Anda di halaman 1dari 28

PANDUAN

PENGELOLAAN DAMPAK
RENOVASI/DEMOLISI
BANGUNAN RUMAH
SAKIT

Jl. Rungkut Industri I/1 Surabaya Emergency Call : (62-31) 8484111 Call Center (62-31) 8476111 Email : info@rsroyalsurabaya.com
LEMBAR PENGESAHAN

PENGESAHAN DOKUMEN RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA


Panduan Pengelolaan Dampak Renovasi / Demolisi Bangunan Rumah Sakit
TANDA
KETERANGAN TANGGAL
TANGAN

Pembuat Dokumen

Dina Chandra Dewi Authorized Person

drg. Henny Poeri Margastuti,


Direktur
M.A.R.S.

ii
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA
NOMOR: /Per/RSRS/II/2017
TENTANG
PANDUAN PENANGANAN DAMPAK RENOVASI BANGUNAN
RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA

DIREKTUR RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA,


Menimbang : a. Bahwa dalam upaya pelayanan pasien yang bermutu di
Rumah Sakit terkait pelaksanaan renovasi bangunan di
rumah sakit, maka diperlukan penanganan dampak renovasi
bangunan yang dikelola oleh suatu unit kerja.
b. Bahwa agar kinerja penanganan dampak renovasi bangunan
tersebut dapat terlaksana dengan baik perlu adanya Panduan
Penanganan Dampak Renovasi Bangunan di Rumah Sakit
Royal Surabaya sebagai landasan dalam pelaksanaan tugas.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam butir 1 dan 2 perlu ditetapkan dengan Peraturan
Direktur Rumah Sakit Royal Surabaya.
Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan;
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24
tahun 2016 tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan
Prasarana Rumah Sakit.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit.

iii
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit;
7. Peraturan Direktur Utama PT Prima Karya Husada Nomor
01/Per/Dirut/PKH/III/2017 tentang Peraturan Internal Rumah
Sakit Royal Surabaya;
8. Peraturan Direktur Utama PT Prima Karya Husada Nomor
02/Per/Dirut/PKH/III/2017 tentang Penetapan Struktur
Organisasi Rumah Sakit Royal Surabaya;
9. Keputusan Direktur Utama PT Prima Karya Husada Nomor
tentang Pengangkatan drg.
Henny Poeri Margastuti, M.A.R.S. sebagai Direktur Rumah
Sakit Royal Surabaya.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ROYAL
SURABAYA TENTANG PENETAPAN PANDUAN
PENANGANAN DAMPAK RENOVASI BANGUNAN DI
RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA.
KEDUA : Pelaksanaan kegiatan penanganan dampak renovasi bangunan di
Rumah Sakit Royal Surabaya wajib dilaksanakan berdasarkan
ketentuan sebagaimana Lampiran Peraturan ini.
KETIGA : Pelaksanaan kegiatan penanganan dampak renovasi bangunan
menjadi tanggung jawab Unit Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit
Royal Surabaya
KEEMPAT : Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan
dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya apabila di kemudian
hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini.

iv
Ditetapkan di : Surabaya
Pada tanggal : 1 Februari 2017
Direktur,

drg. Henny Poeri Margastuti, M.A.R.S.

v
KATA PENGANTAR

Renovasi atau demolisi perlu dilaksanakan oleh rumah sakit. renovasi


dilaksanakan untuk memperbaharui, memperbaiki atau mengganti bagian bagian
ruangan dari rumah sakit yang sudah mengalami kerusakan.
Tentunya dari kegiatan renovasi ini menimbulkan dampak terhadap lingkungan di
sekitar rumah sakit terutama ruang pelayanan pasien. Untuk itu perlu disusun
Panduan Penaganan Dampak Renovasi/ Demolisi bangunan Rumah Sakit agar
pelayanan di rumah sakit tetap berjalan dengan baik.
Informasi atau saran sesuai dengan perkembangan masih sangat diperlukan untuk
perbaikan Panduan Penanganan Dampak Renovasi/ Demolisi bangunan rumah
sakit ini.

Surabaya, 01 Februari 2017

vi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. vi


DAFTAR ISI ................................................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. DEFINISI ......................................................................................................... 1
B. TUJUAN .......................................................................................................... 1
BAB II RUANG LINGKUP ........................................................................................ 2
A. POLUSI UDARA ............................................................................................ 2
B. KEBISINGAN. ................................................................................................ 3
C. GETARAN....................................................................................................... 3
D. KEBUTUHAN UTILISASI. ............................................................................ 4
E. KEJADIAN YANG BERSIFAT EMERGENCY ............................................ 4
BAB III TATA LAKSANA ......................................................................................... 5
A. TATA LAKSANA IDENTIFIKASI TIPE PEKERJAAN KONSTRUKSI .... 5
B. TATA LAKSANA IDENTIFIKASI PATIENT RISK GROUP ....................... 6
C. TATA LAKSANA PENENTUAN MATRIKS PENGENDALIAN ............... 7
D. TATA LAKSANA PEMBERIAN REKOMENDASI PENGURANGAN ..... 8
C. TATA LAKSANA PENILAIAN DAMPAK POTENSIAL AREA ................ 10
C. TATA LAKSANA TINJAUAN RENCANA KONSTRUKSI ....................... 11
D. TATA LAKSANA PENGELOLAAN KUALITAS UDARA ........................ 13
E. TATA LAKSANA PENGELOLAAN KUALITAS PENCAHAYAAN ........ 14
F. TATA LAKSANA KOMISIONING BANGUNAN ....................................... 14
BAB IV DOKUMENTASI .......................................................................................... 16
A. FORM PENETAPAN TIPE PEKERJAAN KONSTRUKSI .......................... 16
B. FORM CHECKLIST PERSETUJUAN KONSTRUKSI................................. 17
C. RENCANA KERJA PERBAIKAN GEDUNG ............................................... 20
D. LAPORAN KEMAJUAN PERBAIKAN GEDUNG ...................................... 20

vii
Lampiran
Peraturan Direktur Rumah Sakit Royal Surabaya
Nomor : /Per/RSRS/II/2017
Tanggal : 01 Februari 2017

BAB I PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Demolisi/ renovasi rumah sakit adalah kegiatan yang pasti akan dilaksanakan
seiring dengan usia bangunan/ fasilitas ataupun dikarenakan hal-hal lain yang
menyebabkan perlunya renovasi fasilitas pelayanan rumah sakit.

B. TUJUAN
Tujuan dari panduan ini adalah agar dalam pelaksanaan kegiatan demolisi/
renovasi, dapat mengurangi atau bahkan meniadakan risiko infeksi akibat dari
kegiatan demolisi/ renovasi fasilitas pelayanan rumah sakit.

1
BAB II RUANG LINGKUP

Seluruh bangunan dan fasilitas yang digunakan untuk pelayanan kesehatan,


ruangan-ruangan perawatan, poliklinik, dan semua yang berhubungan dengan
pelayanan terhadap pasien.
Setiap pelaksanaan renovasi ruangan/ bangunan akan direncanakan dan
dilaksanakan oleh bagian pemeliharaan sarana rumah sakit yang bekerjasama
dengan pihak luar.
Pada pelaksanaan renovasi harus diperhatikan dampak dari pekerjaan renovasi
bangunan tersebut yang mungkin terjadi meliputi polusi udara, infeksi,
kebisingan, getaran dan jika terjadi kejadian yang bersifat emergency.
Dalam pelaksanaan demolisi/ renovasi, bangunan atau fasilitas harus dalam
keadaan kosong atau tidak digunakan untuk melaksanakan pelayanan. Namun
dalam kondisi pelayanan di fasilitas atau disekitarnya tetap harus melaksanakan
pelayanan, maka harus dilaksanakan kegiatan atau tindakan agar dampak dari
demolisi tersebut dapat dikurangi atau bahkan ditiadakan.

A. POLUSI UDARA
Untuk mengatasi polusi udara yang diakibatkan kegiatan renovasi yang berupa
pembongkaran tembok, kupas plesteran, pengamplasan, maka harus dilakukan
penyekatan area pekerjaan dengan menggunakan triplek, terpal, seng, atau
bahan-bahan lain yang dapat mencegah debu keluar dari area demolisi/
renovasi, atau dengan cara membasahi material yang akan dibongkar dengan
air untuk mencegah debu berterbangan. Selain untuk menanggulangi dampak
yang berupa polusi udara, hal ini juga dapat mencegah timbulnya infeksi yang
disebabkan oleh debu. Adapun kandungan debu maksimal di dalam udara
ruangan dalam pengukuran debu rata-rata 8 jam adalah 0,15mg/m.

2
B. KEBISINGAN.
Dengan melakukan penyekatan area demolisi/ renovasi dengan bahan yang
dapat mengurangi kebisingan yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut.

INDEKS KEBISINGAN MENURUT RUANGAN ATAU UNIT


MAKSIMUM KEBISINGAN
NO RUANGAN ATAU UNIT
(waktu pemaparan 8 jam, satuan dBA)
1 Ruang pasien :
- Saat tidak tidur 45
- Saat tidur 40
2 Ruang operasi, umum 45
3 Anestesi, pemulihan 45
4 Endoskopi, laboratorium 65
5 Sinar-X 40
6 Koridor 40
7 Tangga 45
8 Kantor/ lobby 45
9 Ruang alat/ gudang 45
10 Farmasi 45
11 Dapur 78
12 Ruang cuci 78
13 Ruang isolasi 40
14 Ruang poli gigi 80

C. GETARAN
Apabila kegiatan demolisi/ renovasi akan menimbulkan dampak getaran yang
sangat kuat, sehingga mengganggu kenyamanan pengguna sekitarnya, maka
kegiatan pelayanan harus dipindahkan atau dihentikan sementara selama
getaran tersebut timbul.

3
D. KEBUTUHAN UTILISASI.
1. Kebutuhan air bersih
Kebutuhan air bersih dapat dipenuhi dengan memanfaatkan saluran air
rumah sakit yang sudah ada di area renovasi, yang menggunakan system
tangki atap dan tangki tekan.
2. Pembuangan air kotor
Pembuangan air kotor/ limbah dapat dilakukan menggunakan saluran air
kotor terdekat yang sudah ada di area rumah sakit.
3. Pembuangan sampah.
Pembuangan sampah bongkaran material harus dilakukan dengan rapi
sehingga tidak mengganggu kegiatan pelayanan di unit pelayanan
sekitarnya dan tidak mengganggu keindahan lingkungan.
4. Instalasi listrik
Sumber daya listrik dapat diambil dari instalasi terdekat yang ada di rumah
sakit dengan memperhatikan segi keamanan dan kerapihan. Menggunakan
material/ bahan-bahan standard dan pengaturan kabel tidak berserakan.

E. KEJADIAN YANG BERSIFAT EMERGENCY


Apabila terjadi kecelakaan kerja, penanganannya sesuai dengan penanganan
kejadian emergensi di IGD

4
BAB III TATA LAKSANA

A. TATA LAKSANA IDENTIFIKASI TIPE PEKERJAAN KONSTRUKSI


1. Tim Pembangunan menyerahkan Form Penetapan Tipe
Renovasi/Pekerjaan Konstruksi kepada Kontraktor Pelaksana.
2. Kontraktor Pelaksana menentukan Tipe Renovasi/Pekerjaan Konstruksi
berdasarkan kriteria berikut:
a. Type I
Inspeksi dan aktifitas tidak rumit yaitu meliputi : Membuka plafon
atau lantai hanya untuk melihat sekilas (seluas 60 cm) , pengecatan
tanpa pengerokan /ampelas, melapis dinding dan pekerjaan pelistrikan,
penggantian/pemasangan pipa air dengan gangguan sementara (15
menit) atau pekerjaan perbaikan/pemeliharaan yang tidak
menimbulkan gangguan seperti suara/debu.
b. Type II
Aktifitas skala kecil, waktu singkat dan debu sedikit, seperti meliputi:
membuka akses ke suatu area/saluran, memotong dinding atau plafon
dimana debu akan berhamburan tetapi dapat terkontrol. Misal instalasi
/perbaikan kabel listrik /telepon/computer dan pengerokan lapisan
dinding yang tidak luas (30 menit).
c. Type III
Setiap pekerjaan yang menimbulkan debu cukup banyak misalnya
pembongkaran dinding atau pembongkaran satu bagian dari struktur
bangunan yang sudah ada seperti sink, counter top, pengerokan dan
pelapisan dinding yang cukup luas (2 kamar pasien) dan memerlukan
waktu lebih dari 1 jam dan tidak selesai dalam satu shift
d. Type IV
Penghancuran yang bersifat luas dan berat dari suatu konstruksi
bangunan dan proyek renovasi. Membutuhkan waktu yang lebih lama

5
untuk menyelesaikan secara total , ada gangguan terhadap suplai air
dikamar pasien (>2 kamar) lebih dari 1 jam.
3. Form Penetapan Tipe Konstruksi diserahkan kepada Tim PPI dengan
diketahui oleh Tim Pembangunan dan/atau Kepala Unit Pemeliharaan
Sarana.
4. Apabila diperlukan Tim PPI dapat mengajak Kontraktor Pelaksana dan
Tim Pembangunan serta Kepala Unit Pemeliharaan Sarana untuk meninjau
lokasi pekerjaan konstruksi tersebut.

B. TATA LAKSANA IDENTIFIKASI PATIENT RISK GROUP


1. Berdasarkan rencana pekerjaan konstruksi yang akan dilaksanakan, maka
dilakukan identifikasi kelompok area yang berisiko terhadap pasien.
2. Penentuan Kelompok Risiko tersebut berdasarkan kriteria:

6
LOW RISK MEDIUM HIGH RISK HIGHEST RISK
RISK
Office areas Cardiology CCU Any area caring
Echocardiogr Emergency for
aphy Room immunocompro
Endoscopy Labor & mised patients
Nuclear Delivery Burn Unit
Medicine Laboratories Cardiac Cath
Physical (specimen) Lab
Therapy Medical Units Central Sterile
Radiology/M Newborn Supply
RI Nursery Intensive Care
Respiratory Outpatient Units
Therapy Surgery Negative
Pediatrics pressure
Pharmacy isolation rooms
Post Oncology
Anesthesia Operating
Care Unit rooms including
Surgical Units C-section room

C. TATA LAKSANA PENENTUAN MATRIKS PENGENDALIAN


INFEKSI
1. Berdasarkan tipe pekerjaan konstruksi dan penentuan kelompok
berdasarkan dampak pembangunan terhadap risiko pasien, maka
ditentukan Kelas Pekerjaan Konstruksi tersebut (Class of Precaution
Construction Projection by Patient Risk) sesuai Matriks berikut:

Construction Project Type


Patient Risk Group
Type A Type B Type C Type D
Low Risk Group I II II III/IV
Medium Risk Group I II III IV

High Risk Group I II III/IV IV


Highest Risk Group II III/IV III/V IV

7
2. Persetujuan Tim PPI diperlukan bila kegiatan kontruksi dan tingkat risiko
menunjukkan kelas III atau IV.
3. Tim PPI selanjutnya menetapkan prosedur pengendalian yang diperlukan.

D. TATA LAKSANA PEMBERIAN REKOMENDASI PENGURANGAN


DAMPAK RENOVASI BANGUNAN
1. Berdasarkan Penetapan Kelas Pekerjaan Konstruksi, Tim PPI akan
merekomendasikan kegiatan yang akan dilakukan terkait Tipe pekerjaan
tersebut.

KELAS SELAMA PROYEK SAAT PROYEK SELESAI


KONSTRUKSI
1. Melakukan pekerjaan
dengan debu yang 1. Bersihkan area setelah
minimal pekerjaan
2. Segera melakukan selesai total
pemasangan kembali
Kelas I setiap dari plafon atau
lantai yang dilepas untuk
pengamatan secara kasat
mata.
3. Perombakan yang bersifat
minimal.
1. Sediakan sarana untuk 1. Bersihkan lantai dengan air
mencegah pencemaran dan deterjen pembersih
udara oleh debu yang 2. Semua kantong sampah
berasal dari area proyek diikat dan bawa ke lokasi
2. Kendalikan debu saat penampungan
proses memotong dengan 3. Pel lantai atau sedot dengan
semprotan air yang halus vacuum cleaner
3. Lapisi pintu yang tidak 4. Gunakan penyedot debu
Kelas II digunakan dengan kertas setiap
4. Matikan dan tutup rapat pekerjaan selesai.
vent udara
5. Lap permukaan dengan
cairan disinfekatn
6. Buang sampah/puing
bangunan dalam wadah
yang bertutup rapat saat
dibawa keluar area proyek

8
KELAS SELAMA PROYEK SAAT PROYEK SELESAI
KONSTRUKSI
1. Diperlukan ijin dari 1. Lakukan penyedotan debu
Infection Control sebelum 2. Lakukan pengepelan lantai
proyek dimulai dengan cairan disinfektan
2. Pastikan system ventilasi 3. Lepaskan semua partisi/
diarea proyek plastic secara hati-hati
dinonaktifkan selama 4. Masukkan semua sampah
Proyek berlangsung untuk kedalam kantong dan ikat
menghindarkan sebelum dibawa ke lokasi
kontaminasi debu ke penampungan
system aliran udara 5. Tutup kereta pembawa
Kelas
3. Memastikan semua puing
III
perlengkapan untuk 6. Pindahkan/pisahkan
mengisolir area kerja system HVAC saat
(partisi /dinding aktifitas kerja
sementara)
4. Pastikan tidak ada aliran
udara keluar area proyek
5. Tidak melepaskan semua
penghalang debu /partisi
sebelum seluruh
pekerjaan selesai
1. Diperlukan ijin dari
Infection Control sebelum 1. Lakukan penyedotan debu
proyek konstruksi dimulai dengan vakum cleaner
2. Hindarkan kontaminasi 2. Pengepelan dengan
system saluran udara menggunakan cairan
selama proyek disinfektan
berlangsung 3. Lepaskan semua partisi
3. Pemasangan pembatas secara hati-hati
partisi/penghalang debu agar tidak ada debu tidak
yang memadai disekitar berhamburan
area proyek 4. Semua sampah harus
Kelas
4. Pertahankan tekanan dimasukkan dalam kantong
IV
negative untuk yang terikat dan masukkan
menghindarkan debu dalam kontener yang
keluar dari area kerja tertutup
5. Jangan melepas semua 5. Pindahkan /pisahkan
partisi pembatas sebelum HVAC diarea proyek
aktifitas selesai dan selama proyek berlangsung
pembersihan dilakukan
6. Buat satu ruang transit
(ante room) yang dapat
digunakan pekerja proyek
membersihkan dirinya

9
KELAS SELAMA PROYEK SAAT PROYEK SELESAI
KONSTRUKSI
sebelum mereka
meninggalkan area kerja
atau sediakan baju
pelindung
7. Semua personil yang
memasuki area proyek
sebaiknya mengguna -kan
penutup sepatu
8. Jangan melepaskan semua
pembatas area kerja
sebelum aktifitas selesai
secara total dan
pembersihan dilakukan

C. TATA LAKSANA PENILAIAN DAMPAK POTENSIAL AREA


SEKITAR PROYEK
1. Setelah menetapkan Kelas Pekerjaan Konstruksi, selanjutnya dilakukan
penilaian dampak potensial area sekitar proyek, dengan menggunakan
tebael berikut:

UNIT UNIT UNIT UNIT UNIT UNIT


BELOW ABOVE LATERAL LATERAL BEHIND FRONT

Risk Risk Risk Risk Risk Risk


Group Group Group Group Group Group

2. Lakukan identifikasi kegiatan di tempat khusus, misalnya ruang


perawatan, ruang farmasi/obat, dsb.
3. Lakukan identifikasi masalah yang berkaitan dengan ventilasi, pipa
ledeng, listrik (dalam hal terjadinya kemungkinan pemadaman listrik.
4. Lakukan identifikasi langkah-langkah pencegahan, menggunakan
penilaian sebelumnya; dan tentukan jenis bariernya, misalnya dinding
yang tertutup rapat, atau diperlukan HEPA filter.

10
5. Lakukan pertimbangan adanya potensial risiko dari kerusakan air. Apakah
ada risiko akibat kerusakan kesatuan struktur (misalnya dinding, atap,
plafon).
6. Lakukan penilaian waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi, apakah
pekerjaan dilakukan selama jam buka pelayanan pasien.
7. Buat rencana yang memungkinkan untuk jumlah ruang isolasi/ruang aliran
udara negative yang memadai
8. Buat rencana yang memungkinkan untuk jumlah dan tipe tempat cuci
tangan

C. TATA LAKSANA TINJAUAN RENCANA KONSTRUKSI


1. Unit Pemeliharaan Sarana biasanya dapat dilibatkan dalam meninjau
proyek-proyek konstruksi yang baru dan renovasi. Uraian berikut dapat
membantu selama proses tersebut.
2. Ruang Mekanikal
a. Idealnya ruang mekanikal untuk perlatan utama seperti peralatan
pengkondisian udara dan chiller harus langsung dapat diakses dari luar
bangunan untuk kemudahan penggantian-penggantian.
b. Fitur ini praktis, minimal lokasi ruang mekanikal harus dapat
meminimalkan gangguan dari petugas pemeliharaan ke lantai medik
c. Jika memungkinkan kendaraan transportasi dapat langusng untuk
melakukan perawatan peralatan sesuai yang diinginkan. Akses dengan
lift langsung ke ruang mekanik di lantai atas sangat membantu.
3. Peralatan yang dipasang di atap
a. Peralatan yang dipasang di atap secara umum harus dihindari untuk
pemakaian pada kondisi kritis karena akses biasanya sulit dan kondisi
kerja yang tidak aman untuk petugas pemeliharaan
b. Namun demikian peralatan tata udara yang dipasang di atasp adalah
pilihan biaya yang sangat efektif untuk klinik
c. juga fan buang, menara pendingin, dan peralatan pelepas kalir
lanunnya sering ditempatkan di atap

11
d. Setiap kali digunakan peralatan yang dipasang di atap, perlu
disediakan jalan akses untuk petugas yang tidak merusak atap; sebuah
tangga tetap dan atau catwalk harus dipertimbangkan untuk setiap
peralatan yang memerlukan akses untuk perawatan (termasuk katup)
dan tidak mudah diakses dari tangga portable tinggi 2 meter.
4. Tata letak ruang mekanikal
a. Tata letak ruang mekanikal harus mencakupruang yang cukup untuk
akses ke peralatan untuk pengoperasian, pemeliharaan dan termasuk
catwalk permanen atau tangga untuk akses ke peralatan yang tidak
dapat dijangkau dari lantai.
b. Periksa bahwa sarana yang praktis tersedia untuk
memindahkan/mengganti jenis peralatan berat dan/atau besar yang
diletakkan di dalam fasilitas dan disediakan ruangan untuk menarik
semua koil, penukar kalor, chiller, tabung boiler, dan filter.
5. Perlakuan Kimia (chemical treatment)
a. Perlakuan kimia merupakan bagian integral untuk memastikan bahwa
system perpipaan di dalam bangunan fisik dalam kondisi internal yang
baik
b. Pipa yang kotor menciptakan biaya energy dan dapat menyebabkan
effisiensi system lebih rendah dan menimbulkan ketidaknaymanan
pada penghuni. Pengolahan air yang tidak benar pada sisi air
condenser dapat menyebabkan air yang berlebihan tumpah dan
terbuang.
c. Pengurasan boiler terlalu banyak menghasilkan limbah air, sehingga
program perawatan untuk boiler juga diperlukan
d. Label uji ditempatkan di lokasi-lokasi strategis harus dilakukan dan
diperiksa secara rutin
e. Pemasukan zat kimia terletak di daerah yang mudah diakses dan dapat
dicuci. Panci unit pengkondisian udara harus diperlakukan secara
teratur dengan tablet biocide. Produk dengan wadah drum beratnya 28

12
kg, berarti untuk itu diperlukan alat menggerakkan dan
mengangkatnya.
6. Pembersihan ducting bila ducting eksisting digunakan
a. Sebelum memulai suatu proyek pembersihan ducting, hati-hati
menyelidiki biaya dan manfaat terhadap risikonya. Konsultasikan
kebersihan dan kirimkan sampel dari bahan yang menempel pada
ducting ke laboratorium untuk dianalisis.
b. Pekerjaan pembersihan ducting dapat memberikan hasil yang beragam.
Tipikal pekerjaan pembersihan jalur ducting biasanya bila mungkin
diganti dan bukan dibersihkan. Insulasi luar dari ducting yang sudah
ada dilakkukan oleh tenaga kerja dan dalam beberapa kasus tidak
mungkin tanpa memindahkan semua utilitas yang ada di sekelilingnya.
7. Sistem Proteksi Kebakaran
a. Kecenderungan system terlalu besar telah mengakibatkan lebih
besarnya pelepas tekanan pada pipa. Periksa secara hati-hati dan
pastikan bahwa jalur tekanan telah benar-benar diperhitungkan.
b. Pipa bypass dengan meter aliran adalah pilihan yang baik dan
menghemat sejumlah besar air untuk pengujian system, karena
pengujian system di rumah sakit harus dilakukan setiap minggu.

D. TATA LAKSANA PENGELOLAAN KUALITAS UDARA


1. Kontrol terhadap temperatur ruang dengan memasang termometer sesuai
dengan standar yang diperkenankan 21-24 0C dengan tekanan seimbang.
2. Kontrol indeks kuman tidak melebihi dari 200-500 CFU/m3
3. Pemasangan Exhaust Fan (perlindungan terhadap kelembaban udara).
4. Pemasangan stiker, poster Dilarang Merokok dan Bahan Berbahaya
5. Sistim ventilasi dan pengaturan suhu udara dalam ruang (lokasi udara
masuk, ekstraksi udara, filtrasi, pembersihan dan pemeliharaan secara
berkala filter AC) minimal setahun sekali, kontrol mikrobiologi serta
distribusi udara untuk pencegahan penyakit Legionairre Diseases .

13
6. Kontrol terhadap lingkungan (kontrol di dalam/diluar kantor) ; misalnya
penumpukan berkas berkas SDM yang menimbulkan debu, bau dll., disain
dan konstruksi tempat sampah yang memenuhi syarat kesehatan dan
keselamatan, dll.
7. Perencanaan jendela sehubungan dengan pergantian udara jika AC mati.

E. TATA LAKSANA PENGELOLAAN KUALITAS PENCAHAYAAN


1. Mengembangkan sistim pencahayaan yang sesuai dengan jenis pekerjaan
untuk membantu menyediakan lingkungan kerja yang sehat dan aman.
(secara berkala diukur dengan luxs-meter dengan nilai toleransi minimal
100 lux.
2. Membantu penampilan visual melalui kesesuaian warna, dekorasi dll.
3. Mengembangkan lingkungan visual yang tepat untuk kerja dengan
kombinasi cahaya (agar tidak terlalu cepat terjadinya kelelahan mata).
4. Perencanaan jendela sehubungan dengan pencahayaan dalam ruang.
5. Penggunaan tirai untuk pengaturan cahaya dengan memperhatikan warna
yang digunakan.
6. Penyediaan lampu emergensi (emergency lamp)
F. TATA LAKSANA KOMISIONING BANGUNAN
1. Komisioning adlaah proses yang difikuskan pada kualitas yang dicapai,
pengesahan dan mendokumentasikan bahwa fasilitas yang direncanakan,
dirancang, dipasang, diuji dan mampu dioperasikan dan dipelihara untuk
melakukan sesuatu sesuai dengan maksud perancangan.
2. Proses komisioning meluas melalui semua tahapan dari suatu proyek yang
baru atau renovasi ke hunian dan pengoperasian, dan telah diperiksa pada
setiap tahap proses untuk menjamin keabsahan kinerja untuk memenuhi
persyaratan rancangan dari pemilik.
3. Sasaran mendasar dari komisioning adalah
a. Untuk membuktikan dan menyusun dokumen dokumentasi yang
menyatakan bahwa kinerja fasilitas dan system telah memenuhi syarat
seperti diminta pemilik

14
b. Untuk meningkatkan komunikasi dengan mendokumentasikan
informasi dan keputusan seluruh tahapan proyek
c. Untuk membuktikan dan melaporkan bahwa kinerja system di dalam
bangunan telah memenuhi maksud perancangan.
4. Partisipasi aktif dan berkelanjutan petugas pemeliharaan dan operasi
dalam proses komisioning sangat penting untuk keberhasilannya.

15
BAB IV DOKUMENTASI

A. FORM PENETAPAN TIPE PEKERJAAN KONSTRUKSI


Formulir Penetapan Tipe Konstruksi
Infection Control
Tata cara :
1. Formulir ini harus diisi secara lengkap oleh Koordinator proyek dan
dikirim ke Infection Control Service
2. Setelah dilakukan peninjauan terhadap proposal proyek, IC-Manager akan
melengkapi dengan rekomendasi dan dikembalikan kepada coordinator
Proyek

Lokasi dari Proyek : Tanggal proyek dimulai :

Koordinator proyek : Estimasi waktu :

Nama kontraktor yang disetujui :

Supervisor : Telepon :

Type I Inspeksi dan aktifitas tidak rumit yaitu meliputi :


Membuka plafon atau lantai hanya untuk melihat sekilas (seluas
60 cm) , pengecatan tanpa pengerokan /ampelas , melapis
dinding dan pekerjaan pelistrikan, penggantian/pemasangan pipa
air dengan gangguan sementara (15 menit) atau pekerjaan
perbaikan/pemeliharaan yang tidak menimbulkan gangguan
seperti suara/debu .
Type II Aktifitas skala kecil, waktu singkat dan debu sedikit, seperti
meliputi: membuka akses ke suatu area/saluran, memotong
dinding atau plafon dimana debu akan berhamburan tetapi dapat
terkontrol. Misal instalasi /perbaikan kabel listrik
/telepon/computer dan pengerokan lapisan dinding yang tidak
luas (30 menit)
Type III Setiap pekerjaan yang menimbulkan debu cukup banyak
misalnya pembongkaran dinding atau pembongkaran satu bagian
dari struktur bangunan yang sudah ada seperti sink, counter top ,
pengerokan dan pelapisan dinding yang cukup luas (2 kamar

16
pasien) dan memerlukan waktu lebih dari 1 jam dan tidak
selesai dalam satu shift
Penghancuran yang bersifat luas dan berat dari suatu konstruksi
Type IV bangunan dan proyek renovasi. Membutuhkan waktu yang lebih
lama untuk menyelesaikan secara total , ada gangguan terhadap
supply air dikamar pasien ( >2 kamar) lebih dari 1 jam

Type proyek Type I Type II Type III Type IV

Rekomendasi Infection Control

Diminta oleh : Disetujui oleh :


Tanggal : Tanggal :

B. FORM CHECKLIST PERSETUJUAN KONSTRUKSI


CEKLIS PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DALAM
PROYEK BANGUNAN
Lokasi bangunan : Tanggal proyek dimulai :

Koordinator proyek : Estimasi waktu pengerjaan :

Kontraktor ( pelaksana ) :

Supervisor : Telepon :

Ya Tdk AKTIFITAS KONSTRUKSI Ya Tdk GRUP RISIKO


INFEKSI
TYPE A Group 1 :
Pengawasan, Akitifitas non-invasive Risiko rendah
TYPE B Group 2 :
Aktifitas dalam skala kecil, waktu Risiko
singkat dan debu minimal menengah
TYPE C
Aktifitas menimbulkan debu dalam Group 3 :
jumlah sedang sampai tinggi, Risiko
membutuhkan waktu lebih dari 1 shift menengah /
kerja untuk penyelesaiannya Tinggi
TYPE D
Aktivitas konstruksi perlu waktu yang Group 4 :
lama dan membutuhkan shift yang Risiko tertinggi
berurutan/ seharian

17
Selama Proyek konstruksi Saat Proyek selesai
1. Melakukan pekerjaan dengan
Kelas debu yang minimal 1. Bersihkan area setelah
I 2. Segera melakukan pemasangan pekerjaan
kembali setiap dari plafon atau selesai total
lantai yang dilepas untuk
pengamatan secara kasat mata.
3. Perombakan yang bersifat
minimal.
1. Sediakan sarana untuk 1. Bersihkan lantai dengan air dan
Kelas mencegah pencemaran udara deterjen pembersih
II oleh debu yang berasal dari 2. Semua kantong sampah diikat
area proyek dan bawa ke lokasi
2. Kendalikan debu saat proses penampungan
memotong dengan semprotan 3. Pel lantai atau sedot dengan
air yang halus vacuum cleaner
3. Lapisi pintu yang tidak 4. Gunakan penyedot debu setiap
digunakan dengan kertas pekerjaan selesai.
4. Matikan dan tutup rapat vent
udara
5. Lap permukaan dengan cairan
disinfekatn
6. Buang sampah/puing bangunan
dalam wadah yang bertutup
rapat saat dibawa keluar area
proyek
1. Diperlukan ijin dari Infection 1. Lakukan penyedotan debu
Kelas Control sebelum proyek 2. Lakukan pengepelan lantai
III dimulai dengan cairan disinfektan
2. Pastikan system ventilasi diarea 3. Lepaskan semua partisi/
proyek dinonaktifkan selama plastic secara hati-hati
Proyek berlangsung untuk 4. Masukkan semua sampah
menghindarkan kontaminasi kedalam kantong dan ikat
debu ke system aliran udara sebelum dibawa ke lokasi
3. Memastikan semua penampungan
perlengkapan untuk mengisolir 5. Tutup kereta pembawa puing
area kerja ( partisi /dinding 6. Pindahkan/pisahkan system
sementara ) HVAC saat aktifitas kerja
4. Pastikan tidak ada aliran udara
keluar area proyek
5. Tidak melepaskan semua
penghalang debu /partisi
sebelum seluruh pekerjaan
selesai

18
Selama Proyek konstruksi Saat Proyek selesai
1. Diperlukan ijin dari Infection
Kelas IV Control sebelum proyek konstruksi 1. Lakukan penyedotan
dimulai debu dengan
2. Hindarkan kontaminasi system vakum cleaner
saluran udara selama proyek 2. Pengepelan dengan
berlangsung menggunakan cairan
3. Pemasangan partisi/penghalang disinfektan
Tgl : debu yang memadai disekitar area 3. Lepaskan semua partisi
proyek pembatas secara hati-
4. Pertahankan tekanan negative hati agar tidak ada
untuk menghindarkan debu keluar debu tidak
Nama : dari area kerja berhamburan
5. Jangan melepas semua partisi 4. Semua sampah harus
pembatas sebelum aktifitas selesai dimasukkan dalam
dan pembersihan dilakukan kantong yang terikat
6. Buat satu ruang transit ( ante dan masukkan dalam
room ) yang dapat digunakan kontener yang tertutup
pekerja proyek membersihkan 5. Pindahkan /pisahkan
dirinya sebelum mereka HVAC diarea proyek
meninggalkan area kerja atau selama proyek
sediakan baju pelindung berlangsung
7. Semua personil yang memasuki
area proyek sebaiknya mengguna -
kan penutup sepatu
8. Jangan melepaskan semua
pembatas area kerja sebelum
aktifitas selesai secara total dan
pembersihan dilakukan
Tambahan
Ijin diminta oleh : Ijin diberikan oleh :

Tanggal : Tanggal :

Catatan :
1. Area Risiko Rendah : Area kantor dan area publik
2. Area Risiko Sedang : Front office, Rawat Jalan(poli klinik),
Dapur, radiologi, unit Endoskopi, Rehabilitasi Medik

19
3. Area Risiko Tinggi : Emergency Centre, Kamar Bersalin,
Paediatric Ward, Pharmacy, Nursery, laboratorium, Logistik, ruang
Prosedur bedah minor
4. Area Risiko Tertinggi : ICU, Cath lab, OT, CSSD, Isolation room,
CCU/HCU, NICU, Unit Hemodialisis

C. RENCANA KERJA PERBAIKAN GEDUNG


TANGGAL KEGIATAN PIC TENGGAT
WAKTU

D. LAPORAN KEMAJUAN PERBAIKAN GEDUNG


TANGGAL KEGIATAN TENGGAT PENYELESAIAN
WAKTU

Rumah Sakit Royal Surabaya


Direktur,

drg. Henny Poeri Margastuti, M.A.R.S.

20

Anda mungkin juga menyukai