PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pendidikan, secara nasional tujuan pendidikan tercantum dalam pembukaan Undang undang
dasar 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Gambaran tentang ciri ciri kedewasaan
yang perlu dikembangkan pada anak didik dapat ditemukan dalam penentuan perumusan
mengenai tujuan pendidikan, baik pada taraf nasional maupun taraf pengelolaan institusi
pendidikan.
Perumusan suatu tujuan pendidikan yang menetapkan hasil yang harus diperoleh
siswa selama belajar, dijabarkan atas pengetahuan dan pemahaman, keterampilan, sikap dan
nilai yang telah menjadi milik mahasiswa. Adanya tujuan tertentu memberikan arah pada
usaha para pengelola pendidikan dalam berbagai taraf pelaksanaan. Dengan demikian usaha
mereka menjadi tidak sia sia karena bekerja secara profesional dengan berpedoman pada
Menurut Winkel W.S (2004) berkaitan dengan penentuan tujuan pendidikan perlu
dibedakan antara pengelolaan pendidikan pada taraf (1) Organisasi makro dimana sistem
pendidikan sekolah pada taraf nasional, dengan penjabarannya dalam jenjang jenjang dan
jenis jenis pendidikan sekola, yang semuanya harus menuju ke pencapaian tujuan pendidikan
nasional sesuai dengan progam pendidikan masing masing; (2) Organisasi meso dimana
pengaturan progam pendidikan di sekolah tertentu sesuai dengan ciri ciri khas jenjang
tertentu dan jenis pendidikan yang di kelola sekolah itu; (3) Organisasi mikro dimana
perencanaan dan pelaksanaan suatu proses belajar mengajar tertentu di dalam kelas yang
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat
2. Bagi mahasiswa
Dapat di jadikan acuan dalam mempelajari teori belajar mengajar untuk memperluas
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tujuan pembelajaran/instruksional
Menurut Robert F. Magner (1962) tujuan instruksional sebagai tujuan perilaku yang
hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa sesuai kompetensi. Sementara Eduard
L. Dejnozka dan David E. Kavel (1981) yang mendefinisikan tujuan instruksional adalah
suatu pernyataan spefisik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan dalam
bentuk tulisan yang menggambarkan hasil belajar yang diharapkan serta Fred Percival dan
Henry Ellington (1984) menambahkan definisi tujuan instruksional adalah suatu pernyataan
yang jelas menunjukkan penampilan/keterampilan yang diharapkan sebagai hasil dari proses
belajar.
Dalam proses belajar mengajar tujuan instruksional dapat di bagi menjadi 2 yaitu : 1.
Tujuan instruksional umum (TIU) : yang menggariskan hasil-hasil di aneka bidang studi yang
Tujuan instruksional khusus (TIK) : yang merupakan penjabaran dari tujuan instruksional
umum yang menyangkut suatu pokok bahasan sebagai tujuan pengajaran yang konkrit dan
spesifik.
Penyusunan ini biasanya disesuaikan dengan tujuan instruksional yang jelas, terukur
dan dapat diamati menjadi semakin penting untuk dapat menentukan suatu proses belajar
mencapai tujuan atau tidak. Perumusan tujuan yang terkesan kabur, seperti menghayati
proses persalinan atau memahami kontruksi panggul wanita tidak lagi dianggap cukup,
sebab rumusan ini menjadi tegas seperti menyatakan perilaku atau performance apa yang
diharapkan dari hasil belajar.
Merumuskan tujuan instruksional secara tepat dapat dilihat dari Buku Desain
1. Menyebutkan pelaku (audience), dalam ruang lingkup pendidikan tinggi adalah peserta didik
(mahasiswa).
2. Menyebutkan kompetensi atau perilaku akhir yang diharapkan dapat dilakukan peserta didik,
Contoh :
a. Pada akhir mata kuliah mahasiswa akan dapat menjelaskan peranan bidan pelaksana dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Pada akhir mata kuliah peserta didik dapat membuatkan proposal penelitian
ketrampilan atau kemampuan berpikir yang rendah, seperti kemampuan mengingat (recall).
Contoh tujuan instruksional yang rendah dengan menyebutkan definisi saja, sedangkan tujuan
perguruan tinggi.
taksonomi tujuan yang bersifat kognitif dan psikomotor dibanding dengan afektif. Pada
penyelesaian studinya seorang peserta didik akan mengalami perubahan perilaku bukan saja
pada kognitif tetapi juga afektifnya. Salah satu sebab kenapa lebih cepat pencapaian
kognitifnya, karena memang pengukuran kognitif lebih mudah dibanding mengukur
mengenai hubungan industrial Pancasila, tetapi Belem menjamin orang yang bersangkutan
Oleh sebab itu setiap pengajar harus memiliki berbagai taksonomi yang luas guna
mendukung tujuan instruksional. Dengan demikian setiap pengajar dapat memilih mana
pelajaran yang akan diasuhnya dengan kegiatan instruksional yang dirancangnya. Taksonomi
pada dasarnya merupakan usaha pengelompokan yang disusun dan diurut berdasarkan ciri-
ciri tertentu. Sebagai contoh, taksonomi bidang ilmu asuhan kebidanan menghasilkan
pengelompokan asuhan kebidanan pada ibu hamil (ANC), asuhan kebidanan pada ibu
bersalin (INC), asuhan kebidanan pada ibu nifas (PNC), asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir (BBL), dan asuhan pada ibu asuhan akseptor KB. Taksonomi dalam bidang ilmu botani
a. Perlu adanya kejelasan adanya terminologi yang digunakan dalam tujuan instruksional sebab
tujuan instruksional berfungsi untuk memberikan arah kepada proses belajar dan
b. Sebagai alat yang akan membantu pengajar dalam mendeskripsikan dan penyusunan tes,
Kawasan tujuan instruksional membagi tujuan pendidikan dan instruksional kedalam tiga
a. Kognitif
intelectual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai dengan kemampuan untuk
memecahkan suatu masalah (problem solving) yang menurut siswa dapat memecahkan
masalah tersebut. Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa tujuan kognitif ini paling
b. Afektif
Tujuan afektif yang berhubungan dengan perasaan, emosi, system nilai dan
sikap hati (attitude) yang menunjukan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Tujuan
afektif terdiri dari yang paling sederhana, yaitu memperhatikan suatu fenomena sampai
dengan yang kompleks yang merupakan factor internal seseorang, seperti kepribadian dan
hati nurani. Dalam literatura tujuan afektif disebutkan sebagai : minat, sikap hati , sikap
c. Psikomotor
dengan anggota tubuh, atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi antar syaraf dan
otot. Dalam literatur tujuan ini tidak banyak ditentukan penjelasannya, dan biasanya
tujuan kognitif kedalam enam kategori. Ke enam kategori itu mencakup kompetensi
keterampilan intelektual dari yang sederhana (tingkat pengetahuan) sampai dengan yang
Ke enam kategori diasumsikan bersifat hierarkis, yang berarti tujuan pada level yang tinggi
dapat dicapai hanya apabila tujuan pada level yang lebih rendah telah dikuasai.
Pengetahuan/pengenalan ( knowledge)
Tujuan instruksional pada level ini menurut mahasiswa untuk mampu mengingat
(recall) informasi yang telah diterima sebelumnya, seperti: fakta, terminology, rumus,
pengetahuan/informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Dalam hal ini
mahasiswa diharapkan untuk menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar
dan perilaku tersebut dapat diukur unjuk kerjanya. Hal ini penting untuk menunjukkan
apakah tujuan instruksional yang ditetapkan dapat tercapai atau tidak pada akhir perkuliahan.
3. Penerapan (application)
yang telah dipelajari ke dalam situasi atau konteks yang lain atau yang baru. Sebagai contoh,
penyusunan instrument penelitian yang sebelumnya telah dipelajari mahasiswa dalam mata
4. Analisa (analysis)
hipotesa, atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada
tidaknya kontradiksi. Dalam hal ini mahasiswa diharapkan untuk menunjukkan hubungan di
antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar,
prinsip atau prosedur yang telah dipelajari. Sebagai contoh, pembuatan kritik suatu karya
literature atau seni merupakan analisis. Tugas seperti ini memerlukan kemampuan analisis
sebab menuntut mahasiswa untuk membuat tanggapan terhadap berbagai aspek, seperti tema,
plot, derajat realism, dan sebagainya, serta melihat hubungan di antara aspek-aspek tersebut.
5. Sintesa (synthesis)
bagian atau elemen ke dalam satu kesatuan atau struktur yang lebih besar. Menulis essay
tentang Perwujudan Bhineka Tunggal Ika dalam masyarakat Indonesia merupakan contoh
sintesis. Dalam hal ini mahasiswa harus melihat berbagai aspek sosial, budaya, dan ekonomi
dalam kelompok etnik, misalnya sistem kekerabatan, system keagamaan, dan sebagainya, dan
6. Evaluasi (evaluation)
Tujuan ini merupakan yang paling tinggi tingkatnya, yang mengharapkan mahasiswa
mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau
benda dengan menggunakan kriteria tertentu. Sebagai contoh, kemampuan mengevaluasi
suatu program video apakah memenuhi syarat sebagai program istruksional yang baik atau
tidak, merupakan tingkat evaluasi. Dalam hal ini mahasiswa harus mempertimbangkan dari
segi isi, strategi presentasi, budaya, karakteristik pengguna, dan sebagainya. Di samping itu
kriteria program yang baik harus terlebih dahulu jelas bagi mahasiswa.
Taksonomi Harrow ini juga menyusun tujuan psikomotor secara hirarki dalam lima tingkat,
mencakup tingkat meniru sebagai yang paling sederhana dan naturalisasi sebagai yang paling
kompleks:
1. Meniru (imitation)
Tujuan instruksional pada tingkat ini mengharapkan mahasiswa untuk dapat meniru
2. Manipulasi (manipulate)
Pada tingkat ini mahasiswa diharapkan melakukan suatu perilaku tanpa menggunakan
contoh visual maupun petunjuk tertulis, dan melakukannya dengan lancar, tepat, seimbang,
dan akurat. Contoh kata kerja yang diguanakan sama dengan untuk kemampuan meniru.
Pada tingkat ini mahasiswa diharapkan melakukan suatu perilaku tanpa menggunakan
contoh visual maupun petunjuk tertulis, dan melakukannya dengan lancar, tepat, seimbang,
dan akurat.
4. Artikulasi (articulation)
Pada tingkat ini mahasiswa diharapkan untuk menunjukkan serangkaian gerakan dengan
5. Naturalisasi (naturalization)
Pada tingkat ini mahasiswa diharapkan melakukan gerakan gerakan tertentu secara spontan
atau otomatis. Mahasiswa melakukan gerakan tersebut tanpa berfikir lagi cara melakukannya
dan urutannya.
E. Taksonomi Tujuan Afektif
Bagian ini akan membahas tentang taksonomi tujuan afektif. Taksonomi afektif
paling terkenal dikembangkan oleh Krathwohl, dkk. Pada dasarnya Krathwohl berusaha
seseorang dalam mengenali dan mengadopsi suatu nilai dan sikap tertentu yang menjadi
1. Pengenalan (receiving)
4. Pengorganisasian (organization)
5. Pengamalan (characterization)
Pengelompokan ini juga bersifat hierarkhis, dengan pengenalan sebagai tingkat yang
paling rendah (sederhana) dan pengamalan sebagai tingkat tinggi. Makin tinggi tingkat tujuan
dalam hierarkhi semakin besar pula keterklibatan dan komitmen seseorang terhadap tujuan
tersebut.
1. Pengenalan/Penerimaan (receiving)
Tujuan instruksional kelompok ini mengharapkan mahasiswa untuk mengenal,
bersedia menerima dan memperhatikan berbagai stimulus. Dalam hal ini mahasiswa masih
a. Mendengarkan.
b. Menghadiri, melihat, memperhatikan.
system nilai, lebih daripada sekedar pengenalan saja. Dalam hal ini mahasiswa diharapkan
untuk menunjukkan perilaku yang diminta, misalnya berpartisipasi, patuh, atau memberikan
bahwa suatu gagasan, benda atau cara berfikir tertentu mempunyai nilai (worth). Dalam hal
ini mahasiswa secara konsisten berperilaku sesuai dengan suatu nilai meskipun tidak ada
pihak lain yang meminta, atau mengharuskan. Nilai dan value ini dapat saja dipelajari dari
4. Pengorganisasian (organization)
suatu system nilai, serta menentukan nilai mana yang mempunyai prioritas lebih tinggi
daripada nilai yang lain. Dalam hal ini mahasiswa menjadi commited terhadap suatu sistem
nilai. Dia diharapkan untuk mengorganisasikan berbagai nilai yang dipilihnya ke dalam satu
5. Pengamalan (characterization)
dalam suatu sistem nilai pribadi. Hal ini diperlihatkan melalui perilaku yang konsisten
dengan ssstem nilai tersebut. Pada tingkat ini mahasiswa bukan saja bukan saja telah
perilakunya konsisten dengan filsafat hidup tersebut. Filsafat hidup tersebut merupakan
Dari contoh-contoh tujuan afektif ini terlihat bahwa pada tingkat-tingkat yang tinggi
atau tidak.
interaksi antara unsur kognitif dan afektif dalam diri peserta didik. Sikap apriori terhadap
suatu konsep atau prosedur kerja dapat menjadi hambatan bagi tercapainya tujuan kognitif.
Sebaliknya untuk mengubah suatu sikap atau mengadopsi suatu nilai, peserta didik
memerlukan pemahaman yang sifatnya kognitif. Dalam proses pembelajaran tertentu aspek
kognitif atau afektif merupakan dua sisi mata uang yang perlu ada.
Dengan demikian dalam proses pembelajaran tertentu aspek kogintif ini secara
terencana berusaha untuk mencapainya. Berbeda dengan tujuan kognitif, tujuan afektif lebih
sulit dievaluasi. Salah satu sebabnya adalah bahwa untuk mencapai tujuan afektif
memerlukan waktu lama. Sebagai contoh, menjadi seoarang bidan yang memiliki kredibitas
Untuk tingkat-tingkat yang lebih sederhana, seperti : mengenal atau memberi respon,
pencapainya, mungkin tidak memerlukan waktu yang lama dan dengan cepat dapat diketahui
Diantara kawasan tujuan pendidikan yang paling banyak mendapatkan perhatian pada
jenjang pendidikan tinggi adalah kawasan kognitif. Didalam kawasan kognitif yang paling
penting adalah jenjang analisis, sintesis dan evaluasi karena sangat dibutuhkan dalam
memecahkan masalah.
Kemampuan memecahkan masalah ini dikuasai bila peserta didik memiliki strategi
kognitif yang baik. Oleh sebab itu dalam bab selanjutnya akan dibahas mengenai strategi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tujuan instruksional dikelompokan dalam tiga kawasan : kognitif, psikomotor dan afektif.
2. Terdapat salah konsep (misconception) tujuan instruksional yang mengatakan bahwa dalam
perumusan tujuan, kompetensi yang sederhana kurang penting dibandingkan setiap kawasan
(domain) dapat secara tegas dipisahkan dari yang lain. Padahal kenyataan menunjukkan
bahwa dalam proses pembelajaran tiga domain tersebut berinteraksi dalam pencapaian
pembelajaran.
3. Tujuan kognitif dapat disusun berdasarkan Taxonomy Bloom, Gagne, Merill atau Gerlach
dan Sulvilvan.
4. Tujuan psikomotor dapat disusun menurut Harrow yang membagi kompetensi ke dalam 5
5. Tujuan afektif dapat disusun berdasarkan taxonomy menurut Krathwohl, Marsia dan Briggs.
6. Mengingat bahwa pada kenyataanya terjadi interaksi antara factor kognitif, afektif dan
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, masih terdapat banyak kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu,
kami senantiasa menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun.
DAFTAR PUSTAKA
A. LATAR BELAKANG
Tujuan merupakan sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha selesai. Karena
instruksi atau pengajaran merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui tahap-
tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya bertahap dan bertingkat. Tujuan dari pendidikan
bukanlah suatu benda yang berbentuk dan statis. Tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari
kepribadian seseorang berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.
Kalau kita melihat kembali pengertian instruksi atau pengajaran, akan terlihat dengan
jelas sesuatu yang diharapkan terwujud setelah orang mengalami pengajaran secara
keseluruhan, yaitu sesuatu yang harus dicapai oleh siswa setelah mereka diberikan
pengajaran oleh guru.
Tujuan ini kelihatannya terlalu ideal, sehingga sukar dicapai. Namun apabila kita
melakukannya dengan kerja keras dan berencana dengan kerangka-kerangka kerja yang
konsepsional mendasar, pencapaian tujuan itu bukanlah sesuatu hal yang mustahil. Untuk
lebih jelasnya akan dipaparkan dalam makalah ini tentang Desain Tujuan Intruksional.
Dan untuk mengetahui implementasi pencapaian tujuan intruksional, tim pemakalah
tertarik untuk melakukan observasi di SD Negeri 001 Sangatta Utara yang memiliki
visi Terwujudnya Insan Taqwa, Cerdas, Kompetitif dan Berbudaya Lingkungan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dan manfaat tujuan intruksional?
2. Apa saja klasifikasi dari tujuan intruksional menurut Bloom?
3. Bagaimana format penulisan dalam merumuskan tujuan intruksional?
4. Bagaimana penerapan tujuan intruksional di SD Negeri 001 Sangatta Utara?
BAB II
LANDASAN TEORI
BAB III
PAPARAN DATA
A. LOKASI
Observasi yang kami lakukan bertempat di SD Negeri 001 Sangatta Utara Kabupaten
Kutai Timur.
C. HASIL WAWANCARA
Untuk mengetahui tentang desain(rumusan) tujuan intruksional di SD Negeri 001
Sangatta Utara, tim pemakalah melakukan wawancara langsung terhadap Ibu Mince(wali
kelas III sekaligus sebagai waka kurikulum SD Negeri 001 Sangatta Utara).
Adapun hasil wawancaranya adalah sebagai berikut:
1. Dalam mendesain tujuan intruksional ada tiga aspek yang perlu diperhatikan yaitu kognitif,
afektif dan psikomotorik. Untuk mencapai ke-tiga aspek tersebut, apa yang ibu berikan
kepada siswa/atau bagaimana penerapannya di kelas dalam proses pembelajaran? Bagaimana
hasil pencapaiannya dalam ranah/aspek kognitif? Bagaimana hasil pencapaiannya dalam
ranah/aspek afektif? Dan bagaimana hasil pencapaiannya dalam ranah/aspek psikomotorik?
Jawab:
Pertama-tama sebelum memasuki kelas, guru harus memiliki cara bagaimana menguasai
kelas, bagaimana karakter serta pemahaman siswa terhadap mata pelajaran yang akan
disampaikan. Dalam hal pencapaian dari tujuan intruksional, anak didik kami arahkan ke
karakter/dalam proses pembelajaran diutamakan pada pendekatan karakter anak didik dengan
pendidikan akhlak (imtak), dan memotivasi mereka untuk menjadi anak-anak yang mandiri,
serta dalam mendidik anak tidak pandang bulu (tidak boleh pilih kasih).
2. Bagaimana penulisan tujuan intruksional, misalnya pada mata pelajaran PAI, PKN atau
Matematika?
Jawab:
Dalam penulisannya ada beberapa hal yang harus kita perhatikan, contoh dalam mata
pelajaran PKN, kita tidak bisa menggunakan semua bahasa yang ada pada mata pelajaran
tersebut kepada siswa, karena pasti sulit untuk dipahami oleh siswa, terutama untuk anak
kelas III, jadi bahasanya harus divariasikan (menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh
mereka).Begitu juga dalam mata pelajaran lainnya.
D. DOKUMENTASI
Hasil foto/dokumentasi kegiatan observasi di SD Negeri 001 Sangatta Utara sebagaimana
terlampir.
BAB IV
PEMBAHASAN/ANALISA
Dari hasil observasi atau wawancara, tim pemakalah menyimpulkan bahwa dalam
mendesain tujuan intruksional di SD Negeri 001 Sangatta Utara, sudah sesuai dengan teori
walaupun penerapannya belum maksimal.
Adapun mengenai penerapan atau hasil dari desain tujuan intruksional yang
dikeluhkan oleh tim pengajar atau yang menjadi faktor penghambat adalah pergantian
kurikulum, walaupun sebenarnya kurikulum 2013 bertujuan untuk melengkapi kurikulum
sebelumnya, tapi tetap saja butuh proses untuk menyesuaikannya.Terutama pada kesiapan
dan kematangan penguasaan kurikulum 2013 oleh para tenaga pendidik atau bagi sebagian
orang-orang yang berkecimpung di dalam dunia pendidikan, sehingga hasil yang
didapat juga belum seratus persen seperti apa yang diharapkan, sebagaimana yang terrjadi di
SD Negeri 001 Sangat Utara.
Dalam setiap tujuan intruksional terutama yang khusus hendak dicapai menuntut
prasyaratan kemampuan internal yang harus dimiliki yang berupa salah satu dari lima hasil
belajar (informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, keterampilan
sikap dan motorik).
Unsur pemahaman menunjukkan pada konsep / dasar dan unsur pengetahuan
menunjukkan pada informasi verbal.Kedua unsur kiranya mutlak diperlukan karena tanpa
pemahaman dan pengetahuan yang memadai sulit memperoleh sikap yang mantap. Hasil
penyelidikan terhadap tujuan instruksional baik dalam aspek jenis perilaku maupun dalam
aspek isi yang menemukan komponen konsep, informasi verbal dan subsikap nantinya akan
sangat berguna dalam perencanaan dan pengelolaan proses belajar mengajar yang membawa
siswa ke hasil yang dituju.
Jadi untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam penerapan tujuan intruksional,
seorang pendidik harus mengetahui atau memahami bagaimana posisi dari tujuan intruksional
dalam proses pembelajaran terutama terhadap kurikulum 2013, agar rumusan yang dibuat
sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu peningkatan kompetensi tenaga
pendidik harus terus dilakukan dan dikembangkan dengan berbagai pelatihan, seminar-
seminar dan lain-lain.
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Pada dasarnya tujuan intruksional adalah membantu orang atau memberikan
kemudahan pada orang untuk belajar. Tujuan instruksional dapat di bagi menjadi 2 yaitu
tujuan instruksional umum (TIU) yang menggariskan hasil hasil di aneka bidang studi yang
harus dicapai siswa dan tujuan instruksional khusus (TIK) yang merupakan penjabaran dari
tujuan instruksional umum yang menyangkut suatu pokok bahasan sebagai tujuan pengajaran
yang konkrit dan spesifik.
Ada beberapa manfaat yang dapat kita ambil dari perumusan tujuan intruksional,
diantaranya guru mempunyai arahan untuk memilih bahan pembelajaran dan memilih
prosedur (metode) mengajar, guru mempunyai batas-batas tugas dan wewenangnya dalam
mengajarkan suatu bahan, guru mempunyai patokan dalam menilai kemajuan belajar siswa,
dan lain sebagainya.
Taksonomi atau klasifikasi tujuan intruksional menurut Bloom, yaitu pengetahuan
(kognitif), apresiasi (afektif) dan keterampilan (psikomotorik). Dan dalam penulisan tujuan
intruksional digunakan format ABCD (Audience, Behavior, Condition, dan Degree).
Dalam menerapkan desain tujuan intruksional di SD Negeri 001 Sangatta Utara,
sudah sesuai dengan teori walaupun penerapannya belum maksimal dan masih perlu
peningkatan terhadap tenaga pendidik yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Mahmud, Muchammad Eka.,Teknologi Pendidikan Konsep Dasar dan Aplikasi, Samarinda: ISNU
Kaltim Press, 2013.
[1] Muchammad Eka Mahmud, Teknologi Pendidikan Konsep Dasar dan Aplikasi, (Samarinda:
ISNU Kaltim Press, 2013), Cet. 1, hlm. 23.
[3]Ibid., hlm. 6.
diunduh tanggal 27 Agustus 2014, hlm. 1.
[5]Muchammad Eka Mahmud, Teknologi Pendidikan Konsep..., hlm. 26-29.
[6]Ibid., hlm. 29.
[7]Dinayla Faradisa, Perencanaan Tujuan-Tujuan, hlm. 8-9.