Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN
Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress pada
tulang yang berlebihan (Luckmann and Sorensens, 1993 : 1915)
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak
disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak
lengkap. (Price and Wilson, 1995 : 1183)
Fraktur menurut Rasjad (1998 : 338) adalah hilangnya konstinuitas tulang, tulang
rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.

B. ETIOLOGI
Penyebab fraktur diantaranya :
1. Trauma
a. Trauma langsung : Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat tersebut.
b. Trauma tidak langsung : Titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur
berjauhan.
2. Fraktur Patologis
Fraktur disebabkan karena proses penyakit seperti osteoporosis, kanker tulang dan
lain-lain.

c. Degenerasi

Terjadi kemunduran patologis dari jaringan itu sendiri : usia lanjut

d. Spontan

Terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga.

(Corwin, 2001 : 298)

2.1.3 MANIFESTASI KLINIS

a. Nyeri lokal

b. Pembengkakan
c. Eritema

d. Peningkatan suhu

e. Pergerakan abnormal

Smeltzer and Bare, 2002 : 2343)

2.1.4 PATOFISILOGIS

2.1.5 KLASIFIKASI / JENIS

a) Fraktur komplet

Fraktur / patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami
pergeseran dari posisi normal.

b) Fraktur tidak komplet

Fraktur / patah yang hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.

c) Fraktur tertutup

Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit, jadi fragmen frakturnya tidak
menembus jaringan kulit.

d) Fraktur terbuka

Fraktur yang disertai kerusakan kulit pada tempat fraktur (Fragmen frakturnya
menembus kulit), dimana bakteri dari luar bisa menimbulkan infeksi pada tempat
fraktur (terkontaminasi oleh benda asing)

1) Grade I :Luka bersih, panjang <>

2) Grade II :Luka lebih besar / luas tanpa kerusakan jaringan


lunak yang ekstensif

3) Grade III : Sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan


jaringan lunak yang ekstensif, merupakan yang paling berat.

e) Jenis khusus fraktur


1) Greenstick : Fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,
sedang sisi lainnya membengkok.

2) Tranversal : Fraktur sepanjang garis tengah tulang.

3) Oblik : Fraktur membentuk sudut dengan garis tengah


tulang.

4)
Spiral : Fraktur memuntir seputar batang tulang

5) Kominutif : Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa


fragmen

6) Depresi : Fraktur dengan fragmen patahan terdorong


kedalam (sering terjadi pada tulang tengkorak dan tulang
wajah)

7) Kompresi : Fraktur dimana tulang mengalami kompresi


(terjadi pada tulang belakang)

8) Patologik : Fraktur yang terjadi pada daerah tulang


berpenyakit (kista tulang, penyakit pegel, tumor)

9) Avulsi : Tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau


tendon pada perlekatannya

10) Epifiseal : Fraktur melalui epifisis

11) Impaksi : Fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke


fragmen tulang lainnya.

(Smeltzer and Bare, 2002 : 2357 2358)

2.1.6 Proses Penyembuhan Tulang

a. Stadium Pembentukan Hematoma

Hematoma terbentuk dari darah yang mengalir dari pembuluh darah yang rusak,
hematoma dibungkus jaringan lunak sekitar (periostcum dan otot) terjadi 1 2 x
24 jam.

b. Stadium Proliferasi
Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periostcum, disekitar lokasi fraktur sel-sel
ini menjadi precursor osteoblast dan aktif tumbuh kearah fragmen tulang.
Proliferasi juga terjadi dijaringan sumsum tulang, terjadi setelah hari kedua
kecelakaan terjadi.

c. Stadium Pembentukan Kallus

Osteoblast membentuk tulang lunak / kallus memberikan regiditas pada fraktur,


massa kalus terlihat pada x-ray yang menunjukkan fraktur telah menyatu. Terjadi
setelah 6 10 hari setelah kecelakaan terjadi.

d. Stadium Konsolidasi

Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi, fraktur teraba telah menyatu,
secara bertahap-tahap menjadi tulang matur. Terjadi pada minggu ke 3 10 setelah
kecelakaan.

e. Stadium Remodelling

Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada kondisi lokasi eks fraktur.
Tulang yang berlebihan dibuang oleh osteoklas. Terjadi pada 6 -8 bulan.

(Rasjad, 1998 : 399 401)

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi / luasnya fraktur trauma

b. Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI : memperlihatkan fraktur, juga dapat


digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

c.
Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.

d. Hitung daerah lengkap : HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau


menurun (pendarahan sel darah putih adalah respon stress normal setelah trauma).

e.
Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klien ginjal.

(Doenges, 2000 : 762)

2.1.8 Penatalaksanaan
Ada empat konsep dasar dalam menangani fraktur, yaitu :

a. Rekognisi

Rekognisi dilakukan dalam hal diagnosis dan penilaian fraktur. Prinsipnya adalah
mengetahui riwayat kecelakaan, derajat keparahannya, jenis kekuatan yang
berperan dan deskripsi tentang peristiwa yang terjadi oleh penderita sendiri.

b. Reduksi

Reduksi adalah usaha / tindakan manipulasi fragmen-fragmen seperti letak


asalnya. Tindakan ini dapat dilaksanakan secara efektif di dalam ruang gawat
darurat atau ruang bidai gips. Untuk mengurangi nyeri selama tindakan, penderita
dapat diberi narkotika IV, sedative atau blok saraf lokal.

c. Retensi

Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi atau dipertahankan


dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi
dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi eksterna
meliputi gips, bidai, traksi dan teknik fiksator eksterna.

d. Rehabilitasi

Merupakan proses mengembalikan ke fungsi dan struktur semula dengan cara


melakukan ROM aktif dan pasif seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan
klien. Latihan isometric dan setting otot. Diusahakan untuk meminimalkan atrofi
disuse dan meningkatkan peredaran darah.

2.1.9 Komplikasi

Komplikasi fraktur dapat dibagi menjadi :

a. Komplikasi Dini

1) Nekrosis kulit

2) Osteomielitis

3) Kompartement sindrom

4) Emboli lemak

5) Tetanus

b. Komplikasi Lanjut

1) Kelakuan sendi
2) Penyembuhan fraktur yang abnormal : delayed union, mal union dan non
union.

3) Osteomielitis kronis

4) Osteoporosis pasca trauma

5) Ruptur tendon

(Sjamsu Hidayat, 1997 : 1155)

1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2.2.1`pengkajian

1. identitas klien

meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, alamat, penanggung jawab dan
hubungan dengan klien.

2. Keluhan utama

Tanyakan pada klien keluhan apa yang dirasakan klien pada saat ini

3. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang

Tanyakan bagaimana terjadi kecelakaan,apa yang menyebabkan kecelakaan, patah


tulang

Riwayat kesehatan dahulu

Adakah dalam klien pernah mengalami trauma/fraktur sebelumnya

Riwayat kesehatan keluarga

Adakah didalam keluarga yang pernah mengalami trauma atau fraktur seperti
klien atau penyakit yang berhubungan dengan tulang lainnya.

1. Aktivitas istirahat

Adakah kehilangan fungsi pada bagian yang terkena/fraktur keterbatasan imobilitas

2. Sirkulasi

Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri. Ansietas)

Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah ) tachikardi, crt, lambat, pucat bagian
yang terkena.
3. Neurosensori

Adanya kesemutan, deformitas, krepitasi, pemendekkan, kelemahan.

4. Kenyamanan

Nyeri tiba-tiba saat cedera, spasma/ kram otot.

5. Keamanan

Leserasi kulit, pendarahan, perubahan warna, pembengkakkan lokal

2.2.2 Analisa data

1. Data subjektif

Kesulitan dalam beraktivitas : kelemahan, nyeri


Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri)
Kesulitan dalam memenuhi kebutuhan diri sendiri

1. Data objktif

Gangguan mobilitas
Edema pada esktremitas yang fraktur
Adanya deformitas
Adanya peningkatan suhu pada esktremitas yang fraktur
Skala nyeri meningkat jika ekstremitas digerakan

2.2.3 Diagnose keperawatan dan intervensi

1. Nyeri b.d Nyeri akut berhubungan dengan fraktur (Brunner & Suddarth, 2002 ; 2363)

Tujuan : nyeri berkurang setelah dilakukan perawatan

Kriteria Hasil :

Klien mengatakan nyeri berkurang


Klien tampak rileks, mampu berpartisifasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan
tepat

Intervensi :

1. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring gips, pembebat,
traksi.
2. Ringgikan dan dukung ekstremitas yang terkena
3. Hindari menggunakan sprei / bantal plastik di bawah ekstremitas dalm gips.
4. Evaluasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi karakteristik, intensitas (0-10)
5. Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sampai dengan cedera.
6. Dorong menggunakan teknik managemen stress / nyeri
7. Berikan alternatif tindakan kenyamanan : pijatan, alih baring
8. Kolaborasi
- Beri obat sesuai indikasi
- Lakukan kompres dingin / es 24 28 jam pertama sesuai keperluan

Rasional

1. Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang / tegangan


jaringan yang cedera
2. Meningkatkan aliran balik vena menurunkan edema, menurunkan nyeri
3. Dapat meningkatkan ketidaknyamanan karena peningkatan produksi panas
dalam gips yang kering
4. Meningkatkan keefektifan intevensi, tingkat ansietas dapat mempengaruhi
persepsi/ reaksi terhadap nyeri.
5. Membantu menghilangkan astetas
6. Meningkatkan kemampuan keping dalam manajemen nyeri
7. Meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan lokal dan kelelahan
otot
8. Diberikan untuk menurunkan nyeri / spasme otot
Menurun edema, pembentukan hematoom dan mengurangi sensi nyeri.

1. Kerusakan mobilitas fisik b.d kelemahan otot


Intervensi :
1. Kaji derajat mobilitas yang dihasilkan oleh cedera
2. Instruksikan ps untuk / bantu dalam rentang gerak pasien / aktif pada
ekstremitas yang sakit dan yang tidak sakit.
3. Dorong penggunaan latihan isometrik mulai dengan tungkai yang tersakit
d.
4. Tempatkan dalam posisi terlentang secara periodic
5. Bantu / dorong perawatan diri / kebersihan (mandi keramas)
6. Dorong peningkatan masukan sampai 2000 3000 mliter / hr termasuk air
asam, jus.
Rasional :

1. Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri / persepsi diri tentang


keterbatasan fisik actual
2. Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tunas otot,
mempertahankan gerak sendi, mencegah kontraktur / afroji
3. Kontraksi otot isometrik tanpa menekuk sendi / menggerakkan tungkai dan
membantu mempertahankan kekuatan dengan masa otot
4. Menurunkan resiko kontraktur heksi pangul
5. Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, perawatan diri langsung
6. Mempertahankan hidrasi tubuh menurunkan resiko infexi urinarius,
pembentukan batu dan konstipasi.

1. Kerusakan Integritas Jaringan b.d fraktur terbuka


Intervensi :
1. Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, pendarahan, perubahan
warna
2. Massase kulit dan penonjolan tulang pertahankan tempat tidur kering dan
bebas kerutan
3. Ubah posisi dengan sering
4. Traksi tulang dan perawatan kulit.

Rasional :

5. Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan mungkin masalah yang


mungkin disebabkan oleh alat / pemasangan gips, edema
6. Menurukan tekanan pada area yang peka dan resiko kerusakan kulit
7. Mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan meminimal
8. Mencegah cedera pada bagian tubuh lain.

2. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d trauma jaringan


Intervensi :
1. Inspeksi kulit untuk adanya iritasi / robekan kontinuitas
2. Kaji sisi pen / kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri
3. Berikan perawatan pen / kawat steril
4. Observasi luka untuk pembentukan buta, krepitasi, bau drainase yang tidak
enak
5. Kaji tonus otot, reflek tendon dalam dan kemampuan berbicara
6. Selidiki nyeri tiba-tiba / keterbatasan gerakan dengan edema local
7. Berikan obat sesuai indikasi
3. Rasional
1. Pen / kawat tidak harus dimasukkan melalui kulit yang terinfeksi kemerahan
abrasi
2. Dapat mengindentifikasi timbulnya infeksi local
3. Dapat mencegah kontaminasi silang dan kemungkinan infeksi
4. Menghindari infeksi
5. Kekuatan otot, spasme tonik rahang, mengindikasi tetanus
6. Dapat mengindikasikan adanya osteomrelitis.
( Doenges, 2000 )

(Doenges. 2000. 761 774).

BAB III

LAPORAN KASUS

Tangggal masuk : 28 Desember 2010

Tanggal pengkajian : 29 Desember 2010

No reg : 497541

Ruang : Seruni

Diagnoda medik : CLOSE


FRAKTUR TIBIA FIBULA
SINISTRA

3.1 PENGKAJIAN

3.1.1 Identitas klien

Nama :Ny.N
Umur :66 Tahun

Agama :islam

Jenis kelamin :perempuan

Pekerjaan :IRT

Alamat :JL.Danau RT.01 Dusun Besar Bengkulu

Penanggung Jawab :

Nama :Ny.S

Umur :50 Tahun

Jenis kelamin :perempuan

Hub.dgn klien :keponakan

3.1.2 Keluhan Utama

Klien mengeluh nyeri

3.1.3Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang

Klien dibawa ke IGD pada tanggal 28-des-2010 diantar oleh keluarga dengan keluhan
nyeri pada betis sebelah kiri dan tidak bisa digerakkan karena patah setelah ditabrak sepeda
motor.

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 29-des-2010 klien tampak


lemah,kesadaran composmentis,tampak bengkak pada bagian kaki yang patah,klien
mengeluh nyeri pada kaki (betis) sebelah kiri karena patah dengan skala nyeri :4. Dan
nyeri bertambah jika kaki tersebut digerakan.keluarga klien selalu membantu dalam
memenuhi kebutuhannya.

Riwayat kesehatan dahulu

Klien belum pernah mengalami patah tulang sebelumnya,klien juga tidak mempunyai
riwayat penyakit keturunan dan menular lainnya.

Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit
keturunan ataupun menular lainnya.
3.1.4 Data psikologis

Klien tampak menerima keadaan sakit sekarang dan berharap bisa cepat sembuh.

3.1.5 Data sosial

Hubungan klien dengan keluarga baik,terlihat dari anak dan keluarganya yang lain
selalu menunggu nya.

3.1.6 Data spiritual

Klien beragama islam,klien dan keluarga selalu berdo'a supaya cepat senbuh.

3.1.7 Kebiasaan sehari-hari

No. Kebiasaan dirumah Dirumah sakit


1.
Nutrisi

a.Makanan

frekuensi
jenis makanan
3x sehari 3x sehari
b.Minuman
Nasi,lauk Nasi, lauk-pauk, sayur
pauk,sayur
frekuensi

-jenis minuman
6-7 gelas/hari
6-7 gelas /hari
Air putih
Air putih
Eliminasi

a.BAB

frekuensi
konsistensi
2. warna

b.BAK
1x/hari
frekuensi
1x/hari
warna
Lembek
bau
Lembek
jumlah
Kuning
Kuning
Istirahat tidur Terpasang kateter
4-5x/hari
lama tidur Jernih kekuningan
gangguan tidur Jernih kekuningan
Khas
Khas
+1300cc/hari
+ 1300 cc/hari
Personal hygiene

mandi
gosok gigi

6-7 jam/hari
6-7 jam/hari
Aktivitas Tidak ada
Tidak ada

3.

Dilap 1x/hari
2x/hari
1x/hari
2x/hari

4.
Klien selalu dibantu oleh keluarga
Klien bisa dan perawat dalam melakukan
melakukan aktivitas
aktivitas

Secara mandiri

5.

3.1.8 Pemeriksaan fisik


keadaan umum :lemah
kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital : TD : 150/90 mmHg P : 18x/Menit

N : 81x/Menit S : 36,5'c

1.Kepala

inspeksi :simetris,distribusi rambut merata


palpasi :tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan

2.Mata

inspeksi :simetris,tidak ada katarak,konjungtiva anemis,sclera an ikterik


palpasi :tidak ada nyeri tekan

3.Hidung

inspeksi :simetris,tidak ada pengeluaran,tidak ada pernafasan cuping hidung


palpasi :tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan

4.Telinga

inspeksi :simetris,tidak ada pengeluaran


Palpasi :tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan

5.Mulut

inspeksi :simetris,mukosa bibir lembab,tidak ada sianosis


Palpasi :tidak ada nyeri tekan

6.Leher

inspeksi :simetris,tidak ada pembesaran vena jugularis


Palpasi :tidak ada nyeri tekan,tidak ada pembengkakan

7.Dada

inspeksi :simetris,pergerakan dinding dada baik


palpasi :tidak ada nyeri tekan
auskultasi :bunyi nafas vesikuler
perkusi :bunyi rensonan

8.Abdomen

inspeksi :simetris,tidak ada bekas operasi


auskultasi :bunyi bising usus (+)
perkusi :bunyi timpani
palpasi :tidak ada nyeri tekan

9.Ekstremitas

atas :pada ekstremitas atas,tangan bisa digerakkan dengan baik


bawah :pada ekstremeritas bawah,kaki sebelah kiri(tibia-fibula) tidak bisa
digerakkan/fraktur, kondisi sekitar fraktur oedema, adanya luka

10.Genetalia

inspeksi :simetris,terpasang kateter


palpasi :tidak ada nyeri tekan

3.1.9 THERAPY

1.cairan RL 20 tts/menit

2.citicholine 3x1 (IV)

3.keterolac 3x1 (IV)

4.taxef 2x1 gr (14/st)

5.pronalges supp

6dexamethason 2x1 amp (IV)

7.rannitidin 2x1 amp (IV)


3.2 ANALISA DATA

Nama : Ny.N No.Reg : 4793

Umur : 66 Tahun Ruangan :Seruni

No Data Senjang Interprestasi Data Masalah


Fraktur

DS :
Diskontinuitas
tulang
Klien mengatakan nyeri pada betis
sebelah kiri kerena patah

DO :
Gangguan rasa
1
nyaman nyeri
KLien tampak lemah
Skala nyeri 4
Tampak edema pada bagian fraktur
Pergeseran
Nyeri bertambah jika pada bagian yang
fragmen tulang
fraktur di gerakkan

Nyeri
DS :
Fraktur
Keluarga klien mengatakan aktivitas
Gangguan
2 klien selalu dibantu oleh keluarga
mobilitas fisik
DO :
Diskontinuitas
Klien tampak selalu di bantu oleh tulang
keluarga dan perawat dalam melakukan
aktivitas
Fraktur pada 1/3 tibia fibula sinistra

Perubahan
jaringan sekitar

Pergeseran
fragmen tulang

Depormitas

Gangguan fungsi

Gangguan
mobilitas fisik

3.2 DIAGNOSA

Nama : Ny.N No.Reg : 4793

Umur : 66 Tahun Ruangan :Seruni


Tanggal Tanggal
No Diagnoasa Keparawatan Paraf Paraf
Dtemukan teratasi
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d
1 terputusnya kontinuitas jaringan pada 29-12-2010
tulang / fraktur
2 Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan 29-12-2010

3.3 INTERVENSI

Nama : Ny.N No.Reg : 4793

Umur : 66 Tahun Ruangan :Seruni

Tujuan dan kriteria


No Intervensi Keperawatan Rasional Paraf
hasil
Pertahankan
imobilisasi bagian
yang sakit dengan
tirah baring, gips /
pembidaian
Menghilangkan nyeri
dan mencegah
kesalahan posisi
Setelah dilakukan
tulang atau jaringan
perawatan selama
yang cedera
3x24 jam di
Meningkatkan aliran
harapkan gangguan
balik vena,
rasa nyaman nyeri
menurunkan edema,
dapat berkurang / Tinggikan dan
dan menuunkan nyeri
atau teratasi dukung eksremitas
Mempengaruhi
dengan criteria yang terkena
1 pilihan / pengawasan
hasil :
kefektifan intervensi
Menurunkan edema /
Klien tidak
pembentukan
mengeluh
hematum,
nyeri
menurunkan sensasi
Skala
nyeri
nyeri0
Untuk menurunkan
Evaluasi keluhan
nyeri atau spasme
nyeri, perhatikan
otot
lokasi,
karakteristik dan
intensitas nyeri
Lakukan kompres
dingin 24-48 jam
pertama sesuai
keperluan

Kolaborasi
pemberian obat
analgetik

Kaji derajat
imobilitas yang
dihasilkan oleh
cedera
Pasien mungkin
dibatasi oleh
pandangan diri /
persepsi diri tentang
keterbatasan fisik
aktual, memerlukan
informasi
Berguna untuk
Setelah dilakukan mempertahankan
perawatan selama posisi fungsional
3x24 jam eksremitas tangan /
diharapkan kaki, mencegah
gangguan mobilitas kontraktur
fisik dapat teratasi Mobilisasi dini
dengan kriteria menurunkan
2 hasil : komplikasi tirah
baring, meningkatkan
Beriakn papan
Klien penyembuhan dan
kaki, bebat
melakukan normalisasi fungsi
pergelangan
aktivitas organ
secara
mandiri

Hipertensi pertural
adalah masalah
umum menyertai
tirah baring lama dan
dapat memerlukan
intervensi khusus
Berikan / bantu
mobilisasi dengan
kursi roda, kruk,
tongkat, sesegera
mungkin,
intruksikan
keamanan dalam
menggunakan alat
mobilisasi
Awasi TD dengan
melakukan
aktivitas

3.4 IMPLEMENTASI

Nama : Ny.N No.Reg : 4793

Umur : 66 Tahun Ruangan :Seruni

Tanggal
No Implementasi Respon hasil Paraf
/ jam
22-12- Nyeri berkurang
-mempertahankan mobilisasi
2010
bagian yang sakit dengan tirah
baring dan spalk

-meninggikan dan mendukung


ekstrimitas yang terkena
1

-mengevaluasi keluhan nyeri


Nyeri berkurang
lokasi,karakteristik dan
tapi masih edema
intensitasnya
-mengukur TD pasien

Neri p[ada
eksremitas bawah
sebelah kiri (tibia-
Mengkolaborasikan pemberian fibula) Nyeri nyilu
obat analgetik sesuai indikasi skala 4
yaitu:keterolac

TD : 150/90 mmHg
membantu mobilisasi dengan
kruk dan mengintruksikan
keamanan dalam
menggunakan alat mobilitas
Mempertahankan mobilisasi Ketrolak 2x1 amp
bagian yang sakit dengan tirah IV
baring dan spalk
Meninggikan dan mendukung
eksremitas yang terkena
Mengevaluasi keluhan nyeri
Mengukur TD pasien
Berkolaborasi dalam
pemberian obat analgetik
sesuai indikasi yaitu : ketrolak
membantu mobilisasi dengan
kruk dan mengintruksikan
keamanan dalam
menggunakan alat mobilitas
Mempertahankan mobilasasi
bagian yang sakit dengan tirah Membantu
baring dan spalk menyembuhkan dan
Meninggikan dan medukung menormalisakan
eksremitas yang terkena fungsikan organ
Mengevaluasi keluhan nyeri
Mengukur TD pasien
Berkolaborasi dalam
pemberian obat analgetik
sesuai indikasi yaitu : ketrolak
membantu mobilisasi dengan
kruk dan mengintruksikan
keamanan dalam Nyeri berkurang
menggunakan alat mobilitas
Nyeri berkurang
tapi masih edema

30-12-
2010 Skala nyeri 4

TD : 130/90
Ketrolak 2x1 amp
IV

Membantu
penyembuhan dan
normalisai fungsi
organ

Nyeri berkurang
Nyeri berkurang
tapi masih edema

Skala nyeri 3

TD : 130/90
Ketrolak 2x1 amp
IV

Membantu
penyebuhan dan
normalisasi fungsi
organ
3.5 EVALUASI

Nama : Ny.N No.Reg : 4793

Umur : 66 Tahun Ruangan :Seruni

Hr/tgl/jam No. Evaluasi Keperawatan paraf


S : Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang

O : skala nyeri:3

Jum'at, klien masih tampak lemah


1.
31,des
2010

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi
S : Keluarga klien mengatakan aktivitas klien masih dibantu
oleh keluarga
Jum'at
2.
31,des
2010
O : Klien masih tampak dibantu oleh keluarga dalam
beraktivitas
A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

BAB IV

PENUTUP

1. kesimpulan

Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress pada
tulang yang berlebihan. Selanjutnya penulis akan menyimpulakn sesuai dengan
tahapan-tahapan yang ada didalam proses keperawatan yang meliputi pengkajian,
diagnose, perencanaan, implementasi, evaluasi.

1. Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi langsung yang


penulis dapatkan dari keluarga pasein dan pasien itu sendiri, selain itu juga
penulis mendapatkan informasi dari perawat dan catatan medic pasien.
2. Dua diagnose yang penulis temukan pada pasien setelah dilakukan pengkajian
yaitu :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan pada
tulang / fraktur
2. Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan
3. Dalam menyusun rencana keprawatan pada pasien penulis mengacu pada
konsep dasar askep yang kemudian disesuaikan dengan kemampuan pasien
dan ruangan perawatan pasien
4. Dalam melakukan tindakan keperawatan penulis tidak melakukan semua
yangada dalam rencana keperawatan karena keterbatasan sarana, kemampuan
pasien dan waktu yang ada
5. Evaluasi dilakukan pada ketiga hari perawatan sesuai dengan rencana yang
telah ada, tetapi masih banyak diagnose yang belum teratasi.
2. Saran
1. Bagi pasien dan keluarga

Pada penderita fraktur tibia sangat dibutuhkan istirahat total dan minimalkan
pengeluaran energy, jadi hal yang paling utama yang dapat dilakukan pasien
dan keluarganya jika terjadi komplikasi adalah berupaya untuk beristirahat
total.
2. Bagi lahan peraktek

Perawatan penderita fraktur tibia memerlukan waktu yang cukup panjang dan
sangat beresiko terjadi komplikasi. Dengan demikian perawatan kepada
penderita haruslah dilakukan dengan cermat dan tepat, untuk mencapai hal
tersebut pihak rumah sakit hendaklah mempunyai perawat yang telah
berpengalaman dalam perawatan pasien fraktur tibia.

Diposting oleh Feryn Yulnico di 12.55


Reaksi:

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke


Pinterest
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Total Tayangan Laman


116,805

Web Counter

About Me

Feryn Yulnico
Lihat profil lengkapku
Daftar Arsip Ku
2016 (2)

2014 (1)

2013 (13)

2012 (1)

2011 (26)
o Desember (1)
o Mei (12)
Gejala Anemia Pada Ibu Hamil
EKSTRAKSI VAKUM
Kumpulan Askep
MAKALAHASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.N Dengan
FRAKTU...
MAKALAH SEMINARASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S
DENG...
Arbosi
HIV/AIDS
Ultasonik
Yuk Pasang Sendiri Per dan Kampas Kopling Racing !...
HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PERAN PERAWAT DENGAN
TINGK...
Proposal KTI Keperawatan
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIV-AIDS
o April (13)

2010 (2)

2009 (6)

Popular Posts
MAKALAHASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.N Dengan FRAKTUR
TERTUTUP TIBIA FIBULA SINISRADIRUANGAN SERUNI (B2) RSUD Dr. M
YUNUS BENGKULU

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.N Dengan FRAKTUR


TERTUTUP TIBIA FIBULA SINISRA DIRUANGAN SERUNI (B 2 ) RSUD Dr. M
YUNUS BENGKULU ...

MAKALAH SEMINARASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S DENGAN


POST OP BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA (BPH) DI RUANGAN ICU RSUD
M.YUNUS BENGKULU
MAKALAH SEMINAR "ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S DENGAN
POST OP BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA (BPH) DI RUANGAN ICU RSUD
M.YUNUS BENGKULU &q...

Proposal KTI Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan salah satu


masalah kesehatan masyarakat utama di seluruh dunia...

Ada kesalahan di dalam gadget ini

Partner

Cari Blog Ini

Tema Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai