Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan studi kasus, dan manfaat studi.

A. Latar Belakang Masalah

Sectio caesarea merupakan solusi dari persalinan beresiko, namun sectio


caesarea sendiri bukannya tanpa resiko. Sectio caesarea adalah suatu
pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada dinding abdomen dan
uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding
perut dan dinding Rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat
(Harnawati dalam Maryunani, 2016). Adapun indikasi dilakukannya Operasi
caesar yaitu Riwayat section sebelumnya, Presentasi bokong, Distosia, Gawat
janin/letal distress. Preeklamsia berat, penyakit kardiovaskuler dan diabetes, Ibu
dengan HIV positif sebelum inpartu, Gemelli (hamil ganda) menurut east man,
seksio sesarea dianjurkan: Bila janin pertama letak lintang, presentasi bahu. Bila
terjadi interlock; distosia oleh karena tumor; IUFD (Intra Uterinr Fetal Death/
kematian janin dalam kandungan) (Rasjidi dalam maryunani, 2016).
Angka insidensi berdasarkan Riskesdas tahun 2010, presentase persalinan
dengan sectio caesarea di Indonesia masih besar yaitu 15,3% dengan rentang
tertinggi 27,2% di DKI Jakarta dan terendah 5,5% di Sulawesi Tenggara,
sedangkan hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan kelahiran dengan sectio
caesarea sebesar 9,8% dengan proporsi tertinggi di DKI Jakarta sebesar 19,9%
dan terendah di Sulawesi Tenggara sebesar 3,3%,
PEB adalah
Pembedahan menyebabkan kerusakan jaringan dan menimbulkan rasa nyeri
(Sarwono dalam Jitowiyono, 2010). Nyeri merupakan pengalaman emosional
dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan
secara aktual atau menunjukkan adanya kerusakan (Maryunani, 2010) .

1
Penanganan nyeri dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yaitu secara
farmakologis dan non farmakologis. Secara farmakologis dapat dengan obat
obatan analgesic dan penenang, sedangkan secara non farmakologis dapat
dilakukan dengan cara bimbingan antisipasi, terapi es dan panas/kompres panas
dan dingin, TENS (Transcutaneous Elektrical Nerve Stimulation), distraksi
relaksasi, imajinasi terbimbing, hipnosis, akupuntur, massage, serta terapi musik
(Andarmoyo, 2013).
Terapi musik adalah
Mengacu pada hal di atas penulis tertarik untuk menerapkan prosedur terapi
musik pada pasien post operasi sectio caesarea di rumah sakit cipto
mangunkusumo.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan pada pasien post operasi
sectio caesarea dengan gangguan pemenuhan rasa nyaman nyeri?

C. Tujuan Studi Kasus


1. Mendapatkan gambaran asuhan keperawatan pada pasien post operasi sectio
caesarea dengan gangguan pemenuhan rasa nyaman nyeri.

D. Manfaat Studi
Studi kasus ini, diharapkan memberikan manfaat bagi:
1. Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap penanganan nyeri post
operasi sectio caesarea dengan terapi musik
2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan
Memperluas ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan dalam
pemenuhan kebutuhan rasa nyaman nyeri pada pasien post operasi sectio
caesarea dengan menggunakan terapi musik.

2
3. Penulis
Memperluas wawasan dan pengalaman dalam pelaksanaan pemenuhan
kebutuhan rasa nyaman nyeri pada pasien post operasi sectio caesarea
dan dapat memberikan tindakan pengelolaan selanjutnya pada pasien post
operasi sectio caesarea dengan menggunakan terapi musik.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang konsep sectio caesarea, konsep
nyeri,

A. Konsep Sectio Caesarea


1. Definisi sectio caesarea
Sectio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat
insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin
dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding Rahim agar anak
lahir dengan keadaan utuh dan sehat (Harnawati dalam Maryunani, 2016).
Section caesarea adalah proses persalinan melalui pembedahan dimana
irisan dilakukan diperut (laparatomi) dan Rahim (histeretomi) untuk
mengeluarkan bayi (Juditha Dan Cynthia dalam Maryunani, 2016)
Section caesarea atau bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak
dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen
seorang ibu (laparotomy) dan uterus (histeretomi) untuk mengeluarkan satu
bayi atau lebih (Dewi Y Dan Fauzi dalam Maryunani, 2016).

2. Indikasi operasi sectio caesarea


1) Indikasi mutlak
a) Indikasi Ibu:
i. Panggul sempit absolut (CPD).
ii. Kegagalan melahirkan secara normal karena kurang
adekuatnya stimulasi.
iii. Tumor-tumor jalan lahir yang menyebabkan obstruksi
iv. Stenosis serviks atau vagina.
v. Plasenta pervia.
vi. Disdistribusi frekuensi sefalopelvik.
vii. Rupture uteri membakat.

4
b) Indikasi janin
i. Malpresentasi janin.
ii. Gawat janin.
iii. Prolapse plasenta.
iv. Perkembangan bayi yang terhambat.
v. Mencegah hipoksia janin, misalnya karena pre-eklamsi.
2) Indikasi Relatif
a) Riwayat sectio sebelumnya.
b) Presentasi bokong.
c) Distosia.
d) Gawat janin/letal distress.
e) Preeklamsia berat, penyakit kardiovaskuler dan diabetes.
f) Ibu dengan HIV positif sebelum inpartu.
g) Gemelli (hamil ganda) menurut east man, seksio sesarea
dianjurkan: Bila janin pertama letak lintang, presentasi bahu.
Bila terjadi interlock; distosia oleh karena tumor; IUFD (Intra
Uterinr Fetal Death/ kematian janin dalam kandungan)
3) Indikasi Sosial
a) Wanita yang takut melahirkan berdasarkan pengalaman
sebelumnya.
b) Wanita yang ingin seksio sesarea elektif karena selama
persalinan atau mengurangi risiko kerusakan dasar panggul.
c) Wanita yang takut terjadinya perubahan pada tubuhnya atau
sexuality image setelah melahirkan. (Rasjidi dalam maryunani,
2016).

Kontraindikasi

Pada umumnya section caesaria tidak dilakukan pada janin mati, syok, anemi berat,
sebelum diatasi, kelainan kongenital berat (sarwono, 1991 dalam

5
3. Komplikasi sectio caesarea
Komplikasi yang akan terjadi setelah sectio caesarea adalah nyeri pada
daerah insisi, potensi terjadinya thrombosis, potensi terjadinya penurunan
kemampuan fungsional, penurunan elastisitas otot dasar panggul,
perdarahan, luka kandung kemih, infeksi, bengkak pada extremitas bawah,
dan gangguan laktasi (Kurniawati, 2008).
Infeksipuerperal
Komplikasi ini bisa bersifat ringan, seperti kenaikan suhu salama beberapa
hari dalam masa nifas, bersifat berat seperti peritonitis, sepsis.
Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-
cabang arteri ikut terbuka, atau karena atonia uteri
Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme
pareu-paru.
Komplikasi yang baru kemudian tampak, ialah kurang kuatnya parut pada
dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi rupture
uteri.

A. Konsep Nyeri
1. Definisi nyeri
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, dan bersifat individual.
Dikatakan bersifat individual karena respons individu terhadap sensasi
nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan lainnya. Hal tersebut
menjadi dasar bagi perawat dalam mengatasi nyeri pada klien. (Asmadi,
2008).

6
Nyeri diartikan berbeda beda antarindividu, bergantung pada
persepsinya. Walaupun demikian, ada satu kesamaan mengenai persepsi
nyeri. Secara sederhana, nyeri dapat diartikan sebagai suatu sensasi yang
tidak menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang
berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau factor lain,
sehingga individu merasa tersiksa, menderita yang akhirnya akan
mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis, dan lain lain. (Asmadi, 2008).

2. Penyebab nyeri

1. Proses Terjadinya Nyeri


Nyeri selalu dikaitkan dengan adanya stimulus (rangsang nyeri) dan
reseptor. Reseptor yang dimaksud adalah nosiseptor, yaitu ujung- ujung
saraf bebas pada kulit yang berespon terhadap stimulus yang
kuat.munculnya nyeri dimulai dengan adanya stimulus nyeri. Stimulus-
stimulus tersebut dapat berupa biologis, zat kimia, panas, listrik serta
mekanikDeskripsi mekanisme dasar terjadinya nyeri secara klasik
dijelaskan dengan empat proses yaitu transduksi, transmisi, modulasi, dan
persepsi. Rangkain proses terjadinya nyeri diawali dengan tahap transduksi,
dimana hal ini terjadi ketika nosiseptor yang terletak pada bagian perifer
tubuh distimulasi oleh berbagai stimulus, seperti faktor biologis, mekanis,
listrik, thermal, radiasi dan lain-lain. Serabut saraf tertentu bereaksi atas
stimulus tertentu, sebagaimana juga telah disebutkan dalam klasifikasi
reseptor sebelumnya.
Fast pain dicetuskan oleh reseptor tipe mekanis atau thermal yaitu serabut
saraf A-Delta), sedangkang slow pain (nyeri lambat) biasanya dicetuskan
oleh serabut saraf C). sserabut saraf A delta mempunyai karakteristik
menghantarkan nyeri dengan cepat serta bermielinasi, dan serabut saraf C
yang tidak bermielisasi, berukuran sangat kecil dan bersifat lambat dalam
menghantarkan nyeri. Serabut A mengirim sensasi yang tajam,
terlokalisasi, dan jelas dalam melokalisasi sumber nyeri dan mendeteksi

7
intensitas nyeri. Serabut C menyampaikan impuls yang tidak terlokalisasi
(bersifat difusi), visceral dan terus- menerus. Sebagai contoh mekanisme
kerja serabut A-delta dan serabut C dalam suatutrauma adalah ketika
seseorang menginjak paku, sesaat setelah kejadian orang tersebut dalam
waktu kurang dari 1 detik akan merasakan nyeri yang terlokalisasi dan
tajam, yang merupakan transmisi dari serabut A. Dalam beberapa detik
selanjutnya, nyeri menyebar sampai seluruh kaki terasa sakit karena
persarafan serabut C.
Tahap selanjutnya adalah transmisi, dimana impuls nyeri kemudian
ditransmisikan serat afferen (A-delta dan C) ke medulla spinallis melalui
dorsal horn, dimana disini impuls akan bersinapsis di substansiagelatinosa
(lamina II dan III). Impuls kemudian menyeberang keatas melewati traktus
spinothalamus anterior dan lateral. Beberapa impulsyang melewati traktus
spinothalamus lateral diteruskan langsung ke thalamus tanpa singgah di
formatio retikularis membawa impuls fast pain. Dibagian thalamus dan
korteks serebri inilah individu kemudian dapat mempresepsikan,
menggambarkan, melokalisasi, menginterprestasikan dan mulai berespon
terhadap nyeri.
Beberapa impuls nyeri ditransmisikan melalui traktus paleospinothalamus
pada bagian tengah medulla spinalis. Impuls ini memasuki formatio
retikularis dan sistem limbik yang mengatur perilaku emosi dan kognitif,
serta integrasi dari sistem saraf otonom. Slow pain yang terjadi akan
mengakibatkan emosi, sehingga timbul respon terkejut, marah, cemas,
tekanan darah meningkat, keluar keringat dingin dan jantung berdebar-
debar.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI NYERI:

B. ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN RASA NYAMAN: NYERI


PADA PASIEN KANKER SERVIKS

8
1. Pengkajian nyeri post operasi sectio caesarea
Pengkajian nyeri yang terkini, lengkap dan akurat akan memudahkan
perawat di dalam menetapkan data dasar, dalam menegakkan diagnosa
keperawatan yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok, dan
memudahkan perawat dalam mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang
diberikan (Prasetyo, 2010).
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam
menangani masalah-masalah klien sehingga dapat menentukan tindakan
keperawatan yang tepat. Pada anamnesis, keluhan utama yang paling sering
ditemukan adalah nyeri. Pengkajian dengan pendekatan PQRST dapat
membantu perawat dalam menentukan rencana intervensi yang sesuai
(Muttaqin, 2011).
Pengkajian nyeri dengan pendekatan PQRST (Muttaqin, 2011):

Variabel Deskripsi dan Pertanyaan


Faktor Pengkajian untuk mengindentifikasi faktor yang menjadi
Pencetus predisposisi nyeri.
(P: Provoking Bagaimana peristiwa sehingga terjadi nyeri?
Incident) Faktor apa saja yang bisa menurunkan nyeri?
Pengkajian untuk menilai bagaimana rasa nyeri dirasakan
Kualitas
secara subyektif. Karena sebagian besar deskripsi sifat dari
(Q: Quality of
nyeri sulit ditafsirkan.
Pain)
Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan pasien?
Bagaimana sifat nyeri yang digambarkan pasien?
Pengkajian untuk mengindentifikasi letak nyeri secara
tepat, adanya radiasi dan penyebabnya.
Lokasi
Dimana (dan tunjukan dengan satu jari) rasa nyeri paling
(R: Region)
hebat mulai dirasakan?
Apakah rasa nyeri menyebar pada area sekitar nyeri?

9
Pengkajian untuk menentukan seberapa dirasakan pasien.
Pengkajian ini dapat dilakukan berdasarkan skala nyeri dan
pasien menerangkan seberapa jauh rasa sakit memengaruhi
kemampuan fungsinya. Berat ringannya suatu keluhan nyeri
bersifat subyektif.
Seberapa berat keluhan yang dirasakan.
Keparahan
Dengan menggunakan rentang 0-9.
(S: Scale of
Keterangan:
Pain)
0 = Tidak ada nyeri
1-2-3 = Nyeri ringan
4-5 = Nyeri sedang
6-7 = Nyeri hebat
8-9 = Nyeri sangat
10 = Nyeri paling hebat
Pengkajian untuk mendeteksi berapa lama nyeri berlangsung,
kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang
hari.
Kapan nyeri muncul?
Waktu
Tanyakan apakah gejala timbul mendadak, perlahan-
(T: Time)
lahan atau seketika itu juga?
Tanyakan apakah gejala-gejala timbul secaraterus-
menerus atau hilang timbul.
Tanyakan kapan terakhir kali pasien merasa nyaman
atau merasa sangat sehat.

2. Diagnosa
Menurut Wilkinson (2007), salah satu diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada klien post sectio caesarea adalah :
a) Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan,
efek anestesi, distensi kandung kemih, agen cidera fisik

10
3. Perencanaan
Berdasarkan diagnosa Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera fisik (misalnya, biologis, zat kimia, fisik, psikologis). Tujuan: setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan masalah
Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
(misalnya, biologis, zat kimia, fisik, psikologis). dapat teratasi dengan kriteria
hasil nyeri berkurang, pasien tidak meringis kesakitan, ekspresi wajah pasien
rileks. Intervensi yang dilakukan pada Gangguan rasa nyaman nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik (misalnya, biologis, zat kimia, fisik,
psikologis) antara lain adalah lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif,
observasi reaksi verbal dan non verbal, evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
untuk menghilangkan nyeri, observasi tanda tanda vital, lakukan tarik nafas
dalam untuk mengurangi nyeri, lakukan teknik distraksi pengalihan rasa nyeri,
kompres hangat/dingin (NANDA, 2015)

4. Implementasi
Berdasarkan diagnosa Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan
dengan agen cidera fisik (misalnya, biologis, zat kimia, fisik, psikologis).
implementasi yang dilakukan pada pasien Gangguan rasa nyaman nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik (misalnya, biologis, zat kimia, fisik,
psikologis) antara lain adalah lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif,
observasi reaksi verbal dan non verbal, evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
untuk menghilangkan nyeri, observasi tanda tanda vital, lakukan tarik nafas
dalam untuk mengurangi nyeri, lakukan teknik distraksi pengalihan rasa nyeri,
kompres hangat/dingin (NANDA, 2015)

5. Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan dalam
merespons rangsangan nyeri, diantaranya hilangnya perasaa nyeri menurunnya
intensitas nyeri, adanya respons fisiologis yang baik, dan pasien mampu

11
melakukan aktivitas sehari hari tanpa keluhan nyeri (Hidayat, A. Aziz Alimul.,
2008)

C. PENERAPAN PROSEDUR MENGATASI NYERI SECARA NON


FARMAKOLOGI: TERAPI MUSIK

12
BAB III

METODOLOGI PENULISAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang rancangan studi, subyek studi kasus,
focus studi, definisi operasional, instrument studi kasus, prosedur pengumpulan
data, tempat dan waktu studi kasus, analisis data dan penyajian data, etika studi
kasus.

13
A. Rancangan Studi Kasus
Peneliti menggunakan rancangan multiple case study yang dikemukakan
cresswell (2007). Studi kasus ini menggunakan desain studi kasus deskriptif. Studi
kasus deskriptif bertujuan memaparkan peristiwa penting yang terjadi pada masa
kini (Nursalam, 2008).
Dalam penelitian ini peneliti menganalisis 2 kasus yang mengalami gangguan
rasa nyaman nyeri pada pasien post operasi sectio caesarea dan penerapan prosedur
terapi musik. Peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan
menggunakan prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah di tentukan

B. Subyek Studi Kasus


Subjek dalam studi kasus adalah dua pasien dengan gangguan rasa nyaman: nyeri
post operasi sectio caesarea yang diamati secara mendalam untuk menggambarkan
penerapan prosedur relaksasi genggam jari. Dalam penelitian ini, pengambilan
sumber data menggunakan metode sampling non probabilitas yaitu purposive
sampling. Menurut sugiyono (2013) purposive sampling adalah teknik pengambilan
sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Sampling yang dipilih dalam
penelitian yaitu untuk menggambarkan penerapan prosedur terapi musik pada
pasien post operasi sectio caesarea.

C. Fokus Studi
Pada studi kasus ini yang menjadi fokus studi adalah penerapan prosedur terapi
musik pada pasien post operasi sectio Caesarea.

D. Definisi Operasional
Penerapan prosedur terapi musik adalah teknik
Nyeri merupakan sensasi rasa sakit yang disebabkan oleh berbagai hal, salah
satunya akibat dari perlukaan pembedahan dan hanya dapat dirasakan oleh
individu itu sendiri. Karena nyeri untuk setiap individu itu berbeda. Oleh karena
untuk menurunkan intensitas nyeri dapat dilakukan dengan cara terapi musik

14
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen kasus ini menggunakan 5 bagian jenis instrumen (Nursalam, 2008),
yaitu:

1. Biofisiologis
Pengukuran yang berorientasi pada dimensi fisiologis manusia. Dalam
studi kasus ini menggunakan alat kesehatan.
2. Observasi
Observasi dapat dilaksanakan dengan menggunakan beberapa model
instrument, antara lain:
a) Catatan anecdocial mencatat gejala gejala khusus atau luar biasa
menurut urutan kejadian.
b) Catatan berkala mencatat gejala secara berurutan menurut waktu
namun tidak terus menerus.
3. Wawancara
Alat yang dibutuhkan untuk wawancara antara lain buku catatan, alat tulis
dan alat untuk merekam audio.
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan wawancara dan observasi
instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara dan observasi.

F. Prosedur Pengumpulan Data


Secara garis besar tahap-tahap yang dilalui dalam penelitian ini meliputi:
1. Tahap Persiapan Penelitian
Tahap persiapan merupakan langkah awal dalam penelitian. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap persiapan ialah: menyusun usulan penelitian, mengkaji
berbagai referensi yang berkaitan usulan penelitian secara sepintas, konsultasi
dengan dosen pembimbing, penyempurnaan proposal dengan memperhatikan
masukan dari dosen penguji.
2. Tahap pelaksanaan penelitian

15
Setelah izin penelitian dikeluarkan selanjutnya peneliti langsung terjun ke
lapangan untuk melakukan penelitian sampai titik jenuh data dan kemudian
dilanjutkan ke tahap penulisan laporan.
3. Tahap Laporan
Laporan penelitian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing I dan II untuk
memperoleh masukan demi penyempurnaan laporan.

G. Tempat Dan Waktu Studi Kasus


Studi kasus Dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Gd.A Lantai 2
Zona B. Selama 8 hari mulai tanggal 13 April 2017 21 April 2017.

H. Analisis Data Dan Penyajian Data


Menurut Sugiyono (2013) analisis data adalah proses mencari dan menyusun
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan
lain secara sistematis sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain. Analisis deskriptif kualitatif yaitu dengan
memberikan ulasan atau interpretasi terhadap data yang diperoleh sehingga
menjadi lebih jelas dan bermakna dibandingkan dengan sekedar angka-angka.
Langkah-langkahnya adalah reduksi data, penyajian data dengan bagan dan
teks, kemudian penarikan kesimpulan. Dalam studi kasus ini peneliti
menggunakan analisis data deskriptif kualitatif. Studi kasus disajikan dalam
bentuk tekstular/narasi dan dapat disertakan cuplikan ungkapan verbal dari
subjek studi kasus yang merupakan data pendukungnya.

I. Etika Studi Kasus


Menurut Hidayat (2007) etika penelitian meliputi:
1. Informent Consent (Lembar persetujuan)
Informent Consent diberikan sebelum melakukan penelitian. Informend
Consert ini berupa lembar persetujuan untuk menjadi responden, dengan
tujuan pemberiannya agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian

16
dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia,maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia
maka peneliti harus menghormati hak mereka.

2. Anominity (Tanpa Nama)


Anominity menjelaskan bentuk penulisan dengan tidak perlu
mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data, tetapi hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan menjelaskan masalah-masalah responden yang harus
dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh penelit, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian.

BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Studi Kasus
B. Pembahasan
C. Keterbatasan Studi Kasus
17
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran

18
DAFTAR PUSTAKA

A.Alimul Hidayat. 2007. Metode Penelitian Dan Teknik Analisa Data. Surabaya:
Salemba Medika.
19
Andarmoyo, S. 2013. Persalinan Tanpa Nyeri Berlebihan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep Dan Aplikasi. Jakarta: Salemba
Medika.

Caterini, Et Al. Fetal Risk In Hyperextension Of The Fetal Head In Breech Presentation.

Creswell, John W. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Dan


Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dewi Y., dkk. 2007. Operasi Caesar, pengantar dari A sampai Z.Jakarta: EDSA
Mahkota.

Hidayat, A.Aziz. Alimul. 2008. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi.

Jitowiyono, S. 2010. Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta: Muha Medika.

Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: TIM.

Maryunani, Anik. 2016. Manajemen Kebidanan Terlengkap.Jakarta: TIM.

Muttaqin, A. 2011. Buku Saku Gangguan Musculoskeletal. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurarif, A.H., Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose


Medis Dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta:Medication Jogjakarta.

Nugroho, Taufan. 2011. Buku Ajar Obstetric Untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta:
Nuha Medika.

20
Nursalam. 2009. Proses Dan Dokumentasi Keperawatan Dan Konsep Praktik. Jakarta:
Salemba Medika
Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Prasetyo, S. 2010. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Graha Ilmu: Yogyakarta.

Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T Yayasan Bina Pustaka.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan


R&D). Bandung: Alfabeta.

Willkinson, M. Judith. 2007. Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC
dan Kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC.

21

Anda mungkin juga menyukai