasus ini yang menjadi fokus studi adalah penerapan prosedur
terapi musik pada pasien post operasi sectio Caesarea.
D. Definisi Operasional
Klien Sectio caesarea adalah klien yang dilakukan pembedahan untuk
melahirkan janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus karena
adanya indikasi tertentu.
Gangguan rasa nyaman nyeri adalah klien yang mengalami rasa sakit yang
disebabkan oleh perlukaan akibat pembedahan sectio caesarea.
Terapi musik adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk mengurangi rasa
sakit dengan memperdengarkan musik klasik yang dilakukan selama 30
menit.
20
21
b. Diagnosa
Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan trauma
pembedahan, efek anestesi, distensi kandung kemih, agen cidera
fisik (Wilkinson, 2007).
c. Perencanaan
Diagnosa Keperawatan: Gangguan rasa nyaman nyeri akut
berhubungan dengan trauma pembedahan, efek anestesi, distensi
kandung kemih, agen cidera fisik. Kriteria hasil: Subjektif: Klien
mengatakan kenyamanan menjadi lebih baik, klien mengatakan skala
nyeri berkurang, Objektif: perilaku klien atau gejala yang
berhubungan dengan nyeri berkurang atau hilang, klien
menghubungkan pengurangan nyeri setelah melakukan tindakan
penurunan rasa nyeri. Rencana Keperawatan: Kaji derajat nyeri
dengan menggunakan pendekatan PQRST, ajarkan distraksi terapi
musik selama 3 hari yang dilakukan 2 kali dalam sehari selama 30
menit, Berikan analgetik: profenid sesuai dosis 3x1 selama 24 jam.
d. Implementasi
Tanggal 17 April 2017
(1) Pukul 10.00 WIB. Mengkaji derajat nyeri dengan menggunakan
pendekatan PQRST didapatkan data:
Subjektif: klien mengatakan nyeri di bagian luka insisi, klien
mengatakan skala nyeri 7, klien mengatakan rasanya seperti
ditusuk-tusuk, klien mengatakan nyeri timbul saat bergerak,
klien mengatakan nyeri hanya dibagian luka insisi, klien
22
e. Evaluasi
Subjektif: klien mengatakan nyeri berkurang, klien mengatakan
lebih rileks, klien mengatakan merasa lebih nyaman, klien
mengatakan sudah bisa bergerak bebas seperti ke kamar mandi atau
jalan- jalan di depan kamar rawat, klien mengatakan skala nyeri 4.
Objektif: klien tampak rileks, klien tampak sudah bergerak bebas
seperti berjalan, klien tampak lebih segar, klien tampak lebih
nyaman, skala nyeri klien 4, tekanan darah: 132/90 mmHg, Nadi:
25
b. Diagnosa
Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan trauma
pembedahan, efek anestesi, distensi kandung kemih, agen cidera fisik
(Wilkinson, 2007).
d. Perencanaan
Diagnosa Keperawatan: Gangguan rasa nyaman nyeri akut
berhubungan dengan trauma pembedahan, efek anestesi, distensi
kandung kemih, agen cidera fisik. Kriteria hasil: Subjektif: Klien
mengatakan kenyamanan menjadi lebih baik, klien mengatakan skala
nyeri berkurang, Objektif: perilaku klien atau gejala yang
berhubungan dengan nyeri berkurang atau hilang, klien
menghubungkan pengurangan nyeri setelah melakukan tindakan
penurunan rasa nyeri. Rencana Keperawatan: Kaji derajat nyeri
dengan menggunakan pendekatan PQRST, ajarkan distraksi terapi
musik selama 3 hari yang dilakukan 2 kali dalam sehari selama 30
menit, Berikan analgetik: profenid sesuai dosis 3x1 selama 24 jam.
c. Implementasi
Pada tanggal 18 april 2017
1) Pukul 10.00 WIB. Mengkaji derajat nyeri dengan menggunakan
pendekatan PQRST didapatkan data:
Subjektif: klien mengatakan skala nyeri 8, nyeri hilang timbul,
seperti terkena benda tajam, nyeri timbul saat bergerak,bersin,
batuk dan tertawa, durasi nyeri 10 menit, nyeri hilang setelah
diberi obat, nyeri timbul kapan saja, nyeri hanya dirasakan di
daerah insisi, pasien mengatakan belum pernah operasi sectio
27
d. Evaluasi.
Subjektif: klien mengatakan nyeri masih terasa, klien mengatakan
belum dapat bergerak bebas karena nyeri, klien mengatakan nyeri
seperti tidak hilang atau berkurang, klien mengatakan skala nyeri 6.
Objektif: klien tampak tidak tenang, klien tampak meringis, klien
tampak kesakitan, skala nyeri 6, tekanan darah: 136/98 mmHg, Nadi:
89x/menit, RR: 22x/menit, suhu: 36,4C, Analisa: masalah belum
teratasi, Perencanaan: intervensi dilanjutkan yaitu: melakukan
terapi musik.
30
B. Pembahasan
Dari hasil pengkajian yang didapat pada Ny. A bahwa Ny. A pernah
melakukan operasi sectio caesarea sebelumnya, sedangkan Ny. E baru
pertama kali melakukan operasi sectio caesarea. Ny. A tahu dan pernah
melakukan terapi musik pada anak pertamanya yang menderita autis ringan,
Ny. A mengetahui cara mengontrol nyeri dengan nafas dalam, Ny. A sering
melakukannya saat waktu luang sedangkan Ny. E hanya mengetahui terapi
musik hanya sekilas saja tanpa pernah mempraktikkannya, dan Ny. E tidak
tahu cara mengontrol nyeri, Ny. A tidak mempraktikkannya kalau perawat
tidak ada karena bayinya sering menangis, seperti landasan teori (Hidayat,
2016) ada beberapa faktor yang mempengaruhi arti nyeri seperti usia, jenis
kelamin, latar belakang sosial budaya, lingkungan, dan pengalaman serta
didukung oleh penelitian Handayani (2011) bahwa pengalaman masa lalu
dapat mempengaruhi arti nyeri, orang yang mempunyai pengalaman masa
lalu cara mengatasi nyeri pada luka operasi akan berbeda respon nyerinya
pada orang yang tidak mempunyai pengalaman, begitu juga pada orang
yang dapat mengatasi nyerinya pada masa lalu akan berbeda pada orang
yang tidak pernah merasakan rasa nyeri. Skala nyeri yang didapatkan pada
saat pengkajian berbeda yaitu Ny. A dengan skala nyeri 7 dan Ny. E
dengan skala nyeri 8 karena setiap individu memiliki respon dan persepsi
nyeri yang berbeda seperti landasan teori (Perry & Potter, 2010) Tidak ada
dua individu mengalami nyeri yang sama dan tidak ada dua kejadian nyeri
yang sama menghasilkan sensasi nyeri atau respon nyeri yang identik sama
pada seorang individu karena nyeri bersifat subjektif.
Penulis menegakan diagnosa Keperawatan: Gangguan rasa nyaman
nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan, efek anestesi, distensi
kandung kemih, agen cidera fisik karena salah satu komplikasi yang terjadi
setelah melakukan operasi sectio caesarea adalah nyeri sesuai landasan
teori yang dikemukakan oleh (Kurniawati, 2008) yaitu komplikasi yang
akan terjadi setelah sectio caesarea adalah nyeri pada daerah insisi dan
diagnosa dirumuskan karena pada saat pengkajian didapatkan data subjektif
yaitu kedua pasien mengatakan nyeri pada luka insisi, klien mengatakan
nyeri saat bergerak, tertawa, atau batuk, klien mengatakan nyeri hilang
timbul, klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan data objektif yaitu
31
yang didapatkan dari pasien Ny. A mengalami penurunan skala nyeri yaitu
skala nyeri dari 7 menjadi 6, sedangkan pasien Ny. E mengalami penurunan
skala nyeri dari 8 menjadi 7, terjadinya perbedaan penurunan skala, seperti
hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2014) Hasil yang didapat pada
penelitian ini rerata skala nyeri minimal adalah 2 dan maksimal adalah 6.
Terjadinya perbedaan dikarenakan Ny. A rutin melakukan terapi musik
sebelum tidur dan saat ada waktu luang klien merasa nyeri berkurang, klien
mengatakan selalu setelah diberikan terapi musik nyeri teralihkan,
sedangkan Ny. E tidak melakukan terapi saat sebelum tidur maupun waktu
luang dikarenakan bayinya sering menangis dan Ny. E beranggapan bahwa
nyerinya tidak hilang-hilang, pada hari ketiga didapatkan hasil skala nyeri
Ny. A mengalami penurunan sebelumnya skala nyeri 5 menjadi 4
dikarenakan Ny. A sering mendengarkan musik sebelum tidur, sedangkan
Ny. E mengalami penurunan skala nyeri 7 menjadi 6 dikarenakan
lingkungan yang tidak kondusif dan bayi sering menangis membuatnya
tidak dapat melakukan terapi musik, seperti landasan teori Hidayat (2016),
Faktor-faktor yang mempengaruhi toleransi nyeri yaitu faktor yang dapat
mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri yaitu alkohol, obat-obatan,
hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang
kuat, dan sebagainya. Sementara itu faktor yang menurunkan toleransi nyeri
yaitu kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang,
sakit, dan lain-lain.
Di dapatkan bahwa terapi musik dapat menurunkan skala nyeri,
penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Astuti (2016) yang mengatakan
bahwa terdapat pengaruh musik klasik terhadap penurunan tingkat skala
nyeri dan dapat disimpulkan ada pengaruh terapi musik klasik terhadap
penurunan tingkat skala nyeri, sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Hooks (2014) tentang pengaruh terapi musik klasik terhadap
penurunan skala nyeri dengan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh yang signifikan antara terapi musik klasik terhadap
penurunan skala nyeri.
Berdasarkan hasil penelitian Irmawaty (2013) hasil penelitian diketahui
adanya perbedaan yang signifikan antara tingkat nyeri sebelum dan sesudah
diberikan prosedur pada pasien post operasi Sectio caesarea di RSUD Pasar
33
Rebo tahun 2013. Ada perbedaan yang signifikan dari hasil pengukuran
data, manajemen nyeri menggunakan terapi musik sangat efektif pada
pasien post sectio caesarea di RSUD Pasar Rebo tahun 2013 serta
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ruth (2011), dari hasil uji
analisa, didapatkan ada pengaruh terapi musik terhadap perubahan
intensitas nyeri pada pasien post sectio caesarea.
Selain pemberian terapi non farmakologis kedua pasien di dukung
dengan pemberian terapi farmakologis yaitu kedua pasien mengkonsumsi
obat untuk mengurangi rasa nyeri atau obat analgetik, pemberian analgetik
merupakan prosedur standar pada post operasi. Penggunaan analgetik untuk
mengatasi nyeri pasca pembedahan merupakan protokol yang seharusnya
(Good, et.al., 2005: Nilssons. 2008)
Setelah melakukan implementasi maka untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan penerapan terapi musik pada kedua pasien maka evaluasi
sangat perlu dilakukan. Pada kasus Ny. A dan Ny. E terdapat hasil yang
berbeda yaitu pada pasien Ny. A, klien mengatakan nyeri berkurang, klien
mengatakan lebih rileks, klien mengatakan merasa lebih nyaman, klien
mengatakan sudah bisa bergerak bebas seperti ke kamar mandi atau jalan-
jalan di depan kamar rawat, klien mengatakan skala nyeri 4, klien tampak
rileks, klien tampak sudah bergerak bebas seperti berjalan, klien tampak
lebih segar, klien tampak lebih nyaman, sedangkan pada pasien Ny. E ,
klien mengatakan nyeri masih terasa, klien mengatakan belum dapat
bergerak bebas karena nyeri, klien mengatakan nyeri seperti tidak hilang
atau berkurang, klien mengatakan skala nyeri 6, klien tampak tidak tenang,
klien tampak meringis, klien tampak kesakitan.
Dalam evaluasi hasil yang di dapatkan pada kasus 1 dan 2 yaitu
mengalami penurunan skala nyeri karena terapi musik tetapi ada
kemungkinan penurunan skala nyeri tejadi karena masih ada pengaruh obat
analgetik yang diberikan, di karenakan analgetik di berikan sebanyak 3 kali
yang di jadwalkan pemberiannya dalam sehari yaitu pada setiap pukul 07.00
WIB, 13.00 WIB dan 23.00 WIB maka bila dilihat dari waktu pemberian
obat, obat tersebut masih mempunyai pengaruh pada saat penulis melakukan
terapi musik karena terapi musik diberikan pada jam 10.00 WIB. dan obat
diberikan pada jam 7.00 WIB. Maka dapat di simpulkan bahwa selain
34
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi kasus dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan terapi musik cukup efektif untuk menurunkan skala nyeri yang
telah didapatkan hasilnya dari kedua pasien yaitu pada Ny. A dari skala 7
menjadi 4 dan Ny. E dari skala 8 menjadi 6 walaupun dilakukan terapi musik
dengan hari yang sama tetapi ada perbedaan skala nyeri pada Ny. A dan Ny.
E dikarenakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi seperti lingkungan
dan pengalaman serta keberhasilan juga di dukung oleh faktor farmakologis
yaitu pasien mengkonsumsi obat analgetik profenid yang diberikan untuk
mengurangi rasa nyeri sesuai dosis dan sesuai jadwal. Dengan demikian
musik merupakan sarana atau alat terapi nonfarmakologi yang efektif dan
praktis dan untuk masalah nyeri.
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan pengunjung yang ingin menjenguk pasien di ruang rawat di
batasi seperti 1 atau 2 orang saja lalu bergantian untuk menjaga
lingkungan tetap nyaman dan tenang sehingga penerapan terapi musik
dapat dilakukan dengan baik.
2. Bagi Institusi
Diharapkan perpustakaan menambahkan referensi buku dengan tahun
yang terbaru terutama untuk buku keperawatan maternitas agar
memudahkan mahasiswa dalam mengerjakan tugas seperti halnya karya
tulis ilmiah.
35
36