Pd
-
Matakuliah : Psikologi Belajar
Semester /SKS : 2 /2 sks
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu : Afi Parnawi, M.Pd
Deskripsi Perkuliahan
Matakuliah ini mengkaji dan menganalisis berbagai teori belajar
yang bersifat deskriptif dan upaya pembelajaran yang bersifat
preskreptif dilandasi berbagai pendekatan. Pemanfaatan sumber
belajar baik yang didesain maupun non desain untuk kepentingan
pembelajaran. Berbagai contoh dan analisis praktek pembelajaran.
Pemahaman karakteristik internal peserta didik, dan upaya
pembelajaran yang didasarkan pada teori belajar, Analisis kasus
praktek pembelajaran.
Tujuan Perkuliahan
a. Kompetensi Umum
Setelah berakhirnya semester empat mahasiswa yang mengikuti
perkuliahan ini akan mampu:
Setelah berakhirnya semester kedua mahasiswa yang mengikuti
perkuliahan ini akan mampu:
1. Mengidentifikasi teori belajar yang bersumber dari teori:
behvioristik, kognitif, kontruktivistik.
2. Mengidentifikasi pembelajaran yang berpijak pada teori
behvioristik, kognitif, kontruktivistik.
3. Menjelaskan azas dan prinsip Belajar dan Pembelajaran
4. Memberikan contoh-contoh pembelajaran yang berpijak
pada teori belajar behvioristik, kognitif, kontruktivistik.
5. Membandingkan antar teori belajar
6. Mengevaluasi praktek pembelajaran berdasarkan
landasan teoritik dari teori belajar dan pembelajaran.
IQ, EQ & SQ serta
Kreativitas
IQ (Intelligence Quotient)
1. Pengertian IQ
Menurut David Wechsler, inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir
secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus
disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
Sedangkan IQ atau tingkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes
kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan
seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan, dapat dikatakan pula IQ
atau Intelligence Quotient adalah ukuran kemampuan intelektual, analisis, logika, dari seseorang yang
merupakan kecerdasan otak untuk menerima, menyimpan dan mengolah informasi menjadi fakta.
Laurel Schmidt membagi kecerdasan dalam tujuh macam, antara lain yaitu:
2. Kecerdasan verbal atau linguistik (kecerdasan berbicara) yaitu keterampilan
bagi mereka yang memiliki kecerdasan pengarang atau menulis, guru, penyiar radio,
pemandu acara, presenter, pengacara, penterjemah, dan pelawak.
3. Kecerdasan musik yaitu keterampilan seperti pengubah lagu, pemusik, penyanyi,
disc jokey, guru seni suara, kritikus musik, ahli terapi musik, audio mixier (pemandu
suara dan bunyi).
4. Kecerdasan logis atau matematis (kecerdasan angka) yaitu keterampilan bagi
mereka yang memiliki kecerdasan seperti ahli metematika, ahli astronomi, ahli pikir,
ahli forensik, ahli tata kota , penaksir kerugian asuransi, pialang saham.
5. Kecerdasan interpersonal atau cerdas diri yaitu keterampilan atau keahlian bagi
mereka yang memiliki kecerdasan ini adalah ulama, pendeta, guru, pedagang,
resepsionis, pekerja sosial, perantara dagang, pengacara, manajer sumber daya
manusia.
6. Kecerdasan intrapersonal (cerdas bergaul) yaitu profesi yang cocok bagi mereka
yang memiliki kecerdasan peneliti, ahli kearsipan, ahli agama, ahli budaya, ahli
purbakala, ahli etika kedokteran.
2. Pengukuran Inteligensi
Pada tahun 1904, dua orang asal Perancis yaitu Alfred Binet dan Theodor Simon
merancang suatu alat evaluasi yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa
yang memerlukan kelas-kelas khusus yaitu anak-anak yang kurang pandai, alat tes itu
dinamakan tes Binet-Simon. Tahun 1916, Lewis Terman, seorang psikolog dari Amerika
mengadakan banyak perbaikan dari tes Binet-Simon. Sumbangan utamanya adalah
menetapkan indeks numerik yang menyatakan kecerdasan sebagai rasio (perbandingan)
antara mental age dan chronological age. Hasil perbaikan ini disebut Tes Stanford_Binet.
Indeks seperti ini sebetulnya telah diperkenalkan oleh seorang psikolog Jerman yang
bernama William Stern, yang kemudian dikenal dengan Intelligence Quotient atau IQ. Tes
Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia
13 tahun.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi IQ anak, antara
lain yaitu:
a. Faktor bawaan atau keturunan.
Beberapa kalangan berpendapat bahwa faktor genetik
dapat mempengaruhi taraf intelegensi seseorang. Jika
kedua orang tua memiliki intelegensi, besar kemungkinan
anaknya memiliki intelegensi tinggi pula. Akan tetapi tidak
semua fakta itu benar, ada yang kedua orang tuanya
memiliki taraf intelegensi tinggi tetapi mempunyai anak
dengan taraf intelegensi tingkat rata-rata atau bahkan
dibawah rata-rata.
b. Faktor Lingkungan
1. Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang bertanggung jawab
terhadap pendidikan dan perkembangan anak dalam berbagai aspek,
tugas penting orang tua akan sangat mendukung apabila mampu
menciptakan suasana rumah menjadi tempat tinggal sekaligus
sebagai basis pendidikan. Maka dari itu lingkungan keluarga harus
memberikan stimulus positif untuk menyiapkan kondisi yang kondusif
guna tercapainya perkembangan yang optimal bagi seorang anak.
2. Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah yaitu lingkungan formal yang mempunyai
struktur dan program yang baku. Menurut hasil penelitian,
bahwa otak manusia pada saat dilahirkan kurang lebih sama.
Makin banyak otak digunakan makin banyak jaringan otak
terbentuk, sebaliknya jika otak jarang digunakan maka akan
semakin berkurang jaringan otak tersebut. Maka dari itu,
pendidikan anak usia dini sangat penting dalam upaya
optimalisasi potensi anak, dengan demikian tuntutan bagi
pendidik untuk menjadikan pengalaman belajar anak menjadi
pengalaman belajar yang menyenangkan untuk
mengoptimalkan perkembangan anak di masa yang akan
datang.
3. Lingkungan masyarakat
Dalam masyarakat anak akan bergaul dengan orang lain
sehingga baik langsung maupun tidak langsung akan saling
mempengaruhi pembentukan pribadi anak.
Adapun fungsi peranan masyarakat dalam pembentukan pola
pikir anak.
a. Dengan melihat yang terjadi di dalam masyarakat, anak
akan mendapatkan pengalaman langsung sehingga
pengalaman tersebut akan mudah diingat.
b. Pendidikan anak-anak yang berasal dari masyaakat akan
kembali kemasyarakat juga.
c. Di masyarakat banyak sumber pengetahuan yang mungkin
belum didapat dari lingkungan formal lain.
4. Langkah-langkah yang perlu dikembangkan untuk
menumbuhkan IQ anak antara lain:
a. Melakukan pembelajaran secara dini bagi anak
Kecerdasan anak tidak dapat tumbuh dengan sendirinya,
tetapi harus dirangsang, diantaranya dengaan melakukan
pembelajaran secara dini bagi anak. Seperti diperkenalkaan
pada kegiatan membaca dan menulis. Kegiatan semacam ini
dapat merangsang daya ingat anak terhadap benda tersebut
sekaligus memperkenalkan anak akan bentuk huruf dan
tulisan. Begitu pula dengan kemampuan dasar matematika,
dapat dirangsang melalui cara sederhana seperti menghitung
jumlah anak tangga, menghitung panjang masa dengan
jengkal si anak, mengukur tinggi dan berat badannya sendiri.
Dalam memberikan stimulasi pada anak, 3 aspek perkembangan
yang dibutuhkan yaitu:
1. Bahasa
Perkembangan bahasa sangat tergantung dari stimulasi banyak mendengar
kata-kata melalui pembicaraan radio, type, dan kata-kata yang biasa diucapkan
2. Perkembangan Emosi
3. Musik
Stimulasi melalui belajar musik sejak dini dapat membangun kapasitas otak
untuk berfikir visual spasial, matematika dan logika. Masa yang paling baik
adalah usia tiga sampai sepuluh tahun sebab stimulasi suara musik telah
mengandung nutrisi untuk kesehatan otak.
b. Istirahat yang cukup.
c. Memotivasi diri untuk selalu optimis dan
menghilangkan rasa malas.
d. Selalu berfikir positif.
e. Dapat membagi waktu untuk berbagai kegiatan yang
dilakukan.
f. Dapat mengembangkan keterampilan yang dimiliki
melalui pelatihan khusus.
B. EQ (Emotional Quetient)
1. Pengertian EQ
Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenali,
mengendalikan, dan menata perasaan sendiri dan orang
lain secara mendalam sehingga kehadirannya
menyenangkan dan didambakan oleh oaraang lain.
Daniel Goleman didalam buku kecerdasan emosi
memberi tujuh kerangka kerja kecakapan ini, yaitu:
1. Kecakapan pribadi yaitu kecakapan dalam mengelola
diri sendiri.
2. Kesadaran diri yaitu bentuk kecakapan utuk
mengetahui kondisi diri sendiri dan rasa percaya diri
yang tinggi.
3. Pengaturan diri yaitu bentuk kecakapan dalam
mengendalikaan diri dan mengembangkan sifat seperti
dipercaya , kewaspadaan , adaptabilitas, dan inovasi.
-
sebagai komunikasi empatik. Berusaha mengerti terlebih dahulu sebelum dimengerti. Ketrampilan ini
merupakan dasar dalam berhubungan dengan manusia secara efektif.
6. Mengelola emosi orang lain
Jika ketrampilan mengenali emosi orang lain merupakan dasar dalam berhubungan antar pribadi, maka
ketrampilan mengelola emosi orang lain merupakan pilar dalam membina hubungan dengan orang lain.
Manusia adalah makhluk emosional. Semua hubungan sebagian besar dibangun atas dasar emosi yang
muncul dari interaksi antar manusia.
a. Secara sosial mantap.
b. Mudah bergaul.
c. Tidak mudah gelisah dan takut.
d. Bertanggungjawab.
e. Humoris.
f. Bermoral.
g. Simpatik dan hangat dalam berhubungan.
h. Kehidupan emosionalnya kaya dan wajar.
i. Nyaman dengan dirinya dan orang lain.
2.
WANITA
a. Tegas dan berani mengungkapkan perasaannya secara
langsung dan wajar.
b. Berfikir positif, mudah bergaul dan ramah.
c. Mudah menerima orang baru.
d. Nyaman dengan dirinya, ceria, terbuka terhadap
pengalamannya, sensual, dan spontan.
C. SQ (Spiritual Quetient)
1. Pengertian SQ.
Kecerdasan spritual tersusun dalam dua kata yaitu
kecerdasan dan spiritual. Kecerdasan adalah
kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya, terutama masalah yang menuntut
kemampuan fikiran.
-
3. Menggunakan SQ
Dalam istilah evolusioner, karya neurobiologis tentang bahasa dan
representasi simbolis deacon menunjukan bahwa kita telah
menggunakan SQ secara harfiah untuk menumbuhkan otak
manusia kita. SQ telah menyalakan kita untuk menjadi manusia
apa adanya sekarang dan memberi potensi untuk menyala lagi
untuk tumbuh dan berubah serta menjalani lebih lanjut evolusi
potensi manusiawi kita.
Kita menggunakan SQ untuk berhadapan dengan masalah
eksistensial yaitu saat kita secara pribadi merasa terpuruk, terjebak
oleh kebiasaan, kekhawatiran, dan masalah masa lalu kita
misalnya akibat penyakit dan kesedihan. SQ menjadikan kita sadar
bahwa kita mempunyai masalah eksitensial dan membuat kita
mampu mengatasinya atau setidaknya bisa berdamai dengan
masalah tersebut.
Teori Belajar
Behaviorisme
Tokoh : Pavlov, Thorndike, Watson, Guthrie, dll.
Tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman (interaksi stimulus-respon).
Berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang
berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan
praktek pendidikan dan dikenal sebagai aliran
behavioristik.
Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar.
Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
-
pasif; dengan model hubungan stimulus respon.
Respon atau perilaku tertentu akan muncul melalui
pelatihan atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman
2. Teori Belajar
Kognitivisme
berkembang sebelumnya.
Berkembang sebagai protes terhadap teori perilaku yang
3. Teori Belajar
Konstruktivisme
Tokoh : J.J. Piaget, Vigotsky.
Konstruktivisme : upaya membangun tata susunan hidup yang
berbudaya modern.
Proses asimilasi dan penghubungan pengalaman atau pelajaran
yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki.
Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak tiba-tiba.
Pembelajaran bersifat generatif : tindakan mencipta suatu makna
dari apa yang dipelajari.
Pengetahuan bukan seperangkat fakta, konsep, atau kaidah yang
siap untuk diambil dan diingat.
Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi
makna melalui pengalaman nyata.
4.
3. Teori Belajar
Konstruktivisme
Tokoh : J.J. Piaget, Vigotsky.
Konstruktivisme : upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Proses asimilasi dan penghubungan pengalaman atau pelajaran yang dipelajari dengan
pengertian yang sudah dimiliki.
Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas dan tidak tiba-tiba.
Pembelajaran bersifat generatif : tindakan mencipta suatu makna dari apa yang dipelajari.
Pengetahuan bukan seperangkat fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat.
Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata.
4.
4. Teori Belajar
Humanisme
Proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu
sendiri.
Belajar dianggap berhasil jika siswa memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa
mengembangkan dirinya (mengenal diri mereka sendiri;
membantu mewujudkan potensi yang ada.
materi disampaikan secara utuh oleh guru
2. Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat
yang diikuti contoh-contoh
3. Bahan pelajaran disusun dari yang sederhana sampai pada yang
kompleks
4. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati
5. Kesalahan harus segera diperbaiki
6. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang
diinginkan
dapat menjadi kebiasaan
7. Evaulasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak.
Transfer Belajar
Transfer belajar adalah pengaruh yang diperoleh pada
waktu yang lalu terhadap proses dan hasil belajar yang
dilakukan kemudian.
1. Transfer Positif
Transfer positif yaitu transfer yang berakibat baik
terhadap kegiatan belajar selanjutnya.
2. Transfer Negatif.
Transfer negatif yaitu transfer yang berakibat buruk
terhadap kegiatan belajar selanjutnya.
3. Transfer Vertikal
Transfer vertikal adalah transfer yang berakibat baik
terhadap kegiatan belajar dalam mempelajari
pengetahuan/keterampilan yang lebih tinggi atau rumit.
4. Transfer Lateral
Transfer Lateral yaitu transfer yang berakibat baik
terhadap kegiatan belajar pengetahuan/keterampilan
yang sederajat.
Faktor Transfer Belajar
. Taraf Intelegensi dan Sikap
Metode Guru dalam Mengajar
Isi Mata Pelajarn
Belajar Ketrampilan
1. Buatlah deskripsi