OLEH
ENDAH ARTININGSIH, S. Pd.
NIP.19760209 200801 2 014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ............................................. iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii
DAFTAR GRAFIK ...................................................................................... ix
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1. Identifikasi Masalah ............................................................................. 5
2 Analisis Masalah ................................................................................... 6
3 Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah ........................................ 6
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran ............................................. 7
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran .......................................... 7
BAB II.
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan SD ........................................... 9
1. Pengertian ........................................................................................... 9
2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaran ................................................... 11
B. Tingkatan Pemahaman Siswa Terhadap Materi Ajar ............................... 13
C. Hasil Belajar ............................................................................................... 14
1. Pengertian Hasil Belajar ...................................................................... 14
2. Tipe Hasil Belajar ................................................................................ 14
D. Metode ....................................................................................................... 16
E. Metode Tutor Sebaya .................................................................................. 17
BAB III.
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian) ...................................................... 19
1. Subjek Penelitian ................................................................................ 19
2. Tempat Penelitian ................................................................................ 19
3. Waktu Penelitian
B. Desain Prosedur Perbaikan pembelajaran ............................................... 19
1. Masa Prasiklus (Orientasi) ................................................................... 20
2. Siklus I ................................................................................................. 20
3. Siklus II ............................................................................................... 21
C. Teknik Analisis Data .............................................................................. 23
BAB IV.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Perbaikan Pembelajaran .................................................. 24
1. Hasil Pengolahan Data ......................................................................... 24
2. Observasi .............................................................................................. 26
3. Refleksi ................................................................................................ 27
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran ............................. 28
1. Rencana Pembelajaran (Orientasi) ...................................................... 28
2. Siklus I ................................................................................................. 29
3. Siklus II ............................................................................................... 29
BAB V.
KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan ................................................................................................. 30
B. Saran Tindak Lanjut ............................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah
Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan dan
kemungkinan yang lebih baik di masa mendatang, telah mendorong berbagai upaya
dan perhatian dari pemerintah, komponen pendidikan serta seluruh lapisan
masyarakat terhadap gerak langkah dan perkembangan dunia pendidikan. Menurut
Nanang Fattah dan H Mohammad Ali (MBS : 1.3) pendidikan mempunyai tujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, pada intinya bertujuan untuk
memanusiakan manusia, mendewasakan, mengubah perilaku serta meningkatkan
kualitas hidup.
Pada kenyataannya, pendidikan bukanlah suatu upaya yang sederhana melainkan
suatu kegiatan dinamis dan penuh tantangan. Pendidikan akan selalu berubah seiring
dengan perubahan zaman. Setiap saat pendidikan selalu menjadi fokus perhatian,
bahkan tidak jarang menjadi sasaran ketidakpuasan karena pendidikan menyangkut
kepentingan semua orang. Pendidikan tidak hanya menyangkut investasi dan
kehidupan di masa yang akan datang, melainkan juga menyangkut kondisi dan
suasana kehidupan saat ini. Itulah sebabnya pendidikan senantiasa memerlukan
perbaikan dan peningkatan, sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan tuntutan
kehidupan masyarakat.
Proses pendidikan di sekolah diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya
manusia serta meningkatkan derajat sosial masyarakat bangsa, perlu dikelola, diatur,
dan diberdayakan, agar dapat menghasilkan produk atau hasil secara optimal. Dengan
kata lain sekolah sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan, merupakan sistem
yang memiliki berbagai perangkat dan unsur saling berkaitan tentunya memerlukan
pemberdayaan. Secara internal sekolah memiliki perangkat kepala sekolah, guru,
murid, kurikulum, sarana dan prasarana. Secara eksternal sekolah memiliki hubungan
dengan instansi lain baik secara vertikal maupun horizontal. Oleh karena itu, sekolah
memerlukan pengelolaan yang akurat agar dapat memberikan hasil yang optimal,
sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan semua pihak yang berkepentingan.
Sekolah sebagai penyelengara pendidikan harus memiliki perangkat
kurikulum sebagai rencana yang strategis untuk melaksanakan rencana secara
menyeluruh dan berjangka panjang dalam pencapaian tujuan pendidikan. Senada
dengan kebijakan pemerintah mengenai desentralisasi pendidikan, memberikan
kewenangan untuk mengelola sendiri organisasi sekolah. Sehingga sekolah diberi
kekuasaan dan kewenangan untuk menyusun serta melaksanakan kurikulum yang
dibuat oleh komponen pendidikan di sekolah tersebut.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sebagai kurikulum yang disusun dan
ditetapkan secara lokal dipandang memiliki tingkat efektivitas tinggi dan diharapkan
dapat memberikan keuntungan, seperti kebijakan dan kewenangan sekolah membawa
pengaruh langsung terhadap peserta didik, orang tua dan para pendidik, bertujuan
untuk memanfaatkan sumber daya lokal secara efektif dalam melakukan pembinaan
peserta didik, hasil belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral peserta
didik, para pendidik dan iklim sekolah. Selain itu dibutukan adanya suatu perhatian
bersama untuk mengambil keputusan dalam memberdayakan guru, manajemen
sekolah dan perubahan perencanaan pengelolaan sekolah.
Dengan demikian upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional maupun tujuan
kelembagaan dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam meningkatkan
profesionalitasnya untuk menciptakan proses pembelajaran secara optimal dan
mampu mengevaluasi secara obyektif. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh
seorang pendidik tentunya harus mengacu pada kriteria ketuntasan minimal (KKM)
yang terdapat dalam kurikulum. KKM merupakan tolak ukur pencapaian tujuan
pembelajaran dari setiap mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar dan
indikator. Agar KKM yang ditetapkan menjadi tolak ukur yang absah tentunya harus
memenuhi standar penilaian pendidikan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2007 yang isinya, Bahwa dalam
rangka mengendalikan mutu hasil pendidikan sesuai standar nasional pendidikan
dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan, perlu menetapkan Standar
Penilaian Pendidikan dengan peraturan menteri pendidikan nasional. Standarisasi
penilaian yang disusun dan ditetapkan di sekolah oleh seluruh komponen pendidikan
dalam rapat akhir tahun sebagai persiapan menghadapi tahun pelajaran baru yang
lebih baik.
Di Sekolah Dasar Negeri Suko-Sukodono KKM untuk mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, standar kompetensi, kompetensi dasar dan khususnya pada
indikator membiasakan hidup bergotong royong ditetapkan sbagai mana terdapat
pada table 1, yaitu:
Kriteria Ketuntasan Minimal Pendidikan Kewarganegaraan
SD Negeri Suko-Sukodono
No Program Pembelajaran Semester II
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan KKM
1 Standar Kompetensi:
Membiasakan hidup bergotong royong 71
2 Kompetensi dasar:
Melaksanakan hidup rukun, saling berbagi dan tolong menolong di rumah dan di
sekolah. 70
3 Indikator:
Membuat daftar kegiatan pembagian tugas di rumah.
Membuat daftar kegiatan pembagian tugas di sekolah. 70
4 Ketercapaian hasil evaluasi pembelajaran membiasakan hidup bergotong
royong. 62
Tabel 1.1. Kriteria Ketuntasan Minimal Pendidikan Kewarganegaraan
Penentuan KKM dengan nilai 70, alasannya karena tingkat kompleksitas materi
pembelajaran, daya dukung pendidik dan sarana belajar serta intaks peserta didik
terhadap materi tidak terlalu asing bagi mereka. Dengan kata lain pengalaman dan
pengetahuan awal yang dimiliki peserta didik cukup mendukung untuk mencapai
target tersebut. Namun, untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam pelaksanaan
pembelajaran, pendidik harus melakukan usaha secara maksimal, agar harapan dan
tujuan dapat tercapai dengan memuaskan.
Namun, persoalan yang timbul dalam usaha pencapaian KKM yang telah
ditetapkan, tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Proses pembelajaran yang
telah dirancang, dilaksanakan dan dievaluasi secara maksimal tidak membuahkan
hasil yang optimal. Hasil yang dicapai oleh peserta didik masih berada dibawah
kriteria ketuntasan minimal yang telah ditentukan. Belum ketercapaianya kriteria
ketuntasan minimal tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor yang menunjang
ketercapaian hassil proses pembelajaran
Dalam situasi seperti ini, peneliti mengasumsikan adanya tiga pertanyaan yang sangat
penting dari hasil proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pertama, bagaimana
cara mempertanggungjawabkan ketidakberhasilan proses pencapaian tujuan
pembelajaran yang telah dilaksanakan?, pertanyaan yang kedua, strategi apa yang
harus diterapkan dalam memperbaiki ketidakberhasilan proses pencapaian tujuan
pembelajaran agar tercapai hasil yang optimal? dan yang ke tiga bagaimana
operasionalisasi dari konsep dan prinsip-prinsip belajar di dalam pengelolaan proses
pembelajaran telah sesuai dengan kriteria untuk menilai kelayakan dan kecukupan
yang dijadikan ukuran bagi semua faktor yang mendukung ketercapaian tujuan?.
Sebagai jawaban atas pertanyaan yang timbul dari adanya kesenjangan antara tujuan
dan hasil pembelajaran yang dicapai, peneliti melakukan kerjasama dengan teman
sejawat sekolah dan supervisor. Kegiatan ini dilakukan secara bebas dan demokratis
yang diawali dengan proses observasi yang dilakukan supervisor dan teman sejawat
terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh penulis dan peserta didik,
curah pendapat dan memberikan motivasi pada peneliti untuk lebih meningkatkan
mutu pembelajaran. Tujuan melakukan kerjasama dengan teman sejawat dan
supervisor untuk :
1. Mengetahui segala aspek proses pembelajaran, keunggulan strategi yang
diterapkan maupun masalah-masalah yang dihadapi akibat kelemahan yang dialami
penulis.
2. Melakukan analisis terhadap perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan hasil
proses pembelajaran, apabila kriteria yang ditentukan tidak tercapai, baik dari
segi kualitas maupun kuantitas.
3. Melakukan refleksi diri, untuk membangkitkan kesadaran akan pentingnya
meningkatkan mutu proses pembelajaran yang diharapkan oleh pendidik, peserta
didik dan komponen pendidikan lainnya.
4. merumuskan isu atas permasalahan yang timbul dan harus mencari alternatif
pemecahan masalahnya serta menetapkan perencanaan tindakan perbaikan yang akan
dilakukan.
Rumusan Masalah
Hasil identifikasi permasalan yang telah didiskusikan bersama supervisor dan teman
sejawat menjadi bahan kajian bagi penulis untuk melakukan refleksi diri, pada
akhirnya dapat disimpulkan sebagai rumusan masalah yang harus dicari alternatif
pemecahanya dan tindakan/rencana yang dapat dilakukan untuk melaksanakan
perbaikan. Adapun rumusan masalahnya adalah:
Bagaimana meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada pembelajaran PKn
tentang membiasakan hidup bergotong royong melalui penerapan metode tutor
sebaya di kelas II SDN 4 Bayung Lencir?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada pembelajaran PKn tentang
bentuk pengambilan keputusan dalam bermusyawarah. Mengkaji bagaimana cara
membelajarkan peserta didik mengenai konsep dan nilai konsep PKn tersebut agar
menjadi manusia yang cerdas, terampil, bertanggung jawab sebagai warga negara,
serta berpartisipasi aktif dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Tujuan khusus
Melalui penerapan metode pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan motivasi
belajar peserta didik pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tentang
membiasakan hidup bergotong royong di kelas II SD Negeri Suko-Sukodono.
Hasil belajar
Pengertian Hasil Belajar
Untuk mengetahui sejauh mana proses belajar mengajar mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan, maka perlu diadakan tes hasil belajar. Menurut
pendapat Winata Putra dan Rosita (1997; 191 ) tes hasil belajar adalah salah satu alat
ukur yang paling banyak digunakan untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam
suatu proses belajar mengajar atau untuk menentukan keberhasilan suatu program
pendidikan. Adapun dasar-dasar penyususan tes hasil belajar adalah sebagai berikut:
a) Tes hasil belajar harus dapat mengukur apa-apa yang dipelajari dalam proses
pembelajaran sesuai dengan tujuan instruksional yang tercantum dalam kurikulum
yang berlaku.
b) Tes hasil belajar disusun sedemikian sehingga benar-benar mewakili bahan yang
telah dipelajari.
c) Bentuk pertanyaan tes hasil belajar hendaknya disesuaikan dengan aspek-aspek
tingkat belajar yang diharapkan.
d) Tes hasil belajar hendaknya dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar
mengajar.
A. Tabrani (1992;3) mengatakan bahwa belajar mengajar adalah suatu proses yang
rumit karena tidak sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi melibatkan berbagai
kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil yang
lebih baik.
Metode
Banyak metode mengajar digunakan oleh para guru dalam proses belajar mengajar.
Semua metode mengajar itu dapat diterapkan. Metode adalah cara yang teratur dan
terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud tertentu, cara menyelidiki (mengajar
dan sebagainya). (W.J.S Poerwadarminta, 1986 : 646). Yang dimaksud dengan
metode mengajar menurut T. Raka Joni dalam bukunya Strategi Belajar Belajar
adalah sebagai berikut : Metode mengajar adalah cara, yang fungsinya merupakan
alat untuk mencapai tujuan. Dengan cara-cara yang dilaksanakan untuk mencapai
tujuan pengajaran. (T. Raka Joni, 1980 : 783).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah cara yang
paling tepat, bagaimana guru mengajar suatu materi pelajaran secara terarah, efisien
dan sistematis untuk mencapai tujuan belajar.
Tutor atau ketua kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
(1) memberikan tutorial kepada anggota terhadap materi ajar yang sedang dipelajari;
(2) mengkoordinir proses diskusi agar berlangsung kreatif dan dinamis;
(3) menyampaikan permasalahan kepada guru pembimbing apabila ada materi ajar
yang belum dikuasai;
(4) menyusun jadwal diskusi bersama anggota kelompok, baik pada saat tatap
muka di kelas maupun di luar kelas, secara rutin dan insidental untuk memecahkan
masalah yang dihadapi;
(4) melaporkan perkembangan akademis kelompoknya kepada guru pembimbing
pada setiap materi yang dipelajari.
Peran guru dalam metode diskusi kelompok terbimbing model tutor sebaya hanyalah
sebagai fasilitator dan pembimbing terbatas. Artinya, guru hanya melakukan
intervensi ketika betul-betul diperlukan oleh siswa.
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
Tempat Penelitian
Peneliti melaksanakan penelitian di SD Negeri Suko-Sukodono yang terletak pada
Jalan Palembang Jambi KM. 209 Keluarahan Bayung Lencir Indah Kecamatan
Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin. Yang mana tempat dan kelas penelitian
ini merupakan tempat peneliti mengajar, sehingga peneliti sudah mengetahui keadaan
sekolah dan siswanya, serta bertujuan memperbaiki dan meningkatkan hasil
belajar siswa tentang membiasakan hidup bergotong royong yang selama ini hasil
belajar siswanya masih rendah atau kurang.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2015 semester ganjil tahun ajaran
2015/2016, waktu penelitian disesuai dengan jadwal pelajaran di kelas tersebut.
Jadwal pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut :
No Hari/Tanggal Mata Pelajran Kegiatan
1. Jumat, 16 September 2015 PKn Prasiklus
2. Jumat, 23 September 2015 PKn Siklus I
3. Jumat, 30 September 2015 PKn Siklus II
Tabel 3.1 Jadwal pelaksanaan pembelajaran
Siklus I
Rencana
Rencana tindakan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I dengan materi Membuat
daftar kegiatan pembagian tugas di sekolah.
Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS).
Menyiapkan alat evaluasi.
Menyiapkan lembar observasi.
Pelaksanaan
Pada pelaksanaan Siklus I dilaksanakan pada tanggal 18 September 2012 dengan
materi membuat daftar kegiatan pembagian tugas di sekolah. Yang dilakukan pada
tahap ini, antara lain :
Memberi petunjuk dan penjelasan tentang materi pelajaran dengan menggunakan
metode tutor sebaya.
Memberikan motifasi agar siswa aktif belajar.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau menjawab pertanyaan
guru, atau pertanyaan dari siswa lain.
Menanggapi atau menjawab pertanyaan yang diajukan siswa.
Melakukan observasi terhadap aktivitas belajar siswa.
Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan atau observasi terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Pengamatan
dilakukan oleh dua orang pengamat (observer) yaitu supervisior II Bapak Adnan, S.
Pd.dan teman sejawat, yaitu Ibu Endang Sulistyo, S. Pd.. yang merupakan guru di SD
Negeri Suko-Sukodono. Hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran siklus I
dapat dilihat pada lampiran.
Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan (observer) dan diskusi dengan supervisior dan teman
sejawat terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus I diperoleh temuan bahwa
metode pembelajaran yang digunakan / dibuat oleh guru masih belum begitu
dipahami oleh siswa. Untuk itu siswa harus bisa berdiskusi bersama kelompoknya,
dengan catatan harus ada salah satu siswa yang bisa menjadi contoh atau mengajari
temanya dalam diskusi tersebut. Sehingga melalui diskusi tersebut, siswa akan
mendapat gambaran yang jelas tentang materi pelajaran.
Siklus II
Rencana
Rencana tindakan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I dengan materi
Melaksanakan pemeliharaan lingkungan alam.
Menyiapkan buku sumber.
Menyiapkan alat evaluasi.
Menyiapkan lembar observasi.
Pelaksanaan
Pada pelaksanaan Siklus II dilaksanakan pada tanggal 25 September 2012 dengan
materi melaksanakan pemeliharaan lingkungan alam. Yang dilakukan pada tahap ini,
antara lain :
Memberi petunjuk dan penjelasan tentang materi pelajaran dengan menggunakan
metode tutor sebaya.
Memberikan motivasi agar siswa aktif belajar.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau menjawab pertanyaan
guru, atau pertanyaan dari siswa lain.
Menanggapi atau menjawab pertanyaan yang diajukan siswa.
Melakukan observasi terhadap aktivitas belajar siswa.
Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan atau observasi terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Pengamatan
dilakukan oleh dua orang pengamat (observer) yakni supervisior II Bapak Adnan, S.
Pd.dan teman sejawat, yaitu Ibu Endang Sulistyo, S. Pd.. yang merupakan guru di SD
Negeri Suko-Sukodono. Hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran siklus I
dapat dilihat pada lampiran.
Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan (observer) dan diskusi dengan teman sejawat terhadap
pelaksanaan pembelajaran pada siklus II diperoleh temuan bahwa melalui metode
tutor sebaya siswa merasakan hal yang baru dalam pembelajaran.
Pembelajaran dengan menggunakan metode tutor sebaya membawa dampak yang
positif terhadap pembelajaran. Melalui tutor sebaya, siswa mendapatkan gambaran
yang jelas tentang materi pembelajaran.
Bagian ini memuat data dan pengolahan data yang diperoleh berdasarkan hasil observasi
terhadap aktivitas belajar siswa dan hasil evaluasi yang dilakukan dalam proses pembelajaran
Pendidikan Kewarnganegaraan (PKn) di kelas II SD Negeri Suko-Sukodono.
Hasil observasi yang dilakukan guru terhadap aktivitas siswa sebelum perbaikan
SD Negeri Suko-Sukodono
Jumlah
Siswa % Jumlah
Siswa % Jumlah
Siswa %
Keterangan :
Terlibat aktif, artinya siswa menyimak dengan sungguh-sungguh, aktif bertanya, dan
Terlibat pasif, artinya siswa menyimak dengan sungguh-sungguh, tetapi tidak aktif
Tidak terlibat, artinya siswa duduk dan diam saja, tidak mau bertanya maupun menjawab
pertanyaan.
Berdasarkan tabel 4.1 di atas terlihat bahwa jumlah siswa dan prosentase siswa yang terlibat
dan 18 orang (81,8 %) pada siklus II. Hal ini berarti pula bahwa aktivitas belajar siswa dalam
proses pembelajaran PKn mengalami peningkatan.
Peningkatan aktivitas siklus pembelajaran lebih jelas tersaji pada diagram 4.1 berikut.
Observasi
Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn
menunjukkan adanya peningkatan dari satu siklus kesiklus pembelajaran ke berikutnya.
Keadaan sebelum perbaikan pembelajaran, jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar
atau memperoleh nilai Standar Kentutasan Belajar Minimum (SKBM) 70 baru mencapai 7
orang (31,8 %) kemudian meningkat menjadi 14 orang (63,6 %) pada siklus I, 19 orang (86,4
%) pada siklus II. Dari data di atas maka pelaksanaan pembelajaran PKn bisa dikatakan
berhasil dan cukup memuaskan dikarenakan telah memenuhi ketuntasan belajar secara
klasical, yaitu 86,4 % dari standar ketuntasan belajar klasikal 85 % siswa mencapai nilai
70.
Peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dari keadaan sebelum perbaikan pembelajaran ke
setiap siklus pembelajaran secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.3 dan diagram 4.2
berikut.
Berdasarkan evaluasi hasil belajar PKn di kelas II sebelum perbaikan pembelajaran terlihat
jumlah siswa yang memperoleh nilai 70 hanya 7 orang atau 31,8 % dan hanya 9 siswa yang
terlibat aktif dalam pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar dan hasil
belajar siswa kurang memuaskan, belum memenuhi target yang diinginkan. Dari hasil
observasi dan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan kemudian dilakukan
diskusi dengan supervisior dan teman sejawat diperoleh temuan sebagai berikut :
Guru kurang menguasai metode diskusi kelompok terbimbimbing tutor sebaya. Sehubungan
dengan itu maka dilakukan upaya perbaikan pembelajaran dengan fokus pada penggunaan
metode diskusi kelompok terbimbing tutor sebaya. Proses pembelajaran berikut dilakukan
siklus I menunjukkan adanya kenaikan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa. Siswa yang
terlibat aktif dalam pembelajaran sebanyak 14 orang (64 %) dan 14 orang memperoleh nilai
70. Walaupun telah menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar maupun hasil
belajar siswa, namun pembelajaran belum dapat dikatakan berhasil dengan kata lain hasil
pembelajaran masih kurang memuaskan. Hasil observasi dan refleksi terhadap pembelajaran
siklus I diperoleh temuan bahwa metode pembelajaran yang digunakan kurang efektif
sehingga siswa kurang efektif dalam pembelajaran. Sehubungan dengan itu maka dilakukan
upaya perbaikan pembelajaran pada siklus II melalui metode diskusi kelompok terbimbing
tutor sebaya.
Dengan menggunakan tindakan ini terlihat bahwa sebagian besar siswa 18 orang (82
%) terlibat aktif dalam pembelajaran dan hanya 4 orang (18 %) terlihat secara pasif aktif
hasil belajar siswa bila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada siklus I maupun siklus
II. Dari data tersebut maka pelaksanaan pembelajaran PKn bisa dikatakan berhasil dan cukup
memuaskan dikarenakan telah memenuhi ketuntasan belajar secara klasical, yaitu 86,4 % dari
standar ketuntasan belajar clasikal 85 % siswa mencapai nilai 70.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I dan II terlihat bahwa fokus perbaikan
pembelajaran adalah meningkatkan hasil belajar siswa atau meningkatkan pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran PKn pada materi membiasakan hidup bergotong royong.
Pada umumnya pembelajaran dapat belajar dengan baik karena didukung dengan
lingkungan yang baik. Dalam pelaksanaan banyak siswa yang belum bisa memahami konsep
tentang membiasakan hidup bergotong royong. Di akhir pembelajaran ternyata hasil belajar
siswa sangat rendah. Kemudian bersama teman sejawat dan supervisior mengidentifikasi
kelemahan dan kelebihan pembelajaran sebagai acuan perbaikan pembelajaran pada siklus I.
Siklus I
Dengan mengingat kelemahan pada pembelajaran sebelumnya serta saran dari teman
sejawat dan supervisior. Praktik menggunakan metode diskusi kelompok terbimbing tutor
sebaya secara teratur dan pengarahan bimbingan secara terus-menerus. Siswa dimotivasi
untuk aktif dalam arti siswa mau dibimbing secara individu, dan secara berulang. Dengan
Siklus II
Setelah melalui siklus I maka peneliti sudah mempunyai pengalaman dari refleksi siklus I.
Maka dengan perencanaan yang baik akan mempengaruhi jalanya proses pembelajaran yang
baik. Pada siklus II ini pelaksanaan pembelajaran ditekankan pada pemantapan penggunaan
metode diskusi kelompok terbimbing tutor sebaya. Dari hasil evalusi siswa maka terlihat
adanya peningkatan yang drastis dari prasiklus dengan siklus II ini. Hal ini terbukti bahwa
hasil belajar siswa pada prasiklus yang mencapai KKM 70 hanya ada 7 orang atau 31,8%,
dan pada siklus II ini hasil belajar siswa meningkat menjadi 19 orang atau 86,4% siswa
mencapai ketuntasan klasikal. Hal ini terbukti bahwa metode diskusi kelompok terbimbing
tutor sebaya memang benar yang akhirnya mampu meningkatkan pemahaman.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada penelitian ini, maka
Metode pembelajaran diskusi kelompok terbimbing tutor sebaya dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dalam mata pelajaran PKn.
Metode pembelajaran diskusi kelompok terbimbing tutor sebaya dapat merangsang siswa
(86,4%) tuntas.
Saran
Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya mata pelajaran PKn, hendaknya para
yang baik. Hal ini merupakan salah satu cara merangsang agar siswa berusaha lebih baik
Daftar Pustaka
Djahiri. 1994. Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Standar Proses Pendidikan. Jakarta :
Kencana Prima
Drijen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Jakarta :
Karli Hilda, dkk. 2007. Panduan Belajar Tematik SD Untuk Kelas II Semester 1. Bandung :
Penerbit Erlangga.
Maftuh Bunyamin. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada
Nana Sudjana. 1988. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Somantri Numan. 2001. Proses Belajar Mengajar, Jakarta. P.T. Bumi Aksara
Suryanto H, dkk. 2008. Indahnya Bahasa dan Sastra SD/MI Kelas II. Jakarta : Pusat Perbukuan
Wahyudi. 2001. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas
Psikologi UGM.
Widihastuti Setiati, dkk. 2008. Pendidikan Kerwarganegaraan SD/MI Kelas II. Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Universitas Terbuka.