Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan


dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal
kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh.

Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem


muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan
timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit
reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan
muskuloskeletal terutama adalah osteoartritis. Kejadian penyakit tersebut
akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia.

Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga


fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih
guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan meningkatnya usia menjadi tua
fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut tidak selalu
mengalami atau menderita reumatik. Bagaimana timbulnya kejadian
reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti. Tak
kenal maka tak sayang, mungkin istilah ini tepat untuk menggambarkan
ketakutan seseorang saat divonis oleh dokter menderita rematik. Rematik
bukanlah akhir dari segalanya, oleh karena itu kenalilah sejak dini tanda-
tandanya. Setiap jenis remaik memiliki gejala yang berbeda-beda. Jika dua
orang mengeluh nyeri pada lutut belum tentu keduanya menderita jenis
yang sama.
Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering
muncul pada usia lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan
lebih sering dijumpai pada usia diatas 60 tahun.

Secara klinis osteoartritis ditandai dengan nyeri, deformitas,


pembesaran sendi dan hambatangerak pada sendi-sendi tangan dan sendi
besar. Seringkali berhubungan dengan trauma maupun mikrotrauma yang
berulang-ulang, obesitas, stress oleh beban tubuh dan penyakit-penyakit
sendi lainnya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum :

Agar mahasiswa dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan yang tepat


bagi lansia dengan penyakit osteoatritis.

2. Tujuan Khusus :

Kami sebagai perawat memahami pengkajian asuhan keperawatan,


perencanaan tindakan, diagnosa keperawatan, evaluasi tindakan, dan
mendokumentasikan tindakan pada kasus lansia dengan penyakit
osteoatritis.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Osteoartritis
Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada
usia lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering
dijumpai pada usia diatas 60 tahun. Penyakit ini merupakan penyakit
kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan
dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas,
pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi sendi tangan dan sendi
besar yang menanggung beban.
Penyakit Sendi Degeneratif ( osteoartritis) adalah penyakit kerusakan
tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan penyebabnya belum
diketahui (Kalim, IPD,1997).Atau gangguan pada sendi yang bergerak (
Price & Wilson,1995). Osteoarthritis yang juga dikenal sebagai penyakit
sendi degeneratif atau osteoarthritis (sekalipun terdapat inflamasi)
merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali
menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas).

B. Etiologi Osteoartritis
Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap,
namun beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain
adalah :

1. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan
adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin
meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak
pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan
sering pada umur diatas 60 tahun.
2. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan
lelaki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan
leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis
kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun
frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis
missal, pada ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-
sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis
pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung
mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dananak perempuan
dari wanita tanpa osteoarthritis.
4. Suku.
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis
nampaknya terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa,
misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit
hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai
pada orang orang Amerika asli dari pada orang kulit putih.
5. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan
meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita
maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan
osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan
osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).
C. Patofisiologi Osteoartritis

Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik,


tidak meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses
penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai
dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi.

Osteoarthritis dapat dianggap sebagai hasil akhir banyak proses


patologi yang menyatu menjadi suatu predisposisi penyakit yang
menyeluruh. Osteoarthritis mengenai kartiloago artikuler, tulang
subkondrium ( lempeng tulang yang menyangga kartilago artikuler) serta
sinovium dan menyebabkan keadaan campuran dari proses degenerasi,
inflamasi, serta perbaikan. Proses degeneratif dasar dalam sendi telah
berkembang luas hingga sudah berada diluar pandangan bahwa penyakit
tersebut hanya semata-mata proses aus akibat pemakaian yang
berhubungan dengan penuaaan. Faktor resiko bagi osteoarthritis mencakup
usia, jenis kelamin wanita, predisposisi genetic, obesitas, stress mekanik
sendi,trauma sendi, kelainan sendi atau tulang yang dialami sebelumnya, dan
riwayat penyakit inflamasi, endokrin serta metabolik. Unsur herediter
osteoarthritis yang dikenal sebagai nodal generalized osteoarthritis ( yang
mengenal tiga atau lebih kelompoksendi) telah dikomfirmasikan. Tipe
osteoarthritis ini meliputi proses inflamasi primer.

Wanita pascamenopause dalam keluarga yang sama ternyata


memiliki tipe osteoarthritis pada tangan yang ditandai dengan timbulnya
nodus pada sendi interfalang distal dan proksimal tangan. Gangguan
congenital dan perkembangan pada koksa sudah diketahui benar sebagai
predisposisi dalam diri seseorang untuk mengalami osteartritis koksa.
Gangguan ini mencakup sublokasi-dislokasi congenital sendi
koksa,displasia, asetabulum, penyakit Legg-Calve-Perthes dan pergeseran
epifise kaput femoris.

Obesitas memiliki kaitan dengan osteoarthritis sendi lutut pada


wanita. Meskipun keadaan ini mungkin terjadi akibat stress mekanik
tambahan, dan ketidaksejajaran sendi lulut terhadap bagian tubuh lainnya
karena diameter paha, namun obesitas dapat memberikan efek metabolik
langsung pada kartilago. Secara mekanis,obesitas dianggap meningkatkan
gaya sendi dan arena itu menyebabkan generasi kartilago. Teori faktor
metabolik yang berkaitan dengan dan menyebabkan osteoarthritis. Obesitas
akan disertai dengan peningkatan masa tulang subkondrium yang dapat
menimbulkan kekakuan pada tulang sehingga menjadi kurang lentur
terhadap dampak beban muatan yang akan mentrasmisikan lebih besar gaya
pada kartilago artikuler yang melapisi atasnya dan dengan demikian memuat
tulang tersebut lebih rentan terhadap cidera. Faktor-faktor mekanis seperti
trauma sendi, aktivitas olahraga dan pekerjaan juga turut terlibat. Factor-
faktor ini mencakup kerusakan pada ligamentum krusiatum dan robekan
menikus, aktivitas fisik yang berat dan kebiasaan sering berlutut.

Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan


kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut
diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom
menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di
sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi
yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan,
seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan
proksimasi. Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan
terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami
atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi
tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena
peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas
congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma
pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan
fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada
akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran,
tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang
menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau
nodulus. ( Soeparman ,1995)
PATHWAY
D.Manifestasi Klinis
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang
terkena, etrutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan.
Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan
istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi,
pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat
pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak emnonjol dan timbul
belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri
tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan,
antara lain;
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya
bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.
Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang
lebih dibandingkan gerakan yang lain.
2. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-
pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
3. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah
immobilisasi, seperti duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.
4. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadqang-kadang dapat terdengar) pada sendi
yang sakit.
5. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut
atau tangan yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar.
6. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut
atau panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan
gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk
kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).

E. Pencegahan Osteoartritis

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, agar kita terhindar dari
osteoarthritis :

1. Menghindari olahraga yang bisa meyebabkan sendi terluka

2. Mengontrol berat badan agar berat yang ditopang oleh sendi menjadi
ringan

3. Minum obat untuk mencegah osteoarthritis

F. Pemeriksaan Penunjang Osteoartritis

Pada pemeriksaan laboratorium darah tepi, imunologi dan cairan


sendi umumnya tidak ada kelainan, kecuali osteoarthritis yang disertai
paeradangan.pada pemerikasaan radiology didapatkan penyempitan rongga
sendi disertai sclerosis tepi persendian. Mungkin terjadi deformitas,
osteoarthritis atau pembentukan kista juksta artikular. Kadang-kadang
tampak gambaran taji(spur formation), liping pada tepi-tepi tulang, dan
adanya tulang-tulang yang lepas.

G. Penatalaksanaan Osteoartritis

1. Terapi Farmakologi

a. Edukasi
b. Terapi fisik atau rehabilitasi

c. Penurunan Berat Badan

2. Terapi Non Farmakologi

Ada beberapa cara dalam penanganan osteoarthritis non farmakologi,


diantaranya :

a. Olahraga

Olahraga dapat mengurangi rasa sakit dan dapat membantu


mengontrol berat badan. Olahraga untuk osteoarthritis misalnya
berenang dan jogging.

b. Menjaga sendi

Menggunakan sendi dengan hati-hati dapat menghindari


kelebihan stres pada sendi.

c. Panas/dingin

Panas didapat, misalnya dengan mandi air panas. Panas dapat


mengurangi rasa sakit pada sendi dan melancarkan peredaran darah.
Dingin dapat mngurangi pembengkakan pada sendi dan mengurangi
rasa sakit. Dapat didapat dengan mengompres daerah yang sakit
dengan air dingin.

d. Viscosupplementation

Merupakan perawatan dari Canada untuk orang yang terkena


osteoarthritis pada lutut, berbentuk gel.
e. Pembedahan

Apabila sendi sudah benar-benar rusak dan rasa sakit sudah


terlalu kuat, akan dilakukan pembedahan. Dengan pembedahan, dapat
memperbaiki bagian dari tulang.

f. Akupuntur

Dapat mengurangi rasa sakit dan merangsang fungsi sendi.

H. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan serologi

2. Foto Rontgent polos menunjukkan penurunan progresif massa kartilago


sendi sebagai penyempitan rongga sendi

3. Pemeriksaan zat besi dan kalsium

I. Komplikasi

1. Gangguan/kesulitan gerak
2. Kelumpuhan yang menurunkan kualitas hidup penderita.
3. Resiko jatuh
4. Patah tulang

J. Asuhan Keperawatan Osteoarthritis

A. Pengkajian
-AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala :Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress
pada sendi : kekakuan pada pagi hari. Keletihan

Tanda :Malaise Keterbatasan rentang gerak ; atrofi otot, kulit : kontraktur


atau kelainan pada sendi dan otot

-KARDIOVASKULER

Gejala :Jantung cepat, tekanan darah menurun

-INTEGRITAS EGO

Gejala:Faktor-faktor stress akut atau kronis : Misalnya finansial,


pekerjaan, ketidakmampuan, factor-faktor hubungan Keputusasaan dan
ketidak berdayaan Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas
pribadi misalnya ketergantungan pada orang lain

-MAKANAN ATAU CAIRAN

Gejala :Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/


cairan adekuat : mual. Anoreksia Kesulitan untuk mengunyah

Tanda :penurunan berat badan Kekeringan pada membran mukosa

-HEIGINE

Gejala :berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi,


ketergantungan pada orang lain.

-NEUROSENSORI
Gejala :kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada
jari tangan
Tanda: Pembengkakan sendi
-NYERI / KENYAMANAN
Gejala: fase akut dari nyeri Terasa nyeri kronis dan kekakuan

-KEAMANAN
Gejala:Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
Kekeringan pada mata dan membran mukosa

-INTERAKSI SOSIAL
Gejala: kerusakan interaksi dan keluarga /
orang lsin : perubahan peran: isolasi

Diagnosa 1: Nyeri b/d penurunan fungsi tulang


Kriteria hasil: nyeri hilang atau tekontrol
INTERVENSI RASIONAL
mandiri
1. kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan 1. membantu dalam menentukan
intensitas (skala 0-10). Catat kebutuhan managemen nyeri dan
factor-faktor yang mempercepat keefektifan program
dan tanda-tanda rasa sakit non
verbal 2. matras yang lembut/empuk, bantal
yang besar akan mencegah
2. berikan matras atau kasur keras, pemeliharaan kesejajaran tubuh
bantal kecil. Tinggikan linen yang tepat, menempatkan setres
tempat tidur sesuai kebutuhan pada sendi yang sakit. Peninggian
linen tempat tidur menurunkan
3. biarkan pasien mengambil tekanan pada sendi yang
posisi yang nyaman pada waktu terinflamasi / nyeri
tidur atau duduk
dikursi.Tingkatkan istirahat 3. pada penyakit berat, tirah baring
ditempat tidur sesuai indikasi mungkin diperlukan untuk
membatasi nyeri atau cedera sendi.
4. dorong untuk sering mengubah
posisi. Bantu pasien untuk 4. Mencegah terjadinya kelelahan
bergerak di tempat tidur, sokong umum dan kekakuan sendi.
sendi yang sakit di atas dan di Menstabilkan sendi, mengurangi
bawah, hindari gerakan yang gerakan/rasa sakit pada sendi
menyentak
5. Panas meningkatkan relaksasi otot
5. anjurkan pasien untuk mandi dan mobilitas, menurunkan rasa
air hangat atau mandi pancuran sakit dan melepaskan kekakuan di
pada waktu bangun. Sediakan pagi hari. Sensitifitas pada panas
waslap hangat untuk mengompres dapat dihilangkan dan luka dermal
sendi-sendi yang sakit beberapa dapat disembuhkan
kali sehari. Pantau suhu air
kompres, air mandi 6. Meningkatkan
elaksasi/mengurangi tegangan otot
6. berikan masase yang lembut

kolaborasi 7. Meningkatkan relaksasi,


mengurangi
7. beri obat sebelum aktivitas atau
latihan yang direncanakan sesuai
petunjuk seperti asetil salisilat
(aspirin)
Diagnosa 2 : Intoleran aktivitas b/d perubahan otot.
Kriteria Hasil : Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.
INTERVENSI RASIONAL
1. Perahankan istirahat tirah 1. Untuk mencegah kelelahan dan
baring/duduk jika diperlukan. mempertahankan kekuatan.

2. Bantu bergerak dengan bantuan 2. Meningkatkan fungsi sendi,


seminimal mungkin. kekuatan otot dan stamina umum.

3. Dorong klien mempertahankan 3. Memaksimalkan fungsi sendi dan


postur tegak, duduk tinggi, berdiri mempertahankan mobilitas.
dan berjalan.

4. Berikan lingkungan yang aman 4. Menghindari cedera akibat


dan menganjurkan untuk kecelakaan seperti jatuh.
menggunakan alat bantu. Berikan
obat-obatan
5. Untuk menekan inflamasi sistemik
5. sesuai indikasi seperti steroid. akut.

Diagnosa 3 :Resiko tinggi cedera b/d penurunan fungsi tulang


Kriteria Hasil :mpertahankan keselamatanKlien dapat mefisik.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kendalikan lingkungan dengan : 1. Lingkungan yang bebas bahaya
Menyingkirkan bahaya yang akan mengurangi resiko cedera
tampak jelas, mengurangi dan membebaskan keluaraga dari
potensial cedera akibat jatuh ketika kekhawatiran yang konstan.
tidur misalnya menggunakan
penyanggah tempat tidur,
usahakan posisi tempat tidur 2. Hal ini akan memberikan pasien
rendah, gunakan pencahayaan merasa otonomi, restrain dapat
malam siapkan lampu panggil meningkatkan agitasi,
memantau regimen medikasi mengegetkan pasien

2. Izinkan kemandirian dan


kebebasan maksimum dengan
memberikan kebebasan dalam
lingkungan yang aman, hindari
penggunaan restrain, ketika pasien
melamun alihkan perhatiannya
ketimbang mengagetkannya.

Diagnosa 4 : Perubahan pola tidur b/d nyeri


Kreteria hasil : klien dapat memenuhi kebutan istirahat dan tidur
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1. Tentukan kebiasaan tidur 1. Mengkaji perlunya dan
biasanyna dan perubahan yang mengidentifikasi intervensi yang
terjadi tepat
2. Berikan tempat tidur yang nyaman 2. Meningkatkan kenyamanan tidur
serta dukungan
3. Buat rutinitas tidur baru yang fisiologis/psikologis
dimasukkan dalam pola lama dan
lingkungan baru 3. Bila rutinitas baru mengandung
aspek sebanyak kebiasaan lama,
4. Instruksikan tindakan relaksasi stress dan ansietas yang
berhubungan dapat berkur
5. Tindakan regimen kenyamanan Membantu menginduksi tidur
waktu tidur, misalnya mandi
hangat dan missage. 4. Meningkatkan efek relaksasi

6. Gunakan pagar tempat tidur sesuai 5. Dapat merasakan takut jatuh


indikasi : rendahkan tempat tidur karena perubahan ukuran dan
bila mungkin tinggi tempat tidur, pagar tempat
tidur memeberi keamanan untuk
7. Hindari bilang mengganggui bila membantu merubah posisi
mungkin, misalnya
membangunkan untuk obat atau 6. Tidur tanpa gangguan lebih
terapi menimbulkan rasa segar, dan
pasien bila mungkin tidak mampu
kembali tidur bila terbangun

7. Mungkin diberikan untuk


membantu pasien tidur atau
istirahat
Diagnosa 5 : difisit perawatan diri b/d nyeri
Kriteria hasil :klien dapat melaksanakan aktvitas perawatan sendiri secara
mandiri

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat fungsi fisik 1. Mengidentifikasi tingkat
bantuan/dukungan yang
2. Pertahankan mobilitas kontrol diperlukan
terhadap nyeri dan program latihan
2. Mendukung kemandirian
3. Kaji hambatan terhadap partisispasi fisik/emosional
dalam perawatan diri, identifikasi
untuk modifikasi lingkungan 3. Menyiapkan untuk meningktkan
kemandirian yang akan
4. Identifikasi perawatan yang meningkatkan harga diri
diperlukan misalnya : lift,
peninggian dudukan toilet, kursi 4. Memeberikan kesempatan untuk
roda melakuakan aktivitas secara
mandiri
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering
muncul pada usia lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan
lebih sering dijumpai pada usia diatas 60 tahun. Penyakit ini merupakan
penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan
berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri,
deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi sendi
tangan dan sendi besar yang menanggung beban.

B. Saran

Dengan di susunnya makalah ini mengharapkan kepada semua


pembaca agar dapat menelaah dan memahami apa yang telah tertulis dalam
makalah ini sehingga sedikit banyak bisa menambah pengetahuan pembaca.
Di samping itu kami juga mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca
sehingga kami bisa berorientasi lebih baik pada makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Kalim, Handono. 1996. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Mansjoer, Arif, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. jakarta : Media Aesculapius


FKUI.

Prince, Sylvia Anderson. 2000. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit., Ed. 4,

Jakarta : EGC.

R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi (1999). Geriatri Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut, Jakarta :

Balai Penerbit FK Universitas Indonesia

http://nurwahidahnersuh07.blogspot.com/2009/10/asuhan-keperawatan-
osteoartritis.html

Anda mungkin juga menyukai