Anda di halaman 1dari 9

Hukum adat Minangkabau

FUNGSI DAN PERANAN PENGHULU DALAM KEPEMIMPINAN ADAT di


MINANGKABAU

Tema : Kedudukan Penghulu

EKA PERIAMAN ZAI, SH

BAB I

LATAR BELAKANG

Indonesia adalah negara yang kaya akan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. Jika dilihat
dari masyarakatnya sendiri, indonesia juga terdiri dari aneka ragam suku yang dimana semuanya
itu merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan. Mulai dari sabang sampai merauke, setiap
masyarakat mempunyai aneka ragam budaya dan adat istiadat yang berbeda-beda satu dengan
yang lain. Hal itu juga didukung dengan daerah atau letak geografis indonesia yang terdiri dari
negara kepulauan (archipelago state) dan posisinya terletak diantara dua benua sehingga negara
indonesia memiliki berbagai macam budaya dan kebiasaan serta adat istiadat. Namun
keanekaragaman itu merupakan suatu kebanggaan dan ciri khas dari bangsa indonesia sendiri,
dimana hal tersebut dinyatakan dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika yakni Walaupun
Berbeda-beda Tetapi satu Jua

Di indonesia sendiri dikenal tiga jenis masyarakat hukum dalam kerapatan adat yakni kerapatan
adat sistem matrilineal yaitu sistem yang ditarik atau dilihat dari garis ibu (perempuan), sistem
patrilineal yakni sistem garis keturunan yang dilihat atau ditarik dari garis ayah ( laki-laki) dan
sistem parental yaitu sistem garis keturunan yang ditarik atau dilihat dari garis ayah maupun
ibu. Masyarakat hukum ini bersifat genealogis yaitu suatu kesatuan masyarakat yang teratur,
dimana para anggotanya terikat pada satu garis keturaunan yang sama dari satu leluhur, baik
secara langsung karena hubungan darah (keturunan) atau secara tidak langsung karena pertalian
perkawinan atau pertalian adat.[1] Tetapi dalam hal ini yang penulis tinjau adalah sistem
matrilineal sebagai contoh daerah Minangkabau yang menganut sistem matrilineal dimana dalam
sistem kepemimpinan didaerah minangkabau dikenal adanya penghulu yang merupakan salah
seorang pemimpin dalam kerapatan adat nagari dimana kedudukannya berada pada tingkatan
suku.

Dalam organisasi kekerabatan adat minangkabau, pada dasarnya dikenal dengan empat tingkatan
yakni :

1) Serumah yang dipimpin oleh mamak rumah


2) Jurai yang dipimpin oleh mamak jurai

3) Paruik yang dipimpin oleh tungganai atau mamak kepala waris

4) Suku yang dipimpin oleh penghulu sendiri.

Dari keempat organisasi kekerabatan diatas, pemimpinnya adalah seorang laki-laki. Melihat hal
demikian sudah jelas bagi kita semua bahwa walaupun minangkabau menganut sistem
matrilineal tapi bukan matrianchaat.

Dalam sistem matrilinal dikenal adanya sistem bukan matrianchaat yakni walaupun perempuan
adalah pemegang harta pusaka dan garis keturunan dalam keluarga namun dalam sistem
kepemimpinan tetap dipimpin oleh seoarang laki-laki contohnya mamak kepala waris adalah
laki-laki tertua dalam keluarga, mamak kepala jurai adalah seorang laki-laki tertua, tungganai
dalam paruik dipimpin oleh laki-laki dan seorang penghulu dalam sebuah nagari dipimpin oleh
seorang laki-laki. Hal ini menyatakan bahwa peranan laki-laki sangatlah besar dalam memimpin
kerapatan adat minangkabau.

BAB II

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah kedudukan penghulu dalam kerapatan adat minangkabau ?


2. Bagaimanakah fungsi dan peranan penghulu dalam kepemimpinan di Minangkabau ?

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

1. Kedudukan penghulu dalam kerapatan adat minangkabau.

Hukum adat pada umumnya bercorak tradisional artinya bersifat turun temurun, dari zaman
nenek moyang sampai anak cucu sekarang keadaannya masih tetap berlaku dan diperintahkan
oleh masyarakat bersangkutan. Contohnya di tanah adat minangkabau dimana hukum adatnya
mempunyai corak bersifat kebersamaan (komunal) artinya ia lebih mengutamakan kepentingan
bersama dimana kepentingan pribadi itu diliputi oleh kepentingan bersama. Hubungan antar
anggota masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain didasarkan oleh rasa kebersamaan,
kekeluargaan, tolong menolong dan gotong royong.

Oleh karena itu hingga sekarang kita masih melihat adanya Rumah Gadang di minangkabau dan
Tanah Pusaka yang tidak terbagi-bagi secara individual melainkan menjadi milik bersama untuk
kepentingan bersama. Dalam hal ini disebut tanah Pusaka yang di kuasai oleh mamak yang
dipergunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan kemenakan.

Sebagai kesatuan masyarakat minangkabau yang pada umumnya menganut agama islam dan
masyarakat adatnya bersifat genealogis-matrilineal, yang merupakan kesatuan-kesatuan keluarga
kecil yang disebut paruik sebagai bagian dari kesatuan suku atau kampuang (kampung) sebagai
tempat kediaman. Dalam sebuah kampung terdiri dari beberapa paruik atau suku yang berbeda-
beda. Sehingga ada kemungkinan kesatuan keluarga paruik dari satu kesatuan suku mendiami
kampung yang berlainan. Kesatuan yang formal adalah Suku yang dipimpin oleh seorang
penghulu suku dan kampung yang dipimpin oleh penghulu andiko atau datuek kampuang. Jadi
sudah jelas bagi kita bahwa penghulu tersebut berkedudukan di dalam suku dan sekaligus
menjadi pemimpin dalam sukunya.

Sako adalah gelar pusaka tinggi yang diterima secara turun temurun dalam suatu kaum yang
sifatnya bertali darah menurut garis ibu. Contohnya : suatu kaum A didalam kampung persukuan
piliang umpamanya mempunyai gelar pusaka datuak Bandaro Kayo, gelar datuak bandaro kayo
ini adalah gelar pusaka kaum A.

Secara turun temurun semenjak gelar itu dibuat dahulunya dinagari asal orang minangkabau
yaitu Nagari Pariangan Padang Panjang, maka gelar Bandaro Kayo dalam kaum persukuan
piliang adalah gelar penghulu kaum yang bersangkutan. Penghulu dalam arti luas adalah
pemimpin kaum keluarga dan masyarakat (Hakimy, 1979:9).

Pepatah adat yang berbunyi :

Biriak-biriak tabang Kasamak

Dari Samak Tabang Kehalaman

Patah Sayok Tabang Baranti

Tasuo Ditanah Bato

Dari Niniak Turun Ka Mamak

Dari Mamak Turun Ka Kamanakan

Pusako Lamo Baitu Juo

Artinya : gelar pusaka turun temurun, silih berganti dari nenek turun ka mamak, dari mamak
turun lagi ke kemanakan, namun gelar pusako tetap seperti sedia kala yaitu tetap seperti gelar
datuak Bandaro Kayo yang telah kita sebut diatas.

Dilihat dari sistem kepengurusan dalam pemerintahan adatnya dapat dibedakan dari dua
keselarasan yaitu laras Bodicaniago dan laras Kotopiliang. Tata adat keselarasan bodi-caniago
dihubungkan pada tokoh legendarisnya Datuek perpatih nan sabatang, yang menunjukkan corak
kepribadian melayu yaitu pemerintahan demokrasi terbuka, dimana para penghulunya
mementingkan musyawarah dan mufakat sesuai peribahasa Duduk sama rendah berdiri sama
tinggi. Jadi kedudukan para penghulu andiko itu sejajar yang satu dngan yang lain dalam
menetapkan keputusan.
Sedangkan menurut tata-adat keselarasan koto piliang yang dihubungkan dengan tokoh
legendarisnya datuek katemanggungan yang agak dipengaruhi oleh adityawarman yang pernah
menjadi mahamantri dimajapahit dan penegak kerajaan pagaruyung, menunjukkan corak yang
otokrasi, atau demokrasi yang terkendali. Jadi kepenghuluan di laras koto-piliang tidak dipilih
seperti di laras bodi-caniago, mereka tetap sebagai penghulu yang turun temurun menurut sub-
klennya masing-masing. Para penghulu ini tunduk pada penghulu suku, dan para penghulu suku
tunduk pada penghulu pucuak (pucuk nagari) atau dalam pepatah minang sering di sebut dengan
berjenjang naik bertangga turun. Sehingga di minangkabau ada empat macam nama suku
induk yang disebut yakni :

1) Bodi

2) Caniago

3) Koto

4) piliang

Penghulu dalam adat minangkabau adalah pemimpin yag harus bertanggung jawab kepada
masyarakat (anak kemanakan yang dipimpinnya).

Pada pribadi seoarang penghulu melekat lima macam fungsi kepemimpinannya yaitu :

1) Sebagai anggota yang dituakan.

2) Sebagai seorang bapak dalam keluarganya sendiri.

3) Sebagai seorang pemimpin (mamak) dalam kaumnya.

4) Sebagai seorang sumando diatas rumah istrinya.

5) Sebagai seorang niniak mamak dalam nagarinya.

Kepengurusan masyarakat adat yang diperankan oleh kelompok hukum ibu seperti di
minangkabau ini terdapat pula di daerah kerinci (jambi), semendo sumatera selatan dan beberapa
kelompok kecil masyarakat adat di pulau timor, walaupun disana sini terdapat perbedaan dalam
kewarisan dan lainnya.

1. Fungsi dan peranan penghulu dalam kepemimpinan di Minangkabau.

Jika dilihat dari artinya, kata penghulu berasal dari kata Hulu yang artinya pangkal. Dari
penjelasan diatas sudah jelas bagi kita semua bahwa penghulu berarti kepala kaum. Semua
penghulu bergelar datuk. Datuk artinya orang berilmu (datu-datu) yang dituakan. Kedudukan
penghulu dalam nagari tidak sama atau kedudukan penghulu bertingkat-tingkat seperti di
keselarasan Koto-Piliang dan ada juga kedudukan penghulu yang sama seperti keselarasan bodi-
caniago. Dalam pepatah adat disebutkan :

Luhak-bapanghulu

Rantau-barajo

Hal ini berarti bahwa penguasa tertinggi pengaturan masyarakat adat didaerah luhak nan tigo,
berada ditangan para penghulu. Jadi penghulu memegang peranan utama dalam kehidupan
masyarakat adat. Peranan penghulu sebagai berikut :

1) Sebagai pemimpin yang diangkat bersama oleh kaumnya sesuai rumusan adat: jadi
penghulu sakato kaum,

Jadi rajo sakato alam

2) Sebagai pelindung bagi semua kaumnya.

3) Sebagai hakim yang memutuskan semua masalah dan silang sengketa dalam kaum, (Amir,
1980:34)

Karena penghulu adalah seorang pemimpin di dalam kaumnya maka sebagai seorang penghulu
tersebut harus memiliki sifat-sifat penghulu. Sifat-sifat penghulu itu ada empat macam yaitu :

1) Saddiq artinya penghulu itu bersifat benar.

2) Amanah artinya penghulu dipercayai lahir batin.

3) Fathanah artinya penghulu itu cerdas (cadiak)

4) Tablig artinya penghulu itu menyampaikan.

Di luhak nan tigo, penghulu itulah yag melaksanakan pemerintahan, menyelesaikan pertikaian.
Penghulu dalam hal ini di ibaratkan :

Kayu Gadang ditangah Padang

Tampek Balinduang Kapanehan

Tampek Balindug Kaujanan

Ureknyo Tampek Baselo

Batangnyo Tampek Basanda

Pai Tampek Batanyo


Pulang Tampek Bababrito

Dilihat dari pepatah diatas, dapat dijelaskan bahwa Fungsi dari Penghulu itu ada dua yaitu :

1) Memerintah dan membimbing anak kemanakan ( Fungsi Kepamongan)

2) Menyelesaikan perselisihan dalam Kaumnya (fungsi Hakim)

Tapi dalam nagari, penghulu ini dapat dikatakan sebagai dewan nagari dan dewan hakim dalam
nagari.

Melihat hal-hal diatas, sudah jelas bagi kita bahwa peran dan fungsi penghulu ini sangat besar
sekali dalam kepemimpinan di dalam kerapata adat minangkabau. Oleh sebab itu yang menjadi
seoarang penghulu tersebut adalah bukan orang sembarangan. Untuk menjadi seorang penghulu
harus memenuhi beberapa syarat yakni :

1) Baliq berakal.

2) Berbudi baik.

3) Beragama islam.

4) Dipilih oleh ahli waris menurut tali ibu (tali darah menurut adat sepakat ahli waris), nan
salingkuang cupak adat, nan sapayuang sapak tagak.

5) Mewarisi gelar sako, dan mempunyai harta pusaka.

6) Sanggup mengisi adat manuang limbago menurut adat nagari setempat, badiri penghulu
sepakat waris, badiri adat sapakat nagari.

7) Pancasilais sejati.

Dan ada juga ditambah syarat-syarat ini menurut adat senagari-nagari yang dibuat dengan kata
mufakat. Menurut adat nan teradatkan di nagari setempat, (Hakimy, 1986:81).

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Adat diisi Lembago pun dituang, hal ini sangat sesuai dengan apa yang telah tertera
dalam dasar konstitusional kita yang menyatakan bahwa negara kita adalah negara hukum. Hal
ini juga di dukung dengan program pemerintah kembali ka nagari yang bertujuan
mengembalikan fungsi dari hukum adat itu sendiri.

Dalam kerapatan adat minang kabau yang lebih spesifiknya di Nagari Talu Kecamatan Talamau
Kabupaten Pasaman Barat, menganut keselarasan Koto Piliang, dimana sistem pemerintahannya
bersifat Otokrasi atau berjajang naik bertangga turun. Dalam kepemimpinan penghulu didaerah
ini bergelar Datuak sati yang artinya Datuk yang sakti. Tapi ini merupakan Gelar adat saja yang
diberikan kepada orang yang menjabat sebagai penghulu atau bisa disebut sebagai penghargaan.

Dalam pemilihan penghulu didaerah ini dilakukan secara musyawarah dengan cara :

1. Diangkat oleh Kaumnya sendiri.


2. Dilewakan
3. Diketahui pucuak adat.

Untuk menjadi seorang penghulu merupakan suatu tanggung jawab yang sangat besar dimana
penghulu ini adalah seorng pemimpin kaum dan merupakan orang yang dihormati dan dipercayai
didalam kaumnya untuk memimpin kaumnya. Oleh sebab itu, untuk menjadi seorang penghulu
ada beberapa kriteria yang harus di penuhi.

Syarat penghulu itu terdiri dari :

1. Tahu akan adat istiadat.


2. Tahu akan agama
3. Harus berasal dari suku tersebut.

Dari syarat ketiga diatas merupakan syarat pokok yang harus dipenuhi oleh seorang calon
penghulu yang akan menjadi penghulu. Syarat diatas sangat jelas kepada kita bahwa Jabatan
penghulu adalah tidak termasuk dalam jabatan strukturil dari pemerintah yang mempunyai syarat
yang sangat banyak dan memperhitungkan tingkatan pendidikannya. Gelar penghulu adalah
jabatan adat yang diberikan kepada pemimpin sebuah kaum.

Dalam menjalankan fungsinya sehari-hari, penghulu didaerah ini mempunyai fungsi dan peran
yang terdiri dari :

1. Mengatur kemanakan dan cucu.


2. Mengatur harta pusaka.
3. Menyelesaikan perkara adat dalam kaumnya, contohnya : perkara tanah.
4. Mempertahankan adat istiadat.
5. Minta izin pernikahan.

Dari kelima fungsi dan peranan diatas juga terlihat kepada kita bahwa urusan dari pemerintah
sendiri tidak ada. Tetapi kalau ditelusuri lebih lanjut, penghulu sebenarnya mempunyai fungsi
dan koordinasi dengan pemerintah sendiri, misalnya dalam menyelesaikan masalah tentang tanah
atau mengetahui keberadaan penduduk atau jumlah anggota kaumnya. Tetapi fungsi itu hanya
sebatas membantu pemerintah dalam menjalankan fungsi pemerintahan nagari. Jika dilihat dalam
pemerintahan nagari Talu kecamatan Talamau kabupaten Pasaman Barat, Penghulu sendiri
berada dalam lembaga KAN atau dalam lembaga dalam nagari ( Kerapatan Adat Nagari).

Dalam menjalankan kepemimpinannya sehari-hari, penghulu juga dapat diberhentikan oleh


Kaumnya apabila :

1. Meninggal dunia.
2. Tidak mampu lagi menjalankan fungsi penghulu.
3. Melanggar adat.
4. Babuek serong.

Jika kedua hal diatas dilakukan, maka penghulu tersebut dapat di berhentikan dan dipilih
penghulu baru dengan cara seperti yang telah dijelaskan diatas.

BAB V

KESIMPULAN

Jika dilihat dari artinya, kata penghulu berasal dari kata Hulu yang artinya pangkal. Dari
penjelasan diatas sudah jelas bagi kita semua bahwa penghulu berarti kepala kaum. Semua
penghulu bergelar datuk. Datuk artinya orang berilmu (datu-datu) yang dituakan. Kedudukan
penghulu dalam nagari tidak sama atau kedudukan penghulu bertingkat-tingkat seperti di
keselarasan Koto-Piliang dan ada juga kedudukan penghulu yang sama seperti keselarasan bodi-
caniago. Gelar penghulu merupakan gelar adat atau sako yang diturunkan secara turun temurun
dimana Sako adalah gelar pusaka tinggi yang diterima secara turun temurun dalam suatu kaum
yang sifatnya bertali darah menurut garis ibu. Dari pengertian itu sendiri sudah jelas kepada kita
semua bahwa penghulu adalah bukan jabatan strukturil dalam pemerintah. Tetapi jika dilihat dan
ditelusuri lebih dalam lagi sebenarnya penghulu mempunyai fungsi dan koordinasi dengan
pemerintah sendiri, misalnya dalam menyelesaikan masalah tentang tanah atau mengetahui
keberadaan penduduk atau jumlah anggota kaumnya.

Dari hasil penelitian mengenai fungsi dan peranan penghulu sendiri jika dikaitkan pada tinjauan
pustaka, fungsi dan peran penghulu tidak jauh beda, dalam arti bisa dikatakan bahwa fungsi dan
peran penghulu itu sendiri hampir sama.

Daftar Pusataka.

Datuak Rajo Penghulu. M.S. 1991. Bahasa Orang Cerdik Pandai Minangkabau. Koperasi

Bung Hatta Offset. Padang.


Hadikusuma Hilman,1992. Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia. Penerbit Mandar Maju.

Bandung.

Syarifuddin, Amir, 1984. Pelaksanaan Hukum Kewarisan Isalam Dalam Lingkungan Adat

Minangkabau. Lestari, Bukit Tinggi.

[1] Hadikusuma Hilman,1992. Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia. Penerbit Mandar Maju.
Bandung. Hal. 108

Anda mungkin juga menyukai