Lapsus Glioblastoma
Lapsus Glioblastoma
PENDAHULUAN
Glioblastoma adalah tumor otak yang paling ganas yang berasal dari sel glia.
Tumor ini merupakan tumor yang paling umum terjadi dan agresif. Tumor otak
primer (80%), sekunder (20%). Tumor primer kira-kira 50% adalah glioma, 20%
meningioma, 15% adenoma dan 7% neurinoma. Pada orang dewasa 60% terletak di
supratentorial, sedangkan pada anak-anak 70 % terletak di infratentorial. Tumor ini
dapat berkembang dari low astrocytomas (WHO grade II) atau anaplastik
astrocytomas (WHO grade III). Pengobatan glioblastomas adalah paliatif dan
meliputi operasi, radioterapi, dan kemoterapi.1
Diagnosis tumor intrakranial ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi. Dengan
pemeriksaan klinis sulit menegakkan diagnosis tumor intrakranial dan membedakan
benigna atau maligna, karena gejala klinis yang ditemukan tergantung dari lokasi
tumor, kecepatan pertumbuhan masa tumor, dan cepatnya timbul gejala tekanan tinggi
intrakranial serta efek dari masa tumor kejaringan otak yang dapat menyebabkan
kompresi, infasi, dan destruksi dari jaringan otak. Walaupun demikian ada beberapa
jenis tumor yang mempunyai predileksi lokasi sehingga memberikan gejala yang
spesifik dari tumor intrakranial. Dengan pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi
dapat dibedakan tumor benigna dan maligna.2
BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA
Otak merupakan bagian dari susunan saraf pusat yang terletak di cavum
cranii, otak dibentuk oleh cavum neuralis yang membentuk 3 gelembung embrionik
primer, yaitu prosenchephalon, mesensephalon, rhombhencephalon, untuk
selanjutnya berkembang membentuk 5 gelombang embrionik sekunder, yaitu
telencephalon, dienchephalon, mesencephalon, metenchepalon, dan myelencephalon.
Telencephalon membentuk Hemispaherum cerebri, corteks cerebri. Diencephalon
membentuk epithalamus, thalamus, hipothalamus, subthalamus, dan methatalamus.
Didalam diencephalon terdapat rongga; ventriculus tertius yang berhubungan dengan
ventriculus lateralis melalui foramen interventriculare (Monroi). Mesencephalon
membentuk corpora quadgemina dan crura cerebri, dalam mesencephalon terdapat
kanal sempit aquaductus sylvii yang menghubungkan ventriculus tertius dengan
ventriculus quartus. Metencephalon membentuk cerebellum dan pons, sedangkan
Myelencephalon membentuk medulla oblongata.3
2
Hemisfer cerebri jumlahnya sepasang, dipisah secara tidak sempurna oleh
fissura longitudinalis superior dan falx serebri, belahan kiri dan kanan dihubungkan
oleh corpus callosum. Hemisfer cerebri dibentuk oleh cortex cerebri, substantia alba,
ganglia basalis, dan serabut saraf penghubung yang dibentuk oleh axon dan dendrit
setiap sel saraf. Cortex cerebri terdiri dari selapis tipis substantia grissea yang
melapisi permukaan hemisfer cerebri. Permukaannya memiliki banyak sulcus dan
gyrus, sehingga memperbanyak jumlah selnya, diperkirakan terdapat 10 milyar sel
saraf yang ada pada kortek cerebri.3
3
Lobus frontalis bertanggung jawab terhadap tiga fungsi utama:
(1) aktivitas motorik volunteer
(2) kemampuan berbicara
(3) elaborasi pikiran.
Daerah di lobus frontalis belakang tepat di depan sulkus sentralis akhir di
neuron-neuron motorik eferen yang mencetuskan kontraksi otot rangka.3
Daerah motorik, sensorik, dan bahasa menyusun hanya sekitar separuh dari
luas korteks serebrum keseluruhan. Daerah sisanya, yang disebut daerah asosiasi
berperan dalam fungsi yang lebih tinggi (fungsi luhur).3
Korteks asosiasi prafrontalis adalah bagian depan dari lobus frontalis tepat di
anterior korteks motorik. Peran sebagai:(1) perencanaan aktivitas volunteer (2)
pertimbangan konsekuensi-konsekuensi tindakan mendatang dan penentuan pilihan
(3) sifat-sifat kepribadian.3
4
Pembentuk susunan saraf pusat adalah neuron yang jumlahnya mencapai 100
milyar, didukung oleh sel glia yang jumlahnya 10 kali lipat dari neuron. Setiap
neuron memiliki tonjolan panjang , akson yang berfungsi membawa informasi keluar
dari neuron (serabut eferen). Selain itu terdapat tonjolan pendek, dendrit yang
berfungsi membawa informasi menuju neuron (serabut aferen).4
Sel glia, atau neoroglia (hanya berada pada susunan saraf pusat) berfungsi
untuk menyangga dan metabolik terhadap neuron. Ada 4 macam sel neuroglia;
astrosit, oligodendrosit, makroglia dan mikroglia. 4
Astrosit
Astrosit mempunyai badan sel yang kecil dengan prosessus yang bercabang
kesegala arah. Ada dua macam astrosit: fibrosa dan protoplasmik. Astrosit
protoplasma terutama terdapat dalam substantia grissea otak dan medulla spinalis,
sedangkan astrosit fibrosa ditemukan dalam substantia alba. Astrosit berfungsi
menghantarkan impuls dan transmisi sinaptik dari neuron, selain itu astrosit juga
berfungsi sebagai fagosit dengan mengambil ujung ujung akson sinaptik yang
berdegenerasi. Setelah terjadi kematian neuron akibat penyakit, astrosit berproliferasi
dan mengisi ruang yang sebelumnya ditempati oleh neuron. 3 Proses ini disebut
penggantian gliosis. Astrosit juga berfungsi sebagai penyalur zat zat metabolit dari
kapiler darah ke neuron melalui kaki perivaskularnya.4
Oligodendrosit
5
Gambar.2.2. Sel Glia Otak
Sel Ependim
Sel ependim membatasi ruang ruang didalam otak dan canalis centralis
medulla spinalis. Sel sel ini membentuk selapis sel kuboid atau kolumnar dan
memiliki mikrovili dan silia. Silia sering bergerak dan pergerakannya membantu
mengalirkan liquor cerebrospinalis. Ependimosit membantu sirkulasi liquor
cerebrospinalis didalam ventrikel otak dan canalis centralis medulla spinalis dengan
pergerakan silia.3
b. Pembuluh darah vertebralis: memperdarahi batang otak dan kedua otak kecil,
kedua pembuluh darah tersebut akan saling berhubungan pada permukaan otak
pembuluh darah yang disebut anastomosis.
6
2.2. Definisi Glioblastoma
Glioblastoma adalah sebuah tumor sistem saraf pusat yang terbentuk dari sel
glial jaringan otak dan sumsum tulang belakang. Glioblastoma biasanya terjadi pada
orang dewasa dan mempengaruhi otak dari pada sumsum tulang belakang.
Pertumbuhan cepat jenis tumor sistem saraf pusat yang membentuk dari glial
(pendukung) jaringan otak dan sumsum tulang belakang dan memiliki sel yang
terlihat sangat berbeda dari sel normal. Glioblastoma biasanya terjadi pada orang
dewasa dan mempengaruhi otak lebih sering daripada sumsum tulang belakang. Juga
disebut GBM, glioblastoma, dan grade astrocytoma IV
2.3. Klasifikasi
Jinak
a. Acoustic neuroma
b. Meningioma
c. Pituitary adenoma
d. Astrocytoma (grade I)
Malignant
a. Astrocytoma (grade 2,3,4)
b. Oligodendroglioma
c. Apendymoma
7
2. Berdasarkan lokasi
Tumor intradural
a. Ekstramedular
b. Cleurofibroma
c. Meningioma
d. Intramedular
e. Apendymoma
f. Astrocytoma
g. Oligodendroglioma
h. Hemangioblastoma
Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara,
prostat, tiroid, paru paru, ginjal dan lambung.
Klasifikasi lesi primer susunan saraf pusat dilakukan berdasarkan grading dan tipe
histologik.1
1. WHO grade I : tumor dengan potensi proliferasi rendah, kurabilitas pasca
reseksi cukup baik.
2. WHO grade II : tumor bersifat infiltratif , aktivitas mitosis rendah, namun
sering timbul rekurensi. Jenis tertentu cenderung untuk bersifat
progresif ke arah derajat keganasan yang lebih tinggi.
3. WHO grade III : gambaran aktivitas mitosis jelas, kemampuan infiltrasi
tinggi, dan terdapat anaplasia.
4. WHO grade IV : mitosis aktif, cenderung nekrosis, pada umumnya
berhubungan dengan progresivitas penyakit yang cepat pada
pre/post operasi.
8
Klasifikasi astrositoma secara umum dan yang paling banyak dipakai,
menurut World Health Organization dibagi didalam beberapa tipe dan grade (Lopes,
1993):
biasa terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. Biasanya terdapat pada hemisphere,
berlanjut ke tahap berikutnya. Kebanyakan terjadi pada dewasa muda. Beberapa jenis
sel-sel yang normal. Rata-rata pasien yang menderita tumor jenis ini berumur 41
tahun. Biasanya terdapat pada hemispheric, dienchepalis, optic, brain stem, cerebellar.
sepanjang white matter, seperti corpus callosum, kapsul internal, radiasi optik,
9
Astrositoma sering menginfiltrasi otak dan sering berkaitan dengan kista
dalam berbagai ukuran. Pada umumnya astrositoma tidak bersifat ganas, walaupun
dapat mengalami perubahan keganasan berupa glioblastoma, yaitu suatu astrositoma
yang sangat ganas. Tumor-tumor ini pada umumnya tumbuh lambat. Astrositoma
derajat I memperlihatkan gambaran astrosit yang tidak banyak berbeda dengan
astrosit normal, hanya saja jumlahnya berbeda, sehingga kepadatannya dalam suatu
daerah menonjol.7
10
2. Mutasi pada p53, gen penekan tumor, berada di antara perubahan genetik
pertama kali diidentifikasi pada tumor otak astrocytic. Gen p53 muncul untuk
dihapus atau diubah pada sekitar 25-40% dari semua multiformes glioblastoma,
lebih sering pada multiformes glioblastoma sekunder. P53 immunoreactivity juga
tampaknya terkait dengan tumor yang timbul pada pasien yang lebih muda.
3. Epidermal growth factor ( EGFR ) gen Epidermal : Gen EGFR terlibat dalam
pengendalian proliferasi sel. Beberapa mutasi genetik yang jelas, termasuk
berlebih dari reseptor serta penyusunan ulang yang menghasilkan isoform
terpotong. Namun, semua mutasi yang relevan secara klinis tampaknya
mengandung fenotipe yang sama menyebabkan peningkatan aktivitas. Tumor ini
biasanya menunjukkan hilangnya simultan kromosom 10 tetapi jarang p53
mutasi bersamaan. Ekspresi atau aktivasi mutasi pada gen ini lebih sering terjadi
pada glioblastoma primer, dengan mutasi muncul dalam 40-50% dari tumor ini.
Salah satu varian umum seperti, EGFRvIII, telah menjanjikan sebagai target
untuk inhibitor kinase, immunotoxins, dan vaksin peptida.
11
kerusakan oksidatif. Deteksi mutasi IDH1 oleh imunohistokimia adalah alat penting
dalam diagnosis glioma.4
1. Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan
infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi.7
Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak,
semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial dan meningkatkan tekanan
12
intrakranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan
subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.6
1. Computed tomography
Pada CT scan, glioblastomas biasanya muncul sebagai lesi hipodens
berbentuk tidak teratur dengan zona ringlike dengan peningkatan kontras dan
penumbra edema serebral.1
13
Gambar 1. CT scan dengan pemberian kontras adalah multidensitas
14
3. Positron Emission Tomography (PET)
Positron emission tomography (PET) scan merupakan salah satu yang paling
sering digunakan prosedur pencitraan molekular. Pencitraan molekular adalah jenis
pencitraan medis yang memberikan gambaran secara rinci tentang apa yang terjadi di
dalam tubuh pada tingkat molekuler dan seluler.2
Untuk membantu menentukkan lokasi tumor yang tepat, dilakukan beberapa
pemeriksaan tambahan, yaitu: 8
CT- Scan memberikan info spesifik mengenai jumlah, ukuran dan kepadatan
jejas tumor serta meluasnya edema serebral sekunder
MRI membantu mendiagnosis tumor otak dengan cara mendeteksi jejas tumor
yang kecil dan tumor didalam batang otak dan daerah hipofisis.
15
Gambar 2.6 Hasil MRI Tumor Otak (tampak atas)
1. Pembedahan
2. Radiotherapi
3. Kemotherapy
17
5. Terapi Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat membantu mengurangi sakit kepala dan perubahan
kesadaran. Hal ini dianggap bahwa kortikosteroid (deksametason, prednison)
menurunkan radang sekitar pusat metastase dan menurunkan edema sekitarnya. Obat-
obat lain mencakup agen-agen osmotic (manitol, gliserol) untuk menurunkan cairan
pada otak, yang ditunjukkan dengan penurunan TIK. Obat-obat anti kejang (penitoin)
digunakan untuk mencegah dan mengobati kejang.9
Dalam menilai keberhasilan pengobatan maka ada beberapa kriteria penilaian:
Kriteria RANO
Kriteria Macdonald
Kriteria AVAglio
Gejala yang paling sering dari tumor otak adalah peningkatan tekanan
intrakranial, kejang dan tanda deficit neurologik fokal yang progresif. Setiap proses
desak ruang di otak dapat menimbulkan gejala diatas, sehingga agak sukar
membedakan tumor otak dengan beberapa hal berikut :10
Abses intraserebral
Epidural hematom
Hipertensi intrakranial benigna
Meningitis kronik.
- Herniasi otak
- Nekrosis radiasi dan neuropati akibat kemoterapi
18
Waktu hidup rata-rata dari waktu diagnosis tanpa pengobatan adalah 3 bulan,
Bertambahnya usia (> 60 tahun) membawa risiko prognostic yang buruk. Kematian
biasanya karena edema serebral atau peningkatan tekanan intrakranial.
BAB III
19
KESIMPULAN
Tumor otak termasuk penyakit yang sulit terdiagnosa secara dini. Secara
klinis sukar membedakan antara tumor otak yang benigna atau yang maligna, karena
gejala yang timbul ditentukan pula oleh lokasi tumor, kecepatan tumbuhnya,
kecepatan terjadi tekanan tinggi intrakranial dan efek masa tumor ke jaringan otak.
Dipikirkan menderita tumor otak bila didapat adanya gangguan cerebral umum yang
bersifat progresif, adanya gejala tekanan tinggi intrakranial dan adanya gejala
sindrom otak yang spesifik. Pemeriksaan radiologi, dalam hal ini CT Scan berperan
dalam diagnosa tumor otak, sedang diagnosa pasti tumor otak benigna atau maligna
dengan pemeriksaan patologi-anatomi
DAFTAR PUSTAKA
20
1. Alex L, Chi-Shing Z, Bernard D, Robert M. 2013. Imaging in Glioblastoma
Multiforme. Emedicine. Medscape. http://emedicine.medscape.com. Diakses 26
Januari 2016
2. Drive SM. 2013. What is PET? Society of Nuclear Medicine and Molecular
Imaging. http://www.snm.org . Diakses 26 Januari 2016
3. Jeffrey B, Jules H, Kennedy B. 2013. Improved survival in glioblastoma patients
who take bevacizumab in Glioblastoma multiforme. Emedicine. Medscape
http://emedicine.medscape.com. Diakses 26 January 2016
4. Lopes MBS, VandenBerg SR, Scheithauer BW. The World Health Organization
classification of nervous system tumors in experimental neuro-oncology. In A.J.
Levine and H.H. Schmidek, eds. Molecular Genetics of Nervous System
Tumors Wiley-Liss, New York, pp. 1-36, 2010. http://neurosurgery.mgh.harvard.edu.
Diakses 26 Januari 2016
5. Matthew J, Khoi D, Jon D,Kaisorn L, B.S, Frank J, Attenello et al. 2009. Gliabel
(BCNU) wafer plus concomitant temozolomide therapy after primary resection of
glioblastoma multiforme. Journal Of Neurosurgery. Vol 110. No.3. Page: 583-588.
http://thejns.org. Diakses 26 January 2016
6. Preusser M, de Ribaupierre S, Wohrer A, et al. 2011. Current concepts and
management of glioblastoma. Ann Neurol.;70(1):9-21. [Medline]. Diakses 26 January
2016
7. Ryken TC, Frankel B, Julien T, Olson JJ. 2008. Surgical management of newly
diagnosed glioblastoma in adults: role of cytoreductive surgery. J
Neurooncol.;89(3):271-86. In Improved survival in glioblastoma patients who take
bevacizumab in Glioblastoma multiforme. http://emedicine.medscape.com. Diakses
26 January 2016
8. Sanai N, Berger MS. 2008. Glioma extent of resection and its impact on patient
outcome. Neurosurgery.;62(4):753-64; discussion 264-6. [Medline]. Diakses 26
January 2016
21
9. Shepard R, 2012. Glioblastoma Multiform. American Association of Neurological
Surgeons. http://www.aans.org. Diakses 26 January 2016
10. Agamanolis D, 2015. Tumors Of The Central Nervous System. Neuropathology.
http://neuropathology-web.org. Diakses 26 January 2016
22