Anda di halaman 1dari 7

FUNGSI QOWAID FIQHIYAH DALAM FIQIH DAN HUBUNGAN

QOWAID FIQHIYAH DENGAN FIQIH

A. Pendahuluan
Bahwa permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-
hari beragam macamnya. Tentunya ini mengharuskan agar didapati jalan keluar
untuk penyelesaiannya. Maka disusunlah suatu kaidah secara umum yang diikuti
cabang-cabang secara lebih mendetail terkait permasalahan yang sesuai dengan
kaidah tersebut. Adanya kaidah ini tentunya sangat membantu dan memudahkan
terhadap pemecahan permasahalan yang muncul ditengah-tengah kehidupan di
zaman modern ini.
Maka, hendaklah mahasiswa memahami secara baik tentang konsep disiplin
ilmu ini karenanya merupakan asas dalam pembentukan hukum Islam. Masih
jarang diantara kaum muslim yang memahami secara baik tentang pedoman
penyelesaian hukum Islam. Menjadi kewajiban sebagai seorang muslim untuk
lebih memahami dan meyikapi persoalan hukum dalam Islam karena proses
kehidupan tidak terlepas dari kegiatan hukum.

B. Pengertian Qawaid Fiqhiyah


Dalam pengertian ini ada dua terminologi yang perlu kami jelaskan
terlebih dahulu, yaitu qawaid dan fiqhiyah. Kata qawaid merupakan bentuk jama'
dari kata qaidah, dalam istilah bahasa Indonesia dikenal dengan kata 'kaidah' yang
berarti aturan atau patokan, dalam tinjauan terminologi kaidah mempuyai
beberapa arti. Dr. Ahmad asy-Syafi'I menyatakan bahwa kaidah adalah:

"Hukum yang bersifat universal (kulli) yang diikuti oleh satuan-satuan
hukum juz'i yang banyak"1

1 Ahmad Muhammad Asy-Syafii, ushulfiqh al-Islami, iskandariyah muassasah tsaqofah


al-Jamiiyah .1983.hal.4.

1
Sedangkan secara terminologi fiqh berarti, menurut al-Jurjani al-Hanafi:

ilmu yang menerangkan hukum hukum syara yang amaliyah yang


diambil dari dalil-dalilnya yang tafsily dan diistinbatkan melalui ijtihad yang
memerlukan analisa dan perenungan".2
Dari uraian pengertian diatas baik mengenai qawaid maupun fiqhiyah
maka yang dimaksud dengan qawaid fiqhiyah adalah sebagaimana yang
dikemukakan oleh Imam Tajjudin as-Subki:

"Suatu perkara kulli yang bersesuaian dengan juziyah yang yang banyak
yang dari padanya diketahui hukum-hukum juziyat itu ." 3
Menurut Musthafa az-Zarqa, Qowaidul Fiqhyah ialah : dasar-dasar fiqih
yang bersifat umum dan bersifat ringkas berbentuk undang-undang yang berisi
hukum-hukum syara yang umum terhadap berbagai peristiwa hukum yang
termasuk dalam ruang lingkup kaidah tersebut.4

C. Hubungan Qawaid Fiqhiyah dengan fiqih, Ushul Fiqih dan Qawaid


Ushuliyyah
Qawaid Fiqhiyah, fiqh, ushul fiqh dan qawaid fiqhiyah tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Keempat ilmu tersebut saling terkait
dengan perkembangan fiqih, karena pada dasarnya yang menjadi pokok
pembicaraan adalah fiqih.
Qawaid fiqhiyah, ushul fiqih dan qawaid ushuliyah adalah ilmu-ilmu yang
berbicara tentang fiqih. Dengan demikian kajian qawaid fiqhiyah, ushul fiqih dan
qawaid usuliyah tersebut adalah fiqih.

2 Hasbi as-siddiqy, Pengantar Hukum Islam, Jakarta bulan bintang 1975. hal. 25
3 Asjmuni A. Rahman, Qaidah-Qaidah Fiqh, Jakarta. Bulan bintang. 1976. hal11.
4 Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqih. Amzah : Jakarta, hal. 13.

2
Menurut al-Baidhawy (w.685) dari kalangan ulama syafiiyyah, ushul fiqih
adalah :

pengetahuan secara global tentang dalil-dalil fiqih, metode
penggunaannya, dan keadaan (syarat-syarat) orang yang menggunakannya.
Definisi ini menekankan tiga objek kajian ushul fiqih, yaitu :

1. Dalil (sumber hukum)


2. Metode penggunaan dalil, sumber hukum, atau metode penggalian hukum
dari sumbernya.
3. Syarat-syarat orang yang berkompeten dalam menggali (mengistinbath)
hukum dan sumbernya.

Dengan demikian, ushul fiqih adalah sebuah ilmu yang mengkaji dalil atau
sumber hukum dan metode penggalian (istinbath) hukum dari dalil atau
sumbernya. Metode penggalian hukum dari sumbernya tersebut harus ditempuh
oleh orang yang berkompeten. Hukum yang digali dari dalil/sumber hukum itulah
yang kemudian dikenal dengan nama fiqih. Jadi fiqih adalah produk operasional
ushul fiqih. Sebuah hukum fiqih tidak dapat dikeluarkan dari dalil/sumbernya
(nash al-Quran dan sunah) tanpa melalui ushul fiqih. Ini sejalan dengan
pengertian harfiah ushul fiqih, yaitu dasar-dasar (landasan) fiqih.

Misalnya hukum wajib sholat dan zakat yang digali (istyinbath) dari ayat
Al-Quran surat al-Baqarah (2) ayat 43 yang berbunyi

.......

dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat ...


Firman Allah diatas berbentuk perintah yang menurut ilmu ushul fiqih,
perintah pada asalnya menunjukan wajib selama tidak ada dalil yang merubah
ketentuan tersebut ( ) .

3
Disamping itu qawaid fiqhiyah dapat dijadikan sebagai kerangka acuan
dalam mengetahui hukum perbuatan seorang mukalaf. Ini karena dalam
menjalanklan hukum fiqih kadang-kadang mengalami kendala-kendala. Misalnya
kewajiban shalat lima waktu yang harus dikerjakan tepat pada waktunya.
Kemudian seorang mukalaf dalam menjalankan kewajibannya mendapat
halangan, misalnya ia diancam bunuh jika mengerjakan shalat tepat pada
waktunya. Dalam kasusu seperti ini, mukalaf tersebut boleh menunda sholat dari
waktunya karena jiwanya terancam. Hukum boleh ini dapat ditetapkan lewat
pendekatan qawaid fiqhiyah, yaitu dengan menggunakan qaidah :
bahaya wajid dihilangkan. Ini adalah salah satu perbedaan antara qawaid
ushuliyah dengan qawaid fiqhiyah. Qawaid ushuliyah menkaji dalil hukum (nash
al-Quran dan sunah) dan hukum syarak, sedangkan qawaid fiqhiyah mengkaji
perbuatan mukalaf dan hukum syarak.
Demikianlah hubungan antara fiqih, qawaid fiqhiyah, ushul fiqih dan
qawaid ushuliyah. Hukum syarak (fiqih) adalah hukum yang diistinbath dari nash
al-Quran dan sunnah melalui pendekatan ushul fiqih yang diantaranya
menggunakan qawaid ushuliyah. Hukum syarak (fiqih) yang telah diistinbath
tersebut diikat oleh qawaid fiqhiyah, dengan maksud supaya lebih mudah
difahami dan identifikasi.5

D. Kegunaan dan Fungsi Qowaid Fiqhiyah dalam Fiqih


Imam Abu Muhammad IzzuddinIbn Abbas Salam menyatakan bahwa
Kaidah Fiqhiyah mempunyai kegunaan sebagai suatu jalan untuk mendapat suatu
kemaslahatan dan menolak kerusakan serta bagaimana cara mensikapi kedua hal
tersebut. Sedangkan Al-Qarafi dalam al Furunya menulis bahwa seorang fiqh
tidak akan besar pengaruhnya tanpa berpegang kepada kaidah fiqhiyah, karena
jika tidak berpegang pada kaidah itu maka hasil ijtihadnya banyak bertentangan

5 Syarif Hidayatullah, Qawaid Fiqhiyyah dan Penerapannya dalam Transaksi Keuangan


Syariah Kontemporer (Muamalat, Maliyyah islamiyyah, muashirah), h. 32-35.

4
dan berbeda antara furu-furu itu. Dengan berpegang pada kaidah fiqhiyah
tentunya mudah menguasai furu-furunya.
Lebih lanjut berbicara tentang kegunaan Kaidah Fiqhiyah ini adalah
sebagaimana disebutkan oleh Ali Ahmad al-Nadwi sebagai berikut :
1. Mempermudah dalam menguasai materi hukum karena kaidah telah dijadikan
patokan yang mencakup banyak persoalan.
2. Kaidah membantu menjaga dan menguasai persoalan-persoalan yang banyak
diperdebatkan, karena kaidah dapat mengelompokkan persoalan-persoalan
berdasarkan illat yang dikandungnya.
3. Mendidik orang yang berbakat fiqih dalam melakukan analogi (ilhaq) dan
tahkrij untuk mengetahui hukum permasalahan-permasalahan baru.
4. Mempermudah orang yang berbakat fiqh dalam mengikuti(memahami)
bagian-bagian hukum dengan mengeluarkannya dari thema yang berbeda-
beda serta meringkasnya dalam satu topik tertentu.
5. Meringkas persoalan-persoalan dalam satu ikatan menunjukkan bahwa
hukum dibentuk untuk menegakkan maslahat yang saling berdekatan ataupun
menegakkan maslahat yang lebih besar.
6. Pengetahuan tentang kaidah merupakan kemestian karena kaidah
mempermudah cara memahami furu yang bermacam-macam.
7. Secara sederhana, kegunaan kaidah fiqh adalah sebagai pengikat (ringkasan)
terhadap beberapa persoalan fiqh. Menguasai suatu kaidah berarti menguasai
sekian bab fiqh. Oleh Karena itu, mempelajari kaidah dapat memudahkan
orang yang berbakat fiqh dalam menguasai persoalan-persoalan yang menjadi
cakupan fiqh.
8. Dengan mempelajari kaidah-kidah fiqh kita akan mengetahui prinsip-prinsip
umum fiqh dan akan mengetahui pokok masalah yang mewarnai fiqh dan
kemudian menjadi titik temu dari masalah-masalah fiqh.
9. Dengan memperhatikan kaidah-kaidah fiqh akan lebih mudah menetapkan
hukum bagi masalah-masalah yang dihadapi.

5
10. Dengan mempelajari kaidah fiqh akan lebih arif dalam menerapkan materi-
materi dalam waktu dan tempat yang berbeda, untuk keadaan dan adat yang
berbeda.
11. Mempermudah dalam menguasai materi hukum.
12. Kaidah membantu menjaga dan menguasai persoalan-persoalan yang banyak
diperdebatkan.6

E. Penutup
Dengan terciptanya makalah ini semoga kita bisa lebih memahami tentang
Qawaid Fiqhiyah sehingga kita sebagai mahasiswa dapat menggali hukum dengan
cara dan metode yang dilakukan olah para ulama salafus shalih, karena jaman
sekarang permasalahan-permasalahan agama khususnya yang berhubungan
dengan fiqih begitu modern sehingga kita sebagai mahasiswa dituntut untuk lebih
memahami tentang fiqih khususnya pada makalah ini yaitu tentang qawaid
fiqhiyah yang dengannya semoga kita semua dapat melaksanakannya
Akhirnya tiada gading yang tak retak, kami pemakalah menyadari betul
dengan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu saran dan
kritik dari teman-teman sekalian akan membantu kami dalam penyusunan
makalah kedepannya, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin.

6 H. Asnin Syafiuddin, Lc. MA. http://www.slideshare.net/asnin_syafiuddin/01-02


pendahuluan diposting pada tanggal 10 september 2012. (di undu pada hari Senin, tanggal 30
September 2013)

6
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Muhammad Asy-Syafii, ushul fiqh al-Islami, iskandariyah


muassasah tsaqofah al- Jamiiyah .1983.
Hasbi as-siddiqy, Pengantar Hukum Islam, Jakarta bulan bintang 1975.
Asjmuni A. Rahman, Qaidah-Qaidah Fiqh, Jakarta. Bulan bintang. 1976.
Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqih. Amzah : Jakarta.
Ali Ahmad al Nadawy, al Qawiid al Fiqhiyyah, (Dmasascus; Dar al
Qalam, 1994)
Ade Dedi Rohayana, Ilmu Qawaid Fiqhiyyah, (Jakarta: GayaMedia
Pratama, 2008)
Syarif Hidayatullah, Qawaid Fiqhiyyah dan Penerapannya dalam
Transaksi Keuangan Syariah Kontemporer (Muamalat, Maliyyah islamiyyah,
muashirah), (Depok, Gramata Publishing)
http://www.slideshare.net/asnin_syafiuddin/01-02-pendahuluan oleh H.
Asnin Syafiuddin, Lc. MA diposting pada tanggal 10 september 2012.

Anda mungkin juga menyukai