PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan studi kasus, dan manfaat studi.
1
Penanganan nyeri dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yaitu secara
farmakologis dan non farmakologis. Secara farmakologis dapat dengan obat
obatan analgesic dan penenang, sedangkan secara non farmakologis dapat
dilakukan dengan cara bimbingan antisipasi, terapi es dan panas/kompres panas
dan dingin, TENS (Transcutaneous Elektrical Nerve Stimulation), distraksi
relaksasi, imajinasi terbimbing, hipnosis, akupuntur, massage, serta terapi musik
(Andarmoyo, 2013).
Terapi musik adalah
Mengacu pada hal di atas penulis tertarik untuk menerapkan prosedur terapi
musik pada pasien post operasi sectio caesarea di rumah sakit cipto
mangunkusumo.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan pada pasien post operasi
sectio caesarea dengan gangguan pemenuhan rasa nyaman nyeri?
D. Manfaat Studi
Studi kasus ini, diharapkan memberikan manfaat bagi:
1. Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap penanganan nyeri post
operasi sectio caesarea dengan terapi musik
2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan
Memperluas ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan dalam
pemenuhan kebutuhan rasa nyaman nyeri pada pasien post operasi sectio
caesarea dengan menggunakan terapi musik.
2
3. Penulis
Memperluas wawasan dan pengalaman dalam pelaksanaan pemenuhan
kebutuhan rasa nyaman nyeri pada pasien post operasi sectio caesarea
dan dapat memberikan tindakan pengelolaan selanjutnya pada pasien post
operasi sectio caesarea dengan menggunakan terapi musik.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang konsep sectio caesarea, konsep
nyeri,
4
b) Indikasi janin
i. Malpresentasi janin.
ii. Gawat janin.
iii. Prolapse plasenta.
iv. Perkembangan bayi yang terhambat.
v. Mencegah hipoksia janin, misalnya karena pre-eklamsi.
2) Indikasi Relatif
a) Riwayat sectio sebelumnya.
b) Presentasi bokong.
c) Distosia.
d) Gawat janin/letal distress.
e) Preeklamsia berat, penyakit kardiovaskuler dan diabetes.
f) Ibu dengan HIV positif sebelum inpartu.
g) Gemelli (hamil ganda) menurut east man, seksio sesarea
dianjurkan: Bila janin pertama letak lintang, presentasi bahu.
Bila terjadi interlock; distosia oleh karena tumor; IUFD (Intra
Uterinr Fetal Death/ kematian janin dalam kandungan)
3) Indikasi Sosial
a) Wanita yang takut melahirkan berdasarkan pengalaman
sebelumnya.
b) Wanita yang ingin seksio sesarea elektif karena selama
persalinan atau mengurangi risiko kerusakan dasar panggul.
c) Wanita yang takut terjadinya perubahan pada tubuhnya atau
sexuality image setelah melahirkan. (Rasjidi dalam maryunani,
2016).
Kontraindikasi
Pada umumnya section caesaria tidak dilakukan pada janin mati, syok, anemi berat,
sebelum diatasi, kelainan kongenital berat (sarwono, 1991 dalam
5
3. Komplikasi sectio caesarea
Komplikasi yang akan terjadi setelah sectio caesarea adalah nyeri pada
daerah insisi, potensi terjadinya thrombosis, potensi terjadinya penurunan
kemampuan fungsional, penurunan elastisitas otot dasar panggul,
perdarahan, luka kandung kemih, infeksi, bengkak pada extremitas bawah,
dan gangguan laktasi (Kurniawati, 2008).
Infeksipuerperal
Komplikasi ini bisa bersifat ringan, seperti kenaikan suhu salama beberapa
hari dalam masa nifas, bersifat berat seperti peritonitis, sepsis.
Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-
cabang arteri ikut terbuka, atau karena atonia uteri
Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme
pareu-paru.
Komplikasi yang baru kemudian tampak, ialah kurang kuatnya parut pada
dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi rupture
uteri.
A. Konsep Nyeri
1. Definisi nyeri
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, dan bersifat individual.
Dikatakan bersifat individual karena respons individu terhadap sensasi
nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan lainnya. Hal tersebut
menjadi dasar bagi perawat dalam mengatasi nyeri pada klien. (Asmadi,
2008).
6
Nyeri diartikan berbeda beda antarindividu, bergantung pada
persepsinya. Walaupun demikian, ada satu kesamaan mengenai persepsi
nyeri. Secara sederhana, nyeri dapat diartikan sebagai suatu sensasi yang
tidak menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang
berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau factor lain,
sehingga individu merasa tersiksa, menderita yang akhirnya akan
mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis, dan lain lain. (Asmadi, 2008).
2. Penyebab nyeri
7
intensitas nyeri. Serabut C menyampaikan impuls yang tidak terlokalisasi
(bersifat difusi), visceral dan terus- menerus. Sebagai contoh mekanisme
kerja serabut A-delta dan serabut C dalam suatutrauma adalah ketika
seseorang menginjak paku, sesaat setelah kejadian orang tersebut dalam
waktu kurang dari 1 detik akan merasakan nyeri yang terlokalisasi dan
tajam, yang merupakan transmisi dari serabut A. Dalam beberapa detik
selanjutnya, nyeri menyebar sampai seluruh kaki terasa sakit karena
persarafan serabut C.
Tahap selanjutnya adalah transmisi, dimana impuls nyeri kemudian
ditransmisikan serat afferen (A-delta dan C) ke medulla spinallis melalui
dorsal horn, dimana disini impuls akan bersinapsis di substansiagelatinosa
(lamina II dan III). Impuls kemudian menyeberang keatas melewati traktus
spinothalamus anterior dan lateral. Beberapa impulsyang melewati traktus
spinothalamus lateral diteruskan langsung ke thalamus tanpa singgah di
formatio retikularis membawa impuls fast pain. Dibagian thalamus dan
korteks serebri inilah individu kemudian dapat mempresepsikan,
menggambarkan, melokalisasi, menginterprestasikan dan mulai berespon
terhadap nyeri.
Beberapa impuls nyeri ditransmisikan melalui traktus paleospinothalamus
pada bagian tengah medulla spinalis. Impuls ini memasuki formatio
retikularis dan sistem limbik yang mengatur perilaku emosi dan kognitif,
serta integrasi dari sistem saraf otonom. Slow pain yang terjadi akan
mengakibatkan emosi, sehingga timbul respon terkejut, marah, cemas,
tekanan darah meningkat, keluar keringat dingin dan jantung berdebar-
debar.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI NYERI:
8
1. Pengkajian nyeri post operasi sectio caesarea
Pengkajian nyeri yang terkini, lengkap dan akurat akan memudahkan
perawat di dalam menetapkan data dasar, dalam menegakkan diagnosa
keperawatan yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok, dan
memudahkan perawat dalam mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang
diberikan (Prasetyo, 2010).
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam
menangani masalah-masalah klien sehingga dapat menentukan tindakan
keperawatan yang tepat. Pada anamnesis, keluhan utama yang paling sering
ditemukan adalah nyeri. Pengkajian dengan pendekatan PQRST dapat
membantu perawat dalam menentukan rencana intervensi yang sesuai
(Muttaqin, 2011).
Pengkajian nyeri dengan pendekatan PQRST (Muttaqin, 2011):
9
Pengkajian untuk menentukan seberapa dirasakan pasien.
Pengkajian ini dapat dilakukan berdasarkan skala nyeri dan
pasien menerangkan seberapa jauh rasa sakit memengaruhi
kemampuan fungsinya. Berat ringannya suatu keluhan nyeri
bersifat subyektif.
Seberapa berat keluhan yang dirasakan.
Keparahan
Dengan menggunakan rentang 0-9.
(S: Scale of
Keterangan:
Pain)
0 = Tidak ada nyeri
1-2-3 = Nyeri ringan
4-5 = Nyeri sedang
6-7 = Nyeri hebat
8-9 = Nyeri sangat
10 = Nyeri paling hebat
Pengkajian untuk mendeteksi berapa lama nyeri berlangsung,
kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang
hari.
Kapan nyeri muncul?
Waktu
Tanyakan apakah gejala timbul mendadak, perlahan-
(T: Time)
lahan atau seketika itu juga?
Tanyakan apakah gejala-gejala timbul secaraterus-
menerus atau hilang timbul.
Tanyakan kapan terakhir kali pasien merasa nyaman
atau merasa sangat sehat.
2. Diagnosa
Menurut Wilkinson (2007), salah satu diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada klien post sectio caesarea adalah :
a) Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan,
efek anestesi, distensi kandung kemih, agen cidera fisik
10
3. Perencanaan
Berdasarkan diagnosa Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera fisik (misalnya, biologis, zat kimia, fisik, psikologis). Tujuan: setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan masalah
Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
(misalnya, biologis, zat kimia, fisik, psikologis). dapat teratasi dengan kriteria
hasil nyeri berkurang, pasien tidak meringis kesakitan, ekspresi wajah pasien
rileks. Intervensi yang dilakukan pada Gangguan rasa nyaman nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik (misalnya, biologis, zat kimia, fisik,
psikologis) antara lain adalah lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif,
observasi reaksi verbal dan non verbal, evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
untuk menghilangkan nyeri, observasi tanda tanda vital, lakukan tarik nafas
dalam untuk mengurangi nyeri, lakukan teknik distraksi pengalihan rasa nyeri,
kompres hangat/dingin (NANDA, 2015)
4. Implementasi
Berdasarkan diagnosa Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan
dengan agen cidera fisik (misalnya, biologis, zat kimia, fisik, psikologis).
implementasi yang dilakukan pada pasien Gangguan rasa nyaman nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik (misalnya, biologis, zat kimia, fisik,
psikologis) antara lain adalah lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif,
observasi reaksi verbal dan non verbal, evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
untuk menghilangkan nyeri, observasi tanda tanda vital, lakukan tarik nafas
dalam untuk mengurangi nyeri, lakukan teknik distraksi pengalihan rasa nyeri,
kompres hangat/dingin (NANDA, 2015)
5. Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan dalam
merespons rangsangan nyeri, diantaranya hilangnya perasaa nyeri menurunnya
intensitas nyeri, adanya respons fisiologis yang baik, dan pasien mampu
11
melakukan aktivitas sehari hari tanpa keluhan nyeri (Hidayat, A. Aziz Alimul.,
2008)
12
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang rancangan studi, subyek studi kasus,
focus studi, definisi operasional, instrument studi kasus, prosedur pengumpulan
data, tempat dan waktu studi kasus, analisis data dan penyajian data, etika studi
kasus.
13
A. Rancangan Studi Kasus
Peneliti menggunakan rancangan multiple case study yang dikemukakan
cresswell (2007). Studi kasus ini menggunakan desain studi kasus deskriptif. Studi
kasus deskriptif bertujuan memaparkan peristiwa penting yang terjadi pada masa
kini (Nursalam, 2008).
Dalam penelitian ini peneliti menganalisis 2 kasus yang mengalami gangguan
rasa nyaman nyeri pada pasien post operasi sectio caesarea dan penerapan prosedur
terapi musik. Peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan
menggunakan prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah di tentukan
C. Fokus Studi
Pada studi kasus ini yang menjadi fokus studi adalah penerapan prosedur terapi
musik pada pasien post operasi sectio Caesarea.
D. Definisi Operasional
Penerapan prosedur terapi musik adalah teknik
Nyeri merupakan sensasi rasa sakit yang disebabkan oleh berbagai hal, salah
satunya akibat dari perlukaan pembedahan dan hanya dapat dirasakan oleh
individu itu sendiri. Karena nyeri untuk setiap individu itu berbeda. Oleh karena
untuk menurunkan intensitas nyeri dapat dilakukan dengan cara terapi musik
14
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen kasus ini menggunakan 5 bagian jenis instrumen (Nursalam, 2008),
yaitu:
1. Biofisiologis
Pengukuran yang berorientasi pada dimensi fisiologis manusia. Dalam
studi kasus ini menggunakan alat kesehatan.
2. Observasi
Observasi dapat dilaksanakan dengan menggunakan beberapa model
instrument, antara lain:
a) Catatan anecdocial mencatat gejala gejala khusus atau luar biasa
menurut urutan kejadian.
b) Catatan berkala mencatat gejala secara berurutan menurut waktu
namun tidak terus menerus.
3. Wawancara
Alat yang dibutuhkan untuk wawancara antara lain buku catatan, alat tulis
dan alat untuk merekam audio.
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan wawancara dan observasi
instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara dan observasi.
15
Setelah izin penelitian dikeluarkan selanjutnya peneliti langsung terjun ke
lapangan untuk melakukan penelitian sampai titik jenuh data dan kemudian
dilanjutkan ke tahap penulisan laporan.
3. Tahap Laporan
Laporan penelitian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing I dan II untuk
memperoleh masukan demi penyempurnaan laporan.
16
dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia,maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia
maka peneliti harus menghormati hak mereka.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan menjelaskan masalah-masalah responden yang harus
dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh penelit, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian.
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Studi Kasus
B. Pembahasan
C. Keterbatasan Studi Kasus
17
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
A.Alimul Hidayat. 2007. Metode Penelitian Dan Teknik Analisa Data. Surabaya:
Salemba Medika.
19
Andarmoyo, S. 2013. Persalinan Tanpa Nyeri Berlebihan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep Dan Aplikasi. Jakarta: Salemba
Medika.
Caterini, Et Al. Fetal Risk In Hyperextension Of The Fetal Head In Breech Presentation.
Dewi Y., dkk. 2007. Operasi Caesar, pengantar dari A sampai Z.Jakarta: EDSA
Mahkota.
Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: TIM.
Nugroho, Taufan. 2011. Buku Ajar Obstetric Untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
20
Nursalam. 2009. Proses Dan Dokumentasi Keperawatan Dan Konsep Praktik. Jakarta:
Salemba Medika
Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Prasetyo, S. 2010. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Willkinson, M. Judith. 2007. Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC
dan Kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC.
21