Anda di halaman 1dari 90

ANALISIS PENGARUH ASPEK FISKAL DAN

MONETER TERHADAP PERTUMBUHAN


EKONOMI INDONESIA

TESIS

Oleh

ANGANDROWA GULO
047018025/EP

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
ANALISIS PENGARUH ASPEK FISKAL DAN
MONETER TERHADAP PERTUMBUHAN
EKONOMI INDONESIA

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains


Dalam Program Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan
Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

ANGANDROWA GULO
047018025/EP

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH ASPEK FISKAL DAN
MONETER TERHADAP PERTUMBUHAN
EKONOMI INDONESIA

Nama Mahasiswa : ANGANDROWA GULO


Nomor Pokok : 047018025
Program Studi : Ekonomi Pembangunan (EP)

Menyetujui
Komisi Pembimbing:

(Dr. Murni Daulay, S.E, MSi) (Drs. Iskandar Syarief, MA)


Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur,

(Dr. Murni Daulay, S.E, M.Si) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)

Tanggal Lulus : 29 Juli 2008

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
TELAH DIUJI PADA
TANGGAL : 29 JULI 2008

PANITIA PENGUJI TESIS :

KETUA : Dr. Murni Daulay, M.Si.


ANGGOTA : 1. Drs. Iskandar Syarief, MA.
2. Drs. Samad Zaino, MSi.
3. Drs. Rujiman, MA.
4. Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D.

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
ABSTRAK

Penelitian ini didasarkan pada besarnya pengaruh aspek fiskal dan moneter, yaitu
pengeluaran pemerintah (rutin dan pembangunan), jumlah uang beredar dan penerimaan
pajak tahun sebelumnya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis pengaruh aspek fiskal dan moneter (pengeluaran pemerintah, jumlah
uang beredar dan pajak) serta kondisi perekonomian terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia.
Metode analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS). Untuk tujuan
analisis digunakan data sekunder berupa data time series, 1988 2007, yaitu data
pengeluaran pemerintah untuk dana rutin dan pembangunan, jumlah uang beredar,
penerimaan pajak dan PDB Indonesia. Data tersebut diperoleh dari Departemen Keuangan,
BPS dan sumber-sumber lainnya yaitu jurnal-jurnal dan hasil penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek fiskal dan moneter berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tingkat kepercayaan 99 persen atau =1 %,
dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 99,54 persen. Secara parsial, hasil analisis
menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah (baik rutin dan pembangunan) berpengaruh
positif tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, sedangkan jumlah uang
beredar dan penerimaan pajak tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia masing-masing pada =1 % dan =10 %. Hal ini berarti
bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin meningkat dengan meningkatnya
pengeluaran pemerintah, jumlah uang beredar, dan penerimaan pajak tahun sebelumnya.
Berdasarkan hasil estimasi model diketahui bahwa kondisi perekonomian sesudah krisis
ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal
ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin buruk setelah terjadinya krisis
ekonomi pada tahun 1997.

Kata kunci: pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah, jumlah uang beredar,


pajak.

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
ABSTRACT

This research based on the level of influence of monetary and fiscal aspect, that is
governmental expenditure (routine and development), money supply and previous year of tax
to economic growth of Indonesia. This research has a purpose to analyse the monetary and
fiscal aspect influence (governmental expenditure, money supply and tax) and also
economics condition to economic growth of Indonesia
The analysis uses Ordinary Least Square (OLS) method. For this analysis aim, use a
secondary database in time series form, 1988 2007, that is data of governmental
expenditure (routine and development), money supply, acceptance of tax and PDB of
Indonesia. The Data obtained from Treasury Department, Central Bureau of Statistics, and
other sources that is research result and journals.
Result of research indicate that the monetary and fiscal aspect had a significantly effect
to economic growth of Indonesia, with a determination coefficient value (R2), in the amount
of 99,54 percents. Partially, this analysis result showed that the governmental expenditure
(routine or development) had a non significant and positively effect to economic growth of
Indonesia, while money supply and acceptance of year tax previously had a significantly and
positive effect to economic growth of Indonesia each at =1 % and 10 %. This means that
economic growth of Indonesia will progressively with increasing the governmental
expenditure, money supply, and tax acceptance of year previously. Pursuant to result
estimation model known that the economics condition hereafter economic crisis had a
significantly and negativ effect to economic growth of Indonesia. This means that economic
growth of Indonesia had an ugly progressively after economic crisis in 1997.

Key words: economic growth, governmental expenditure, money supply, tax.

ii

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
KATA PENGANTAR

Penelitian yang dituangkan dalam bentuk tesis ini merupakan tugas akhir

yang harus disajikan dalam rangka menyelesaikan studi di Sekolah Pascasarjana

pada Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara

(USU) Medan. Dengan mengambil judul Analisis Pengaruh Aspek Fsikal dan

Moneter terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

Penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tesis ini dalam

waktu yang telah ditetapkan berkat bimbingan dan arahan dari Bapak dan Ibu

Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan khususnya Dosen Pembimbing dan

Dosen Penguji dengan kesabarannya telah meluangkan waktu dan pikiran dalam

memberikan petunjuk dan arahan.

Dalam penyelesaian penulisan tesis ini, penulis banyak dibantu oleh

berbagai pihak, baik dalam bentuk moril, bimbingan maupun arahan, sehingga

sesuai dengan syarat dan tatacara yang telah ditentukan. Untuk itu penulis dalam

kesempatan ini, dengan kerendahan hati dengan rasa hormat menyampaikan

terima kasih yang tulus kepada :

1. Ibu Prof.Dr.Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc., Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

iii

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
2. Ibu Dr. Murni Daulay, S.E.,M.Si., Ketua Program Studi Magister Ekonomi

Pembangunan Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai Ketua

Pembimbing atas arahan dan bimbingannya selama masa perkuliahan dan

pengerjaan tesis ini.

3. Bapak Drs. Iskandar Syarief, MA. sebagai Anggota Pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu dan arahan dalam penyusunan tesis ini

4. Bapak Drs. Samad Zaino, MSi, Drs. Rujiman, MA, dan Irsyad Lubis, SE,

M.Soc.Sc, Ph.D. sebagai Pembanding yang telah banyak memberikan saran-

saran perbaikan dalam penyusunan tesis ini.

5. Bapak, Ibu Dosen Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara.

7. Kepada orang-orang tercinta penulis dan seluruh keluarga besar yang telah

memberikan perhatian, motivasi, semangat, saran dan doa sehingga penulis

dapat menyelesaikan tesis ini.

8. Rekan-Rekan Mahasiswa Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara khususnya Ahmad

Basaruddin, Yedi Suhaedi, Zulfan, Tasbih Panjaitan, serta Rekan-Rekan

Angkatan VIII yang lainnya, kiranya persahabatan ini menjadi kenangan yang

iv

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
indah dan tak terlupakan serta menjadi ikatan persaudaran yang erat diantara

kita..

Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari sempurna, namun harapan

penulis semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Mohon maaf atas segala

kesalahan dan kesilapan penulis selama ini. Semoga Allah Bapa Yang Maha

Pengasih memberikan berkat-Nya kepada kita. Aminn........

Medan, Juli 2008

Penulis,

Angandrowa Gulo

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Angandrowa Gulo


2. Tempat/ Tanggal Lahir : Gunung Sitoli, 17 Agustus 1960
3. Pekerjaan : Swasta
4. Agama : Kristen
5. Nama Istri : Dameria Pardede, SPd.
6. Anak : 1. Esther Crisewita Gulo
2. Fischer I. Gulo
3. Vuty Hatima Margareth Gulo
4. Andre Gemuruh Gulo
7. Nama Orang Tua :
Ayah : Alm. F. Gulo
Ibu : Alm. Amine Zebua
8. Nama Mertua :
Ayah : Alm. St. W. Pardede
Ibu : J. br. Gultom
9. Pendidikan :
a. SD Negeri Lasarabagawu Nias : Lulus Tahun 1972
b. SMP Negeri Sirombu Nias : Lulus Tahun 1975
c. STM Bangunan Gedung, Nias : Lulus Tahun 1979
d. Sarjana Muda Teknologi Kimia Tekstil Medan : Lulus Tahun 1985
e. Sarjana Teknik Industri UMA Medan : Lulus Tahun 1988
f. Sekolah Pascasarjana USU : Lulus Tahun 2008
10. Pekerjaan : Tahun 1990 sekarang, Direktur CV. Ergonomi System Medan
Tahun 2006 sekarang, Direktur Akademi Teknik Deli Serdang.

vi

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
DAFTAR ISI

ABSTRAK........................................................................................................... i
ABSTRACT ........................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xii
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ................................................................. 5
1.3. Tujuan Penelitian...................................................................... 5
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 7


2.1. Pertumbuhan Ekonomi............................................................. 7
2.2. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ............................................ 10
2.3. Kebijakan Fiskal dan Moneter ................................................. 16
2.4. Jumlah Uang Beredar ............................................................... 21
2.5. Pajak ......................................................................................... 25
2.6. Pengeluaran Pemerintah dan Pembangunan Ekonomi............. 27
2.7. Penelitian Sebelumnya ............................................................. 29
2.8. Hipotesis Penelitian.................................................................. 32
2.9. Kerangka Pemikiran................................................................. 33

BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 34


3.1. Ruang Lingkup Penelitian........................................................ 34
3.2. Jenis dan Sumber Data Penelitian ............................................ 34

vii

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
3.3. Model Analisis ......................................................................... 34
3.4. Metode Analisis ....................................................................... 36
3.5. Uji Kesesuaian ......................................................................... 36
3.6. Definisi Operasional................................................................. 37
3.7. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ........................................... 37

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 40


4.1. Perkembangan Ekonomi Indonesia.......................................... 40
4.2. Kebijakan Fiskal dan Moneter ................................................. 44
4.2.1. Pengeluaran Pemerintah ............................................... 44
4.2.2. Jumlah Uang Beredar ................................................... 47
4.2.3. Penerimaan Pajak ......................................................... 49
4.3. Analisis Estimasi ...................................................................... 51
4.3.1. Uji Kesesuaian ............................................................. 51
4.3.2. Uji Asumsi Klasik ........................................................ 57
4.4. Pembahasan ............................................................................. 60
4.4.1. Pengeluaran Pemerintah untuk Dana Rutin.................. 60
4.4.2. Pengeluaran Pemerintah untuk Pembangunan ............. 61
4.4.3. Jumlah Uang Beredar ................................................... 62
4.4.4. Penerimaan Pajak ......................................................... 64

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 66


5.1. Kesimpulan............................................................................... 66
5.2. Saran......................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 69

viii

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah, Jumlah Uang Beredar


dan Pajak Tahun 2001 2006 (Milyar Rupiah) ................................. 4

4.1. Perkembangan PDB Indonesia atas Dasar Konstan, Tahun 1988


2007 .................................................................................................... 41

4.2. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Tahun 1988 2007 ............ 45

4.3. Perkembangan Jumlah Uang Beredar, Tahun 1988 2007 ............... 48

4.4. Perkembangan Penerimaan Pajak Tahun 1988 2007 ...................... 50

4.5. Hasil Estimasi Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter terhadap


Pertumbuhan Ekonomi Indonesia....................................................... 52

4.6. Hasil Estimasi Uji Multikolinieritas................................................... 58

4.7. Hasil Estimasi Uji Autokorelasi dengan LM Test.............................. 59

ix

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Kerangka Pemikiran Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Meneter


terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.......................................... 33

4.1. Perkembangan PDB Indonesia, Tahun 1988 2007 ........................... 42

4.2. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah, Tahun 1988 2007............. 46

4.3. Perkembangan Jumlah Uang Beredar, Tahun 1988 2007 ................. 49

4.4. Perkembangan Penerimaan Pajak, Tahun 1988 2007 ....................... 51

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Data PDB, Pengeluaran Pemerintah, Jumlah Uang Beredar, dan


Penerimaan Pajak, Dalam Milyar Rp.................................................... 71

2. Data Analisis ......................................................................................... 72

3. Hasil Analisis Regresi ........................................................................... 72

4. Uji Asumsi Klasik ................................................................................. 73

xi

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
DAFTAR SINGKATAN

APBN = Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara


APBD = Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
BPS = Badan Pusat Statistik
BUMN = Badan Usaha Milik Negara
PDB = Produk Domestik Bruto
IMF = International Monetary Fund
ADB = Asian Development Bank
GNP = Gross National Product
GDP = Gross Domestic Product
OLS = Ordinary Least Square
PDRB = Produk Domestik Regional Bruto
PAD = Pendapatan Asli Daerah
BBM = Bahan Bakar Minyak
KLBI = Kredit Likuiditas Bank Indonesia
DJP = Direktorat Jenderal Pajak
IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan
SUN = Surat Utang Negara
ORI = Obligasi Republik Indonesia
LDR = Loan-To-Deposit Ratio
PJPT = Pembangunan Jangka Panjang Tahap

xii

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemerataan pembangunan ekonomi bagi bangsa Indonesia sudah lama

dinantikan serta diinginkan oleh rakyat Indonesia. Harapan dan cita-cita yang

ingin dijadikan kenyataan tersebut dapat diimplementasikan melalui

pembangunan ekonomi untuk dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran

masyarakat. Oleh karena itu dalam Pembangunan Nasional intinya adalah untuk

kesejahteraan dan kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sampai sekarang pembangunan ekonomi belum banyak tersentuh dalam

pembangunan, sehingga perlu untuk ditingkatkan.

Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan bertujuan untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Menurut Kadin (2008),

pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2007 diperkirakan mencapai atau

setidaknya mendekati target yang ditetapkan pemerintah di dalam APBN 2007.

Momentum percepatan pertumbuhan sudah kembali hadir, sebagaimana ditandai

oleh pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang praktis selama enam

triwulan berturut-turut menunjukkan peningkatan terus menerus. Pada tahun 2007

pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 6,2 persen.

1
Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
2

Kestabilan makro ekonomi cukup terjaga dengan kecenderungan membaik.

Hal ini antara lain tercermin dari nilai tukar Rupiah yang relatif tak bergejolak,

kecenderungan penurunan suku bunga, dan laju inflasi yang jauh lebih rendah dari

tahun 2006. Kinerja neraca pembayaran (balance of payments) juga membaik di

segala lini: akun perdagangan barang (trade account), akun semasa (current

account), maupun akun modal (capital account). Perbaikan kinerja neraca

pembayaran bermuara pada peningkatan cadangan devisa yang cukup signifikan.

Posisi cadangan devisa per 30 November 2007 tercatat sebesar US$54,9 miliar,

suatu peningkatan tajam dibandingkan posisi akhir tahun 2006 sebesar US$34,7

miliar.

Sementara itu, di pasar modal diwarnai oleh rekor-rekor baru IHSG

(indeks harga saham gabungan), SUN (Surat Utang Negara) yang terus diminati

oleh investor domestik maupun asing, serta ORI (Obligasi Republik Indonesia)

yang selalu terserap oleh investor perseorangan dengan nilai yang melebihi target.

Dilihat dari komposisi SUN yang dipegang oleh investor asing terlihat bahwa

yang jatuh tempo di atas 10 tahun menduduki porsi terbesar. Ini menandakan

bahwa di mata investor institusional asing, prospek ekonomi Indonesia dalam

jangka panjang cukup menjanjikan.

Sejak semester kedua 2007 ekspansi kredit perbankan meningkat relatif

tajam, dan lebih tinggi ketimbang peningkatan dana pihak ketiga. Sehingga, LDR

(loan-to-deposit ratio) juga naik mendekati 70 persen. Dari gambaran tersebut,

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
3

bahwa secara umum dan agregat, kinerja perekonomian Indonesia selama tahun

2007 menunjukkan kemajuan yang cukup baik. Namun, jika kita telaah lebih

mendalam dan rinci, gambarannya tak sebaik tampak luar. Paling tidak, pola dan

arah perkembangan ekonomi menunjukkan mixed signals. Seandainya signals

yang terhadirkan lebih konsisten, niscaya perkembangan ekonomi Indonesia akan

jauh lebih baik dan sekaligus lebih tangguh dalam menghadapi goncangan

eksternal dan menjawab persoalan-persoalan sosial di dalam negeri.

Perkembangan perekonomian Indonesia akan dipengaruhi oleh kebijakan

pemerintah, khususnya kebijakan dibidang fiskal dan moneter, yaitu menyangkut

pengeluaran pemerintah (pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan),

jumlah uang beredar dan juga kebijakan tentang pajak. Dalam kenyataannya

kebijakan pemerintah dalam bidang fiskal dan moneter juga tergantung pada

kondisi perekonomian, dimana kebijakan fiskal dan moneter berbeda pada saat

kondisi sebelum krisis ekonomi terjadi dan kebijakan setelah krisis ekonomi

terjadi. Perkembangan pengeluaran pemerintah, jumlah uang beredar dan

penerimaan pajak di Indonesia tahun 2001 2006 adalah sebagaimana disajikan

pada tabel berikut:

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
4

Tabel 1.1. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah, Jumlah Uang Beredar dan


Pajak Tahun 2001 2006 (Milyar Rupiah)

Tahun Pengeluaran Pemerintah (G) Jumlah Uang Pajak (T)


Beredar (M)
Rutin Pembangunan
2001 190.092 125.664 844.053 179.892
2002 198.741 145.268 883.908 219.627
2003 208.584 162.008 955.692 254.147
2004 155.438 218.913 1.033.527 272.175
2005 117.817 279.952 1.203.215 297.844
2006 311.157 336.511 1.382.074 416.313
Sumber: BPS Indonesia, 2007.

Data Tabel 1.1. menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah, jumlah uang

beredar maupun penerimaan pajak di Indonesia terus menunjukkan peningkatan

setiap tahun. Dengan meningkatnya pengeluaran tersebut diharapkan juga akan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang dapat dilihat dari PDB yang semakin

meningkat. Karena tujuan pengeluaran pemerintah baik rutin maupun

pembangunan adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang semakin

baik dan stabil sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kemakmuran dan

kesejahteraan masyarakat. Oleh karena besarnya peranan kebijakan pemerintah di

bidang fiskal dan moneter baik pada kondisi sebelum krisis maupun setelah

terjadinya krisis ekonomi, perlu dilakukan suatu penelitian bagaimana pengaruh

kebijakan pemerintah di bidang fiskal dan moneter terhadap pertumbuhan

ekonomi Indonesia. Dalam hal ini kebijakan pemerintah di bidang fiskal dan

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
5

moneter yang dianalisis adalah pengeluaran pemerintah (rutin dan pembangunan),

jumlah uang beredar dan pajak.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dianalisis

dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah untuk pembiayaan rutin

terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia ?

2. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah untuk pembangunan

terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia ?

3. Bagaimana pengaruh jumlah uang beredar terhadap pertumbuhan ekonomi

Indonesia ?

4. Bagaimana pengaruh penerimaan pajak terhadap pertumbuhan ekonomi

Indonesia ?

5. Bagaimana pengaruh kondisi perekonomian terhadap pertumbuhan

ekonomi Indonesia ?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk:

1. Mengetahui perkembangan aspek fiskal dan moneter Indonesia.

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
6

2. Mengetahui perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

3. Menganalisis pengaruh aspek fiskal dan moneter (pengeluaran pemerintah,

jumlah uang beredar dan pajak) serta kondisi perekonomian terhadap

pertumbuhan ekonomi Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian yang dilakukan ini, mampu memberikan manfaat yang

antara lain adalah :

1. Menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya mengenai pengaruh

kebijakan fiskal dan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

2. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah dalam meningkatkan kebijakan fiskal

dan moneter.

3. Sebagai referensi bagi peneliti lainnya yang berminat untuk mengkaji dalam

bidang yang sama dengan pendekatan dan ruang lingkup yang berbeda

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan

merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. Karena

jumlah penduduk bertambah terus dan berarti kebutuhan ekonomi juga bertambah

terus, maka dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun. Hal ini hanya bisa

diperoleh melalui peningkatan output agregat (barang dan jasa) atau produk

domestic bruto (PDB) setiap tahun. Dengan demikian dalam pengertian ekonomi

makro, pertumbuhan ekonomi adalah penambahan PDB yang berarti juga

penambahan pendapatan nasional (Tambunan, 2001a).

Pertumbuhan ekonomi bisa dilihat dalam nilai absolut dan nilai relatif

(persentase). Pertumbuhan dalam nilai absolut dinyatakan dalam rupiah, misalnya

PDB tahun 2000 tumbuh Rp. 2 triliun dibandingkan PDB tahun 1999. Sedangkan

pertumbuhan dalam persentase dapat dihitung dengan cara sederhana, sebagai

berikut (Tambunan, 2001b).

PDB(t) = [PDB(t) PDB(t-1) / PDB(t-1)] x 100 %

dimana PDB(t) = pertumbuhan ekonomi tahun (t) tertentu dalam nilai absolut, t-

1 = tahun sebelumnya. Untuk mendapatkan laju pertumbuhan ekonomi rata-rata

per tahun, menggunakan rumus sebagai berikut:

7
Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
8

tn
r = n 1 1 x 100%
t 0

atau dengan compounding factor :

tn = t0(1 + r)n-1

dimana r = laju pertumbuhan PDB rata-rata per tahun, n = jumlah tahun (misalnya

untuk periode 1990-an, n = 10), tn = tahun akhir periode, t0 = tahun awal periode,

(1 + r)n-1 menggambarkan compound factor.

Pertumbuhan ekonomi dalam nilai absolut selanjutnya dapat dinyatakan

dalam nilai nominal berdasarkan harga berlaku dan nilai riil (nyata) berdasarkan

harga konstan (Tambunan, 2001b).

Pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya bertujuan untuk

mencapai kemakmuran masyarakat melalui pertumbuhan ekonomi yang tinggi

dan distribusi pendapatan yang merata. Kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi

tersebut dapat tercipta melalui bekerjanya pasar secara efisien. Mekanisme pasar

akan bekerja secara efisien apabila tersedia tata aturan dan hukum-hukum pasar

yang dilaksanakan dengan baik. Ketersediaan tata aturan dan hukum tersebut

mengundang peran para pembuat undang-undang (parlemen) dan pelaksana

undang-undang (pemerintah). Selain itu, Pemerintah termasuk bank sentral

menyusun kebijakan-kebijakan yang disesuaikan dengan perkembangan untuk

lebih cepat merealisasikan tujuan-tujuan yang diinginkan dalam koridor undang-

undang/peraturan yang sudah dijalankan. Atas dasar itu, Pemerintah melalui

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
9

kebijakan makroekonomi, investasi, perdagangan, pelaksanaan hukum serta

perundang-undangan mempunyai peranan penting dalam menciptakan iklim yang

kondusif bagi bekerjanya pasar secara optimal. Demikian pula halnya bank sentral

yang menetapkan kebijakan moneter, sebagai salah satu elemen kebijakan

makroekonomi mempunyai peranan penting dalam penciptaan kondisi bagi

bekerjanya mekanisme pasar yang efisien (Abdullah, 2003).

Implikasi dari kebijakan fiskal pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi

masih banyak diperdebatkan baik dari sisi teori maupun studi empirisnya yang

juga masih terus berkembang. Pada awalnya yang lebih diperhatikan adalah

kuantitas pengeluaran pemerintah, namun pada tahap selanjutnya aspek-aspek lain

dari kebijakan fiskal pemerintah tersebut dirasa perlu pula untuk diamati. Selain

efektifitas atau efisiensi dari pengeluaran pemerintah baik besarannya (size) dan

alokasi sektoralnya, dampak dari cara pemerintah dalam membiayai

pengeluarannya terhadap pertumbuhan ekonomi juga merupakan area studi yang

menarik (Brata, 2004).

Brata dan Arifin (2003) juga telah mencoba menganalisis aspek fiskal

pemerintah daerah terhadap pertumbuhan ekonomi propinsi di Indonesia. Sebelum

diberlakukannya kebijakan otonomi daerah tahun 1999, pemerintah daerah baik

tingkat propinsi (Dati I) maupun kabupaten/kota (Dati II) lebih banyak tergantung

pada pemerintah pusat (Kuncoro, 1995). Dalam hal ini, andil subsidi dari

pemerintah pusat dalam struktur penerimaan pemerintah daerah sangat tinggi,

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
10

jauh melebihi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pembangunan ekonomi hanya

dapat terlaksana jika tersedia sejumlah dana. Dana yang dibutuhkan oleh

pemerintah daerah dalam pelaksanaan pembangunan di daerah berasal dari

berbagai sumber, yang disebut sebagai penerimaan daerah.

2.2. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Hampir enam puluh (60) tahun bangsa Indonesia melakukan pembangunan

ekonomi, selama itu pula pertumbuhan ekonomi mengalami pasang surut.

Fluktuasi pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat terkait dengan fluktuasi

stabilitas sosial, politik dan keamanan. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari

nilai absolut maupun relatif. Secara absolut berarti dilihat dari perubahan PDB

tahun lalu dengan tahun sekarang. Misalnya PDB tahun 2004 tumbuh Rp 3 triliun

dari tahun 2003. Untuk mempermudah penggambaran, masa pertumbuhan

ekonomi dipilah menjadi tiga (3), yaitu masa orde lama, orde baru dan masa

reformasi.

Masa Orde Lama

Setelah kemerdekaan hingga tahun 1965, perekonomoian Indonesia

memasuki era yang sangat sulit, karena bangsa Indonesia menghadapi gejolak

sosial, politik dan keamanan yang sangat dahsyat, sehingga pertumbuhan ekonomi

kurang diperhatikan. Kegiatan ekonomi masyarakat sangat minim, perusahaan-

perusahaan besar saat itu merupakan perusahaan peninggalan penjajah yang

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
11

mayoritas milik orang asing, dimana produk berorientasi pada ekspor. Kondisi

stabilitas sosial- politik dan keamanan yang kurang stabil membuat perusahaan-

perusahaan tersebut stagnan.

Pada periode tahun 1950-an Indonesia menerapkan model guidance

development dalam pengelolaan ekonomi, dengan pola dasar Growth with

Distribution of Wealth di mana peran pemerintah pusat sangat dominan dalam

mengatur pertumbuhan ekonomi (pembangunan semesta berencana). Model ini

tidak berhasil, karena begitu kompleknya permasalahan ekonomi, sosial, politik

dan keamanan yang dihadapi pemerintah dan ingin diselesaikan secara bersama-

sama dan simultan. Puncak kegagalan pembangunan ekonomi orde lama adalah

terjadi hiper inflasi yang mencapai lebih 500% pada akhir tahun 1965 (Tambunan:

2001).

Masa Orde Baru

Belajar dari kegagalan Orde Lama, Orde Baru sejak awal tahun 1970

menerapkan planned economy dengan pola Growth First then Distribution of

Wealth. Planned economy yang dianut Indonesia merujuk pada pertumbuhan

perekonomian dengan pola kemajuan perekonomian suatu masyarakat melalui

beberapa tahapan, sehingga pada masa itu pemerintah mengenalkan adanya

Pembangunan Jangka Panjang Tahap I (PJPT I), dan PJPT II. Pembangunan

jangka panjang juga dimasyarakatkan dengan nama Repelita (Rencana

Pembangunan Lima Tahun), program ini menunjukkan keberhasilan, terutama

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
12

dilihat dari indikator makro ekonomi, yaitu tingkat pertumbuhan ekonomi yang

tinggi, pertumbuhan pendapatan yang tinggi, tingkat inflasi yang rendah,

kestabilan nilai tukar rupiah, rendahnya tingkat pengangguran dan perbaikan

sarana perekonomian. Tahapan model pembangunan Rostow tampak jelas pada

tahapan-tahapan pelita di Indonesia selama PJPT I.

Tahap pertama adalah mengubah pola ekonomi traditional yang berbasis

pertanian tradisional, dimana penguasaan teknologi masyarakat sangat rendah,

sehingga mayoritas produksi adalah barang-barang pertanian dan bahan mentah

menuju pola ekonomi industri (industrial economy), di mana kegiatan ekonomi

bertumpu pada industri. Ciri utama pada tahap ini adalah, pertama struktur

masyarakat berjenjang, penguasaan teknologi sangat terbatas, penguasaan

sumberdaya yang dipengaruhi oleh hubungan darah/keluarga dan produk utama

adalah pertanian.

Tahap kedua adalah precondition untuk take-off (tinggal landas),

mempunyai beberapa indikator. Sektor pertanian masih merupakan sektor yang

dominan dan penting, kegiatan perekonomian mulai bergerak dinamis, sektor

industri, jasa dan lembaga keuangan mulai berkembang. Tahap kedua ini tahap

yang sangat krusial, karena menyiapkan prasarat untuk tinggal landas. Prasarat

yang harus disiapkan untuk lepas landas meliputi: Pertama, perbaikan

infrastruktur, terutama jalan raya, pelabuhan, rel kereta api, lapangan terbang.

Pada tahap ini pertumbuhan pendapatan tinggi dan diikuti dengan menurunnya

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
13

tingkat pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi meningkat tajam, capital-

labor ratio semakin meningkat, share industri dalam pertumbuhan ekonomi

semakin besar (bahkan mulai menggeser peranan sektor pertanian).

Tahap ketiga adalah initiating take-off, di mana dalam tahap ini peran

pemerintah mulai berkurang. Porsi pembangunan mulai diserahkan kepada

swasta. Pemerintah lebih bersifat pendorong, melalui peraturan dan kestabilan

politik. Beberapa indikator utama dalam tahap ini adalah pertama, terjadinya

perubahan teknologi dalam pengelolaan baik sektor industri maupun pertanian.

Ratio capital to labor semakin meningkat. Kedua, peran penanaman modal asing

dalam pembangunan ekonomi semakin tinggi, bahkan jauh lebih tinggi dari peran

swasta domestik maupun negara. Selanjutnya, growth model bertumpu pada

akumulasi kapital melalui pasar modal. Ini berarti peran rakyat dalam

pembangunan mulai diaktifkan, terutama dalam akumulasi modal melalui

transaksi di pasar modal.

Tahap keempat adalah take-off. Tahap tinggal landas merupakan tahap

yang paling menentukan dalam proses pembangunan ekonomi. Tinggal landas

menurut Kuncoro (2000) diartikan sebagai tiga (3) kondisi yang saling terkait,

yaitu: (1) Kenaikan laju investasi produktif antara 5 10 persen dari pendapatan

nasional, (2) Perkembangan salah satu atau beberapa sektor manufaktur penting

dengan laju pertumbuhan tinggi (3) Adanya kerangka politik, sosial dan

institusional yang jelas, yang dapat mendorong ekspansi di sektor modern. Ciri

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
14

lain pada tahap ini terletak pada peran pemerintah dalam pembangunan ekonomi

hanyalah sebagai fasilitator, bukan lagi inisiator. Peran swasta sangat tinggi dalam

pembangunan, mekanisme pasar mulai diperkenalkan dan local currency

memasuki perdagangan internasional.

Tahap kelima adalah tahap konsumsi tinggi. Pada tahap akhir

perkembangan perekonomian Rostow ini akan ditandai adanya migrasi besar-

besaran penduduk kota ke daerah pinggiran kota. Masyarakat mulai timbul

kesadaran bahwa kesejahteraan bukan masalah individu, yang hanya dipecahkan

dengan konsumsi individu, namun kesejahteraan merupakan kebutuhan bersama.

Meskipun pertumbuhan ekonomi masa orde baru cukup tinggi, dimana

pertumbuhan ekonomi tertinggi pernah mencapai 8 persen (Tambunan: 2001) dan

pendapatan perkapita mencapai US$ 3.450 (Mankiw: 2003), namun angka

kemiskinan di Indonesia masih tetap tinggi. Pertumbuhan ekonomi yang

dicerminkan pada pertumbuhan pendapatan nasional, ternyata hanya dinikmati

golongan masarakat tertentu saja. Pembangunan ekonomi model Growth First

then Distribution of Wealth ternyata menimbulkan kesenjangan sosial ekonomi

pada masyarakat. Dengan berakhirnya PJPT I diharapkan Indonesia sudah

mencapai tahap take-off, namun kondisi empirik menunjukkan hasil yang berbeda.

Hasil pembangunan ekonomi tidak dirasakan secara merata oleh masyarakat,

sehingga perekonomian menjadi rapuh. Puncak kegagalan pembangunan ekonomi

orde baru adalah terjadi krisis ekonomi pada tahun 1997-1998.

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
15

Masa Reformasi

Pada masa reformasi perekonomian Indonesia memasuki masa sulit,

bahkan sampai saat ini kegiatan perekonomian belum tumbuh normal seperti masa

sebelum krisis. Krisis ekonomi yang diawali tahun 1997 telah berdampak luas

pada semua aspek kehidupan masyarakat, sehingga memicu instabilitas pada

bidang sosial, politik dan keamanan. Kondisi ini memicu timbulnya kekacauan

dalam kegiatan perekonomian dan laju inflasi yang semakin tinggi.

Begitu beratnya kondisi perekonomoian Indonesia sehingga terpuruk di mata

Internasional.

Pertumbuhan ekonomi menjadi negatif, pendapatan perkapita sebelum

krisis mencapai US$ 3.450 pada tahun 1999 merosot menjadi US$ 580. Demikian

juga dengan nilai kurs rupiah yang sempat menyentuh nilai tertinggi Rp 17.500

per US$ 1. Kondisi ini diperparah dengan rendahnya kepercayaan masyarakat

nasional maupun internasional terhadap perekonomian Indonesia, sehingga

aktivitas di pasar modal didominasi oleh aktivitas jual, bukan pembelian. Setelah

tahun 2000 perekomian mulai recovery sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia

mulai positif, sektor-sektor perekonomian yang sebelumnya tumbuh negatif,

sudah berkembang menjadi positif. Diperkirakan pertumbuhan ekonomi berkisar

antara 3 sampai 4 persen.

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
16

2.3. Kebijakan Fiskal dan Moneter

Kebijakan Fiskal pada dasarnya merupakan kebijakan yang mengatur

tentang penerimaan dan pengeluaran negara. Penerimaan negara bersumber dari

pajak, penerimaan bukan pajak dan bahkan penerimaan yang berasal dari

pinjaman/bantuan dari luar negeri sebelum masa reformasi dikategorikan sebagai

penerimaan negara. Pinjaman luar negeri dimasukkan dalam APBN sifatnya

hanya in and out, artinya penerimaan dari sumber ini akan tercantum sebagai

penerimaan negara dalam tahun anggaran yang sama, merupakan sumber

pengeluaran pembangunan untuk membiayai berbagai proyek pembangunan

dalam jumlah yang sama. Dengan demikian, kebijakan fiskal sebenarnya

merupakan kebijakan pengelolaan keuangan negara dan terbatas pada sumber-

sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran negara yang tercantum dalam APBN.

Kebijakan ini mencakup besarnya target penerimaan pajak langsung dan

tidak langsung, target penerimaan bukan pajak termasuk dividen yang berasal dari

BUMN serta besarnya rencana penerimaan dari luar negeri, baik dari pinjaman

maupun dari hibah. Pada sisi pengeluaran pada dasarnya dibagi dalam dua

kelompok besar, yaitu untuk pengeluaran yang bersifat rutin, misalnya untuk

pembayaran gaji dan belanja barang, serta pengeluaran yang bersifat

pembangunan yang bersumber dari pinjaman dan hibah luar negeri serta tabungan

pemerintah (public saving). Tabungan pemerintah berasal dari penerimaan dalam

negeri dikurangi pengeluaran rutin sebagaimana tercantum dalam APBN setiap

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
17

tahun yang menggunakan prinsip anggaran berimbang atau balanced budget yang

diterapkan sebelum masa reformasi.

Pada dasarnya kebijakan fiskal yang diterapkan selama tahun fiskal 1993-

1998 tetap melanjutkan kebijakan fiskal yang dijalankan sebelumnya, yaitu suatu

kebijakan fiskal yang hati-hati (prudent). Implikasinya adalah pada setiap tahun

anggaran harus diupayakan adanya surplus anggaran. Selain itu, kebijakan fiskal

tidak boleh menjadi alat pemicu terjadinya inflasi yang tidak terkendali. Demikian

pula, kebijakan fiskal yang diterapkan harus dapat berfungsi sebagai instrumen

untuk penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang berkesinambungan

(sustainable). Jadi sampai batas-batas tertentu kebijakan fiskal juga berfungsi

sebagai alat stimulus ekonomi, meskipun perkembangan sektor riil dan

pertumbuhan PDB yang rata-rata mencapai 7% setiap tahun, terutama diandalkan

dari pertumbuhan investasi baik domestik maupun dari luar negeri.

Pengaruh Globalisasi Terhadap Perekonomian Indonesia Sistem

perekonomian terbuka yang dianut oleh Indonesia, menyebabkan prekonomian

Indonesia tidak dapat menghindar dari setiap perkembangan perekonomian dunia,

dan membawa konsekuensi adanya keterkaitan yang erat, baik melalui arus

barang, jasa maupun arus modal.

Krisis ekonomi yang melanda kawasan Asia, juga sangat berpengaruh pada

kondisi perekonomian Indonesia. Berbagai kajian dan studi empiris yang

dikeluarkan oleh berbagai lembaga termasuk dari lembaga-lembaga seperti IMF,

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
18

Bank Dunia dan ADB, tidak satupun yang menyimpulkan bahwa krisis yang

dialami oleh negara-negara di Asia Tenggara yang dimulai pertengahan 1997 di

Thailand kemudian merebak ke negara-negara lain, termasuk Indonesia bersumber

dari kebijakan fiskal yang salah.

Berbagai indikator fundamental ekonomi pada masa itu, yang merata di

negara-negara Asia Tenggara menunjukkan bahwa keadaan fundamental

ekonomi, pada dasarnya masih dapat dikategorikan dalam keadaan sehat atau

terkendali (manageable), meskipun terdapat indikator yang agak merisaukan yaitu

membesarnya defisit transaksi berjalan pada neraca pembayaran. Gejala

meningkatnya defisit transaksi berjalan secara nyata dan relatif tingginya inflasi

yang dialami perekonomian Indonesia menunjukan perekonomian Indonesia

masih mengalami pemanasan atau overheating.

Pemanasan ekonomi bersumber dari naiknya permintaan agregat secara

kurang proposional dengan penawaran agregat, oleh karena itu pengendalian

pemanasan ekonomi dilakukan dengan pengendalian permintaan agregat. Dalam

jangka pendek permintaan agregat dapat naik dengan cepat sedangkan penawaran

agregat relatif tetap karena menyangkut kapasitas produksi.

Permintaan agregat yang naik sebagian dipenuhi dengan barang domestik

dan sebagian lagi dengan barang impor, yang dapat memperburuk defisit transaksi

berjalan. Unsur permintaan agregat bersumber dari permintaan masyarakat dan

pemerintah. Secara garis besar konsumsi masyarakat dapat dikendalikan dengan

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
19

kebijakan moneter sedangkan belanja pemerintah dapat dikendalikan dengan

kebijakan fiskal terutama yang menyangkut pengeluaran negara.

Kebijakan moneter sebagai salah satu kebijakan ekonomi berperan penting

dalam suatu perekonomian. Peranan tersebut tercermin pada kemampuannya

mempengaruhi stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan

kerja, dan keseimbangan neraca pembayaran. Oleh karena itu, seringkali hal-hal

ini menjadi sasaran akhir dari kebijakan moneter.

Secara ideal, semua sasaran akhir tersebut di atas dapat dicapai secara

bersamaan. Namun seringkali pencapaian sasaran-sasaran akhir tersebut

mengandung unsur-unsur yang kontradiktif (Ascarya, 2002). Misalnya, usaha

untuk mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan

kerja pada umumnya dapat berdampak negatif terhadap kestabilan harga dan

keseimbangan neraca pembayaran. Sementara itu, dalam jangka panjang

kebijakan moneter bersifat netral dan hanya dapat mempengaruhi harga. Oleh

karena itu dalam undang-undang bank sentral ada kecenderungan bahwa sasaran

akhir dari kebijakan moneter adalah stabilisasi harga

Kebijakan moneter yang terutama dilakukan dengan pengendalian jumlah

uang beredar yang bertujuan mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap

mengendalikan inflasi, serta pengendalian kestabilan neraca pembayaran.

Pertumbuhan jumlah uang yang beredar yang terlalu rendah walaupun akan

menurunkan inflasi dan defisit transaksi berjalan secara signifikan, akan tetapi hal

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
20

ini dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang agak rendah. Sebaliknya,

pertumbuhan jumlah uang beredar yang terlalu tinggi dapat mendorong

perekonomian tinggi, tetapi akan menghasilkan inflasi dan defisit transasksi

berjalan yang juga meningkat. Dalam kaitan ini dalam tahun anggaran 1996/1997,

dengan pertumbuhan ekonomi 7,98 persen, pertumbuhan jumlah uang beredar

(M1) dan likuiditas perekonomian (M2) dapat dikendalikan masing-masing

tingkat 19,6 persen dan 26,7 persen.

Selain kebijakan moneter, pemerintah mengendalikan perekonomian

nasional melalui kebijakan fiskal. Kebijakan belanja rutin didasarkan atas prinsip

efesiensi tanpa mengurangi kualitas pelayanan kepada masyarakat, sedangkan

kebijakan belanja pembangunan didasarkan atas prinsip lebih mengutamakan

belanja pembangunan untuk sektor-setor strategis dan mempunyai dampak

pengganda yang besar bagi perekonomian nasional. Dalam kaitan ini dalam tahun

anggaran 1996/1997, pertumbuhan belanja rutin telah diupayakan menurun dari

19,2 persen dalam tahun anggaran sebelumnya menjadi 17,2 persen atau dari

Rp16.568,00 miliar, sedangkan pertumbuhan belanja pembangunan naik dari 6,2

persen dalam tahun anggaran sebelumnya menjadi 16,2 persen atau menjadi Rp

33.454,35 miliar.

Sementara itu, berbagai kebijakan deregulasi di sektor riil terus dilakukan.

Beberapa kebijakan penting tersebut antara lain adalah Paket deregulasi 27 Juni

1994, Paket Deregulasi 23 Mei 1995, Paket Deregulasi 26 Januari 1996, Paket

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
21

Deregulasi 4 Juni 1994, serta Paket Deregulasi Juli 1997. Paket-paket deregulasi

ini, antara lain berisi penurunan tarif, penyederhanaan prosedur, penanaman

modal, dan kebijaksanaan perkreditan. Salah satu tujuan dari keseluruhan paket

tersebut adalah untuk memperlancar distribusi dan penyediaan berbagai barang

dan jasa kebutuhan rakyat serta untuk meningkatkan daya saing ekonomi

Indonesia dalam menghadapi persaingan global (Muhammad, 2007).

2.4. Jumlah Uang Beredar

Dalam perkembangan sejarah peradaban manusia, peranan uang dirasakan

sangat penting. Hampir tidak ada satupun kehidupan ekonomi manusia yang tidak

berhubungan dengan uang. Pengalaman menunjukkan bahwa jumlah uang beredar

diluar kendali dapat menimbulkan konsekwensi atau pengaruh buruk terhadap

perkembangan variabel-variabel ekonomi utama, yaitu tingkat produksi dan

tingkat harga.

Pada awalnya, yang digolongkan dalam definisi uang hanyalah uang kartal

(yang terdiri dari uang koin dan kertas) yang beredar di masyarakat. Kemudian

dengan berkembangnya peranan bank, yang termasuk sebagai uang adalah uang

kartal dan uang giral (demand deposit). Pekembangan jenis-jenis uang ini

mengikuti perkembangan kebutuhan sarana pembayaran dan transaksi dalam

perekonomian. Pada dasarnya, penggolongan berbagai jenis uang ini berdasarkan

pada sifat likuid tidaknya jenis uang tersebut. Uang tergolong dalam aktiva yang

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
22

memiliki sifat likuid yang sangat tinggi. Jenis uang yang tidak dapat dipakai

sebagai alat tukar/transaksi secara seketika disebut sebagai dana terbatas.

Di Amerika Serikat, terdapat empat agregat moneter utama, yaitu: uang

kartal, M1, M2, M3 dan L (Dornbusch, Fischer dan Startz, 2004).

a. M1 terdiri dari aset-aset yang digunakan secara langsung, instan dan tanpa

hambatan dalam melakukan pembayaran. Aset ini bersifat likuid. M1

berhubungan dengan kebanyakan definisi tradisional mengenai uang

sebagai alat pembayaran.

b. M2, terdiri dari M1 ditambah aset yang tidak likuid secara instan,

penarikan deposito berjangka misalnya memerlukan pemberitahuan kepada

institusi penyimpanan; dana mutual pasar uang menentukan nilai minimum

yang dapat diambil.

c. M3, terdiri dari M2 ditambah item yang tidak pernah dilihat kebanyakan

orang, yang disebut large negotiable deposits dan repurchase agreements.

Sebagian dimiliki perusahaan, tetapi sebagian juga dimiliki individu.

d. L, terdiri dari M3 ditambah beberapa aset likuid yang bersubstitusi dekat

dengan uang, namun bukan uang itu sendiri.

Dalam melaksanakan kewajibannya, otoritas moneter memiliki kewajiban

sistem moneter yang terdiri atas mengeluarkan uang kartal (Currency), yakni uang

kertas dan uang logam yang diedarkan oleh Bank Indonesia, ditambah dengan

uang giral (demand deposit) yaitu sipanan giro masyarakat, pengertian tersebut

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
23

disebut juga dengan uang beredar dalam arti sempit (M1). Kewajiban yang

meliputi M1 plus uang kuasi (quasy money) yang terdiri dari deposito berjangka

dan tabungan yang dimiliki oleh sektor swasta domestik pada bank-bank umum

disebut uang beredar dalam arti luas (M2 ) atau likuiditas perekonomian (Pratomo,

2003)

Peningkatan uang beredar yang berlebihan dapat mendorong peningkatan

harga melebihi tingkat yang diharapkan sehingga dalam jangka penjang dapat

mengganggu pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, apabila peningkatan uang

beredar sangat rendah, maka kelesuan ekonomi akan terjadi. Menurut Suseno

(2002) apabila hal ini terus menerus terjadi, kemakmuran masyarakat secara

keseluruhan pada gilirannya akan mengalami penurunan. Kondisi tersebut antara

lain melatar belakangi upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas

moneter suatu negara dalam mengendalikan jumlah uang beredar.

Dalam literatur dikenal dua jenis kebijakan moneter, yaitu kebijakan

moneter ekspansif dan kebijakan moneter kontraktif. Kebijakan moneter ekspansif

adalah kebijakan moneter yang ditujukan untuk mendorong kegiatan ekonomi,

yang antara lain dilakukan melalui peningkatan uang beredar. Sebaliknya,

kebijakan moneter kontraktif adalah kebijakan moneter yang ditujukan untuk

memperlambat kegiatan ekonomi, yang antara lain dilakukan melalui penurunan

uang beredar.

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
24

Untuk menjaga kestabilan nilai mata uang, Bank sentral sebagai pemegang

otoritas moneter diberikan beberapa wewenang dalam melakukan tugasnya.

Pertama adalah tugas dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter

untuk mengendalikan uang beredar dan suku bunga dalam perekonomian agar

dapat mendukung pencapaian tujuan kestabilan nilai uang. Pengendalian ini tidak

boleh dilakukan secara ketat dan berlebihan karena akan mempersulit dan

menyebabkan aktivitas ekonomi menjadi terkendala dan lesu. Sebaliknya,

pengendalian uang beredar dan suku bunga tidak boleh terlalu longgar karena

akan menyebabkan tidak terpeliharanya kestabilan nilai uang yang akan

mendorong merosotnya kepercayaan masyarakat dan mempersulit perencanaan

bisnis para pengusaha. Hasil analisa dan pemantauan yang dilakukan oleh bank

sentral kemudian akan digunakan dalam melaksanakan kebijakan moneternya,

melalui pengendalian jumlah uang beredar dan suku bunga.

Pengendalian terhadap jumlah uang beredar akan berdampak terhadap

pertumbuhan ekonomi suatu negara. Menurut Samuelson dan Nordhaus (2003),

pengurangan jumlah uang beredar akan cenderung meningkatkan tingkat suku

bunga dan memperketat syarat-syarat kredit. Dengan suku bunga yang lebih

tinggi dan kekayaan yang lebih rendah, maka pengeluaran yang sensitif terhadap

suku bunga, khususnya investasi, akan cenderung turun. Pada akhirnya, tekanan

uang ketat, dengan pengurangan permintaan agregat, akan menurunkan

pendapatan, output dan kesempatan kerja. Hal ini sesuai dengan pendapat

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
25

Dornbusch, Fischer dan Startz (2004), bahwa permintaan keseimbangan uang riil

berespon negatif terhadap tingkat suku bunga. Kenaikan suku bunga akan

menurunkan permintaan uang.

Menurut Mankiw (2003), jumlah uang beredar tergantung pada basis

moneter, rasio deposito-cadangan, dan rasio deposito-uang kartal. Kenaikan basis

moneter menyebabkan kenaikan yang proporsional jumlah uang beredar.

Penurunan rasio deposito-cadangan atau rasio deposito-uang kartal meningkatkan

pengganda uang dan jumlah uang beredar.

2.5. Pajak

Pajak merupakan pungutan yang dilakukan pemerintah terhadap wajib

pajak tertentu berdasarkan undang-undang yang ada tanpa harus memberikan

imbalan langsung. Lembaga Pemerintah yang mengelola perpajakan negara di

Indonesia adalah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang merupakan salah satu

direktorat jenderal di bawah naungan Departemen Keuangan Republik Indonesia.

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak

merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran

termasuk pengeluaran pembangunan.

Menurut Ana (2003), persoalan dari beberapa negara, termasuk Pilipina,

adalah bahkan pada saat pertumbuhan, pungutan pajak berada di bawah prestasi.

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
26

Dimana ketika terjadi pemulihan atau pertumbuhan ekonomi, pungutan pajak

sebagai proporsi GNP tetap suram. Hal ini menantang teori konvensional bahwa

hasil pungutan pajak meningkat pada saat pertumbuhan. Pertumbuhan bukan

merupakan satu-satunya faktor penentu dari penerimaan pajak. Variabel lain yang

penting termasuk efisiensi administrasi pajak, luasnya dan tingkat usaha

menghindari pajak, kepercayaan pada pemerintahan, dan kualitas pertumbuhan itu

sendiri. Sedangkan di Korea Selatan, dalam hal perekonomian dengan tingkat

pertumbuhan tinggi di mana tabungan nasional bersama-sama dengan pungutan

pajak secara relatif adalah tinggi.

Menurut Purnama (2006), pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan

meningkatkan penerimaan pemerintah dari pajak dan menambah lapangan kerja.

Pertumbuhan industri di sektor riil akan meningkatkan penerimaan pemerintah

dari pajak (PPn dan PPh) serta memberikan lapangan kerja dan perolehan/

penghematan devisa.

Menurut Djohanputro (2006), terdapat hubungan antara inflasi dengan

beban pajak riil. Semakin tinggi inflasi, maka semakin tinggi beban pajak secara

riil. Inflasi menyebabkan nilai riil menurun, namun pemotongan pajak tetap

berdasarkan persentase, sehingga dengan peningkatan inflasi, beban pajak riil

justru meningkat. Meningkatnya beban pajak riil sedangkan nilai riil uang

semakin menurun cenderung akan meningkatkan tunggakan pajak.

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
27

Menurut Samuelson dan Nordhaus (2003) pajak cenderung menurunkan

permintaan agregat dan GNP. Kenaikan pajak akan berarti bahwa kita memiliki

pendapatan disposable yang lebih rendah; dan pendapatan disposable yang lebih

rendah berarti kita harus mengurangi pengeluaran konsumsi. Jika pengeluaran

investasi dan pemerintah tetap pada jumlah yang sama, maka pengurangan jumlah

konsumsi berikutnya akan menurun dan akan menurunkan kesempatan kerja.

Dengan demikian, dalam model pengganda pajak yang lebih tinggi tanpa

peningkatan pengeluaran pemerintah, akan cenderung untuk mengurangi GNP riil.

Sehingga dengan model pengganda pajak akan sangat mudah dilihat bahwa pajak

akan menurunkan output.

2.6. Pengeluaran Pemerintah dengan Pembangunan Ekonomi

Menurut Sukirno (2000) pengeluaran pemerintah dapat dipandang sebagai

perbelanjaan otonomi karena pendapatan nasional bukanlah merupakan faktor

penting yang akan mempengaruhi keputusan pemerintah untuk menentukan

anggaran belanja. Pada dasarnya ada tiga faktor penting yang akan menentukan

pengeluaran pemerintah pada suatu tahun tertentu, yaitu (1) pajak yang

diharapkan akan diterima, (2) pertimbangan-pertimbangan politik, dan (3)

persoalan-persoalan ekonomi yang dihadapi.

Menurut Samuelson dan Nordhaus (2004), pemerintah harus mengelola

pendapatan untuk membiayai barang-barang publiknya dan untuk program-

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
28

program redistribusi pendapatannya. Pendapatan seperti itu berasal dari pajak-

pajak yang dikenakan atas pendapatan pribadi dan pendapatan perusahaan, atas

upah, atas penjualan barang-barang konsumen, dan atas hal-hal lain. Seluruh

tingkatan pemerintahan mengumpulkan pajak-pajak untuk membiayai

pengeluarannya.

Sementara Wijaya (2000) mengatakan bahwa pengeluaran pemerintah

mempunyai efek pengganda (multiplier effect) dan merangsang kenaikan

pendapatan nasional yang lebih besar daripada pembayaran dalam jumlah yang

sama. Pengeluaran pemerintah akan menaikkan pendapatan serta produksi secara

berganda sepanjang perekonomian belum mencapai tingkat kesempatan kerja

penuh (full employment) karena ia menaikkan permintaan aggregatif didasarkan

pada anggapan bahwa pengeluaran pemerintah tidaklah pada proyek-proyek yang

menghalangi atau menggantikan investasi sektor swasta.

Teori mengenai perkembangan persentase pengeluaran pemerintah yang

semakin besar terhadap GNP juga dijelaskan oleh hukum Wagner, dimana

dinyatakan dalam suatu perekonomian apabila pendapatan per kapita meningkat,

secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat (Mangkoesoebroto,

2000).

Pengeluaran pemerintah merupakan komponen dari permintaan agregat

dalam pasar barang, sebagaimana ditunjukkan dengan persamaan berikut

(Mankiw, 2003):

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
29

Y = C (Y T) + I (r*) + G + NX(e)

Persamaan ini menyatakan bahwa permintaan agregat Y adalah jumlah konsumsi

C, investasi I, belanja pemerintah G, dan ekspor neto NX. Konsumsi bergantung

secara positif pada disposable income Y T. Investasi berhubungan secara negatif

dengan tingkat bunga, yang sama dengan tingkat bunga dunia r*. Ekspor neto

berhubungan secara negatif dengan kurs e.

2.7. Penelitian Sebelumnya

Arni (1999), melakukan studi analisa dampak kebijakan fiskal terhadap

keseimbangan internal ekonomi makro Indonesia. Dari hasil analisa disimpulkan

bahwa, kebijakan peningkatan pajak pendapatan memberikan dampak yang positif

terhadap pertumbuhan GDP tetapi menurunkan penyerapan tenaga kerja.

Berdasarkan hasil analisa ada beberapa hal yang dapat direkomendasikan, yaitu:

kebijakan meningkatkan pengeluaran pemerintah dan pajak pendapatan sangat

berarti dalam perbaikan ekonomi Indonesia.

Menurut hasil studi Aschauer (2000), beban pajak sehubungan dengan

pengakumulasian modal publik dapat memberikan dampak negatif terhadap

pertumbuhan ekonomi. Pengaruh negatif tersebut misalnya melalui pajak yang

secara berlebihan dibebankan kepada sektor swasta sehingga pada akhirnya akan

menurunkan laju pertumbuhan ekonomi.

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
30

Penelitian yang dilakukan Abdullah (2001) untuk mengetahui peranan

sektor publik terhadap pertumbuhan ekonomi regeional Indonesia, menurunkan

sebuah persamaan yang mana tingkat pertumbuhan PDRB dapat dipecah dalam

dikontribusi tenaga kerja, investasi swasta dan pengeluaran pembangunan serta

pengeluaran rutin, juga penerimaan dari pendapatan asli daerah, bagi hasil pajak

dan bukan pajak dalam istilah produktivitas dan sumbangannya terhadap PDRB.

Data PDRB yang digunakan adalah PDRB harga berlaku tanpa migas, tenaga

kerja dengan penduduk yang berumur 10 tahun ke atas yang bekerja selama

seminggu yang lalu menurut propinsi dan status pekerjaan utama, dan data

investasi diproksi dengan kredit yang dikeluarkan oleh Bank umum menurut

provinsi sedangkan pengeluaran pembangunan dan pengeluaran rutin serta PAD,

bagi hasil pajak dan bukan pajak dari APBD propinsi. Dengan mentransformasi

model kedalam bentuk Generalized Least Squares dan selanjutnya diestimasi

dengan OLS menghasilkan bahwa penerimaan dari PAD, bagi hasil pajak dan

bukan pajak adalah signifikan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi regional,

pengeluaran pembangunan dan pengeluaran rutin signifikan positif.

Hasil studi yang dilakukan Brata (2004) tentang komposisi penerimaan

sektor publik dan pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia, diketahui bahwa

dua komponen pendapatan penting yang berpengaruh secara positif terhadap

pertumbuhan ekonomi yaitu Pendapatan Asli Daerah dan Sumbangan dan

Bantuan. Salah satu unsur Pendapatan Asli Daerah adalah pajak. Data yang ada

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
31

secara umum memberikan indikasi adanya disparitas penerimaan Pemda Tkt I

antar propinsi. Disparitas pada komponen-komponen penerimaan tersebut juga

tampak kendati tingkat ekonominya seimbang. Adapun dari hasil estimasi

ditemukan bahwa tidak seluruh komponen penerimaan Pemda Tkt I memberikan

pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi regional yang dilihat dari PDRB

per kapita. Selain itu terdapat pula indikasi bahwa komponen penerimaan

pemerintah daerah tersebut lebih memiliki hubungan yang kuat dengan PDRB

non-migas daripada PDRB migas.

Hasil studi yang dilakukan Naury (2005) yang menganalisis jumlah uang

beredar, suku bunga dan pertumbuhan ekonomi di indonesia tahun 1970 2002,

menemukan bahwa pada uji kausalitas granger menemukan bahwa jumlah uang

beredar (M2) memiliki hubungan dengan tingkat bunga (i) dan pertumbuhan

ekonomi (PDB) memiliki hubungan dengan jumlah uang beredar (M2) secara

signifikan. Dimana, Peningkatan dari M2 akan menyebabkan peningkatan nilai

dari suku bunga dan peningkatan dari pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan

peningkatan dari jumlah uang beredar (M2).

Selanjutnya berdasarkan studi yang dilakukan Seftarita (2005) mengenai

kebijakan fiskal, kebijakan moneter dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia,

memperlihatkan bahwa terdapat hubungan kointegrasi antar variabel yang

memperlihatkan adanya hubungan jangka panjang yang stabil antara kebijakan

pemerintah dan pertumbuhan ekonomi. Dalam jangka pendek, jumlah uang

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
32

beredar dan kredit sebagai variabel moneter memiliki hubungan jangka pendek

dengan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan variabel kebijakan fiskal, meliputi

investasi pemerintah, pajak, dan utang luar negeri, tidak memiliki hubungan

jangka pendek dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini berarti bahwa dalam

jangka panjang, kebijakan moneter dan kebijakan fiskal tidak saling

bertentangan. Sedangkan pada jangka pendek, terdapat potensi konflik antara dua

kebijakan tersebut terutama dalam kaitannya dengan permintaan agregat.

Penemuan tersebut mendukung adanya pendapat bahwa pemerintah memegang

peranan penting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia.

2.8. Hipotesis

1. Pengeluaran pemerintah untuk dana rutin (GR) berpengaruh positif

terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

2. Pengeluaran pemerintah untuk pembangunan (GP) berpengaruh positif

terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

3. Jumlah uang beredar (M) berpengaruh positif terhadap pertumbuhan

ekonomi Indonesia.

4. Penerimaan pajak tahun sebelumnya (Tt-1) berpengaruh positif terhadap

pertumbuhan ekonomi Indonesia.

5. Kondisi perekonomian (Dm) berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan

ekonomi Indonesia.

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
33

2.9. Kerangka Pemikiran

Pengeluaran
Rutin(GR)

Pengeluaran
Pembangunan (GP)
Pertumbuhan
Aspek Fiskal dan Jumlah Uang Ekonomi
Moneter Beredar (M) Indonesia
(PDB)
Pajak Tahun
Sebelumnya (Tt-1)

Kondisi
Perekonomian (Dm)

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Meneter
terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan kajian tentang kebijakan pemerintah khususnya

aspek fiskal dan moneter dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi

Indonesia selama kurun waktu 1988 2007. Adapun kebijakan aspek fiskal dan

moneter yang dianalisis adalah pengeluaran pemerintah untuk dana rutin (GR),

pengeluaran pemerintah untuk pembangunan (GP), jumlah uang beredar (M2) dan

penerimaan pajak tahun sebelumnya (Tt-1) serta pengaruhnya terhadap

pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diproxy dengan PDB.

3.2. Jenis Dan Sumber Data

Adapun yang menjadi data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

dapat diperoleh dari berbagai instansi yang terkait yaitu Departemen Keuangan,

BPS dan sumber-sumber lainnya yaitu jurnal-jurnal dan hasil penelitian

Data yang dibutuhkan untuk menjadi bahan penelitian ini adalah

pengeluaran pemerintah untuk dana rutin dan pembangunan, jumlah uang beredar,

penerimaan pajak dan PDB Indonesia.

3.3. Model Analisis

Untuk mengidentifikasi pengaruh aspek fiskal dan moneter terhadap

pertumbuhan ekonomi Indonesia maka dilakukan analisis dengan menggunakan

34
Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
35

metode Ordinary Least Square (OLS). Sebagai variabel terikat (dependent

variable) dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia diproxy

dengan PDB, variabel bebasnya (independent variable) adalah pengeluaran

pemerintah untuk dana rutin (GR), pengeluaran pemerintah untuk pembangunan

(GP), jumlah uang beredar (M), dan pajak tahun sebelumnya (Tt-1), serta kondisi

perekonomian sebelum dan sesudah krisis ekonomi. Dalam penelitian ini akan

dilihat berapa besar pengaruh kebijakan ekonomi pemerintah terhadap

pertumbuhan ekonomi, dengan fungsi matematis sebagai berikut:

PE = f(GR, GP, M, Tt-1, Dm) ............................................................(3.1)

Dengan demikian spesifikasi model yang akan dijadikan sebagai model penelitian

adalah sebagai berikut:

LogPE = a0+a1Log GR + a2Log GP + a3Log M +a4Log Tt-1 + a5Dm + ....(3.2)

Dimana:

PE = pertumbuhan ekonomi Indonesia (Rp.)

GR = pengeluaran pemerintah untuk dana rutin (Rp.)

GP = pengeluaran pemerintah untuk pembangunan (Rp.)

M = jumlah uang beredar (Rp.)

Tt-1 = penerimaan pajak tahun sebelumnya (Rp.)

Dm = dummy variabel untuk kondisi perekonomian : D=0 kondisi

sebelum krisis ; D=1 kondisi setelah krisis ekonomi

a0 = intercept (konstanta)

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
36

a1,,a5 = koefisien regresi

= kesalahan pengganggu

3.4. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

Ordinary Least Square (OLS). Untuk memudahkan dalam pengolahan data maka

sebagai alat analisis yang digunakan dalam mengolah data tersebut adalah

Program Eviews versi 4.1

3.5. Uji Kesesuaian

a. R2 (coefficient determinant), untuk melihat kekuatan variabel bebas

(independent variable) menjelaskan variabel terikat (dependent variable).

b. Overall test (F-test), dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik

koefisien regresi secara serempak. Jika Fhit > Ftabel, maka H0 ditolak dan H1

diterima.

c. Partial test (t-test), dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik

koefisien regresi secara parsial. Jika thit > ttabel, maka H0 ditolak dan H1

diterima.

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
37

3.6. Definisi Operasional

Untuk memudahkan pemahaman terhadap istilah dari variabel yang

digunakan pada penelitian ini, maka berikut ini dijelaskan perihal batasan

operasional sebagai berikut:

a. Pertumbuhan ekonomi yaitu tingkat perkembangan ekonomi Indonesia

diproxy dengan PDB atas dasar harga konstan (dalam Rp.).

b. Pengeluaran pemerintah yaitu sejumlah dana yang dikeluarkan pemerintah

untuk membiayai pelayanan publik yaitu untuk pengeluaran rutin dan

pengeluaran pembangunan, diukur dalam rupiah.

c. Jumlah uang beredar adalah mata uang di tangan publik dan deposito di bank-

bank yang bisa digunakan rumah tangga untuk bertransaksi seperti rekening

koran, diukur dalam rupiah.

d. Pajak yaitu pungutan yang dilakukan pemerintah terhadap wajib pajak

tertentu berdasarkan undang-undang yang ada tanpa harus memberikan

imbalan langsung, diukur dalam rupiah.

3.7. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Penelitian ini juga mungkin tidak terlepas dengan model regresi bias yang

terjadi secara statistik yang dapat mengganggu model yang telah ditentukan.

Dalam penghitungan regresi mungkin akan dapat menyesatkan kesimpulan yang

diambil dari persamaan yang dibentuk. Untuk itu maka perlu dilakukan uji

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
38

penyimpangan asumsi klasik (Gujarati, 2004). Dalam penelitian asumsi klasik

yang diuji terdiri dari:

a. Multikolinieritas

Multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linear

diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Interpretasi dari

persamaan regresi linier secara implisit bergantung pada asumsi bahwa

variabel-variabel bebas dalam persamaan tidak saling berkorelasi. Bila

variabel-variabel bebas berkorelasi dengan sempurna, maka disebut

multikolinieritas sempurna. Multikolinieritas dapat dideteksi dengan besaran-

besaran regresi yang didapat, yaitu :

1) Variasi besar (dari taksiran OLS)

2) Interval kepercayaan lebar (karena variasi besar, maka standar error besar

sehingga interval kepercayaan lebar).

3) Uji-t tidak signifikan. Suatu variabel bebas secara substansi maupun

secara statistik jika dibuat regresi sederhana bias tidak signifikan karena

variasi besar akibat kolinieritas. Bila standar error terlalu besar, maka besar

pula kemungkinan taksiran koefisien regresi tidak signifikan.

4) R2 tinggi tetapi tidak banyak variabel yang signifikan dari t-test.

5) Terkadang nilai taksiran koefisien yang didapat akan mempunyai nilai

yang tidak sesuai dengan substansi sehingga dapat menyesatkan

interpretasi.

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
39

b. Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian

observasi yang diurutkan menurut waktu. Dalam konteks regresi, model

regresi linier klasik mengasumsikan bahwa autokorelasi seperti itu tidak

terdapat dalam disturbansi atau gangguan. Dengan menggunakan lambang

secara sederhana dapat dikatakan model klasik mengasumsikan bahwa unsur

gangguan yang berhubungan dengan observasi tidak dipengaruhi oleh unsur

disturbansi atau gangguan yang berhubungan dengan pengamatan lain yang

manapun.

Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam model penelitian ini dilakukan

uji Lagrange Multiplier (LM Test). Dengan membandingkan nilai X2 hitung

dengan X2tabel, dengan kriteria penelitian sebagai berikut :

a. Jika nilai X2hitung > X2 tabel, maka hipotesis yang dinyatakan bahwa tidak

ada autokorelasi dalam model empiris yang digunakan ditolak.

b. Jika nilai X2hitung < X2 tabel, maka hipotesis yang dinyatakan bahwa tidak

ada autokorelasi dalam model empiris yang digunakan tidak dapat ditolak.

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
40

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Burhanuddin, 2003. Strategi Kebijakan Moneter bagi Perkembangan


Ekonomi Yang Berkelanjutan, BANK INDONESIA, Jakarta.

Acarya. 2002. Instrumen-instrumen Pengendalian Moneter. Jakarta: Pusat


Pendidikan dan Studi Kebanksentralan BI.

Afdal, 2005. Analisis Kemampuan Fiskal Daerah dan Kebijakan Dalam


Menghadapi Sumber Pendapatan Daerah Tanpa DBH Minyak Bumi di
Kabupaten Kampar, Thesis. ITB Central Library, Ganesha Digital Library.

Ana, Filomeno S. Sta, 2003. Menyelidiki Kaitan Antara Liberalisasi Neraca


Modal dan Kemiskinan. http://infid.be/infidforum2001-stanna-
capital&poverty-ind.html.

Arni, Enggia. 1999. Analisa Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Keseimbangan


Internal Ekonomi Makro Indonesia. Thesis. ITB Central Library, Ganesha
Digital Library.

Aschauer, D. A, 2000. Public Capital and Economic Growth: Issues of Quantity,


Finance, and Efficiency. Economic Development and Cultural Change 48
(2): 391-406.

Brata, A. G., dan Z. Arifin, 2003. Alokasi Investasi Sektor Publik dan
Pengaruhnya Terhadap Konvergensi Ekonomi Regional di Indonesia.
Media Ekonomi 13 (20): 59-71.

Brata, Aloysius Gunadi, 2004. Komposisi Penerimaan Sektor Publik dan


Perkembangan Ekonomi Regional. Lembaga Penelitian Universitas Atma
Jaya, Yogyakarta.

Gujarati, Damodar. 2004. Ekonometrika Dasar. Erlangga, Jakarta.

Kuncoro, M., 1995. Desentralisasi Fiskal di Indonesia: Dilema Otonomi dan


Ketergantungan. Prisma 4: 3-17.

Muhammad, Marie, 2007. Kebijakan Fiskal Di Masa Krisis 1997, Economics,


Fiscal Policy.

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
41

Naury, Sanny, 2005, Analisis Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga dan
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun 1970 2002, Tesis Magister
Sains, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Samuelson, Paul A. dan Nordhaus, William D. 2004. Ilmu Makro Ekonomi. Edisi
Bahasa Indonesia. PT. Media Global Edukasi, Jakarta.

Seftarita, Chenny, 2005, Kebijakan Fiskal, Kebijakan Moneter dan Pertumbuhan


Ekonomi di Indonesia, Tesis Magister Sains, Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara, Medan.

Tambunan, Tulus. 2001a. Perekonomian Indonesia: Teori dan Temuan Empiris.


Jakarta, Ghalia Indonesia.

________. 2001b. Transformasi Ekonomi di Indonesia: Teori dan Penemuan


Empiris. Jakarta, Salemba Empat.

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
42

(Pratomo, 2003)

Suseno (2002)

Menurut Purnama (2006),

Menurut Djohanputro (2006),

Sukirno (2000)

Wijaya (2000)

(Mangkoesoebroto, 2000).

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan

yang dilaksanakan, khususnya bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut merupakan

gambaran tingkat perkembangan ekonomi terjadi. Pertumbuhan ekonomi secara rinci

dari tahun ke tahun, disajikan melalui Product Domestic Bruto (PDB) atas dasar

harga konstan menurut lapangan usaha secara berkala. Jika terjadi pertumbuhan

positip, hal ini menunjukkan adanya peningkatan perekonomian dibandingkan

dengan tahun yang lalu. Sebaliknya apabila menunjukkan negatip, hal ini

menunjukkan terjadinya penurunan perekonomian dibandingkan dengan tahun lalu.

Perkembangan PDB Indonesia sejak tahun 1988 2007 atas dasar harga

konstan tahun 2000 disajikan pada Tabel 4.1.

Selama periode 1988 2007 PDB Indonesia mengalami peningkatan rata-

rata 4,64 persen per tahun. Peningkatan PDB yang paling tinggi terjadi pada tahun

1995 (8,24 persen), dan yang paling rendah adalah pada tahun 1998 (-13,24

persen). Kondisi ini disebabkan penurunan sumbangan sektor industri,

perdagangan, hotel dan restoran sebagai efek krisis yang masih terjadi di

Indonesia.

40
Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
41

Tabel 4.1. Perkembangan PDB Indonesia atas Dasar Harga


Konstan, Tahun 1988 2007

Tahun PDB (Milyar Rp.) Peningkatan (%)


1988 819.960,60 -
1989 882.393,80 7,61
1990 948.213,50 7,46
1991 1.014.760,50 7,02
1992 1.083.350,60 6,76
1993 1.156.505,30 6,75
1994 1.244.467,60 7,61
1995 1.347.040,90 8,24
1996 1.451.727,90 7,77
1997 1.518.293,60 4,59
1998 1.317.245,10 -13,24
1999 1.325.352,10 0,62
2000 1.389.770,20 4,86
2001 1.443.014,60 3,83
2002 1.504.380,60 4,25
2003 1.572.159,30 4,51
2004 1.656.757,54 5,38
2005 1.750.656,10 5,67
2006 1.846.654,90 5,48
2007 1.901.147,50 2,95
Rata-rata 4,64
Sumber : Badan Pusat Statistik Pusat, 2007.

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
42

2.000.000,00

1.800.000,00

1.600.000,00

1.400.000,00
PDB (Milyar Rp.)

1.200.000,00

1.000.000,00

800.000,00

600.000,00

400.000,00

200.000,00

0,00
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Tahun

Gambar 4.1. Perkembangan PDB Indonesia, Tahun 1988 2007

Pada tahun 2007, perkembangan ekonomi Indonesia mengalami kenaikan

sebesar 2,95 persen, angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2006

yang lalu. Pada tahun 2007 keadaan ekonomi Indonesia, pada umumnya, mengalami

penurunan akibat kenaikan harga BBM. Akibat kenaikan harga BBM tersebut banyak

sektor riil yang mengalami penurunan.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 1988 2007 menunjukkan

peningkatan setiap tahun, kecuali tahun 1998 sebagai akibat dari krisis ekonomi

yang terjadi mulai tahun 1997. Hingga saat terjadinya krisis ekonomi (hingga

tahun 1997), dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
43

secara fluktuatif, dimana peningkatan yang terbesar terjadi pada tahun 1995

sebesar 8,24 %, dan yang paling rendah pada tahun 1997 sebesar 4,59 %. Selama

periode tahun 1988 1997 fluktuasi peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia

tergolong rendah, (diilustrasikan sebesar 8,24 4,59 % = 3,65 %). Sebagai

dampak krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997, maka pertumbuhan

ekonomi Indonesia pada tahun 1998 mengalami penurunan sebesar 13,24 %.

Selanjutnya setelah krisis ekonomi pada periode 1999 2007, pertumbuhan

ekonomi Indonesia cukup stabil, dengan pertumbuhan antara 0,62 5,67 %, yang

berarti fluktuasinya cukup rendah, yaitu 5,67 0,62 = 5,05 %), yang berarti cukup

stabil. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi Indonesia, dilihat dari stabilnya

pertumbuhan ekonomi tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih stabil pada

kondisi sebelum krisis ekonomi dibandingkan setelah krisis ekonomi karena salah

satu indikator baiknya pertumbuhan ekonomi adalah stabilitas pertumbuhan

ekonomi tersebut, bukan besarnya laju pertumbuhan ekonomi dimaksud.

Secara sektoral, seluruh sektor ekonomi akan mencatat pertumbuhan

ekonomi. Sektor industri pengolahan diperkirakan memberikan kontribusi terbesar

terhadap pertumbuhan ekonomi. Sektor lainnya yang memberikan sumbangan

besar adalah perdagangan, hotel dan restoran dan sektor pengangkutan dan

komunikasi. Peningkatan kegiatan di sektor industri pengolahan ini mengikuti

faktor musimannya yang meningkat pesat dalam rangka mengantisipasi

meningkatnya permintaan. Sejalan dengan peningkatan di sektor industri tersebut,

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
44

kegiatan di sektor perdagangan dan sektor pengangkutan yang merupakan mata

rantai dari proses produksi-distribusi konsumen akhir diperkirakan juga akan

mencatat pertumbuhan yang tinggi (Bank Indonesia, 2003). Peningkatan

kontribusi industri pengolahan menunjukkan bahwa industri pengolahan

menunjukkan peningkatan, dimana dengan peningkatan aktivitas tersebut,

kebutuhan modal kerja akan semakin meningkat.

4.2. Kebijakan Fiskal dan Moneter

Kebijakan fiskal dan moneter dalam penelitian ini meliputi pengeluaran

pemerintah (rutin & pembangunan), jumlah uang beredar dan penerimaan pajak.

4.2.1. Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah terdiri dari dua jenis, yaitu rutin dan

pembangunan. Pelaksanaan pembangunan oleh pemerintah bertujuan untuk

meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana yang sangat

mendukung untuk pertumbuhan perekonomian di berbagai daerah di Indonesia.

Dana yang dibutuhkan pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan tersebut

merupakan bagian anggaran belanja negara yang dialokasikan pemerintah kepada

daerah-daerah setiap tahun anggaran.

Pengeluaran pemerintah menunjukkan peningkatan hampir setiap tahun

kecuali tahun 1998 s/d tahun 2000 yang menunjukkan penurunan sebagaimana

disajikan pada tabel berikut.

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
45

Tabel 4.2. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Tahun 1988 2007

Tahun Pengeluaran Rutin Peningkatan Pengeluaran Pemb. Peningkatan


(Milyar Rp.) (%) (Milyar Rp.) (%)
1988 20.066,00 - 8.898,00 -
1989 26.973,00 34,42 13.130,00 47,56
1990 31.919,00 18,34 16.225,00 23,57
1991 44.023,00 37,92 19.068,00 17,52
1992 57.376,00 30,33 22.912,00 20,16
1993 64.792,00 12,93 27.227,00 18,83
1994 67.831,00 4,69 31.398,00 15,32
1995 81.219,00 19,74 41.084,00 30,85
1996 113.998,00 40,36 63.503,00 54,57
1997 179.463,00 57,43 88.928,00 40,04
1998 104.343,00 -41,86 76.283,00 -14,22
1999 91.634,00 -12,18 68.448,00 -10,27
2000 157.311,00 71,67 59.719,00 -12,75
2001 160.092,00 1,77 125.664,00 110,43
2002 168.741,00 5,40 145.268,00 15,60
2003 182.584,00 8,20 162.008,00 11,52
2004 230.438,00 26,21 218.913,00 35,12
2005 327.817,00 42,26 279.952,00 27,88
2006 454.157,00 38,54 336.511,00 20,20
2007 558.443,00 22,96 381.128,00 13,26
Rata-rata 22,06 24,48
Sumber : Badan Pusat Statistik Pusat, 2007.

Hingga tahun 1997 pengeluaran pemerintah menunjukkan peningkatan

setiap tahun dengan fluktuasi yang cukup tinggi, antara 4,69 % - 57,43 % untuk

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
46

pengeluaran rutin dan 15,32 % - 54,57 % untuk pengeluaran pembangunan.

Namun sebagai akibat terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997, kemampuan

keuangan pemerintah sangat rendah sehingga pengeluaran pemerintah menurun

tahun 1998 s/d 1999 untuk pengeluaran rutin dan tahun 1998 s/d 2000 untuk

pengeluaran pembangunan. Namun sejak tahun 2000 pengeluaran rutin mulai

meningkat, sedangkan pengeluaran pemerintah untuk pembangunan mulai

mengalami peningkatan kembali sejak tahun 2001.

600.000,00

500.000,00
Pengeluaran Pemerintah (Milyar Rp)

400.000,00

300.000,00

200.000,00

100.000,00

0,00
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007

Tahun

GR GP

Gambar 4.2. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah, Tahun 1988 2007

Upaya perbaikan ekonomi untuk segera keluar dari krisis terus dilakukan

oleh pemerintah, hingga pada tahun 2001 pengeluaran pemerintah untuk

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
47

pembangunan meningkat cukup signifikan, yaitu 110,43 % dari kondisi tahun

2000. Namun demikian, besarnya jumlah dana yang dikeluarkan pemerintah ini

juga sebagai akibat menurunnya nilai tukar mata uang rupiah terhadap US$.

Seiring dengan upaya perbaikan perekonomian dan pengurangan subsidi BBM

oleh pemerintah, maka setiap tahun sejak tahun 2001 pengeluaran pemerintah

untuk pembangunan menunjukkan peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2007,

pengeluaran pemerintah untuk pembangunan meningkat sebesar 13,26 %

dibandingkan dengan kondisi tahun 2006, sedangkan pengeluaran rutin meningkat

sebesar 22,96 % dari kondisi tahun 2006.

4.2.2. Jumlah Uang Beredar

Jumlah uang beredar menunjukkan peningkatan setiap tahun sebagaimana

disajikan pada Tabel 4.3. Jumlah uang beredar pada tahun 1988 sebesar Rp.

51.135 milyar kemudian terus meningkat setiap tahun hingga tahun 1997 pada

saat terjadinya krisis ekonomi di Indonesia menjadi sebesar Rp. 355.642,86

milyar. Peningkatan jumlah uang beredar pada periode sebelum krisis mulai tahun

1988 s/d 1996 antara 17,05 % - 39,51 %. Kemudian pada periode setelah krisis

ekonomi, yaitu tahun 1998 s/d 2007 terjadi peningkatan jumlah uang beredar yang

cukup fluktuatif, antara 4,72 % - 62,35 %. Fluktuasi peningkatan jumlah uang

beredar tersebut selama periode setelah krisis terjadi setiap tahun, walaupun

jumlah uang beredar tetap meningkat setiap tahun.

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
48

Tabel 4.3. Perkembangan Jumlah Uang Beredar, Tahun 1988 2007

Tahun Jumlah Uang Beredar Peningkatan (%)


(Milyar Rp.)
1988 51.135,00 -
1989 71.338,00 39,51
1990 84.630,00 18,63
1991 99.058,00 17,05
1992 119.053,00 20,19
1993 145.202,00 21,96
1994 174.512,00 20,19
1995 222.638,00 27,58
1996 288.632,00 29,64
1997 355.642,86 23,22
1998 577.381,33 62,35
1999 646.205,00 11,92
2000 747.028,00 15,60
2001 844.053,00 12,99
2002 883.908,00 4,72
2003 955.692,00 8,12
2004 1.033.527,00 8,14
2005 1.203.215,00 16,42
2006 1.382.074,00 14,87
2007 1.643.203,00 18,89
Rata-rata 20,63
Sumber : Badan Pusat Statistik Pusat, 2007.

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
49

1.800.000,00

1.600.000,00
Jumlah Uang Beredar (Milyar Rp.)

1.400.000,00

1.200.000,00

1.000.000,00

800.000,00

600.000,00

400.000,00

200.000,00

0,00
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Tahun

Gambar 4.3. Perkembangan Jumlah Uang Beredar, Tahun 1988 2007

4.2.3. Penerimaan Pajak

Pelaksanaan pembangunan oleh pemerintah hanya dapat berlangsung jika

dana cukup tersedia. Salah satu sumber dana pemerintah yang cukup besar hingga

saat ini bersumber dari penerimaan pajak. Penerimaan pemerintah dari sumber

pajak menunjukkan peningkatan setiap tahun sebagaimana disajikan pada tabel

berikut.

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
50

Tabel 4.4. Perkembangan Penerimaan Pajak Tahun 1988 2007

Tahun Pajak (Milyar Rp.) Peningkatan (%)


1988 11.688,00 -
1989 14.909,00 27,56
1990 18.241,00 22,35
1991 22.548,00 23,61
1992 28.850,00 27,95
1993 33.848,00 17,32
1994 40.074,00 18,39
1995 45.023,00 12,35
1996 55.987,00 24,35
1997 64.715,00 15,59
1998 72.931,00 12,70
1999 94.740,00 29,90
2000 101.437,00 7,07
2001 179.892,00 77,34
2002 219.627,00 22,09
2003 254.140,00 15,71
2004 272.175,00 7,10
2005 297.844,00 9,43
2006 416.313,00 39,78
2007 509.462,00 22,37
Rata-rata 22,79
Sumber : Badan Pusat Statistik Pusat, 2007.

Hingga tahun 1999 penerimaan pajak menunjukkan peningkatan yang

cukup besar antara 12,70 % - 29,90 %. Selanjutnya sejak tahun 2000 hingga tahun

2007 penerimaan pajak sangat fluktuatif, yaitu antara 7,07 % - 77,34 %. Pada

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
51

tahun 2001 peningkatan penerimaan pajak sebesar 77,34 % sebagai akibat

kebijakan pemerintah untuk menaikkan tarif pajak, termasuk pajak bumi dan

bangunan, pajak kenderaan bermotor dan pajak lainnya.

600.000,00

500.000,00
Pajak (Milyar Rp.)

400.000,00

300.000,00

200.000,00

100.000,00

0,00
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Tahun

Gambar 4.4. Perkembangan Penerimaan Pajak, Tahun 1988 2007

4.3. Analisis Estimasi

4.3.1. Uji Kesesuaian (Goodness of Fit)

Untuk pengujian hipotesa yang dirumuskan dalam penelitian ini, maka

dilakukan estimasi dengan model Ordinary Least Square (OLS) untuk data

time series 20 tahun dengan menggunakan Program EViews 4.1. Analisis

regresi terhadap model estimasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
52

dengan menggunakan data yang disajikan pada Lampiran 2, sedangkan hasil

analisis regresi (print out) disajikan pada Lampiran 3.

Tabel 4.5. Hasil Estimasi Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

LogPE = 10,331 + 0,006 LogGR + 0,021 LogGP + 0,260 LogM + 0,050 LogT(t-1) - 0,138 DM
Std.Er. : (0,029) (0,027) (0,032) (0,024) (0,014)
t-stat : (0,829)ns (0,810)ns (8,128)*** (2,052)* (-9,554)***

R2 : 0,9954 F-stat : 562,652***


Prob : 0,000

Sumber : Lampiran 3.
Ket. : ns = non signifikan
* = signifikan pada 10 %.
*** = signifikan pada 1 %.

Dari masing-masing variabel dependent (variabel terikat) dan variabel

independent (variabel bebas) yang disertakan dalam model estimasi pada

Tabel 4.5 di atas, diperoleh koefisien determinasi (R) sebesar 0,9954 berarti

secara keseluruhan variabel pengeluaran pemerintah untuk dana rutin,

pengeluaran pemerintah untuk pembangunan, jumlah uang beredar,

penerimaan pajak tahun sebelumnya serta kondisi perekonomian Indonesia

sebelum dan sesudah krisis ekonomi mampu menjelaskan variasi pertumbuhan

ekonomi Indonesia sebesar 99,54 persen selama kurun waktu yang diteliti.

Sedangkan sisanya sebesar 0,46 persen, dijelaskan oleh variabel lain yang

tidak dimasukkan dalam model estimasi.

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
53

Bila dilihat secara bersama-sama (serentak) dari masing-masing variabel

bebasnya berarti pengeluaran pemerintah untuk dana rutin, pengeluaran

pemerintah untuk pembangunan, jumlah uang beredar, penerimaan pajak

mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi

Indonesia pada tingkat keyakinan 99 persen. Hal ini dapat dilihat dari nilai F-

statistik sebesar 562,652 > F-tabel (5:14) sebesar 4,69 pada 1 %.

Berdasarkan uji t-statistik (uji secara parsial), dapat diketahui bahwa

variabel jumlah uang beredar, penerimaan pajak tahun sebelumnya dan

dummy variabel kondisi perekonomian berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi Indonesia, sedangkan pengeluaran pemerintah untuk

dan rutin dan pengeluaran pemerintah untuk pembangunan tidak berpengaruh

signifikan. Berikut ini hasil uji t dari masing-masing variabel bebas.

a. Pengeluaran Pemerintah untuk Dana Rutin

Hasil estimasi menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah untuk dana

rutin berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal

ini berarti bahwa semakin meningkat pengeluaran pemerintah untuk dana

rutin, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin meningkat.

Koefisien regresi pengeluaran pemerintah untuk dana rutin sebesar 0,006

berarti bahwa setiap peningkatan pengeluaran pemerintah untuk dana rutin

sebesar 1 persen, maka menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia

meningkat 0,006 persen, ceteris paribus. Dilihat dari nilai koefisien

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
54

regresi yang lebih kecil dari satu, pengeluaran pemerintah untuk dana rutin

bersifat inelastis terhadap perkembangan ekonomi. Dari hasil pengujian

terhadap nilai t-statistik diperoleh nilai 0,22 yang lebih kecil dibandingkan t-

tabel ( 10 % = 1,761). Hal ini berarti bahwa variabel pengeluaran

pemerintah untuk dana rutin tidak berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Alokasi penggunaan pengeluaran rutin oleh pemerintah pada umumnya

adalah untuk membayar gaji/honor pegawai dan biaya-biaya rutin lainnya

yang tidak berhubungan secara dengan kegiatan perekonomian. Oleh

karena itu pengaruh tidak signifikan dari pengeluaran pemerintah untuk

dana rutin diduga berhubungan dengan penggunaan dana rutin tersebut

yang tidak langsung berhubungan dengan kegiatan perekonomian.

b. Pengeluaran Pemerintah untuk Pembangunan

Hasil estimasi menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah untuk

pembangunan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi

Indonesia. Hal ini berarti bahwa semakin meningkat pengeluaran

pemerintah untuk pembangunan, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia

akan semakin meningkat. Koefisien regresi pengeluaran pemerintah untuk

pembangunan sebesar 0,021 berarti bahwa setiap peningkatan pengeluaran

pemerintah untuk pembangunan sebesar 1 persen, maka menyebabkan

pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat 0,021 persen, ceteris paribus.

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
55

Dilihat dari nilai koefisien regresi yang lebih kecil dari satu, pengeluaran

pemerintah untuk pembangunan bersifat inelastis terhadap perkembangan

ekonomi. Dari hasil pengujian terhadap nilai t-statistik diperoleh nilai 0,810

yang lebih kecil dibandingkan t-tabel ( 10 % = 1,761). Hal ini berarti

bahwa variabel pengeluaran pemerintah untuk pembangunan tidak

berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Hal ini diduga berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan yang

dimulai pada sekitar bulan April dan Agustus hingga bulan Oktober dan

Desember setiap tahun, sehingga pelaksanaan pembangunan pada tahun

berjalan belum secara langsung memberikan pengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi. Selain itu pelaksanaan pembangunan oleh

pemerintah sebahagian merupakan pembangunan yang bersifat stimulus,

yaitu bahwa pelaksanaan pembangunan tersebut akan merangsang aktivitas

perekonomian yang disuatu wilayah, oleh karena itu pelaksanaan

pembangunan tersebut membutuhkan waktu untuk dapat meningkatkan

pertumbuhan ekonomi.

c. Jumlah Uang Beredar

Hasil estimasi menunjukkan bahwa jumlah uang beredar berpengaruh

positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini berarti bahwa

semakin meningkat jumlah uang beredar, maka pertumbuhan ekonomi

Indonesia akan semakin meningkat. Koefisien regresi jumlah uang beredar

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
56

sebesar 0,26 berarti bahwa setiap peningkatan jumlah uang beredar sebesar

1 persen, akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat

0,26 persen, ceteris paribus. Dilihat dari nilai koefisien regresi yang lebih

kecil dari satu, jumlah uang beredar bersifat inelastis terhadap

perkembangan ekonomi. Dari hasil pengujian terhadap nilai t-statistik

diperoleh nilai 8,128 yang lebih besar dibandingkan t-tabel ( 1 % = 2,977).

Hal ini berarti bahwa variabel jumlah uang beredar berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

d. Penerimaan Pajak Tahun Sebelumnya

Hasil estimasi menunjukkan bahwa penerimaan pajak tahun sebelumnya

berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini

berarti bahwa semakin meningkat penerimaan pajak tahun sebelumnya,

maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin meningkat. Nilai

koefisien regresi penerimaan pajak tahun sebelumnya sebesar 0,05 berarti

bahwa setiap peningkatan penerimaan pajak tahun sebelumnya sebesar 1

persen, maka menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat

0,05 persen, ceteris paribus. Penerimaan pajak tahun sebelumnya bersifat

inelastis terhadap perkembangan ekonomi. Dari hasil pengujian terhadap

nilai t-statistik diperoleh nilai 2,052 yang lebih besar dibandingkan t-tabel ( 10

% = 1,761). Hal ini berarti bahwa variabel penerimaan pajak tahun

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
57

sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi

Indonesia.

e. Dummy Variabel Kondisi Perekonomian

Hasil estimasi menunjukkan bahwa kondisi perekonomian berpengaruh

negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini berarti bahwa

terjadinya krisis ekonomi di Indonesia menyebabkan terjadinya penurunan

pertumbuhan ekonomi Indonesia. Nilai koefisien regresi dummy variabel

kondisi perekonomian sebesar -0,138 berarti bahwa setelah terjadinya

krisis ekonomi menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia

sebesar 0,138 persen, ceteris paribus. Dari hasil pengujian terhadap nilai t-

statistik diperoleh nilai -9,554 yang lebih kecil dibandingkan -t-tabel ( 1 % =

2,977). Hal ini berarti bahwa dummy variabel kondisi perekonomian

berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada

tingkat kepercayaan 99% atau 1%.

4.3.2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik terdiri dari multikolinieritas dan autokorelasi, sebagai

berikut.

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
58

a. Multikolinieritas

Untuk mendeteksi ada tidaknya masalah multikolinieritas dalam model

estimasi dilakukan dengan melihat R2 yang dihasilkan dari estimasi model.

Kriteria keputusan sebagai berikut :

1. Jika nilai R2y.x < R2x.x, maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada

masalah multikolinearitas dalam model empiris yang digunakan tidak

dapat ditolak.

2. Jika nilai R2y.x > R2x.x, maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada

masalah multikolinearitas dalam model empiris yang digunakan ditolak.

Hasil dari uji koefisien regresi secara parsial disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.6. Hasil Estimasi Uji Multikolinieritas

Variabel Nilai R2
LogPE = f(LogGR, LogGP, LogM, LogT(t-1), DM) (Model 1) 0,9954
LogGR = f (Log GP, LogM, LogT(t-1), DM) (Model 2) 0,9711
LogGP = f (Log GR, LogM, LogT(t-1), DM) (Model 3) 0,9786
LogM = f (LogGP, LogGr, LogT(t-1), DM) (Model 4) 0,9747
LogT(t-1) = f(LogM, LogGP, LogGR, DM) (Model 5) 0,9767
DM = f (LogT(t-1), LogM, LogGP, LogGR) (Model 6) 0,9429
Sumber : Data diolah (Lampiran 4).

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinasi (R2)

regresi parsial Model 1 lebih besar dari nilai koefisien determinasi regresi

Model 2 s/d Model 6. Karena nilai koefisien regresi uji parsial tidak ada yang

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
59

lebih besar dari nilai koefisien regresi model 1, maka dapat disimpulkan

bahwa pada model tersebut tidak ditemukan masalah multikolinieritas.

b. Autokorelasi

Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dalam model penelitian ini

dilakukan dengan uji Lagrange Multiplier Test (LM test). Berikut ini hasil dari

uji Lagrange Multiplier Test (LM test) sebagaimana ditampilkan pada tabel.

Tabel 4.7. Hasil Estimasi Uji Autokorelasi dengan LM Test

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:


F-statistic 0.119130 Probability 0.888822
Obs*R-squared 0.402814 Probability 0.817579

Sumber: Lampiran 3.

Hasil uji LM test di atas menunjukkan bahwa besarnya nilai X2hitung (Obs*R-

squared) = 0,4028 dengan probability 0,8175 yang berarti tidak signifikan.

Dengan demikian hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa tidak ada

autokorelasi tidak dapat ditolak. Artinya dalam model yang diestimasi tersebut

tidak mengandung korelasi serial (autokorelasi) antar faktor pengganggu (error

term).

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
60

4.4. Pembahasan

4.4.1. Pengeluaran Pemerintah untuk Dana Rutin

Dari hasil estimasi diketahui bahwa pengeluaran pemerintah untuk dana

rutin berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Pengeluaran rutin pemerintah bertujuan agar pelaksanaan pelayanan publik yang

diberikan oleh pemerintah dapat berlangsung sebagaimana direncanakan. Oleh

karena itu pengeluaran rutin pada umumnya adalah biaya pegawai dan belanja

rutin alat-alat perkantoran dan dinas, yang bertujuan untuk mendukung kelancaran

pelaksanaan tugas-tugas aparatur negara. Dengan demikian, bahwa pengeluaran

rutin pemerintah tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas

perekonomian, sehingga pengeluaran rutin tidak berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Nurlina (2004) bahwa

pengeluaran rutin pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi

di Nanggroe Aceh Darussalam. Hasil temuan ini juga sejalan dengan studi yang

dilakukan Nasution (2005) bahwa pengeluaran rutin pemerintah berpengaruh

positif terhadap pertumbuhan ekonomi propinsi-propinsi di Indonesia.

Pengeluaran rutin meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi merupakan

dampak tidak langsung, karena pengeluaran rutin tidak secara langsung

berhubungan dengan aktivitas ekonomi, sehingga berpengaruh tidak signifikan.

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
61

4.4.2. Pengeluaran Pemerintah untuk Pembangunan

Dari hasil estimasi diketahui bahwa pengeluaran pemerintah untuk

pembangunan berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi. Pengeluaran pemerintah untuk pembangunan bertujuan agar roda

perekonomian dapat berkembangan dengan semakin meningkatnya pembangunan

sarana dan prasarana yang dilakukan oleh pemerintah. Adanya pembangunan

sarana dan prasarana oleh pemerintah secara langsung dapat mempengaruhi

perekonomian suatu daerah dan memberikan efek pengganda.

Hal ini sesuai dengan Wijaya (2000) yang mengatakan bahwa pengeluaran

pemerintah mempunyai efek pengganda (multiplier effect) dan merangsang

kenaikan pendapatan nasional yang lebih besar daripada pembayaran dalam

jumlah yang sama. Pengeluaran pemerintah akan menaikkan pendapatan serta

produksi secara berganda sepanjang perekonomian belum mencapai tingkat

kesempatan kerja penuh (full employment) karena ia menaikkan permintaan

agregatif didasarkan pada anggapan bahwa pengeluaran pemerintah tidaklah pada

proyek-proyek yang menghalangi atau menggantikan investasi sektor swasta.

Karena pelaksanaan pembangunan oleh pemerintah sebenarnya bertujuan untuk

membangun sarana dan prasarana yang bermanfaat dan memudahkan bagi

investor dalam melakukan investasi.

Oleh karena itu investasi pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah

berbeda dengan investasi yang dilakukan oleh sektor swasta. Pembangunan yang

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
62

dilakukan oleh pemerintah tidak secara langsung berpengaruh terhadap

peningkatan perekonomian masyarakat melalui pendapatan dan kesempatan kerja,

tetapi memberikan sarana dan prasarana bagi kelancaran investasi oleh pihak

swasta. Investasi pihak swasta inilah yang secara langsung berdampak terhadap

perekonomian masyarakat karena akan memberikan lapangan kerja dan

pendapatan yang cukup lama kepada masyarakat.

Pengeluaran pemerintah untuk pembangunan yang tidak signifikan juga

berhubungan dengan jumlah dana yang dialokasikan pemerintah untuk

pembangunan tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh dari statistik ekonomi

Indonesia, rata-rata biaya pembangunan yang dikeluarkan pemerintah selama

periode penelitian adalah sebesar 47,22 % dari total pembiayaan pemerintah yang

tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

4.4.3. Jumlah Uang Beredar

Dari hasil estimasi diketahui bahwa jumlah uang beradar berpengaruh

positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil dari penelitian ini

sesuai dengan hipotesa Keynes, yakni, penawaran uang (Money Supply) memiliki

pengaruh positif terhadap output dan pertumbuhan ekonomi. Apabila terjadi

kelebihan jumlah uang beredar, Bank Indonesia akan mengambil kebijakan

(menurunkan) tingkat suku bunga. Kondisi ini mendorong para investor untuk

melakukan investasi, yang pada akhirnya akan menciptakan kenaikan output dan

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
63

memicu pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, permintaan uang akan memiliki

hubungan negatif terhadap output, meningkatnya permintaan uang akan

berdampak pada peningkatan tingkat suku bunga dan pada akhirnya berakibat

pada penurunan output.

Untuk menjaga kestabilan nilai mata uang, Bank Indonesia sebagai otoritas

moneter diberikan beberapa wewenang dalam melakukan tugasnya. Dengan

merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter untuk mengendalikan uang

beredar dan suku bunga dalam perekonomian agar dapat mendukung pencapaian

tujuan kestabilan nilai uang tidak boleh dilakukan secara fleksibel. Hal ini akan

mempersulit dan menyebabkan aktivitas ekonomi menjadi terkendala dan lesu jika

Bank Indonesia terlalu intervensi dalam hal pengendalian jumlah uang beredar.

Sebaliknya, pengendalian uang beredar dan suku bunga tidak boleh terlalu longgar

karena akan menyebabkan tidak terpeliharanya kestabilan nilai uang, yang akan

mendorong merosotnya kepercayaan masyarakat dan mempersulit perencanaan

bisnis para pengusaha. Hasil analisa dan pemantauan yang dilakukan oleh bank

sentral kemudian akan digunakan dalam melaksanakan kebijakan moneternya

baik melalui pengendalian jumlah uang beredar dan suku bunga.

Hasil studi yang dilakukan Naury (2005) yang menganalisis jumlah uang

beredar, suku bunga dan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 1970 2002,

menemukan bahwa pada uji kausalitas granger menemukan bahwa jumlah uang

beredar (M2) memiliki hubungan dengan tingkat bunga (i) dan pertumbuhan

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
64

ekonomi (PDB) memiliki hubungan dengan jumlah uang beredar (M2) secara

signifikan.

Menurut Seftarita (2005) terdapat hubungan jangka panjang yang stabil

antara kebijakan pemerintah dan pertumbuhan ekonomi. Dalam jangka pendek,

jumlah uang beredar dan kredit sebagai variabel moneter memiliki hubungan

jangka pendek dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini berarti dalam periode yang

sama, jumlah uang beredar akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan

ekonomi.

Hasil penelitian Hutabarat, dkk (2001) menunjukkan bahwa PDB

berkorelasi erat dengan peubah moneter antara lain nilai tukar rupiah, jumlah uang

beredar terutama uang kartal, dan besarnya KLBI yang dikeluarkan oleh

pemerintah, posisi kredit sektoral dan suku bunga kredit. Hubungan korelasi ini

menunjukkan angka positif, yang memberi pengertian bahwa perkembangan

indikator moneter secara parsial searah dengan perkembangan PDB.

4.4.4. Penerimaan Pajak Tahun Sebelumnya

Dari hasil estimasi diketahui bahwa penerimaan pajak tahun sebelumnya

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sehubungan

dengan kondisi tersebut, Arifin (2001) menjelaskan bahwa ekstensifikasi pajak

dan retribusi di daerah-daerah cukup menghambat aktivitas perekonomian, dari

sisi meningkatnya biaya transaksi, yang pada gilirannya menahan laju

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
65

perkembangan ekonomi daerah-daerah itu sendiri pada tahun berjalan. Sementara

itu, kebijakan-kebijakan daerah yang difokuskan pada usaha-usaha yang

memberikan kontra-prestasi atau layanan kepada para pembayar pajak dan

retribusi cenderung diabaikan. Pungutan pajak tahun berjalan baru akan dapat

digunakan pada periode tahun selanjutnya, sehingga penerimaan pajak tahun

sebelumnya akan menjadi dana pemerintah salah satu untuk pengeluaran

pembangunan pada tahun selanjutnya. Hal ini sesuai dengan Seftarita (2005) yang

mengatakan bahwa variabel kebijakan fiskal, meliputi investasi pemerintah,

pajak, dan utang luar negeri, tidak memiliki hubungan jangka pendek dengan

pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, bahwa kebijakan fiskal pada tahun

berjalan dapat saja berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi

dalam jangka panjang dana yang diperoleh dari kebijakan pemerintah tersebut

akan digunakan sebagai dana pembiayaan pemerintah. Penemuan tersebut

mendukung adanya pendapat bahwa pemerintah memegang peranan penting

dalam pembangunan ekonomi di Indonesia.

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
66

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam

bab terdahulu maka diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil estimasi menunjukkan bahwa aspek fiskal dan moneter berpengaruh

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tingkat kepercayaan

99 persen atau =1 %, dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 99,54

persen.

2. Secara parsial, hasil analisis menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah

(baik rutin dan pembangunan) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi Indonesia, sedangkan jumlah uang beredar dan

penerimaan pajak tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia masing-masing pada =1 % dan

=10 %. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin

meningkat dengan meningkatnya pengeluaran pemerintah, jumlah uang

beredar, dan penerimaan pajak tahun sebelumnya.

3. Berdasarkan hasil estimasi model diketahui bahwa kondisi perekonomian

sesudah krisis ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan

66
Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
67

ekonomi Indonesia semakin buruk setelah terjadinya krisis ekonomi pada

tahun 1997.

5.2. Saran

1. Jumlah uang beredar memberikan pengaruh yang paling dominan terhadap

pertumbuhan ekonomi Indonesia, oleh karena itu disarankan kepada otoritas

moneter untuk mengendalikan jumlah uang beredar hingga tingkat yang tidak

memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Sesuai dengan hasil penelitian ini, bahwa jumlah uang beredar masih dapat

ditingkatkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

2. Pengeluaran pemerintah (rutin dan pembangunan) memberikan pengaruh yang

tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, karena pengeluaran rutin

tidak secara langsung berhubungan dengan aktivitas perekonomian, demikian

juga pengeluaran pembangunan yang pada umumnya untuk pembangunan

sarana dan prasarana sehingga dampaknya tidak secara langsung dirasakan

pada tahun pembangunannya. Sehubungan dengan hal tersebut kepada

pemerintah disarankan agar melakukan evaluasi terhadap efektivitas

pengeluruan rutin serta meningkatkan jumlah pengeluaran khususnya untuk

pembangunan pada tahun-tahun yang akan datang dengan prinsip akuntabilitas

dan tepat sasaran (efektif).

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
68

3. Dianggap perlu untuk mengkaji kembali penelitian ini (atas masalah yang

sama) dengan menggunakan metode pendekatan, serta konsep peninjauan

yang berbeda agar dapat dilakukan studi komparasi dan mendukung temuan-

temuan baru.

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
69

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Burhanuddin, 2003. Strategi Kebijakan Moneter bagi Perkembangan


Ekonomi Yang Berkelanjutan, BANK INDONESIA, Jakarta.

Acarya. 2002. Instrumen-instrumen Pengendalian Moneter. Pusat Pendidikan dan


Studi Kebanksentralan BI, Jakarta.

Afdal, 2005. Analisis Kemampuan Fiskal Daerah dan Kebijakan Dalam


Menghadapi Sumber Pendapatan Daerah Tanpa DBH Minyak Bumi di
Kabupaten Kampar, Thesis. ITB Central Library, Ganesha Digital Library.

Ana, Filomeno S. Sta, 2003. Menyelidiki Kaitan Antara Liberalisasi Neraca


Modal dan Kemiskinan. http://infid.be/infidforum2001-stanna-
capital&poverty-ind.html.

Arni, Enggia. 1999. Analisa Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Keseimbangan


Internal Ekonomi Makro Indonesia. Thesis. ITB Central Library, Ganesha
Digital Library.

Aschauer, D. A, 2000. Public Capital and Economic Growth: Issues of Quantity,


Finance, and Efficiency. Economic Development and Cultural Change 48
(2): 391-406.

Bank Indonesia. 2003. Bank Sentral Republik Indonesia : Tinjauan Kelembagaan,


Kebijakan, dan Organisasi. Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan
BI, Jakarta.

Brata, A. G., dan Z. Arifin, 2003. Alokasi Investasi Sektor Publik dan
Pengaruhnya Terhadap Konvergensi Ekonomi Regional di Indonesia.
Media Ekonomi 13 (20): 59-71.

Brata, Aloysius Gunadi, 2004. Komposisi Penerimaan Sektor Publik dan


Perkembangan Ekonomi Regional. Lembaga Penelitian Universitas Atma
Jaya, Yogyakarta.

Dornbusch, Rudiger; Stanley Fischer dan Richard Startz, 2004. Makro Ekonomi.
Edisi Bahasa Indonesia. PT. Media Global Edukasi, Jakarta.

69
Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
70

Gujarati, Damodar. 2004. Ekonometrika Dasar. Erlangga, Jakarta.

Hutabarat, Budiman, A. Husni Malian, Adimesra Djulin, Tri Bastuti Purwantini


dan Sumedi, 2001. Analisis Kebijaksanaan Moneter Mendukung Sektor
Pertanian Andalan. Buletin AgroEkonomi, Volume 1, Nomor 3, Mei.

Kuncoro, M., 1995. Desentralisasi Fiskal di Indonesia: Dilema Otonomi dan


Ketergantungan. Prisma 4: 3-17.

Mankiw, N. Gregory, 2003, Teori Makroekonomi, Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta

Muhammad, Marie, 2007. Kebijakan Fiskal Di Masa Krisis 1997, Economics,


Fiscal Policy.

Naury, Sanny, 2005, Analisis Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga dan
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun 1970 2002, Tesis Magister
Sains, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Nasution, Armin Rahmansyah, 2005. Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerntah


Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Propinsi-propinsi di Indonesia.
Tesis. Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara,
Medan.

Samuelson, Paul A. dan Nordhaus, William D. 2003. Makro-Ekonomi. Edisi


Keempatbelas. Erlangga, Jakarta.

________. 2004. Ilmu Makro Ekonomi. Edisi Bahasa Indonesia. PT. Media
Global Edukasi, Jakarta.

Seftarita, Chenny, 2005, Kebijakan Fiskal, Kebijakan Moneter dan Pertumbuhan


Ekonomi di Indonesia, Tesis Magister Sains, Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara, Medan.

Statistik Ekonomi Indonesia, Terbitan Tahun 1990 s/d 2007, Badan Pusat Statistik
Pusat, Jakarta.

Tambunan, Tulus. 2001a. Perekonomian Indonesia: Teori dan Temuan Empiris.


Ghalia Indonesia, Jakarta.

________. 2001b. Transformasi Ekonomi di Indonesia: Teori dan Penemuan


Empiris. Salemba Empat, Jakarta.

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.
71

Angandroa Gulo: Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
USU e-Repository 2008.

Anda mungkin juga menyukai