Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian dan Epidemiologi

Glioblastoma adalah tumor otak yang paling ganas yang berasal dari sel glia.
Tumor ini merupakan tumor yang paling umum terjadi dan agresif. Tumor otak
primer (80%), sekunder (20%). Tumor primer kira-kira 50% adalah glioma, 20%
meningioma, 15% adenoma dan 7% neurinoma. Pada orang dewasa 60% terletak di
supratentorial, sedangkan pada anak-anak 70 % terletak di infratentorial. Tumor ini
dapat berkembang dari low astrocytomas (WHO grade II) atau anaplastik
astrocytomas (WHO grade III). Pengobatan glioblastomas adalah paliatif dan
meliputi operasi, radioterapi, dan kemoterapi.1
Diagnosis tumor intrakranial ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi. Dengan
pemeriksaan klinis sulit menegakkan diagnosis tumor intrakranial dan membedakan
benigna atau maligna, karena gejala klinis yang ditemukan tergantung dari lokasi
tumor, kecepatan pertumbuhan masa tumor, dan cepatnya timbul gejala tekanan tinggi
intrakranial serta efek dari masa tumor kejaringan otak yang dapat menyebabkan
kompresi, infasi, dan destruksi dari jaringan otak. Walaupun demikian ada beberapa
jenis tumor yang mempunyai predileksi lokasi sehingga memberikan gejala yang
spesifik dari tumor intrakranial. Dengan pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi
dapat dibedakan tumor benigna dan maligna.2

BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Anatomi dan Fisiologi Otak

Otak merupakan bagian dari susunan saraf pusat yang terletak di cavum
cranii, otak dibentuk oleh cavum neuralis yang membentuk 3 gelembung embrionik
primer, yaitu prosenchephalon, mesensephalon, rhombhencephalon, untuk
selanjutnya berkembang membentuk 5 gelombang embrionik sekunder, yaitu
telencephalon, dienchephalon, mesencephalon, metenchepalon, dan myelencephalon.
Telencephalon membentuk Hemispaherum cerebri, corteks cerebri. Diencephalon
membentuk epithalamus, thalamus, hipothalamus, subthalamus, dan methatalamus.
Didalam diencephalon terdapat rongga; ventriculus tertius yang berhubungan dengan
ventriculus lateralis melalui foramen interventriculare (Monroi). Mesencephalon
membentuk corpora quadgemina dan crura cerebri, dalam mesencephalon terdapat
kanal sempit aquaductus sylvii yang menghubungkan ventriculus tertius dengan
ventriculus quartus. Metencephalon membentuk cerebellum dan pons, sedangkan
Myelencephalon membentuk medulla oblongata.3

Gambar.2.1.Anatomi Otak Manusia

2
Hemisfer cerebri jumlahnya sepasang, dipisah secara tidak sempurna oleh
fissura longitudinalis superior dan falx serebri, belahan kiri dan kanan dihubungkan
oleh corpus callosum. Hemisfer cerebri dibentuk oleh cortex cerebri, substantia alba,
ganglia basalis, dan serabut saraf penghubung yang dibentuk oleh axon dan dendrit
setiap sel saraf. Cortex cerebri terdiri dari selapis tipis substantia grissea yang
melapisi permukaan hemisfer cerebri. Permukaannya memiliki banyak sulcus dan
gyrus, sehingga memperbanyak jumlah selnya, diperkirakan terdapat 10 milyar sel
saraf yang ada pada kortek cerebri.3

Hemisfer cerebri memiliki 6 lobus; lobus frontalis, lobus parietalis, lobus


temporalis, lobus occipitalis, lobus insularis dan lobus limbik. Lobus frontalis, mulai
dari sulcus sentralis sampai kalopus centralis, terdiri dari gyrus precentralis, girus
frontalis superior, girus frontalis media, girus frontalis inferior, girus recrus, girus
orbitalis, dan lobulus paracentralis superior. Lobus parietalis, mulai dari sulcus
centralis menuju lobus occipitalis dan cranialis dari lobus temporalis, terdiri dari girus
post centralis, lobulus parietalis superior, dan lobulus parietalis inferior posterior.
Lobus temporalis, terletak antara polus temporalis dan polus occipitalis dibawah
sulcus lateralis. Lobus occipitalis terletak antara sulcus parieto-occipital dengan
sulcus preoccipitalis, memiliki dua bangunan, cuneus dan girus lingualis. Lobus
insularis, tertanam dalam sulcus lateralis. Lobus limbik, berbentuk huruf C dan
terletak pada dataran medial hemisfer cerebri.4

Lobus oksipitalis yang terletak di sebelah posterior bertanggung jawab untuk


penglihatan. Sensasi suara mula-mula diterima oleh lobus temporalis, yang terletak di
sebelah lateral.3

Lobus parietalis terutama bertanggung jawab untuk menerima dan mengolah


masukan sensorik seperti sentuhan, tekanan, panas, dingin, dan nyeri dari permukaan
tubuh. Sensasi-sensasi ini secara kolektif dikenal sebagai sensasi somestetik
(perasaan tubuh). Lobus parietal juga merasakan kesadaran mengenai posisi tubuh,
suatu fenomena yang disebut propriosepsi.3

3
Lobus frontalis bertanggung jawab terhadap tiga fungsi utama:
(1) aktivitas motorik volunteer
(2) kemampuan berbicara
(3) elaborasi pikiran.
Daerah di lobus frontalis belakang tepat di depan sulkus sentralis akhir di
neuron-neuron motorik eferen yang mencetuskan kontraksi otot rangka.3

Area Broca yang betanggung jawab untuk kemampuan berbicara, terletak di


lobus frontalis kiri dan berkaitan erat dengan daerah motorik korteks yang
mengontrol otot-otot penting untuk artikulasi.3

Daerah Wernicke yang terletak di korteks kiri pada pertemuan lobus-lobus


parietalis, temporalis, dan oksipitalis berhubungan dengan pemahaman bahasa.
Daerah ini berperan penting dalam pemahaman bahasa baik tertulis maupun lisan.
Selain itu, daerah ini bertanggung jawab untuk memformulasikan pola pembicaraan
koheren yang disalurkan melalui seberkas saraf ke daerah Broca, kemudian
mengontrol artikulasi pembicaraan.4

Daerah motorik, sensorik, dan bahasa menyusun hanya sekitar separuh dari
luas korteks serebrum keseluruhan. Daerah sisanya, yang disebut daerah asosiasi
berperan dalam fungsi yang lebih tinggi (fungsi luhur).3

Korteks asosiasi prafrontalis adalah bagian depan dari lobus frontalis tepat di
anterior korteks motorik. Peran sebagai:(1) perencanaan aktivitas volunteer (2)
pertimbangan konsekuensi-konsekuensi tindakan mendatang dan penentuan pilihan
(3) sifat-sifat kepribadian.3

Korteks asosiasi parietalis-temporalis-oksipitalis dijumpai pada pertemuan


ketiga lobus. Di lokasi ini dikumpulkan dan diintegrasikan sensasi-sensasi somatic,
auditorik, dan visual yang berasal dari ketiga lobus untuk pengolahan persepsi yang
kompleks.3

4
Pembentuk susunan saraf pusat adalah neuron yang jumlahnya mencapai 100
milyar, didukung oleh sel glia yang jumlahnya 10 kali lipat dari neuron. Setiap
neuron memiliki tonjolan panjang , akson yang berfungsi membawa informasi keluar
dari neuron (serabut eferen). Selain itu terdapat tonjolan pendek, dendrit yang
berfungsi membawa informasi menuju neuron (serabut aferen).4

Sel glia, atau neoroglia (hanya berada pada susunan saraf pusat) berfungsi
untuk menyangga dan metabolik terhadap neuron. Ada 4 macam sel neuroglia;
astrosit, oligodendrosit, makroglia dan mikroglia. 4

Astrosit

Astrosit mempunyai badan sel yang kecil dengan prosessus yang bercabang
kesegala arah. Ada dua macam astrosit: fibrosa dan protoplasmik. Astrosit
protoplasma terutama terdapat dalam substantia grissea otak dan medulla spinalis,
sedangkan astrosit fibrosa ditemukan dalam substantia alba. Astrosit berfungsi
menghantarkan impuls dan transmisi sinaptik dari neuron, selain itu astrosit juga
berfungsi sebagai fagosit dengan mengambil ujung ujung akson sinaptik yang
berdegenerasi. Setelah terjadi kematian neuron akibat penyakit, astrosit berproliferasi
dan mengisi ruang yang sebelumnya ditempati oleh neuron. 3 Proses ini disebut
penggantian gliosis. Astrosit juga berfungsi sebagai penyalur zat zat metabolit dari
kapiler darah ke neuron melalui kaki perivaskularnya.4

Oligodendrosit

Disebut juga oligodendroglia, terdapat dalam 2 lokasi, di dalam substansia


grissea dan di antara berkas-berkas akson di dalam substantia alba. Lainnya terletak
dalam posisi perivascular sekitar pembuluh darah. Oligodendroglia dan astrosit
merupakan neuroglia sejati dan berasal dari lapisan embrional ektodermal (sama
seperti neuron). Oligodendroglia berperan dalam pembentukan myelin.3

5
Gambar.2.2. Sel Glia Otak

Sel Ependim

Sel ependim membatasi ruang ruang didalam otak dan canalis centralis
medulla spinalis. Sel sel ini membentuk selapis sel kuboid atau kolumnar dan
memiliki mikrovili dan silia. Silia sering bergerak dan pergerakannya membantu
mengalirkan liquor cerebrospinalis. Ependimosit membantu sirkulasi liquor
cerebrospinalis didalam ventrikel otak dan canalis centralis medulla spinalis dengan
pergerakan silia.3

Pembuluh darah yang mendarahi otak terdiri dari :4

a. Pembuluh darah karotis akan bercabang menjadi tiga :

1. Arteri serebri anterior

2. Arteri serebri posterior

3. Arteri serebri interior

Ketiganya akan saling berhubungan melalui pembuluh darah yang disebut


arteri komunikan posterior.

b. Pembuluh darah vertebralis: memperdarahi batang otak dan kedua otak kecil,
kedua pembuluh darah tersebut akan saling berhubungan pada permukaan otak
pembuluh darah yang disebut anastomosis.

6
2.2. Definisi Glioblastoma

Glioblastoma adalah sebuah tumor sistem saraf pusat yang terbentuk dari sel
glial jaringan otak dan sumsum tulang belakang. Glioblastoma biasanya terjadi pada
orang dewasa dan mempengaruhi otak dari pada sumsum tulang belakang.

Glioblastoma multiforma (GBM) adalah tumor otak yang kadang-kadang


disebut astrositoma derajat tinggi atau kelas IV, yang tumbuh dengan cepat,
menyerang jaringan di dekatnya, dan mengandung sel-sel yang sangat ganas.

Pertumbuhan cepat jenis tumor sistem saraf pusat yang membentuk dari glial
(pendukung) jaringan otak dan sumsum tulang belakang dan memiliki sel yang
terlihat sangat berbeda dari sel normal. Glioblastoma biasanya terjadi pada orang
dewasa dan mempengaruhi otak lebih sering daripada sumsum tulang belakang. Juga
disebut GBM, glioblastoma, dan grade astrocytoma IV

2.3. Klasifikasi

Klasifikasi Tumor Otak 9


1. Berdasarkan jenis tumor

Jinak
a. Acoustic neuroma
b. Meningioma
c. Pituitary adenoma
d. Astrocytoma (grade I)
Malignant
a. Astrocytoma (grade 2,3,4)
b. Oligodendroglioma
c. Apendymoma

7
2. Berdasarkan lokasi
Tumor intradural
a. Ekstramedular
b. Cleurofibroma
c. Meningioma
d. Intramedular
e. Apendymoma
f. Astrocytoma
g. Oligodendroglioma
h. Hemangioblastoma
Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara,
prostat, tiroid, paru paru, ginjal dan lambung.

Klasifikasi lesi primer susunan saraf pusat dilakukan berdasarkan grading dan tipe
histologik.1
1. WHO grade I : tumor dengan potensi proliferasi rendah, kurabilitas pasca
reseksi cukup baik.
2. WHO grade II : tumor bersifat infiltratif , aktivitas mitosis rendah, namun
sering timbul rekurensi. Jenis tertentu cenderung untuk bersifat
progresif ke arah derajat keganasan yang lebih tinggi.
3. WHO grade III : gambaran aktivitas mitosis jelas, kemampuan infiltrasi
tinggi, dan terdapat anaplasia.
4. WHO grade IV : mitosis aktif, cenderung nekrosis, pada umumnya
berhubungan dengan progresivitas penyakit yang cepat pada
pre/post operasi.

8
Klasifikasi astrositoma secara umum dan yang paling banyak dipakai,
menurut World Health Organization dibagi didalam beberapa tipe dan grade (Lopes,
1993):

1. Astrositoma Pilositik (Grade I)

Tumbuh lambat dan jarang menyebar ke jaringan disekitarnya. Tumor ini

biasa terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. Biasanya terdapat pada hemisphere,

dienchepalon, optik, brain stem, cerebellar.

2. Astrositoma Difusa (Grade II)

Tumbuh lambat, namun menyebar ke jaringan sekitarnya. Beberapa dapat

berlanjut ke tahap berikutnya. Kebanyakan terjadi pada dewasa muda. Beberapa jenis

variannya : protoplasmic, gemistocytic, fibrillary.

3. Astrositoma Anaplastik (Grade III)

Sering disebut sebagai astrositoma maligna. Tumbuh dengan cepat dan

menyebar ke jaringan sekitarnya. Sel-sel tumornya terlihat berbeda dibanding dengan

sel-sel yang normal. Rata-rata pasien yang menderita tumor jenis ini berumur 41

tahun. Biasanya terdapat pada hemispheric, dienchepalis, optic, brain stem, cerebellar.

4. Gliobastoma multiforme (Grade IV)

Glioblastoma tidak memiliki garis tepi yang jelas. Sebaliknya, mereka

menunjukkan kecenderungan terkenal untuk menyerang lokal dan menyebar di

sepanjang white matter, seperti corpus callosum, kapsul internal, radiasi optik,

commissure anterior, fornix, dan daerah subependymal. Penyebaran tersebut dapat

membuat tampilan beberapa glioblastomas atau glioma multisenter pada pencitraan.

2.4. Patofisiologi Glioblastoma

9
Astrositoma sering menginfiltrasi otak dan sering berkaitan dengan kista
dalam berbagai ukuran. Pada umumnya astrositoma tidak bersifat ganas, walaupun
dapat mengalami perubahan keganasan berupa glioblastoma, yaitu suatu astrositoma
yang sangat ganas. Tumor-tumor ini pada umumnya tumbuh lambat. Astrositoma
derajat I memperlihatkan gambaran astrosit yang tidak banyak berbeda dengan
astrosit normal, hanya saja jumlahnya berbeda, sehingga kepadatannya dalam suatu
daerah menonjol.7

Astrositoma derajat II,III, dan IV secara berturut-turut memperlihatkan segi-


segi keganasan yang meningkat. Astrositoma derajat III menggambarkan gambaran
histologik yang sudah mitotik, infiltratif dan ekspansif sehingga banyak necrosis dan
hemoragik. Astrositoma derajat IV, berbagai jenis sel dalam tahap mitosis dijumpai
baik dalam formasi yang khas, maupun yang tersebar secara tidak teratur dengan
banyak nekrosis dan hemoragi maka astrositoma derajat III dan IV diberi nama
tersendiri yaitu Glioblastoma multiform. Sampai timbul gejala (misal: serangan
epilepsi maupun nyeri kepala). Eksisi bedah lengkap pada umumnya tidak dapat
dilakukan karena tumor bersifat invasif, tapi bersifat residif terhadap radiasi.7

Glioblastoma dapat diklasifikasikan sebagai tumor primer atau sekunder.


Primer glioblastoma untuk sebagian besar kasus sekitar 60% pada orang dewasa yang
lebih tua dari 50 tahun. Tumor ini merupakan tumor de novo yaitu, tanpa bukti klinis
atau histopatologis dari yang sudah ada sebelumnya. Penampakan klinis singkat,
biasanya kurang dari 3 bulan. Multiformes glioblastoma sekunder sekitar 40%
biasanya berkembang pada pasien yang lebih muda (<45tahun) melalui
perkembangan ganas dari astrocytoma grade rendah (WHO grade II) atau
astrocytoma anaplastik (WHO grade III). Beberapa kelainan genetik yang lebih
umum dijelaskan sebagai berikut :
1. Hilangnya heterozigositas (LOH): LOH pada kromosom 10q lengan adalah
perubahan gen yang paling sering untuk glioblastomas primer maupun sekunder,
melainkan terjadi pada 60-90% kasus. Mutasi ini tampaknya khusus untuk
glioblastoma dan ditemukan jarang di kelas tumor lainnya.

10
2. Mutasi pada p53, gen penekan tumor, berada di antara perubahan genetik
pertama kali diidentifikasi pada tumor otak astrocytic. Gen p53 muncul untuk
dihapus atau diubah pada sekitar 25-40% dari semua multiformes glioblastoma,
lebih sering pada multiformes glioblastoma sekunder. P53 immunoreactivity juga
tampaknya terkait dengan tumor yang timbul pada pasien yang lebih muda.
3. Epidermal growth factor ( EGFR ) gen Epidermal : Gen EGFR terlibat dalam
pengendalian proliferasi sel. Beberapa mutasi genetik yang jelas, termasuk
berlebih dari reseptor serta penyusunan ulang yang menghasilkan isoform
terpotong. Namun, semua mutasi yang relevan secara klinis tampaknya
mengandung fenotipe yang sama menyebabkan peningkatan aktivitas. Tumor ini
biasanya menunjukkan hilangnya simultan kromosom 10 tetapi jarang p53
mutasi bersamaan. Ekspresi atau aktivasi mutasi pada gen ini lebih sering terjadi
pada glioblastoma primer, dengan mutasi muncul dalam 40-50% dari tumor ini.
Salah satu varian umum seperti, EGFRvIII, telah menjanjikan sebagai target
untuk inhibitor kinase, immunotoxins, dan vaksin peptida.

4. Dehidrogenase isocitrate (IDH) adalah enzim siklus asam sitrat yang


mengkatalisis konversi isositrate ke ketoglutarat. Isoenzim IDH1 dan IDH2 sering
bermutasi pada glioma. IDH1, khususnya, bermutasi dalam 70-80% dari kelas II dan
III astrocytomas, oligodendrogliomas, oligoastrocytoma, dan glioblastoma. Salah satu
bagian dari glioma mutan IDH1 memiliki TP53 mutasi dan kehilangan Rhatj (lihat di
bawah) dan bagian lain memiliki kehilangan 1p19q (sse oligodendroglioma bawah).
Mutasi IDH dapat membuat sel-sel tumor meningkatkan kerentanannya terhadap

11
kerusakan oksidatif. Deteksi mutasi IDH1 oleh imunohistokimia adalah alat penting
dalam diagnosis glioma.4

5. Kehilangan PTEN (Phosphatase and Tensin Homologue Deletion in


Chromosome Ten)

Glioblastoma terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal


secara sangat cepat daerah central nervous system (CNS). Sel ini akan terus
berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya, mengakibatkan terjadi
gangguan neurologis. Gangguan neurologik pada tumor otak biasanya dianggap
disebabkan oleh dua faktor : gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan kenaikan
tekanan intracranial, kejang.7

1. Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan
infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi.7

2. Serangan kejang sebagai gejala perubahan kepekaan neuron dihubungkan


dengan kompesi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor
membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga
memperberat ganggguan neurologis fokal.

3. Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor:


bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan
perubahan sirkulasi cairan serebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan
bertambahnya massa, karena tumor akan mengambil ruang yang relatif dari ruang
tengkorak. Tumor ganas menimbulkan oedema dalam jaringan otak.6,7

Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak,
semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial dan meningkatkan tekanan

12
intrakranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan
subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.6

Mekanisme kompensasi bekerja dalam menurunkan volume darah


intrakranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi
sel-sel parenkim, kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus
atau serebelum yang timbul bila girus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior
melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan
mesensenfalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak.
Kompresi medula oblogata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intrakranial yang cepat adalah
bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan gangguan
pernafasan.6

2.5. Pemeriksaan Diagnostik

Dalam menegakkan diagnosis tumor otak adalah dengan mengetahui jenis


tumor, karakteristik, lokasi, batas, hubungannya dengan system ventrikel, dan
hubungannya dengan struktur vital otak misalnya sirkulus willisi dan hipotalamus.
Selain itu juga diperlukan periksaan radiologis canggih yang invasive maupun non
invasive. Pemeriksaan non invasive mencakup CT scan dan MRI bila perlu diberikan
kontras agar dapat mengetahui batas-batas tumor. Pemeriksaan invasive seperti
angiografi serebral yang dapat memberikan gambaran system pendarahan tumor, dan
hubungannya dengan system pembuluh darah sirkulus willisi selain itu dapat
mengetahui hubungan massa tumor dengan vena otak dan sinus duramaternya.8

1. Computed tomography
Pada CT scan, glioblastomas biasanya muncul sebagai lesi hipodens
berbentuk tidak teratur dengan zona ringlike dengan peningkatan kontras dan
penumbra edema serebral.1

13
Gambar 1. CT scan dengan pemberian kontras adalah multidensitas

dengan gambaran central nekrotik

2. Magnetic resonance imaging, dengan dan tanpa kontras


Magnetic resonance imaging (MRI) secara signifikan lebih sensitif terhadap
tumor. Gambaran yang diberikan hampir sama dengan CT-Scan yaitu Multi intensitas
namun MRI lebih sensitive dalam mendignosis glioblastoma, karena MRI
memperkuat keterlibatan jaringan lunak sekitar.1

Gambar 2. MRI menunjukkan tumor dari lobus frontal kanan.

14
3. Positron Emission Tomography (PET)
Positron emission tomography (PET) scan merupakan salah satu yang paling
sering digunakan prosedur pencitraan molekular. Pencitraan molekular adalah jenis
pencitraan medis yang memberikan gambaran secara rinci tentang apa yang terjadi di
dalam tubuh pada tingkat molekuler dan seluler.2
Untuk membantu menentukkan lokasi tumor yang tepat, dilakukan beberapa
pemeriksaan tambahan, yaitu: 8

CT- Scan memberikan info spesifik mengenai jumlah, ukuran dan kepadatan
jejas tumor serta meluasnya edema serebral sekunder

Gambar 2.4 Hasil CT-Scan tumor otak

MRI membantu mendiagnosis tumor otak dengan cara mendeteksi jejas tumor
yang kecil dan tumor didalam batang otak dan daerah hipofisis.

Gambar 2.5 Hasil MRI Tumot Otak (tampak samping)

15
Gambar 2.6 Hasil MRI Tumor Otak (tampak atas)

Angiografi serebral memberikan gambaran tentang pembuluh darah serebral


dan letak tumor serebral.

2.6. Penatalaksanaan Tumor Otak

Pengobatan glioblastoma tersedia saat ini adalah pengobatan kuratif. Beberapa


hambatan tetap ada, termasuk heterogenitas tumor, lokasi tumor di daerah di mana itu
berada di luar jangkauan kontrol lokal, dan cepat, kekambuhan tumor agresif. Oleh
karena itu, pengobatan pasien dengan glioma ganas masih tetap paliatif dan meliputi
operasi, radioterapi, dan kemoterapi.
Setelah diagnosis awal glioblastoma (GBM), pengobatan standar terdiri dari
reseksi bedah maksimal, radioterapi, dan kemoterapi bersamaan dan adjuvant dengan
temozolomide. Temozolomide adalah agen alkilasi oral aktif yang digunakan untuk
orang-orang yang baru didiagnosis dengan glioblastoma.
Terapi radiasi, operasi atau pembedahan dikombinasikan dengan kemoterapi
telah ditunjukkan untuk memperpanjang kelangsungan hidup pada pasien dengan
glioblastoma multiformes dibandingkan dengan pembedahan saja. Penambahan
radioterapi operasi mampu meningkatkan ketahanan hidup pasien.
Salah satu tindakan yang akan dilakukan pada pasien dengan glioblastoma
adalah tindakan pembedahan. Tumor ini tidak dapat disembuhkan dengan operasi,
tujuan bedah untuk menegakkan diagnosa patologis, meringankan efek massa, dan,
jika mungkin, mencapai total reseksi untuk memfasilitasi terapi adjuvan. Pemilihan
16
jenis terapi pada tumor otak tergantung pada beberapa faktor, antara lain:8

Kondisi umum penderita


Tersedianya alat yang lengkap
Pengertian penderita dan keluarganya
Luasnya metastasis.

Penatalaksanaan Menurut Brunner dan Suddarth 1987 : 9

1. Pembedahan
2. Radiotherapi

3. Kemotherapy

Jika tumor tersebut tidak dapat disembuhkan dengan pembedahan, kemoterapi


tetap diperlukan sebagai terapi tambahan dengan metode yang beragam. Pada tumor-
tumor tertentu seperti meduloblastoma dan astrositoma stadium tinggi yang meluas
ke batang otak, terapi tambahan berupa kemoterapi dan regimen radioterapi dapat
membantu sebagai terapi paliatif. Pemberian obat-obatan anti tumor yang sudah
menyebar dalam aliran darah. Obat-obatan yang digunakan : Nitroseurea, BCNU dan
CCNU karena obat ini mampu melewati sawar darah / otak. Selama pemberian obat-
obatan ini pasien harus menghindari makanan yang tinggi tiramin (misalnya anggur,
yogurt, keju, hatiayam, pisang) dan alcohol, karena pokorbazine menghambat dan
melemahkan aktivitas inhibitor monoamine oksidase (MAO). Prokabazine dikaitkan
dengan mual dan muntah yang mungkin hilang atau berkurang saat pertama kali atau
saat pengobatan sedang dilakukan. Efek samping : lelah, mual,muntah, hilang nafsu
makan, kerontokan membuat, mudah terserang penyakit.8

4. Manipulasi hormonal dan imunoterapi


Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah
bermetastase. Sedangkan untuk imunoterapi dengan menggunakan antibody
monoclonal yang diciptakan secara khusus untuk menyerang dan menghancurkan sel
tumor otak.9

17
5. Terapi Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat membantu mengurangi sakit kepala dan perubahan
kesadaran. Hal ini dianggap bahwa kortikosteroid (deksametason, prednison)
menurunkan radang sekitar pusat metastase dan menurunkan edema sekitarnya. Obat-
obat lain mencakup agen-agen osmotic (manitol, gliserol) untuk menurunkan cairan
pada otak, yang ditunjukkan dengan penurunan TIK. Obat-obat anti kejang (penitoin)
digunakan untuk mencegah dan mengobati kejang.9
Dalam menilai keberhasilan pengobatan maka ada beberapa kriteria penilaian:
Kriteria RANO

Kriteria Macdonald

Kriteria AVAglio

2.7. Diagnosa Banding

Gejala yang paling sering dari tumor otak adalah peningkatan tekanan
intrakranial, kejang dan tanda deficit neurologik fokal yang progresif. Setiap proses
desak ruang di otak dapat menimbulkan gejala diatas, sehingga agak sukar
membedakan tumor otak dengan beberapa hal berikut :10

Abses intraserebral
Epidural hematom
Hipertensi intrakranial benigna
Meningitis kronik.

2.8. Komplikasi Tumor Otak

Komplikasi tumor otak ialah :9

- Herniasi otak
- Nekrosis radiasi dan neuropati akibat kemoterapi

2.9. Prognosis Tumor Otak

18
Waktu hidup rata-rata dari waktu diagnosis tanpa pengobatan adalah 3 bulan,
Bertambahnya usia (> 60 tahun) membawa risiko prognostic yang buruk. Kematian
biasanya karena edema serebral atau peningkatan tekanan intrakranial.

Sebuah tes DNA dapat dilakukan pada glioblastoma untuk menentukan


apakah ada atau tidak promotor dari gen MGMT yang termutilasi. Penanda
prognostik lain yang positif bagi pasien glioblastoma adalah mutasi gen IDH1, yang
dapat diuji dengan metode berbasis DNA atau dengan imunohistokimia menggunakan
antibodi terhadap mutasi yang paling umum, yaitu IDH1-R132H.

Banyak manfaat jangka panjang terhadap pasien jika melakukan operasi,


radioterapi, dan kemoterapi temozolomide pada glioblastoma. Usia di bawah 50
tahun memiliki prognosa yang lebih.

BAB III

19
KESIMPULAN

Tumor otak termasuk penyakit yang sulit terdiagnosa secara dini. Secara
klinis sukar membedakan antara tumor otak yang benigna atau yang maligna, karena
gejala yang timbul ditentukan pula oleh lokasi tumor, kecepatan tumbuhnya,
kecepatan terjadi tekanan tinggi intrakranial dan efek masa tumor ke jaringan otak.
Dipikirkan menderita tumor otak bila didapat adanya gangguan cerebral umum yang
bersifat progresif, adanya gejala tekanan tinggi intrakranial dan adanya gejala
sindrom otak yang spesifik. Pemeriksaan radiologi, dalam hal ini CT Scan berperan
dalam diagnosa tumor otak, sedang diagnosa pasti tumor otak benigna atau maligna
dengan pemeriksaan patologi-anatomi

DAFTAR PUSTAKA

20
1. Alex L, Chi-Shing Z, Bernard D, Robert M. 2013. Imaging in Glioblastoma
Multiforme. Emedicine. Medscape. http://emedicine.medscape.com. Diakses 26
Januari 2016
2. Drive SM. 2013. What is PET? Society of Nuclear Medicine and Molecular
Imaging. http://www.snm.org . Diakses 26 Januari 2016
3. Jeffrey B, Jules H, Kennedy B. 2013. Improved survival in glioblastoma patients
who take bevacizumab in Glioblastoma multiforme. Emedicine. Medscape
http://emedicine.medscape.com. Diakses 26 January 2016
4. Lopes MBS, VandenBerg SR, Scheithauer BW. The World Health Organization
classification of nervous system tumors in experimental neuro-oncology. In A.J.
Levine and H.H. Schmidek, eds. Molecular Genetics of Nervous System
Tumors Wiley-Liss, New York, pp. 1-36, 2010. http://neurosurgery.mgh.harvard.edu.
Diakses 26 Januari 2016
5. Matthew J, Khoi D, Jon D,Kaisorn L, B.S, Frank J, Attenello et al. 2009. Gliabel
(BCNU) wafer plus concomitant temozolomide therapy after primary resection of
glioblastoma multiforme. Journal Of Neurosurgery. Vol 110. No.3. Page: 583-588.
http://thejns.org. Diakses 26 January 2016
6. Preusser M, de Ribaupierre S, Wohrer A, et al. 2011. Current concepts and
management of glioblastoma. Ann Neurol.;70(1):9-21. [Medline]. Diakses 26 January
2016
7. Ryken TC, Frankel B, Julien T, Olson JJ. 2008. Surgical management of newly
diagnosed glioblastoma in adults: role of cytoreductive surgery. J
Neurooncol.;89(3):271-86. In Improved survival in glioblastoma patients who take
bevacizumab in Glioblastoma multiforme. http://emedicine.medscape.com. Diakses
26 January 2016
8. Sanai N, Berger MS. 2008. Glioma extent of resection and its impact on patient
outcome. Neurosurgery.;62(4):753-64; discussion 264-6. [Medline]. Diakses 26
January 2016

21
9. Shepard R, 2012. Glioblastoma Multiform. American Association of Neurological
Surgeons. http://www.aans.org. Diakses 26 January 2016
10. Agamanolis D, 2015. Tumors Of The Central Nervous System. Neuropathology.
http://neuropathology-web.org. Diakses 26 January 2016

22

Anda mungkin juga menyukai