Anda di halaman 1dari 8

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT ADAT RUMBIO UNTUK MENJAGA

PELSTARIAN HUTAN LARANGAN ADAT


Mona Septiami
E-mail : mona.septiami@student.unri.ac.id
Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau,Pekanbaru 28293

ABSTACT

The research has been conducted in the forest of Ragio Kenagarian Banangan which is a
protected forest managed by indigenous people of Rumbio Village. This study aims to find out
how indigenous peoples apply the principles based on local wisdom (both wisdom in the form of
invitation and wisdom in the form of prohibition) in the management of indigenous forest of
Rumbio Kenagarian. The study was conducted on 20 May 2017 which took place in Rumbio
Village and Tibun Village in Forest Banangan Adat Kenegerian Rumbio Sub Rumbio Jaya
Regency Kampar Riau Province. This research was conducted by survey method. The parameters
observed include biophysical, socioeconomic, customary forest management, customary
institutional forms, and indigenous peoples' local wisdom in the form of invitations and
prohibitions to preserve and maintain forest prohibitions. The results of this study indicate that
customary law enforced by ninik mamak and Ridio Community nephew can affect forest
management and preservation, as well as safeguarding local wisdom of Indigenous Peoples
Forest Prohibition of Rumbio.

Keywords : indigenous forest, Indigenous people, local wisdom, Rumbio

PENDAHULUAN
Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan
tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di
dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan,
modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi
yang paling penting. Hutan merupakan bagian dari ekosistem yang harus dipelihara
kelestariannya karena hutan memiliki peranan sangat penting dalam menjaga keseimbangan
ekosistem. (Iskandar Sembiring,2004)
Pengelolaan hutan bersama merupakan salah satu alternatif untuk menjaga keseimbangan
ekosistem hutan. Dalam pengelolaan kawasan konservasi alam, seharusnya selain aspek-aspek
biofisik, perlu pula diperhatikan aspek sosial, ekonomi dan budaya masyarakat lokal, termasuk
praktik pelestarian kawasan suci atau sakral oleh masyarakat lokal (Suparmini et al, 2013)
Hutan adat adalah hutan yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat. Masyarakat
adat merupakan sekumpulan orang yang hidup bersama dalam satu wilayah serta memiliki
hubungan keterikatan sebagai satu kerukunan. Hutan, tanah, sungai serta gunung memiliki
keterikatan tersendiri dengan mereka. Hutan bukan hanya sebagai suatu ekosistem tempat adanya
tumbuhan yang bisa digunakan untuk kepentingan manusia. Bagi masyarakat adat, hutan
merupakan simbol dari sebuah harga diri.( anas ritonga,2013)
Hutan adat adalah hutan yang berada di dalam wilayah masyarakat hukum adat. Hutan
adat ditetapkan sepanjang menurut kenyataannya mesyarakat hukum adat yang bersangkutan
1
masih ada dan diakui kebenarannya (UU No. 19 Tahun 2004). Berdasarkan peraturan UU No. 19
Tahun 2004, maka Hutan larangan adat Kenagarian Rumbio termasuk hutan adat dan diakui
keberadaannya oleh pemerintah secara sah. Hutan larangan adat ini perlu dilestarikan agar tetap
terjaga keasliannya. Pengelolaan hutan adat oleh masyarakat adat Desa Rumbio membentuk
kelembagaan adat yang dipimpin oleh penghulu dan pemangku adat yang bertanggung jawab dan
berperan penting dalam pelestarian hutan sesuai dengan aturan aturan hukum adat yang
ditetapkan.
Hutan Larangan adat Kenagarian Rumbio merupakan hutan lindung yang dikelola oleh
masyarakat adat Desa Rumbio. Masyarakat Rumbio menganggap Hutan itu adalah condi, hal ini
yang menjadi tanda masyarakat di kenegerian ini masih beradat. Negeri Rumbio dalam kesatuan
adat dipimpin oleh ninik mamak. Secara eksternal yaitu Datuok Godang dari Suku Domo
sedangkan internalnya dipimpin oleh Datuok Ulaksimano dari Suku Pitopang. Secara
administratif, kawasan hutan ini terletak di empat desa yakni Rumbio, Padang Mutung, Pulau
Sarak, Koto Tibun, semuanya di wilayah Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, Riau.
masyarakat di Kenegerian Rumbio ini sejak dulunya mereka memilih mempertahankan hutan itu
dan memberinya dokrin sebagai hutan larangan adat. Dimana tak boleh dirambah atau dialih
fungsikan dan tak pula boleh ditebang kayunya. Kecuali seizin ninik mamak yang diputuskan
dalam rapat adat. Itupun hanya untuk keperluan pembangunan mesjid, musholla, jembatan dan
rumah bagi para janda yang sangat miskin. Hingga sampai saat ini hutan larangan adat itu tetap
saja bertahan.Meskipun kini di kiri kanannya penuh dengan kebun karet dan beberapa bagian
kebun kelapa sawit serta lintasan jalan yang bisa diakses dengan kendaraan seperti mobil dan
sepeda motor.Hal ini melatarbelakangi bahwa aturan adat sangat memberi pengaruh yang
signifikan dalam Kenagarian Rumbio dan menyebabkan masyarakat adat melindungi hutan
larangan adat rumbio meskipun tidak ada aturan tertulis mengenai hal ini. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana masyarakat adat menerapkan prinsip-prinsip berbasis kearifan local
(baik kearifan dalam bentuk ajakan maupun kearifan dalam bentuk larangan) dalam pengelolaan
hutan adat Kenagarian Rumbio.

BAHAN DAN METODE


Penelitian dilaksanakan di Desa Rumbio dan Desa Tibun Hutan Larangan Adat
Kenegerian Rumbio kecamatan Rumbio Jaya Kabupaten Kampar Provinsi Riau pada tanggal 20
mei 2017, Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Data yang
digunakan yaitu data primer dan data sekunder.data primer yang merupakan data langsung dari
wawancara dengan responden dengan analisis data kualitatif, sedangkan data sekunder diperoleh
dari berbagai referensi ilmiah atau dokumentasi. Metode pengumpulan data terdiri atas
observasi. Parameter yang diamati meliputi kondisi biofisik (fisiografi lahan, karakterisitik flora
dan fauna), kondisi sosial ekonomi masyarakat, Pengelolaan (perencanaan, pengendalian,
pengawasan dan penegakan hukum) oleh masyarakat adat, bentuk kelembagaan adat Kenagarian
Rumbio dalam mendukung pengelolaan hutan, permasalahan, tantangan, ancaman yang muncul
dalam pengelolaan hutan adat, upaya pelestarian hutan adat Kenagarian Rumbio, tingkat
keberlanjutan hutan adat Rumbio dimasa yang akan datang, sehubungan dengan banyaknya
permasalahan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Identifikasi Kearifan Lokal Masyarakat Adat Hutan Larangan Adat Rumbio
1. Kearifan Lokal dalam Bentuk Larangan

2
Pengelolaan hutan dalam adat dan kebiasaan yang dimiliki oleh masyarakat terdapat
kegiatan yang dilarang untuk dilakukan karena dapat merusak fungsi hutan yaitu sebagai sumber
air yang dapat menyebabkan kelestarian lingkungan terganggu (Njurumana, 2006). Pernyataan
tersebut sesuai dengan hal-hal yang diterapkan oleh masyarakat hutan larangan adat Rumbio
dalam melindungi dan menjaga hutan adat tersebut. Terdapat kearifan lokal dalam bentuk
larangan yang ditaati oleh masyarakat adat.yaitu:
Kearifan Lokal dalam Bentuk Larangan
1. Tidak boleh menebang pohon
2. Tidak boleh memanfaatkan hasil hutan tanpa seizin ninik mamak
3. Tidak boleh memanfaatkan hasil hutan secara berlebihan
4. Tidak boleh menjual hasil hutan larangan adat Rumbio
5. Tidak boleh memasuki hutan larangan adat Rumbio tanpa seizin ninik mamak
6. Tidak boleh takabur dan sombong selama di kawasan hutan larangan adat Rumbio
7. Tidak boleh berburu fauna hutan larangan adat Rumbio
8. Tidak boleh berbuat yang tidak baik di dalam hutan larangan adat Rumbio
9. Tidak boleh berkata-kata yang tidak baik di dalam hutan
Larangan-larangan ini sudah ada sejak dahulu, sehingga tidak ada yang dapat untuk
menghilangkan satu atau beberapa warisan kearifan lokal ini. Menurut Datuk Ulak Simano,
dengan adanya larangan-larangan ini akan dapat membuat masyarakat dapat menjaga dan
melindungi hutan demi kehidupan di masa yang akan datang. Adanya larangan ini juga akan
memberikan sanksi bagi mereka yang melanggarnya. Istilah adat Rumbio adalah adat sabonou
adat, bajalan luruih bakato bonou, merupakan ajaran untuk menaati kearifan lokal yang sejak
dahulu sudah ada dan hendaknya setiap bertindak haruslah tindakan yang lurus, dalam berkata
haruslah yang benar. Masyarakat hutan larangan adat juga sangat menerapkan tangan
mencencang, bahu memikul, yang artinya setiap tindakan yang kita lakukan, kita harus siap juga
menerima resikonya. Istilah adat tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh Francis (2005),
kearifan lokal ini lebih tepat disebut dengan tradisi-tradisi yang ada di masyarakat yang mana
setiap aksi atau tindakan yang biasa dilakukan disesuaikan dengan aturan-aturan yang ada di
masyarakat itu sendiri. Jika terdapat pelanggaran terhadap hutan larangan adat ini, maka para
tetua adat seperti ninik mamak akan mengadilinya di balai adat dan pengadilannya juga sangat
terkesan secara kekeluargaan dan berpedoman kepada adat desa Rumbio.
Penjatuhan sanksi juga disesuaikan dengan besar kecil kesalahan dan keadaan yang
melanggar baik secara ekonomi dan usia. Sesuai dengan yang tertulis di Undang-Undang Adat
Kenegerian Rumbio Nomor 1 Tahun 2007 Bab II Rimba Larangan Adat, Pasal 2 ayat 2 dan ayat
3: Pada kawasan Rimba larangan tersebut dilarang melakukan penebangan kayu dan kegiatan
lain yang dapat merusak keberadaan segala sesuatu yang terkandung di dalamnya serta kegiatan
yang dapat merubah fungsi Rimba larangan tersebut dan Barang siapa yang dengan sengaja
atau tidak baik secara langsung maupun tidak langsung melakukan kegiatan sebagaimana ayat (2)
dikenakan sanksi/hukuman adat sesuai dengan ketentuanHukum Adat setempat.

2. Kearifan Lokal dalam Bentuk Ajakan


Kelestarian hutan larangan adat merupakan cita-cita masyarakat adat di Desa Rumbio.
Kearifan lokal diterapkan secara turun temurun terhadap anak kemenakan. Kehidupan
masyarakat sangat bergantung terhadap hutan adat itu, sehingga kearifan lokal mengajak
masyarakat untuk dapat melindungi dan menjaga kelestarian hutan. Sesuai dengan pendapat
Prasetyo (2006), menyebutkan pada beberapa kasus pengelolaan hutan oleh masyarakat dapat
dicermati bahwa kearifan masyarakat di dalam pengelolaan hutan pada kenyataannya telah
3
membawa dampak yang positif bagi kelestarian hutan, karena mereka mempunyai tingkat
ketergantungan dari hutan itu, sehingga pola-pola pemanfaatan lebih mengarah pada kelestarian.
Berikut ini merupakan Kearifan Lokal dalam Bentuk Ajakan di Hutan Larangan Adat Rumbio.
Kearifan Lokal dalam Bentuk Ajakan di Hutan Larangan Adat Rumbio
1. Nan tumbuh dipelihagho, nan titik ditampuyo, ajakan untuk saling menjaga kelestarian hutan
dan menjaga satwa serta tanaman langka
2. Kalau tatayok kambalikan, kalau tamakan dimuntahkan, ajakan untuk tetap bertanggung jawab
dalam hidup ini
3. Masyarakat agar menanam tanaman yang dapat menjaga dan mengatur debitnya air di areal
tanah garapan yang berbatasan langsung dengan hutan, seperti tanaman karet serta memanfaatkan
debit air tersebut.
Kepedulian masyarakat adat terhadap hutan dituangkan dan diterapkan dalam kearifan
lokal ini. Kekayaan alam begitu pentingnya harus dijaga demi kelestariannya. Masyarakat
membuat kolam-kolam ikan untuk melindungi keberadaan ikan dan sebagai bentuk pemanfaatan
air dari hutan adat ini bahkan menjadikan sebagai salah satu mata pencaharian. Dari segi
bercocok tanam, juga dianjurkan untuk memanfaatkan lahan dengan sebaik-baiknya. Tanaman
karet merupakan tanaman pilihan yang ditanam di sekitar hutan khususnya, karena bertujuan
untuk mengatur dan menjaga debitnya air dari hutan adat yang mengalir ke sungai-sungai di
sepanjang pemukiman penduduk. Pada kawasan yang berbukit, tanaman karet juga menjadi
tanaman pilihan untuk menghindari bencana alam, seperti tanah longsor.
Masyarakat juga memperhatikan tempat atau topografi tanah dalam mendirikan rumah.
Sesuai dengan ajakan yang diserukan oleh ninik mamak di kawasan hutan larangan adat Rumbio,
untuk mendirikan rumah tidak diperbolehkan di atas tanah yang memiliki kemiringan. Ajakan ini
dimaksudkan untuk menghindari kerusakan atau bahaya tempat tinggal. Ninik mamak memiliki
kewajiban untuk memberikan peringatan atau sanksi bagi masyarakat yang tidak mengindahkan
ajakan ini. Masyarakat desa adat Rumbio secara keseluruhan telah memahami akan pentingnya
kelestarian hutan larangan adat ini, ditandai dengan ketergantungan kehidupan masyarakat
dengan hutan larangan adat Rumbio, ketersediaan air bersih yang bergantung kepada hutan
larangan adat Rumbio dan terdapatnya tanaman kehutanan di sekitar pemukiman masyarakat
sebagai bentuk ketaatan terhadap peraturan adat serta usaha untuk menjaga keseimbangan hutan
larangan adat Rumbio.

Kondisi Biofisik Hutan Larangan Adat Kenagarian Rumbio


Hutan larangan adat Kenagarian Rumbio merupakan hutan tropis dataran rendah dengan
jenis tanah podsolik. Tanah podsolik merupakan tanah dengan status nutrisi yang
rendah,tanahnya berwarna merah atau kekuning-kuningan, mempunyai karakteristik tekstur yang
lempung atau berpasir, pH tanah cenderung asam yaitu sekitar 5,5 dan memilki kandungan
alumunium dan besi yang tinggi. (Anicha, 2014). Luas hutan adat ini sekitar 570 ha dengan
sumber hara utama berasal dari serasah tumbuhan yang memiliki kandungan organik yang
dibutuhkan tanaman untuk dapat tumbuh dan berkembang.
Ekosistem hutan larangan adat kenagarian rumbio masih terjaga dengan baik. Flora dan
fauna hutan masih terjaga di hutan adat ini. Berikut adalah daftar nama spesies flora dan fauna
Hutan Larangan adat Rumbio:

Tabel 1. Jenis Flora yang terdapat di hutan larangan adat Kenagarian Rumbio
4
No. Nama Lokal Nama Ilmiah
1 Damar Laut Shorea atrialcivosa.sym
2 Punjung/Kecapi Baccaourea bragteata
3 Kelat Putih Syzygium cuminii
4 Kelat daun lebar Metrosideros petiolata
5 Medang daun lebar Lehausia caesici
6 Cempedak air Parartocarpus triandus-blum
7 Pianggu Horsfiedie irya-warb
8 Mempening Queras argentata
9 Pasak bumi Eurycoma longifolia
10 Kempas Coompassia malaccensis
11 Meranti Shorea sp.
12 Karet Hevea brasilensis
13 Rotan Calamus ornatus
14 Cempedak hutan Arthocarpus integra
15 Pisang-pisang Boli Polyal sumatrana-king
16 Kepini Sloetia elongate
17 Kayu akar Tetrastigma sp.
18 Kulim Scorodocarpus borneensis
19 Tempuih Beccauera sp.
20 Keras Archindendrom bubakinum

Tabel 2. Jenis fauna yang terdapat di hutan larangan adat Kenagarian Rumbio
No. Nama Lokal Nama Ilmiah
1 Ungko Hyalobates lar
2 Babi hutan Sus scope
3 Biawak Salvanus monitor
4 Harimau Panthera tigris
5 Beruang Helarctos makayanus
6 Beruk Macaca nemestrina
7 Monyet Macaca fascicularis
8 Kakak tu/Enggang Buceros sp
9 Tupai Tupai gils

kawasan hutan larangan Rumbio tersebut saat ini juga menjadi kawasan tiga sumber air
minum bagi penduduk setempat dan bagi warga Kota Bangkinang dan sekitarnya dengan sumber
air bersih yang dapat langsung diminum yakni sumber air bersih di Tibun, Sikumbang dan
sumber air bersih Sungai Tanduk. Air bersih dari tiga sumber tersebut ada yang dialirkan ke
mesjid-mesjid di wilayah Desa Rumbio dan sekitarnya.

Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat


Hutan memiliki peranan multifungsi bagi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat
sekitar. Kondisi sosial masyarakat Rumbio sejalan dengan kondisi ekonominya. Dengan kondisi
alam yang mendukung (dalam segi pemanfaatan sumber daya alam hutan) maka dapat
diperkirakan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Desa Rumbio dapat diperkirakan baik.

5
Ketersediaan hutan bagi masyarakat yakni sebagai sumber mata air untuk warga Desa Rumbio.
Tidak sedikit warga Desa Rumbio yang menjual air bersih ini dalam jerigen. Sumber air ini juga
dimanfaatkan untuk mengairi waterboom yang ada di desa tersebut dan kebutuhan warga
setempat seperti untuk rumah makan, untuk di rumah dan untuk mesjid.
Menurut Bapak Syahrul selaku kepala Dusun V Danau Siboghia, mata pencaharian
masyarakat rumbio diantaranya bermata pencaharian PNS, pekebun (karet, kelapa sawit),
pedagang (kolam ikan), petani (padi), ladang dan (jagung). Perkebunan merupakan mata
pencaharian terbanyak dari masyarakat Rumbio. Disamping itu, masyarakat Rumbio juga
memproduksi pelet ikan yang digunakan sebagai pakan ikan yang dibudidayakan.

Pengelolaan Hutan Larangan Adat Kenagarian Rumbio


Hutan larangan adat Kenagarian Rumbio memiliki mekanisme pengelolaan hutan sehingga hutan
adat Rumbio masih bertahan hingga sekarang. Mekanisme pengelolaan hutan adat Rumbio
meliputi:
1. Perencanaan
Perencanaan pengelolaan hutan larangan adat Kenagarian Rumbio di mulai dari kelembagaan
adat yang mengelola hutan. Kelembagaan adat ini dipimpin oleh kepala ulayat yang dikenal
dengan ninik mamak yakni Datuok Ulak Simano, Kamaruzzaman dari Suku Pitopang sebagai
menteri Luar Negeri dan Datuok Godang, Edi Susanto dari suku Domo sebagai menteri Luar
Negeri. Terdapat pula delapan orang penghulu adat yang lain untuk duduk bermusyawarah
bersama dalam mengambil keputusan.
Perencanaan pengelolaan hutan adat ini bertujuan untuk melestarikan ekosistem hutan,
menjaga keseimbangan ekosistem hutan, melestarikan flora dan fauna hutan dan untuk menjaga
sumber mata air bersih.
2. Pemanfaatan
Sumberdaya alam yang terdapat didalam kawasan hutan larangan adat Kenagarian Rumbio
dimanfaatkan hanya untuk kepentingan sosial dan setelah mendapat izin dari ninik mamak sesuai
ketentuan hukum adat yang berlaku. Selain kepentingan sosial, hasil hutan boleh diambil untuk
anak kemenakan yang miskin dengan syarat dan ketentuan dari ninik mamak dan pemerintah
setempat. Wanita yang tidak bersuami (janda) yang sudah tua serta memiliki rumah yang tidak
layak huni boleh mengambil sumberdaya hutan yang diperbolehkan oleh ninik mamak dan
pemerintah setempat. Jika ada pihak yang ingin meminta hasil hutan berupa kayu diperbolehkan,
asalkan mendapat izin dari ninik mamak ddan pemerintah setempat. Hutan larangan adat
Kenagarian Rumbio juga dimanfaatkan sumber mata airnya yang digunakan untuk kepentingan
bersama. Pada saat waktu panen buah-buahan hutan, masyarakat Rumbio diperbolehkan untuk
mengambil buah-buahan hutan yang berada di dalam kawasan hutan larangan adat Kenagarian
Rumbio.
3. Pengendalian
Hukum adat yang ditegakkan oleh ninik mamak dan perangkat-perangkat desa setempat saat
ini melarang pengambilan kayu di hutan untuk sementara hingga kondisi hutan kembali pulih.
Hal ini sesuai dengan Sumpah Kowi yang berbunyi, Tatayok dikambalikan. Tamakan
dimuntahkan. Artinya pusaka tinggi adat berupa rimbo (hutan) larangan adat yang terlanjur
diolah atau diambil (tatayok) harus dikembalikan menjadi pusaka adat jangan sampaitermakan
(tamakan) untuk kebutuhan sendiri (Suwondo et al., 2014).
Menurut Datuk Temenggung (2014) berbagai larangan adat yang telah ditetapkan bersama
oleh ninik mamak didasarkan pada anggapan mereka bahwa hutan merupakan suatu bukti negeri
jika masih memiliki sesuatu yang ditinggalan oleh leluhur. Hal ini bermakna bahwa masyarakat
6
harus menjaga dan melindungi hutan demi kehidupan dimasa yang akan datang. Strategi
perlindungan hutan di Hutan Larangan Adat Rumbio yang diterapkan dapat dilihat pada tabel 3
(Suwondo et al., 2014).

Tabel 3. Strategi perlindungan hutan di Hutan Larangan Adat Rumbio


No. Strategi Perlindungan Uraian
1 Pembangunan pos-pos Terdapat pos pengamanan di dalam hutan larangan
Pengamanan adat Rumbio
2 Dibentuknya Sentra Tempat penyuluhan kehutanan pedesaan
penyuluhan Kehutanan
Pedesaan (SPKP)
3 Melakukan Penghijauan Jika terdapat bagiuan hutan yang ditebang, maka
masyarakat setempat di bawah pimpinan Datuk Ulak
Simano melakukan penanaman kembali
4 Melakukan pengawasan Masyarakat tanpa komando selalu melakukan
pengawasan ke dalam hutan, untuk memastikan
keadaan hutan dengan izin Datuk Ulak Simano.
5 Penerapan Sanksi Diterapkan sanksi adat jika terjadi pelanggaran
merupakan suata usaha untuk meningkatkan
kelestarian hutan larangan adat. Sanksi bersifat adat
ini diatur dalam rapat-rapat di balai adat oleh ninik
mamak adat Rumbio.

4. Pengawasan
Untuk upaya pengawasan hutan larangan adat Rumbio, Bapak Syahrul selaku ninik
mamak dan Kepala Dusun V Danau Siboghia mangawasi hutan secara langsung dan di bantu
pemuda setempat tanpa memandang latar belakang suku. Pengawasan dilakukan dengan cara
patroli dan mengintai.

5. Penegakan Hukum Adat


Pelanggaran terhadap hutan larangan adat biasanya diselesaikan secara musyawarah dan
adanya toleransi pada penyelesaian masalah. Penjatuhan sanksi disesuaikan dengan besar kecil
kesalahan dan keadaan melanggar baik secara ekonomi dan usia. Banyak aturan-aturan lisan yang
diterapkan oleh masyarakat adat Rumbio tetapi belum ada pembukuan tertulis mengenai hukum
dari ninik mamak desa Rumbio. Sanksi dalam hukum adat yang diberlakukan biasanya berupa
uang. Uang tersebut digunakan untuk kepentingan surau, mushalla atau mesjid.

KESIMPULAN DAN SARAN


Masyarakat adat Rumbio sangat berpengaruh dalam pengelolaan hutan larangan adat
Kenagarian Rumbio. Terdapat kearifan lokal dalam bentuk ajakan dan larangan untuk
melestarikan dan menjaga hutan larangan adat. Mekanisme pengelolaan hutan adat meliputi
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pengawasan dan penegakan hukum. Mekanisme
pengolahan diatur oleh kelembagaan adat yang dikelola oleh ninik mamak (pemangku adat)
dengan menerapkan prinsip adat sebagai pengelolaan hutan adat. Perlu adanya kesadaran
generasi mendatang dalam pengelolaan hutan adat agar hutan larangan adat Kenagarian Rumbio
tetap lestari.

7
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih kepada Bapak Dr. Suwondo, S.Pd, M.Si dan Bapak Darmadi, S.Pd, M.Si
selaku dosen pembimbing praktikum kuliah lapangan biotnolmelayu. Bapak Syahrul selaku
Kepala Dusun V Danau Siboghia dan ketua SPKP. Bapak Sudirman Selaku Narasumber pada
penelitian yang dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA
Anas Ritonga et all.2013. Identifikasi Kearifan Lokal Masyarakat Hutan Larangan Adat Rumbio,
Kabupaten Kampar Terhadap Perlindungan Hutan. UR Press. Pekanbaru
Anicha Putri Catrini dan Faizal Ramadhan. 2014. Hutan Dataran Rendah
https://jurnalbumi.com/hutan-adat/( diakses pada 5 juni 2017)
Iskandar Sembiring.et all.2004 Kearifan Tradisional Terhadap Perlindungan Hutan Di
Kabupaten Dairi
Suwondo, Darmadi dan Mohd. Yunus. 2014. Bioetnomelayu Pendekatan Pengelolaan
Sumberdaya Alam Berbasis Pengetahuan Lokal. UR Press. Pekanbaru

Suparmini, Sriadi Setyawati dan Dyah Respati Suryo Sumunar. 2013. Pelestarian Lingkungan
Masyarakat Baduy Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Humaniora 18 (1) : 8-22. Universitas
Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Cindy Anggrainy. 2013.Pengelolaan Hutan Larangan Adat Kenagarian Rumbio Oleh


Masyarakat Adat Dalam Pelestarian Hutan Berbasis Kearifan Lokal.
Dea Dewita.2013 Identifikasi Kearifan Lokal Masyarakat Kenagarian Rumbio Dalam Upaya
Pengelolaan Dan Pelestarian Hutan Larangan Adat Rumbio Kabupaten Kampar.
Njurumana, P. 2006. Pranata-Pranata Sosial Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai