Anda di halaman 1dari 56

PENUNTUN PRAKTIKUM

BIOKIMIA KLINIK
UNTUK MAHASISWA TINGKAT I SEMESTER II
PRODI D-IV KEPERAWATA MATARAM
POLTEKKES MATARAM KEMENKES RI

15 tetes 3 tetes tetes-tetes Cincin


Bahan -Naftol H2SO4 conc ungu

DI SUSUN OLEH :
MARUNI WIWIN DIARTI,S.Si,M.KES
ISWARI PAUZI,SKM,M.Sc
ANNISA,A.Md,AK

ANGGOTA KELOMPOK:
DESCAGIAN RAHMAN A.
DWI SUCI RHAMDANITA
I GEDE PANJI SANTIKA
I GUSTI AGUNG AYU S.P.S.

POLTEKKES KEMENKES RI
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D.IV
KEPERAWATAN MATARAM
2017

1
KATA PENGANTAR

Alhamdullillah puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, berkat


Rahmat dan Hidayahnya penyusunan diktat penuntun praktikum Biokimia Klinik
untuk Mahasiswa Tingkat I Semester II, prodi D-IV KEPERAWATAN MATARAM
poltekkes Kekemkes Mataram tahun Akademik 2017/2018 dapat diselesaikan.
Diktat penuntun praktikum Biokimia Klinik ini di harapkan dapat membantu
mahasiswa dalam mempelajari dan melaksanakan kegiatan disetiap materi praktikum,
sehingga praktikum dapat berjalan dengan lancar. Adapun isi dari diktat ini adalah
cara identifikasi karbohidrat, protein dan asam amino dan analisa dari hasil
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak serta analisa hasil metabolisme zat zat
anorganik yang meliputi analisa biokimia urine, analisa biokimia darah, analisa
biokimia cairan tubuh, analisa imunobiokimia dan biokimia enzim.
Dalam hal ini penyusun menyampaikan terima kasih kepada Kajur
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Mataram yang telah memberi kesempatan, saran
dan masukkan sehingga diktat penuntun praktikum ini dapat tersusun.
Akhir kata kami mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah
memberikan saran untuk penyempurnaan diktat ini dan mohon maaf bila masih
terdapat kesalahan pengetikan dalam diktat ini. Semoga diktat ini banyak membantu
mahasiswa dalam menunjang kelancaran proses praktikum mata kuliah biokimia
klinik di Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Mataram.

Mataram, 20 Mei 2017


Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................... 1
Kata Pengantar........................................................................................... 2
Daftar Isi.................................................................................................... 3
Tata Tertib Laboratorium .......................................................................... 4
Praktikum I : Identifikasi Karbohidrat, Protein dan Asam Amino 5
1. Dasar Teori.................................................................... 5
2. Identifikasi Karbohidrat................................................ 9
a.Uji Molisch................................................ 9
b. Uji Barfoed............................................. 11
c. Uji Benedict............................................ 12
3. Identifikasi Protein......................................................... 13
a. Uji Biuret................................................ 13
b. Uji Millon - Nose.................................... 14
c. Uji Xanthoprotein................................... 15
Praktikum II : Analisa Biokimia Urine.............................................. 18
1. Dasar Teori.................................................................... 18
2. Metode Analisa Biokimia urine.................................... 20
a. Pemeriksaan Makroskopis...................... 23
b. Pemeriksaan biokimia urine carik celup. 25
c. Pemeriksaan glukose reduksi.................. 26
d. Pemeriksaan Protein Urine..................... 28
e. Pemeriksaan benda benda keton.......... 29
Praktikum III : Analisa Biokimia Cairan Tubuh.............................. 33
a. Pemeriksaan Protein Rivalta................... 33
b. Pemeriksaan Protein LCS metode Pandy 34
c. Pemeriksaan Protein LCS metode Nonne 34
Praktikum IV : Analisa Biokimia Darah............................................ 37
a. Pemeriksaan Hb metode Sahli................ 37
b. Pemeriksaan LED ......................... 38
c. Pemeriksaan Jumlah Leukosit ................. 39
d. Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit ....... 41
e. Pemeriksaan faal Hemostasis ....... 42
Praktikum V : Analisa Imuno Biokimia .......................................... 45
a. Pemeriksaan Golongan darah sistem ABO 45
b. Pemeriksan Kehamilan hCG metode ICT 47
Praktikum VI : Percobaan Empedu dan Saliva................................ 50
a. Pendahuluan............................................ 50
b. Percobaan empedu ........................ 51
c. Percobaan saliva................... ................. 52
Daftar Pustaka......................................................................................... 53

3
TATA TERTIB LABORATORIUM

1. Mahasiswa harus datang tepat pada waktunya, bila terlambat 15 menit mahasiswa
tidak dibenarkan mengikuti acara praktikum pada hari itu.
2. Di dalam laboratorium mahasiswa harus memakai jas laboratorium dengan sopan
dan rapi.
3. Rambut panjang harus terikat rapi ke belakang.
4. Praktikan wajib membawa lap.
5. Praktikan dilarang makan, minum serta merokok dalam ruangan laboratorium.
6. Semua pekerjaan dan penggunaan bahan bahan pemeriksaan dianggap bahan
yang patogen atau patologis, sehingga dalam penanganan sampel harus berhati
hati.
7. Hindari percikan cairan atau terhisapnya uap pada waktu mereaksikan reagen
pemeriksaan pada waktu pemanasan.
8. Bila pemanasan menggunakan api terbuka, nyalakan lampu pembakar spiritus
dengan korek api biasa. Jangan menyalakan lampu spiritus dengan menggunakan
lampu spiritus lain yang sudah menyala untuk menghindari terjadinya letupan api.
9. Matikan api pada lampu spiritus dengan menutup sumbunya. Jangan mematikan
api dengan cara meniup untuk mencegah terjadinya kebakaran dan letupan api.
10. Setiap praktikum, dilaksanakan pretest dengan bahan dari apa yang dikerjakan
nanti. Bila tidak lulus mahasiswa tidak diperkenankan ikut praktek.
11. Setiap kali praktikum harus membuat rencana terlebih dahulu.
12. Pada waktu praktikum, mahasiswa tidak boleh meninggalkan ruangan tanpa seijin
pembimbing dan asisten.
13. Praktikan harus bekerja dengan sungguh-sungguh dan hati hati, buanglah air
atau larutan hasil percobaan melalui bak pembuangan, selanjutnya bilas atau
dialiri dengan air sebanyak banyaknya.
14. Apabila praktikan merusak atau memecahkan alat laboratorium dengan alasan
apapun, tetap wajib mengganti.
15. Setelah selesai praktikum, laporan sementara harus disahkan dan selanjutnya
membuat laporan tetap paling lambat 1 minggu setelah selesai.
16. Bagi mahasiswa yang tidak ikut praktek pada harinya harus mengikuti praktek
susulan.
17. Bagi mahasiswa yang berhak ikut ujian akhir semester bila mengikuti 100% dari
kegiatan praktikum (kurang dari 100% tidak boleh mengikuti ujian akhir
semester).
18. Setelah semua kegiatan praktikum selesai, praktikan harus membersihkan
laboratorium.

4
PRAKTIKUM I
IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT, PROTEIN
DAN ASAM AMINO

1. Dasar Teori.

A. KARBOHIDRAT.

Kata karbohidrat berasal dari kata karbon dan air. Secara sederhana
karbohidrat didefinisikan sebagai polimer gula. Karbohidrat adalah senyawa karbon
yang mengandung sejumlah besar gugus hidroksil. Karbohidrat paling sederhana bisa
berupa aldehid (disebut polihidroksialdehid atau aldosa) atau berupa keton (disebut
polihidroksiketon atau ketosa). Berdasarkan pengertian di atas berarti diketahui bahwa
karbohidrat terdiri atas atom C, H dan O. Adapun rumus umum dari karbohidrat
adalah: Cn(H2O)n atau CnH2nOn.

Klasifikasi karbohidrat

Karbohidrat dapat dikelompokkan menurut jumlah unit gula, ukuran dari


rantai karbon, lokasi gugus karbonil (-C=O), serta stereokimia.
Berdasarkan jumlah unit gula dalam rantai, karbohidrat digolongkan menjadi 4
golongan utama yaitu:
1. Monosakarida (terdiri atas 1 unit gula)
2. Disakarida (terdiri atas 2 unit gula)
3. Oligosakarida (terdiri atas 3-10 unit gula)
4. Polisakarida (terdiri atas lebih dari 10 unit gula)
Pembentukan rantai karbohidrat menggunakan ikatan glikosida.
Berdasarkan lokasi gugus C=O, monosakarida digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. Aldosa (berupa aldehid)
2. Ketosa (berupa keton)
Klasifikasi karbohidrat menurut lokasi gugus karbonil

5
Berdasarkan jumlah atom C pada rantai, monosakarida digolongkan menjadi:
1. Triosa (tersusun atas 3 atom C)
2. Tetrosa (tersusun atas 4 atom C)
3. Pentosa (tersusun atas 5 atom C)
4. Heksosa (tersusun atas 6 atom C)
5. Heptosa (tersusun atas 7 atom C)
6. Oktosa (tersusun atas 3 atom C)
Sifat sifat Karbohidrat
Pada umumnya karbohidrat berupa serbuk putih, yang mempunyai sifat sukar
larut dalam pelarut nonpolar, tetapi mudah larut dalam air, kecuali polisakarida tidak
larut dalam air. Polisakarida Amylum dengan air dingin akan membentuk suspensi,
dan bila dipanaskan akan terbentuk pembesaran berupa pasta dan apabila didinginkan
akan membentuk koloid yang kental semacam gel. Suspensi amylum akan
memberikan larutan yang berwarna biru dengan larutan iodium. Semua jenis
karbohidrat akan berwarna merah ungu bila larutannya dicampur beberapa tetes
larutan alfa naftol dalam alcohol. Monosakarida (Glukosa dan Fruktosa) dan
Oligosakarida yang bentuk umunya adalah Disakarida (Sukrosa, maltosa dan laktosa)
umumnya rasanya manis sehingga sering disebut gula.

Identifikasi Karbohidrat
Secara umum, untuk mengetahui adanya karbohidrat dalam suatu bahan
makanan atau dalam suatu contoh (zat uji), dapat dilakukan dengan uji Molisch, dan
uji Anthrone; untuk mengetahui adanya gula pereduksi, dapat ditentukan dengan uji
Fehling, bennedict, atau uji Tollens; untuk mengetahui adanya pentosa, dapat
ditentukan dengan uji Benzidin-Tauber ; untuk mengetahui adanya gugus keton, dapat
ditentukan dengan uji Seliwanoff; sedangkan untuk membedakan jenis jenis
polisakarida, dapat ditentukan dengan uji Iodin.
Adapun Skema identifikasi protein secara umum yaitu :
BAHAN UJI / SAMPEL UJI
UJI MOLISCH

POSITIF NEGATIF
KARBOHIDRAT BUKAN KARBOHIDRAT
UJI IODIUM

POSITIF NEGATIF

POLISAKARIDA DISAKARIDA / MONOSAKARIDA


AMILUM : BIRU SUKROSA, MALTOSA, LAKTOSA
GLIKOGEN : MERAH GALAKTOSA, GLUKOSA, FRUKTOSA
DEKSTRIN : COKLAT UJI BENEDICT

POSITIF NEGATIF

GULA PEREDUKSI : GULA NON


PEREDUKSI :
MALTOSA,LAKTOSA,GALAKTOSA SUKROSA

6
FRUKTOSA, GLUKOSA, ARABINOSA

UJI BARFOED

POSITIF NEGATIF

MONOSAKARIDA : DISAKARIDA :
FRUKTOSA, ARABINOSA, GLUKOSA MALTOSA, LAKTOSA
UJI BIAL / TAUBER UJI
OSAZON

POSITIF NEGATIF POSITIF


NEGATIF

PENTOSA : HEKSOSA: MALTOSA


LAKTOSA
ARABINOSA GLUKOSA,FRUKTOSA, GALAKTOSA
UJI SELIWANOFF
POSITIF NEGATIF

KETOSA : FRUKTOSA ALDOSA : GLUKOSA, GALAKTOSA


UJI ASAM
MUSAT
POSITIF
NEGATIF

GALAKTOSA
GLUKOSA

B. PROTEIN DAN ASAM AMINO.

Komponen penyusun protein Unit dasar penyusun struktur protein adalah asam amino.
Dengan kata lain protein tersusun atas asam-asam amino yang saling berikatan. Suatu
asam amino- terdiri atas:
1. Atom C . Disebut karena bersebelahan dengan gugus karboksil (asam).
2. Atom H yang terikat pada atom C .
3. Gugus karboksil yang terikat pada atom C .
4. Gugus amino yang terikat pada atom C .
5. Gugus R yang juga terikat pada atom C .
Agar lebih jelas dapat Anda cermati Gambar 2.1 berikut.

7
Macam asam amino.
Ada 20 macam asam amino, yang masing-masing ditentukan oleh jenis gugus
R atau rantai samping dari asam amino.

Tabel 2.1
Nama-nama asam amino
No Nama Singkatan
1 Alanin (alanine) Ala
2 Arginin (arginine) Arg
3 Asparagin (asparagine) Asn
4 Asam aspartat (aspartic acid) Asp
5 Sistein (cystine) Cys
6 Glutamin (Glutamine) Gln
7 Asam glutamat (glutamic acid) Glu
8 Glisin (Glycine) Gly
9 Histidin (histidine) His
10 Isoleusin (isoleucine) Ile
11 Leusin (leucine) Leu
12 Lisin (Lysine) Lys
13 Metionin (methionine) Met
14 Fenilalanin (phenilalanine) Phe
15 Prolin (proline) Pro
16 Serin (Serine) Ser
17 Treonin (Threonine) Thr
18 Triptofan (Tryptophan) Trp
19 Tirosin (tyrosine) Tyr
20 Valin (valine) Val

ANALISA IDENTIFIKASI PROTEIN.


Reaksi warna yang dapat digunaan untuk mengidentifikasi asam amino dan
protein, adalah reaksi Ninhidrin, Biuret, Xanthoprotein, Millon, Hopkins-Cole, dll.

8
SKEMA ANALISA PROTEIN
Bahan / Sampel uji
Uji Biuret

(+) Protein (-) Non Protein


Uji Ninhidrin Penentuan asam amino
Uji Millon Nase

(+) Gugus hidroksifenil (-) Tidak memiliki gugus hidroksifenil


Tiroksin - Uji Cincin Heller
- Uji Xantoprotein

(+) Gugus Aromatik (-) Tidak memiliki gugus aromatik


- Triptofan Uji Neumann
- Fenil alanin
(+) Gugus Phosphat (-) Gugus
Phosphat
Uji Erlich Biru Kasein Uji Sulfur
Uji Hopkins Cole Ungu

(+) Gugus Sulfur (-) Gugus


Sulfur
(+)Triptofan (-) Fenilalanin Methionin/Sistein Uji
Pengendapan

dengan asam

9
kompleks

(+) dgn asam kompleks (+) dgn As.Sulfosalisilat (-) Metionin,


Lisin,Gelatin
- Pepton - Albumin Uji
Pengendapan
- Hb - Globulin dgn logam
berat
Pelarut Organik Pengendapan (+) dg CuSO 4.5H2O
(-) Lisin
dgn Amm.Sulfat Pb. Asetat
(+) Hb (-) Pepton jenuh - Metionin
(+) Albumin (-) Globulin - Gelatin
Pengend
apam dg H2O
(+) Gelatin (-)
Metionin

II. Analisa identifikasi Karbohidrat.


1. Uji Molisch.
Uji Molisch juga merupakan uji umum untuk karbohidrat, akan tetapi uji ini
bukan yang spesifik / sensitif. Warna merah ungu pada bidang batas dua larutan
(cincin merah-ungu), menunjukkan adanya karbohidrat.
a. Tujuan : untuk menentukan adanya karbohidrat secara kwalitatif.
b. Prinsip : Karbohidrat dengan asam anorganik pekat akan dihidrolisis menjadi
monosakarida. Kemudian monosakarida di dehidrasi oleh H2SO4
pekat menjadi furfural atau hidroksi-metilfurfural. Kondensasi 4
hidroksi-metilfulfural dengan -naftol pada pereaksi Molisch akan
membentuk warna ungu.
1. Alat :
a. Rak Tabung Reaksi.
b. Tabung Reaksi 1 ml, 5 ml, 10 ml.
c. Pipet tetes
d. Waterbath
2. Sampel:
1. Larutan glukosa 1%
2. Larutan fruktosa 1%
3.Larutan amilum 1%
3. Pereaksi Molisch segar (larutan 5% alfa-naftol dalam Alkohol 96%)
4. H2SO4 pekat
c. Prosedur Kerja :

10
1. Dimasukan 2 ml larutan karbohidrat ke dalam tabung reaksi.
2. Ditambahkan 3 tetes pereaksi Molisch.
3. Miringkan tabung reaksi.
4. Dialirkan 1ml H2SO4 pekat sedikit demi sedikit melalui dinding tabung
reaksi.
5. Diamati perubahan warna pada batas kedua cairan.
6. Interpretasi Hasil :Positif (+) : bila tampak cincin berwarna ungu di
batas kedua cairan.

15 tetes 3 tetes tetes-tetes Cincin


Bahan -Naftol H2SO4 conc ungu

d. Hasil Percobaan :
No Nama Karbohidrat Pengamatan
Awal reaksi Akhir reaksi
1. Larutan Glukosa 1%
2. Larutan Fruktosa 1%
3. Larutan Amylum 1%

e. Kesimpulan :

2. Uji Barfoed
Uji Barfoed ini digunakan untuk membedakan monosakarida terhadap disakarida
dan polisakarida. Terbentuknya endapan yang berwarna merah bata (dari CuO)
menunjukkan adanya monosakarida.
a. Tujuan : untuk membedakan mono dan disakarida dalam karbohidrat
(menentukan daya reduksi monosakarida)

11
b. Prinsip : dalam suasana alkali kuat, gula-gula (reduktor) akan mereduksi ion
Cupri menjadi Cuprihidroksida (CuOH) yang berwarna kuning atau
Cuprooksida (Cu2O) yang berwarna merah.
Reagen Barfoed :
- Cu asetat ..13,3 gram (200 ml air)
- CH3COOH P 1,9 ml
c. Alat dan Bahan :
1. Alat :
a. Rak Tabung Reaksi.
b. Tabung Reaksi 1 ml, 5 ml, 10 ml.
c. Pipet tetes
d. Waterbath
e. Pembakar Buncen
f. Penjepit tabung reaksi
g. Penangas air (Water Bath)
2.Sampel
a. Larutan glukosa 1%
b. Larutan fruktosa 1%
c. Larutan amilum 1%
d. Pereaksi Barfoed (Cu asetat 13,3 gram (200 ml air) +CH3COOH P 1,9 ml)

d. Prosedur Kerja :
1. Dimasukan 2,5 ml pereaksi berfoed ke dalam tabung
reaksi.
2. Ditambahkan 4 tetes larutan karbohidrat.
3. Dicampur dengan baik.
4. Dipanaskan di atas nyala api sampai mendidih selama 1
menit.
5. Diamati perubahan warna pada larutan.
6. Interpretasi Hasil : Positif (+) bila tampak endapan
berwarna merah bata keruh dan Negatif (-) bila larutan tetap biru / hijau
jernih.
e. Hasil Percobaan :
No Nama Karbohidrat Pengamatan
Awal reaksi Akhir reaksi
1. Larutan Glukosa 1%
2. Larutan Fruktosa 1%
3. Larutan Amylum 1%

f. Kesimpulan :

12
3. Uji Bennedict
Uji ini digunakan untu menentukan adanya gula pereduksi dalam larutan
contoh/zat uji. Beberapa jenis karbohidrat yang memiliki gugus aldehid dan keton
bebas, mempunyai sifat dapat mereduksi Cu2+ dari pereaksi bennedict dalam suasana
basa, mnghasilkan endapan merah bata (Cu2O).
a. Tujuan : Untuk menentukan daya reduksi karbohidrat.
b. Prinsip : Dalam suasana alkali kuat, gula yang mempunyai gugus aldehida dan
keton bebas (reduktor) akan mereduksi ion Cupri menjadi
Cuprihidroksida (CuOH) yang berwarna kuning atau Cuprooksida
(Cu2O) yang berwarna merah.
c. Alat dan Bahan :
1. Alat :
a. Rak tabung reaksi.
b. Tabung reaksi 5 ml,10 ml.
c. Pembakar bunsen
d. Pipet tetes.
e. Waterbath.
f. Penjepit tabung reaksi
2. Bahan :
a. Larutan glukosa 1%
b. Larutan fruktosa 1%
c. Larutan amilum 1%
d. Reagen Benedict :
CuSO4 . 5H2O .. 1,7 gram
Na2CO3 10 gram
Na Citrat ... 17 gram
Aquades sampai.... 100 ml
d. Prosedur kerja :

Masukkan dalarn tabung reaksi 5 tetes larutan


uji dan 15 tetes pereaksi Benedict.
Campurlah dengan baik.
Didihkan di atas api kecil selama 2 menit atau
masukkan dalam penangas air mendidih
selama 5 menit.
Dinginkan perlahan-lahan.
Perhatikan warna atau endapan yang
terbentuk.

Reaksi positif ditandai dengan timbulnya


endapan warna biru kehijauan, kuning, atau
merah bata, tergantung pada kadar gula
pereduksi yang ada.

13
Interpretasi Hasil :
Negatif (-) bila larutan tetap berwarna biru/hijau jernih.
Positif (+) bila larutan berwarna hijau keruh.
Positif (++) bila larutan berwarna kuning keruh.
Positif (+++) bila larutan berwarna jingga/kuning keruh.
Positif (++++) bila larutan berwarna merah bata keruh.

- + ++ +++ ++++

4.Uji Biuret.
Uji ini digunakan untuk menunjukkan adanya ikatan peptida dalam suatu
polipeptida, dan untuk mngetahui selesai tidaknya hidrolisis suatu protein. Secara
umum, uji ini dapat digunakan untuk menentukan adanya protein dalam suatu larutan
contoh/ larutan uji.
a. Tujuan :
Digunakan untuk menunjukkan adanya ikatan peptida dalam suatu polipeptida, dan
untuk mengetahui selesai tidaknya hidrolisis suatu protein. Secara umum uji ini dapat
digunakan untuk menentukan adanya protein di dalam suatu larutan contoh.

b. Prinsip :
Reaksi terjadi karena adanya kompleks senyawa yang terjadi antara Cu dengan N dari
molekul ikatan peptida dan oksigen dari air, reaksi ditandai dengan terbentuknya
warna ungu.
c. Alat dan Bahan :
1. Alat :
a. Pipet tetes
b. Tabung reaksi
c. Rak tabung reaksi
d. Pipet ukur 10 ml
2. Bahan :
a. Reagen Biuret :
- Larutan NaOH 40 % IN.
- Larutan CuSO4 1 %.
b. Larutan albumin 1%
c. Larutan pepton 1%

14
d. Larutan putih telur 1%
3. Prosedur Kerja :
1. Ke dalam tabung reaksi bersih dan kering, masing masing dimasukkan 2 ml
NaOH 2N dan 2 tetes larutan CuSO4 0,1N, campur sampai homogen.
2. Ke dalam masing masing tabung tabung, ditambahkan satu jenis asam
amino/protein sebanyak 1 ml, campur sampai homogen.
3. Diamati perubahan yang terjadi.
4. Interpretasi Hasil : Positif (+) : bila terbentuk warna ungu dan biru tua.
4. Hasil Percobaan :
No Kegiatan Percobaan Pengamatan
Awal Akhir
1 Pereaksi Biuret + albumin
2 Pereaksi Biuret + pepton
3 Pereaksi Biuret + Putih telur

5. Kesimpulan :

5. Uji Reaksi Millon - Nose


Uji ini digunakan untuk menunjukkan adanya asam amino tirosin.

a. Tujuan :Untuk membuktikan sifat protein terutama untuk mengetahui adanya


gugus hidroksifenil di dalam protein/untuk menunjukkan adanya asam
amino tirosin.

b. Prinsip : Adanya reaksi peningkatan antara Hg dengan gugus hidroksifenil


terutama tirosin.
c. Alat dan Bahan :
1. Alat :
a. Pipet tetes
b. Tabung reaksi
c. Rak tabung reaksi
d. Pipet ukur 10 ml
2. Bahan :
a. Larutan pereaksi Millon :
Reagen :
Larutan Hg(NO3)2 1 % di dalam H2SO4 10 %.

15
Larutan NaNO2 1 %.
b. Larutan albumin 1%
c.Larutan pepton 1%
d. Larutan putih telur 1%
d. Prosedur Kerja :
1. Dimasukan 2 ml larutan sampel protein ke dalam tabung reaksi.
2. Ditambahkan 1 ml Hg(NO3)2 1 %.
3. Dicampur dengan baik.
4. Diamasak mungkkin terjadi endapan kuning.
5. Dinginkan di bawah air ledeng.
6. Ditambah 1 tetes larutan NaNO2 1 %, panaskan lagi.
7. Diamati perubahan warna yang terjadi.
8. Interpretasi Hasil :
9. Positif (+) : bila terbentuk warna merah muda/merah rose.
e. Hasil Percobaan :
No Kegiatan Percobaan Pengamatan
Awal Akhir
1 Pereaksi Biuret + albumin
2 Pereaksi Biuret + pepton
3 Pereaksi Biuret + Putih telur

f. Kesimpulan :

6. Analisa Xanthoprotein.
Uji ini digunakan untuk menunjukkan adanya asam amino yang memiliki inti
benzene (inti aromatik) dalam struktur molekulnya.
a. Tujuan : Untuk membuktikan sifat protein terutama untuk mengetahui adanya
gugus aromatis di dalam protein.

b. Prinsip : Adanya reaksi nitrasi inti benzena (cincin fenil).

c. Alat dan Bahan :


1. Alat :
a. Pipet tetes
b. Tabung reaksi
c. Rak tabung reaksi
d. Pipet ukur 10 ml

2. Bahan :
a. Larutan pepton 1%
b. Larutan putih telur 1%

16
c. Larutan gelatin 1 %
d. Larutan Casein 1 %
e. Larutan HNO3 pekat.
f. Larutan NaOH 40 %.
d. Prosedur Kerja :
a. Dimasukan 2 ml larutan sample protein ke dalam tabung reaksi.
b. Ditambahkan HNO3 pekat lewat dinding.
c. Dicampur dengan baik, mungkin terjadi endapan kuning.
d. Dipanaskan di atas api dengan hari-hati selama 1 menit.
e. Dinginkan di bawah air ledeng.
f. Ditambahkan dengan hati-hati tetes demi tetes larutan NaOH 40 %
sampai terbentuk 2 lapisan cairan (dialirkan lewat dinding).
g. Diamati perubahan warna yang terjadi pada perbatasan kedua cairan.
h. Interpretasi Hasil : Positif (+) : bila terbentuk warna kuning atau
orange.
e. Hasil Percobaan :
No Kegiatan Percobaan Pengamatan
Awal Akhir
1 Pereaksi Biuret + casein
2 Pereaksi Biuret + pepton
3 Pereaksi Biuret + Putih telur
4 Pereaksi Biuret + gelatin
f. Kesimpulan :

III. Pembahasan hasil praktikum :

17
Mataram, .........., .............. , 2017
Pembimbing Praktikum, Praktikan,

.................................... .........................................
PRAKTIKUM II

ANALISA BIOKIMIA URINE

18
I. DASAR TEORI :

Analisa Biokimia Urine adalah salah satu tes laboratorium yang dapat
memberikan informasi tentang keadaan ginjal, saluran kemih, faal hati, saluran
empedu, pangkreas dan adanya gangguan metabolisme protein, karbohidrat da lipid di
dalam tubuh. Ginjal melakukan fungsi metabolik dan ekskretorik serta
mempermudah produk sampingan nitrogenosa dan metabolik lain dari tubuh. Ginjal
mempertahankan hemeostasis cairan, elektrolit dan status asam basa. Organ ini
menerima sekitar 20% dari curah jantung setara dengan hampir satu liter darah setiap
menit. Melalui filrasi, reabsorbsi dan sekresi, ginjal mengekskresikan 1,6 sampai 1,8
liter urine per hari pada orang dewasa; 2-5 ml/kg per jam pada anak. Volume ini dapat
berbeda-beda tergantung pada status hidrasi pasien. Karena bagian yang berbeda pada
ginjal melakukan fungsi yang berbeda pula, letak dan sifat banyak gangguan ginjal
dapat dipekirakan dari evaluasi aspek-aspek tertentu pengaturan metabolik dan urine.
Apabila jumlah dan fungsi semua bagian konstituen ginjal normal, fungsi
ginjal dapat dipahami berdasarkan komponen fungsional nefron. Glomerulus
menyingkirkan zat-zat yang perlu diekskresikan dan mencegah keluarnya protein dan
sel kedalam urine. Tubulus mereabsorpsi zat-zat terlarut yang harus dihemat;
mengatur konsentrasi natrium, kalium, dan bikarbonat; dan mengekskresikan atau
menahan ion hidrogen sesuai kebutuhan. Duktus koligentes, di medula yang
hipertonik, mengatur jumlah air yang ditahan atau diekskresikan.

Hasil analisa biokimia urine sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1. Macam sampel urine.


Dalam mengumpulkan urine untuk pemeriksaan, ada beberapa macam urine yang
diambil sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan yaitu :
a. Urine Sewaktu
Merupakan urine untuk bermacam macam pemeriksaan.Urine ini bisa diambil
sewaktu waktu atau tidak ditentukan waktu khusus.urine ini cukup baik untuk
pemeriksaan rutin yang menyertai pemeriksaan badan tanpa pendapat khusus.
b. Urine Pagi
Merupakan urine yang pertama tama dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun
tidur.urine ini lebih pekat dibandingkan dari urine yang dikeluarkan siang hari,jadi
baik untuk pemeriksaan sediment,berat jenis,protein,dll.urine ini juga baik untuk
pemeriksaan HCG (human chorionic gonadotropin) pada wanita hamil.
c. Urine Postprandial
Sample ini berguna untuk pemeriksaan terhadap glukosuria.urine ini merupakan
urine yang pertama kali dilepaskan 1,5-3 jam sehabis makan.
d. Urine 24 Jam
Untuk mengumpulkan urine 24 jam diperlukan botol besar,bervolume 1,5 liter
atau lebih yang dapat ditutup dengan baik.Botol ini harus bersih dan biasanya

19
memerlukan suatu zat pengawet. Cara mengumpulkannya misalnya saja ,seorang
lelaki mengeluarkan urine pada jam 7 pagi,urine ini dibuang.kemudian urine yang
dikeluarkan sesudahnya,termasuk juga urine jam 7 pagi esok harinya harus ditampung
dalam botol urine. Adakalanya urine 24 jam itu ditampung terpisah dalam beberapa
botol dengan maksud tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada penderita diabetes
mellitus untuk melihat banyaknya glucose yang dikeluarkan dari santapan
berikutnya.sampel pertama ialah urine dari makan pagi sampai makan siang,sample
kedua ialah dari makan siang sampai makan malam,dan yang ketiga adalah dari
makan malam sampai makan pagi esok harinya.
e. Urine 3 Gelas dan 2 Gelas Pada Lelaki
Penampungan urine ini dilakukan pada pemeriksaan urologik dan dimaksudkan
untuk mendapatkan gambaran tentang letaknya radang atau lesi lain yang
mengakibatkan adanya nanah atau darah pada urine seorang lelaki. cara menjalankan
penampungan tiga gelas dimulai dengan instruksi kepada penderita bahwa ia beberapa
jam sebelum pemeriksaan tidak boleh berkemih.Sediakanlah 3 gelas, sebaiknya gelas
sediment yaitu gelas yang dasarnya menyempit guna memudahkan mengendapnya
sediment dan agar sediment itu mudah terlihat dengan mata belaka.
penderita harus berkemih langsung ke dalam gelas itu,tanpa menghentikan aliranya:
1 Kedalam gelas pertama ditampung 20-30 ml urine yang mula mula
keluar.urine ini terutama berisi sel sel dari pars anterior dan pars prostatica
urethra yang dihanyutkan dalam urine,meskipun juga ada dalam sjumlah
kecil sel sel dari tempat yang lebih proksimal.
2 Kedalam gelas kedua dimasukkan urine berikutnya,kecuali beberapa ml
yang terakhir dikeluarkan,urine dalam beberapa gelas kedua mengandung
terutama unsure unsure dari kantong kencing.
3 Beberapa ml urine terakhir ditampung dalam gelas ketiga,urine iini
diharapkan akan mengandung unsure unsure khusus dari pars prostatica
uretra serta getah prostate yang terperas keluar pada akhirnya berkemih.
untuk mendapatkan urine 2 gelas caranya sama dengan di atas kecuali gelas
ketiga ditadakan dan pada gelas pertam ditampung 50-75 ml urine.
2. Penambahan bahan pengawet yang dilakukan yaitu :
1 Fisik, dengan cara
- menyimpan sampel urine dalam lemari es ( 40)
- menyimpan sampel urine di bawah titik beku ( di bawah 00 C)
2 Kimiawi
- Toluenz yang merupakan pengawet terbaik ( 2,5ml/urine 24 jam)
- Formalin 10%
- Thymol 100 mg/ 100 ml
- H2SO4 ( pH 4,5 )
- Na2 CO3 5%
- Na F
3. Wadah sample.
Dalam pengambilan sampel urine perlu juga diperhatikan wadah yang
digunakan sebagai penampung. Adapun syarat-syarat penampung yaitu:
1. Wadah dari bahan kaca / plastik bewarna gelap, bermulut lebar dan memiliki
penutup.
2. Bersih, kering dan tidak harus steril
3. Diberi label yang berisi identitas, nama, jenis urine, tanggal dan waktu
pengambilan, pengawet, dan jenis pemeriksaan yang diminta.

20
II. METODE ANALISA BIOKIMIA URINE :
A. TES MAKROSKOPIS
a. Derajat keasaman atau pH : Penetapan pH urine dilakukan dengan memakai
indikator strip yaitu universal indikator dari merrk germany atau dengan
reagen strip.
b. Berat Jenis (BJ) :
1 BJ memberikan kesan tentang kepekatan urine. Urine pekat dengan
BJ>1,030 mengidentifikasikaan adanya glokosuria
2 Tes BJ makroskopi dengan metode urineometer ataupun reflaktometer
tidak dilakukan. Untuk menetapkan BJ dipakai metode reagen strip.
B. PEMERIKSAAN KIMIA URINE
1 Glukose,
2 Protein
3 Keton
INTERPRESTASI HASIL TES URINALISA

PARAMETE GINJAL HEPAR PANKREAS


R PADA TES
URINALISA
pH Renal tubular asidosis Asidosis
Infeksi bakteri diabetic
Gagal ginjal kronik
protein Sindroma nefrotik
Pielonefritis
Glomerulonefritis
Kimmelstiel-wilson synd
Hiprtensi maglina

glukosa Ambang ginjal yang rendah Pankreatitis


Penyakit tubulus ginjal Diabetes militus

Keton Penyakit Von Asidosis


Gierke diabetic
(glycogen storage
disease)

III. ALGORITME HASIL URINALISIS

Algoritme hasil urinalisis untuk mencari penyebab kelainan


ginjal

Urinalisis lengkap

Piuria nitrit Hematuria Proteinuria


(Alb
uminuria)

21
Pielonefritis

Kolik ginjal

Biakan urine dan resistensi (+) (-


)

(+) Batu ginjal


ASTO
Komplemen
( C3 dan C4 )
Biakan Usap
Tenggorokan

Terapi
(+)
(-)

CNA
Biakan BTA urin

(+)
(-)
TBC ginjal
Batu ginjal

Proteinuria
(albuminuria)

Massif ( + ) / ( ++ )

Oval fat bodies ( + )


Kolesterol darah Piuria Hematuria
(+)

22
Albumin serum Nitrit ( + ) ASTO
Biakan Urin Komplemen C3 dan
C4
(+) Usapan
Tenggorokan

Sindroma Nefrotik
Pielonefritis
GNA
Cari kausa
o Diabetes Mellitus : Tes Glukosa
o SLE : Sel LE, Tes ANA
o Infeksi :Sfilis, Malaria
o Amiloidosis
o Toksemia grividarum : Hamil , Hipertensi
o Tumor eksta renal : BNO / IVP
Berat jenis
Oligouria
Ureum, kreatinin, asam urat

Gagal ginjal

Anamnesis

Akut Kronik
Misalnya pada : Misalnya pada :
Kekurangan volume plasma darah - GNK
o Perdarahan - Nefropati diabedika
o Luka bakar - Nefritis intertesial
o Syok - Hipertensi renal
Keracunan : CCl4, etilen glikol - Penyakit kolagen SLF
Obstruksi saluran kemih - Penyakit ginjal
obstuksi
Penyakit ginjal - Penyakit ginjal bawaan
o GNA - Nefropati toksik
o Sindroma nefrotik

IV. KEGIATAN PRAKTIKUM :


A. TES MAKROSKOPIS

1) Pemeriksaan pH urine Masukkan 5 ml urine dalam tabung reaksi


Kocok urine sampai
Kertas lakmus urine homogen.
Celupkan kertas lakmus dalam urine.
Tunggu beberapa detik (10 detik), lihat dan
baca perubahan
23 yang terjadi pada kertas
lakmus.
2) Pemeriksaan pH urine metode Stick.
Prosedur sama dengan pH urine, setelah dicelup langsung dibaca BJ urine.

3) Pemeriksaan Berat Jenis Urine


Metode Refraktometer : alat pengukur BJ membutuhkan sedikit sampel dan
sangat teliti.
Barrel

Eyepeice
Prisma

Cover plate

24
Prisma ditetesi dengan urine (1-2 tetes)
Penutup (cover) ditutup, harus merta.
Sekali dilihat melalui eyepiece.
Baca sekala dengan intensitas cahaya cukup.
Bersihkan Prisma dengan tissue basah, keringkan.

Tabel Hasil dan interpretasi pemeriksaan


Interpretasi
Normal Hasil Pemeriksaan
Bau Bau asam organik
Warna Kuning Muda -Tua
Kekeruhan Jernih
Keasaman 4,7 7,5
Berat Jenis urine sewaktu 1.015 1.025
Berat Jenis urine Pagi 1.020 -1.030

B. PEMERIKSAAN BIOKIMIA URINE METODE CARIK CELUP.


1. Macam pemeriksaan
Parameter yang dapat di ketahui pada test dengan memakai reagen strip
bervariasi. Urit (Uritest 13G) dengan 13 parameter yaitu :
1. Leukosit
2. Keton
3. Nitrit
4. Urobilinogen
5. Bilirubin
6. Protein
7. Glukosa
8. Spesifik Gravity (SG)/BJ
9. pH
10. Blood
11. Kreatinin
12. Calcium
13. Microalbumin
b.prinsip reaksi pemeriksaan carik celup
1.Berat jenis
Indikator BTB + senyawa poli (metil,vinyl ether maleic acid sodium salt)
bereksi pada urine dengan BJ > 6,5.
2.pH

25
Indikator metyl red dan BTB, variasi ph memberikan kombinasi warna pada
kertas yang mengandung indikator tersebut.
3.Leukosit
Asam karbonat ester------esterase (granulosit)-----indixyl---oksidasi------>
senyawa indigo berwarna indigo.
4.Nitrit
Nitrit------reduksi nitrit oleh bakteri Gram (-)
Nitrit + p-arsinilic acid + tetrahydrobenzoquinoiin----senyawa merah.
5.Protein
3`,3,5`,5, tetraklorofenol-----3,4,6,5 tetrabromosulfoftalein (buffer) +
protein-----hijau muda hijau tua.
6.Glukose
(glukose oksidase)
D-glukose----------------------------D-glukonakton + H2O2
H2O2 -------On + kromogen (O-tolidine)-----warna
7.Keton
Na nitroprussid (oksidator kuat) memberikan warna ungu + asam aseto asetat,
aseton, asam betha hidroksi butirat (-)
8.Urobilinogen
Urobilinogen + paradimetyil amino benzaldehide ------ (asam)----- dengan zat
warna azonium (merah)
9.Bilirubin
Bilirubin + garam diazonium ------ (asam)------- azobilirubin berwarna merah.
10.Haemoglobin
H2O2------peroksidase (hb)------H2O + On
On + kromogen (benzidin)------ senyawa hijau biru.
10. Kreatinin
Kreatinin bereaksi dengan indikator kreatinin dalam suasana alkali
membentuk kompleks warna purplish brown. Intensitas warna yang
terbentuk setara dengan adar kreatinin dalam urine.
11. Calsium
Adanya ion kalsium dalam urine bereaksi dengan OCPC (O - Cresolphthalein
complexon membentuk kompleks warna orange brown.
12. Mikroalbumin
Keberadaan Albumin dalam urine bereaksi dengan Indikator metyl red dan
BTB, variasi ph sampai dengan 9 memberikan kombinasi warna pada kertas
yang mengandung indikator tersebut.
Cara Kerja
1. Celupkan selembar reagen strip (carik celup) ke dalam tabung reaksi yang
berisi sampel urine kira-kira 1 detik sehingga urine membasahi seluruh
permukaannya.
2. Hapus sisa urin dengan cara menyentuhkan satu sisi carik celup ke permukaan
kertas tissue.
3. Amati perubahan warna pada stik berdasarkan standart carik celup atau alat
Clinitex Status.

26
c. Hasil Pemeriksaan :
Urit (Uritest 13G) dengan 13 parameter yaitu :
1) Leukosit ( 2 menit ) :
2) Keton ( 40 detik ) :
3) Nitrit ( 60 detik ) :
4) Urobilinogen ( 60 detik ) :
5) Bilirubin ( 30 detik ) :
6) Protein (60 detik ) :
7) Glukosa ( 30 detik ) :
8) Spesifik Gravity (SG)/BJ ( 60 detik ) :
9) pH ( 60 detik ) :
10) Blood ( 60 detik ) :
11) Kreatinin :
12) Calcium :
13) Microalbumin :
PERKIRAAN KELAINAN BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN URINE
DIABETES GINJAL & INFEKSI HATI / EMPEDU
SALURAN URINE
Glukosa Protein Bilirubin
Keton Darah Urobilinogen
Leukosit
Nitrit
Berat Jenis
Nilai pH

C. PEMERIKSAAN KIMIA URINE


1. PEMERIKSAAN GLUKOSE REDUKSI DALAM URINE
Tujuan : Untuk mengetahui adanya glucose dalam urine.
Prinsip : Glukosa akan mereduksi CuSO4 dalam suasana basa kuat dan
panas membentuk Cu2O yang mengendap dan berwarna kuning sampai
merah bata sebanding dengan kadar glukosa dalam urine.
Pemeriksaan glucose metode BENEDICT & FEHLING
1) a. Resep Benedict :
- CuSO4.5H2O . 17,3 g
- Na2CO3 .. 100 g
- Na.Citrat.. 173 g

b. Resep Fehling :
- Fehling A . . 35g/1 ltr
- K.Na.Tartrat 175g + NaOH 60g / 1 ltr.
2) Prosedur :

A. Benedict B. Fehling

27
0,5 ml urine
1 ml urine

5 ml Reagen 2 ml fehling B
benedicr campuran
2 ml fehling A fehlingA+B
dipanaskan

Waterbath

Panaskan dalam waterbath 5 menit /lampu spirtus 2 menit, setelah mendidih.


Campur, dinginkan dan baca hasil sesuai dengan nilai interpretasi hasil.

Tabel Interpretasi hasil reduksi (glukose urine)


SIMBOL PEMBACAAN HASIL
NEGATIF - Tetap biru jernih atau sedikit kehijauan agak keruh ( 0
0,1 % glucose )
POSITIF + 1+ Hijau kekuningan dan keruh / endapan kuning (sesuai
dengan 0.5 - 1% glukose)
POSITIF ++ 2+ Kuning keruh dengan endapan kuning banyak (1 - 1.5%
glukose)
POSITIF +++ 3+ Endapan / warna Orange - Jingga keruh (1,5 2,5 %)
POSITIF ++++ 4+ Endapan Merah bata Keruh (2,5 4 %)

Tabel Hasil Pemeriksaan :


SAMPEL BENEDICT WARNA FEHLING WARNA

b. PEMERIKSAAN PROTEIN URINE


Tujuan : Untuk mengetahui adanya protein dalam urine dalam urine.

28
I. Pemeriksaan Protein metode Perebusan Asam Asetat
1) Reagen : Asam Asetat 6%
2) Prosedur :

2 3 tetes
asam asetat 6%

5 ml urine

Waterbath
Panaskan dalam waterbath 5 menit /lampu spirtus 2 menit, setelah mendidih

Campur, dinginkan dan baca hasil sesuai dengan nilai interpretasi hasil.
Tabel Interpretasi hasil Protein Metode perebusan Asam Asetat
SIMBOL PEMBACAAN HASIL
NEGATIF - Tidak ada kekruhan
POSITIF + 1+ Ada kekeruhan ringan tanpa butir (protein 0.01 0.05%)
POSITIF ++ 2+ Kekeruhan mudah dilihat terdapat butiran (protein 0.05
0.2%)
POSITIF +++ 3+ Kekeruhan jelas dan berkeping (protein 0.2 0.5%)
POSITIF +++ 4+ Urine sangat keruh dengan kepingan besar/menggumpal
+ (protein lebih dari 0.5%)

Tabel Hasil Pemeriksaan :


SAMPEL POSITIF WARNA

b. Pemeriksaan Protein dengan metode Sulfosalisilat


1) Reagen : Sulfosalisilat 20%
2) Prosedur :
- Siapkan dua tabung reaksi dan tambahkan masing masing dengan 2
ml sampel urine .
- Tabung pertama ditambahkan 8 tetes larutan asam Sulfosalisilat 20%,

29
kocok sampai homogen.
- Bandingkan kedua tabung tersebut, jika tetap jernih maka protein negatif
jika tabung yang pertama lebih keruh maka terdapat protein dalam
sampel, panasilah tabung pertama di atas nyala api sampai mendidih
dan kemudian dinginkanlah dengan air .
* jika kekeruhan tetap ada pada waktu pemanasan dan tetap ada pada
saat setelah didinginkan kembali test terhadap protein positif. Protein
itu kemungkinan albumin, mungkin globulin, mungkin keduanya.
* Jika kekeruhan hilang pada waktu pemanasan, tetapi muncul setelah
pendinginan , kemungkinan adanya protein bence Jones dan perlu
dilakukan test lebih lanjut.
- Test dengan asam sulfosalisilat tidak bersifat spesifik meskipun sangat peka
(adanya protein dengan konsentrasi 0.002%). Jika dengan test ini hasil
negatif maka pada sampel urine tidak terdapat proteinuria.

3. Pemeriksaan Benda-Benda Keton Metode Rothera


Prinsip : Natrium nitroprusid sebagai oksidator akan bereaksi dengan
benda keton akan membntuk senyawa berwarna ungu.
Metode Rothera
1) Reagen : - Rothera (serbuk benzidine) di buat dari 5 gr Natrium
nitroprusid dan 200 gr Ammonium sulfat, dicampur dan digerus dalam
mortir sampai halus dan disimpan dalam botol coklat.
- Amoniak Pekat ( NH4OH P )
2) Prosedur :

Sepucuk sendok 1-2 ml


Reagen Rhotera Amoniak pekat
( 1 gr ) melalui dinding

5 ml
Urine

30
Baca hasil ditunjukkan dengan terbentuknya cincin ungu diantara dua lapisan
jika terdapat benda-benda keton dalam sampel urine.

Tabel Hasil Pemeriksaan :


SAMPEL POSITIF

Baca hasil ditunjukkan dengan terbentuknya cincin ungu diantara dua lapisan
jika terdapat benda-benda keton dalam sampel urine.

D.PEMBAHASAN DAN DISKUSI


SOAL :
1. Jelaskan faktor faktor para analitik, analitik dan pos analitik dari
analisa kimia urine!
2. Jelaskan manfaat pemeriksaan dari analisa kimia urine, hubungkan
dengan diagnose patologisnya !
3. Jelaskan parameter dari pemeriksaan urine carik celup dan prinsipnya !

JAWABAN :

31
32
e.Kesimpulan

Mataram, .........., .............. , 2017


Pembimbing Praktikum, Praktikan,

.................................... .........................................

PRAKTIKUM III
ANALISA BIOKIMIA CAIRAN TUBUH
A. PEMERIKSAAN PROTEIN KWALITATIF METODE
RIVALTA PADA CAIRAN PLEURA UNTUK MENENTUKAN
CAIRAN TERMASUK TRANSUDAT ATAU EKSUDAT.

I. Dasar Teori

33
Transudat adalah cairan yang terkumpul dalam rongga serosa yang
diakibatkan karena bukan proses peradangan (non inflamasi) ditandai adanya
perubahan tekanan hidrostatik dan tekanan koloid osmotik. Sedangkan eksudat adalah
cairan yang terkumpul dalam rongga serosa yang diakibatkan karena proses
peradangan (inflamasi) yang ditandai dengan perubahan permeabilitas kapiler. Pada
keadaan yang normal rongga-rongga badan mengandung sejumlah kecil cairan ( 10
ml ).
Transudat dan eksudat perlu dibedakan, karena perbedaan ini dapat
memberikan petunjuk mengenai sifat proses penyakit. Transudat biasanya dijumpai
pada gagal jantung kongesif atau hipoalbuminemia, sedangkan eksudat dijumpai pada
keganasan paru atau pleura atau pneumonia.

TABEL : PERBEDAAN LABORATORIK TRANSUDAT DAN EKSUDAT

PERBEDAAN TRANSUDAT EKSUDAT


Protein Total < 3,0 gr/dl >3,0 gr/dl
Rasio Protein cairan:serum < 0,5 >0,5

2. Tujuan Pemeriksaan
- Untuk mengetahui penyebab terjadinya akumulasi cairan dalam rongga serosa
tubuh.
- Untuk menegakkan diagnosis dan penanganannya
3. Bahan Pemeriksaan : Pleura.
4.Pemeriksaan Protein kwalitatif Metode : Rivalta
Prinsip : adanya seromusin akan membentuk presipitat seperti
awan putih dalam suasana asam.
1 Alat dan Bahan :
- Gelas ukur
- Aquadest
- Asam asetat glasial
2 Cara Kerja :
- Campurkan 2 tetes atau 0,1 ml asam asetat glasial ke dalam
100 ml aquadest dalam gelas ukur.
- Teteskan sampel yang akan diperiksa ke dalam campuran
tersebut
- Perhatikan adanya presipitat pada tetesan tersebut
3 Nilai rujukan : tidak ada kekeruhan atau presipitat
4 Hasil Pemeriksaan : .......................................................................
5 Interpretasi Hasil :
Hasil negatif ( tidak ada presipitat ) : ...........................................
Hasil positif ( terjadi presipitat ) : ..........................................

B. PEMERIKSAAN PROTEIN CAIRAN OTAK (LCS)


KWALITATIF METODE PANDY DAN NONNE APELT.

1. Dasar Teori
Cairan otak (Liquor Cerebrospinalis) adalah cairan jernih seperti aquadest
sedikit mengandung protein yang ditemukan dalam sistem ventrikel otak dan ruang

34
subarachnoid. Jumlah cairan otak yang normal adalalah sekitar 100 150 ml. Cairan
otak terutama dibuat oleh fleksus koroideus yang terdapat dalam ventrikel tertius,
ventrikel quartus dan ventrikel lateralis melalui proses ultrafiltrasi plasma darah.
Berbagai kelainan intrakranial dapat menyebabkan perubahan pada cairan otak.
Pembentukan cairan otak dapat meningkat atau berkurang bila terdapat gangguan
pada fleksus koroideus. Tindakan fungsi lumbal adalah merupakan salah satu cara
untuk memperoleh cairan otak .
2. Tujuan Pemeriksaan
Mengetahui kelainan pada cairan otak melalui tes identifikasi protein secara
kwalitatif metode PANDY DAN NONNE APELT.
3. Pemeriksaan Biokimia Protein Kwalitatif metode : Pandy
Bahan pemeriksaan : Cairan otak yang akan diperiksa tidak boleh mengandung
darah. Bila ada kekeruhan bahan harus disentrifuse dahulu.
Prinsip : Albumin dan globulin dipresipitasi oleh larutan fenol jenuh membentuk
kekeruhan.
Alat dan Bahan : - Mikro pipet 1 ml
- Tabung reaksi
- Larutan fenol jenuh
Cara Kerja :
- Masukkan 1 ml larutan fenol jenuh dalam tabung reaksi .
- Teteskan 1 tetes cairan otak.
- Amati adanya kekeruhan yang terjadi.
Nilai Rujukan : Normal tidak timbul kekeruhan
Hasil Pemeriksaan : ................................................................
Interpretasi Hasil :
adanya kekeruhan menunjukkan : .........................................

3. Pemeriksaan Biokimia Protein Kwalitatif metode : Nonne - Apelt

Prinsip : Globulin dipresipitasi oleh larutan amonium sulfat jenuh membentuk


cincin putih pada kedua lapisan.

Alat dan Bahan : - Mikro pipet 1 ml


- Tabung reaksi
- Larutan fenol jenuh
Cara Kerja :
- Masukkan 1 ml larutan Amonium Sulfat jenuh dalam tabung
reaksi .
- Tambahkan 1 ml cairan otak secara berlahan.
- Biarkan selama 3 menit
Nilai Rujukan : Normal tidak terbentuk cincin putih
Hasil Pemeriksaan : ..........................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
C. PEMBAHASAN DAN DISKUSI
SOAL :

1. Jelaskan kegunaan pemeriksaan cairan tubuh, terutama


pemeriksaan biokimia protein cairan tubuh !
2. Jelaskan parameter dari pemeriksaan biokimia protein
cairan tubuh dan prinsip pemeriksaannya !
3. Tuliskan hasil pemeriksaan saudara dan berikan deskripsi
35
diagnose hasl praktikum yang saudara lakukan !
JAWABAN :

36
e.Kesimpulan

Mataram, .........., .............. , 2017


Pembimbing Praktikum, Praktikan,

.................................... .........................................

PRAKTIKUM IV
ANALISA BIOKIMIA DARAH

37
A. PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP

1. PEMERIKSAAN HAEMOGLOBIN METODE SAHLI (ASAM HEMATIN)


a. Prinsip:
Hemoglobin darah akan bereaksi dengan HCl (asam klorida) membentuk
asam hematin yang mempunyai warna tertentu (coklat). Warna yang
terbentuk dibandingkan dengan warna standarnya.

b. Alat alat dan reagensia:


Hemoglobinometer (hemometer)dari Sahli-asam yang terdiri dari :
a. Tabung gelas berwarna coklat (warna stadart)
b. Tabung hemometer dengan pembagian kadar g %
c. Pipet Sahli dengan volume 20 Cmm.
d. Batang pengaduk gelas
e. Pipet pasteur
f. Larutan HCl 0,1 N
g. Aquadest
c. Nilai Normal:
Laki-laki : 13,5 18 g%
Wanita : 12 16 g%
(Tinjauan klinis atas hasil pemeriksaan laboratorium,FKUI,edisi 9,1995).

d. Cara kerja:
1. Di isi tabung hemometer dengan HCl 0,1 N sampai tanda 2 gr%
2. Di isap darah dengan pipet Hb sampai tanda 20 cmm
3. Bersihkan bagian luar pipet Hb
4. Ditiup pelan-pelan darah yang ada dalam pipet ke dalam larutan HCl 0,1N
dengan tanpa menimbulkan gelembung udara
5. Dibilas pipet Hb dengan larutan HCl 0,1 N 3 kali
6. Diaduk dan tunggu 10 menit untuk pembentukan asam hematin
7. Ditambahkan aquades tetes demi tetes sampai didapatkan warna yang sama
dengan warna standar
8. Dibaca hasilnya dalam satuan gr%

e. Hasil:
Kadar Hb = ................................. gr%

2. PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH (LED) / BLOOD BEZENKING


SNELHEID (BBS) METODE WESTERGREN
a.Definisi LED :
Kecepatan mengendapnya eritrosit dari suatu sampel darah yang diperiksa dalam
suatu alat tertentu yang dinyatakan dalam mm per jam.

38
Nama lain dari LED sering diistilahkan :
1 BBS : Blood bezenking Snelheid
2 BSR : Blood Sedimentation Rate
3 BSE : Blood Sedimentation Erythrocyte
4 BS : Blood Sedimentation
5 ESR : Erythrocyte Sedimentation Rate
6 KPD : Kecepatan Pengendapan Darah
b. Prinsip:
Darah anticoagulant dibiarkan di dalam pipet dengan ukuran tertentu dalam posisi
tegak lurus, kecepatan eritrosit mengendap diukur dalam jangka waktu tertentu.
c. Catatan :
Pengendapan eritrosit dalam penentuan LED melalui beberapa fase, yaitu :
1. Fase Pertama : Disebut juga phase of agregation, karena pada fase ini eritrosit baru
mulai menyatukan diri atau membentuk rouleaux yang berlangsung selama
30 menit.
2. Fase Kedua :Dalam fase ini pengendapan eritrosit dengan cepat (kecepatan
maximal) oleh karena itu terjadi agregasi atau pembentukkan rouleaux,
dimana partikel-partikel eritrosit menjadi lebih besar dengan permukaan yang
lebih kecil sehingga pengendapannya menjadi lebih cepat,berlangsung 30
60 menit.
3. Fase Ketiga :Dalam fase ini kecepatan mengendap eritrosit sudah mulai berkurang
karena sudah mulai terjadi proses pemadatan dari eritrosit, berlangsung 60
120 menit. Oleh karena itu pemeriksaan dilakukan selama 2 jam, karena
mungkin saja selama 1 jam masih dalam pengendapan tahap pertama,
sehingga masuh menunjukkan angka 1 atau bahkan tetap pada 0. Titik
miniscus darah masih diijinkan di atas atau di bawah titik 0 dengan toleransi 1
2 mm. Pembacaan akhir harus tetap berpedoman dari titik miniscus.
Hal hal yang dapat meningkatkan LED :
1. Ukuran sel darah :
Ukuran besar mempercepat/meningkatkan LED
Ukuran kecil memperlambat LED
2. Faktor plasma yang dikandung, misal berupa : Globulin, Fibrinogen, dan
C. Reactive Protein.
3. Suhu : Suhu yang tinggi dapat mempercepat LED.
4.Letak Posisi Pipet : Posisi pipet yang miring akan mempercepat
pengendapan LED.
5. Penampang Pipet : Makin besar penampang akan mempercepat
pengendapan LED.

Halhal yang dapat menurunkan/menghambat LED :


1. Ukuran dan Bentuk sel darah :Ukuran eritrosit kecil dan bentuk yang tidak
beraturan mempersulit terbentuknya rouleaux.
2. Faktor plasma yang dikandung, misal berupa : Albumun dan Lecitin.
3. Suhu : Suhu yang rendah dapat memperlambat LED.
Arti Klinik LED :
1. Untuk mengetahui secara dini penyakit-penyakit yang akut, seperti :

39
Appendicitis acut
Rheumatoid acut
2. Untuk mengikuti perjalanan penyakit, seperti :
Tuberculosis (TBC)
Rheumatoid acut
3. Diagnosa Banding (Differensial Diagnostic)
Membandingkan penyakit satu dengan yang lain yang
mempunyai gejala yang sama, seperti :
Appendicitis acut dengan Kehamilan Tuba
4. Memperkirakan adanya Ikterus (Peny. Kuning)
Hal ini dapat dilihat dari plasmanya yang berwarna kuning.
d. Nilai normal:
1. Metode Westergren (mm/jam)
Pria < 50 Tahun : 0 15 mm/jam
Wanita < 50 Tahun : 0 20 mm/jam
Pria > 50 Tahun : 0 20 mm/jam
Wanita > 50 Tahun : 0 30 mm/jam

2. Metode Wintrobe (mm/jam)


Pria < 50 Tahun : 0 8 mm/jam
Wanita < 50 Tahun : 0 15 mm/jam
(Tinjauan klinis atas hasil pemeriksaan laboratorium,FKUI,edisi 9,1995).

e. Cara kerja Metode Westergren (mm/jam) :


1. Dipipet natrium sitrat 3,8% sampai tanda 150 mm, masukkan ke tabung/botol
2. Dipipet darah sampai tanda 0 mm, masukkan ke tabung/botol tersebut di atas
3. Dicampur dengan merata, dihisap campuran tersebut sampai tanda 0 mm
4. Tempatkan pada rak Westergren selama 1 jam
5. Baca hasilnya dalam satuan mm/jam

f. Hasil:

LED = ................................ mm/jam

3. PENGHITUNGAN JUMLAH LEKOSIT (SEL DARAH PUTIH)


a. Prinsip:
Darah diencerkan dan di cat dengan larutan Turk, sel-selnya dihitung dalam kamar
hitung dibawah mikroskop.
b. Alat dan reagen : - Kamar Hitung Improved Neubauer
- Pipet Pengencer Thoma
- Larutan Turk
Bahan Pemeriksaan : Darah kapiler / vena dengan anticoagulant

c. Cara kerja:
1. Disiapkan kamar hitung Improved neubauer, tanggul-tanggulnya diolesi
dengan air dan letakkan cover glass di atas kamar hitung tersebut ( W = daerah
hitung sel darah putih, leukosit), seperti gambar :

40
2. Dipipet darah sampai tanda 0,5
3. Dibersihkan bagian luar pipet dengan tissue, dihisap larutan Turk dengan pipet
tersebut sampai tanda 11. Pengencerannya menjadi 20 X.
4. Tutup kedua ujung pipet dengan ibu jari dan jari tengah
5. Kocoklah dengan arah berlawanan dengan arah dari pipet selama 2 menit
6. Dibuang 3 tetes, tetesan selanjutnya diteteskan pada kamar hitung (jangan
sampai banjir), dilihat dibawah mikroskop dengan perbesaran objektif 10x
7. Hitung sel lekosit pada daerah hitung lekosit yang terdapat dalam keempat
persegi: 1, 3, 7 dan 9 (setiap kotak besar terdiri dari 16 kotak kecil), dengan
zig zag Seperti nampak pada gambar :
BILIK HITUNG IMPROVED NEUBAUER

Lekosit
yang
dihitung

8. Kalkulasi jumlah lekosit pada darah :


Misalkan jumlah leukosit yang terdapat dalam kempat kotak besar ialah N.
Volume keempat kotak besar itu adalah 4 x 0,1 cmm = 0,4 cmm. Pengenceran
darah ialah 20 X. Jadi jumlah leukosit per cmm ialah :
1/0,4 x pengenceran x N = ....../cmm (N = jumlah lekosit pada 4 kotak
besar)
1/0,4 x 20 x N = 50 N /cmm (N = jumlah lekosit pada 4 kotak
besar)

41
d. Nilai Normal :
Laki laki : 4.700 10.300/cmm
Perempuan : 4.300 11.300/cmm
Bayi : 9.000 - 12.000/cmm
d. Hasil:

Jumlah lekosit = 1/0,4 x 20 x .................. = ..................... /cmm

4. PEMERIKSAAN HITUNG JENIS/DIFFERENTIAL COUNT


Dalam pemeriksaan ini dilakukan 3 tahap, sebagai berikut :
1. Pembuatan hapusan darah
2. pengecatan / Pewarnaan (cat Wright dan Buffer fosfat pH 6,4 6,7
3. Pemeriksaan hitung jenis
a. Prinsip:
Hapusan darah di cat, kemudian dihitung jenis-jenis sel lekosit dibawah mikroskop
sebanyak 100 sel.
b. Nilai normal:
Basofil Eosinofil Stab Netrofil/Segm Limfosit Monosit
en
0 1% 12% 35% 54-62 % 25 - 33 % 37%
5 00 45-400 86-678 3600-7200 1015-3629
sel/l sel/l sel/l sel/l sel/l
c. Cara kerja:
1. Dibuat hapusan darah dengan cara:
a. dibersihkan objek glass dengan tissue
b. diambil darah dengan pengaduk dan letakkan pada objek glass
c. dengan spreader (objek glass/cover glass lain) dibuat hapusan darah
d. keringkan hapusan darah tersebut
2. Diletakkan hapusan darah tersebut pada baki pewarnaan
3. Diteteskan cat Wright sampai menutupi semua bagian object glass
4. Ditunggu selama 2 menit ( 2 5 )
5. Diteteskan buffer phosphat sampai rata selama 10 menit (10 20)
6. Dikeringkan, lihat dibawah mikroskop dengan perbesaran objektif 100X dan
dihitung jenis lekosit sebanyak 100 sel pada daerah hitung yang baik (seperti
gambar).

42
EOSINOFIL

LIMFOSIT

BASOPHIL

NETROFIL /
SEGMEN
d. Hasil: Differential count = .........../.......... /.........../............/........../............ %
Basofil Eosinofil Stab Netrofil/Segmen Limfosit Monosit
(%) / 10 lp (%)/10 lp (%)/10 lp (%)/10 lp (%)/10 lp (%)/10 lp

5. Test Faal Hemostasis.


A. MASA PERDARAHAN (BLEEDING TIME) METODE DUKE
Mendeteksi kualitas dan kuantitas trombosit.
1. PRINSIP : Mencatat waktu yang diperlukan mulai keluarnya darah dari luka
yang dibuat sampai darah berhenti mengalir.
2. ALAT DAN BAHAN : Blood lancet steril, kapas alcohol, stopwatch.

43
3. CARA KERJA :
a. Cuping telinga daerah lobulus auricularis didesinfektan dengan alcohol
70%.
b. Ditegangkan dengan jari, kemudian ditusukkan dengan blood lancet
steril sedalam +/- 3 mm.
c. Waktu keluar darah stopwatch dijalankan.
d. Tetesan darah yang keluar setiap 30 detik diisapkan dengan kertas
saring sampai darah berhenti mengalir.
e. Waktu yang dibutuhkan dicatat.
4. HARGA NORMAL :
Normal : 2 6 menit
Meragukan : 6 11 menit
Patologis : di atas 11 menit

B. MASA PEMBEKUAN (CLOTTING TIME) METODE DUKE


Mendeteksi kualitas dan kuantitas faktor koagulasi secara keseluruhan
1. PRINSIP : Mengukur waktu yang diperlukan mulai dari perdarahan sampai
terbentuknya bekuan (Clott).
BT memanjang:
Tusukan sp ke permukaan vena
Efek aspirin atau obat anti-inflamasi
Trombositopenia
Defek kualitas trombosit
BT memendek
Kertas saring menyentuh luka, mengakibatkan induksi agregasi
trombosit
Insisi terlalu kecil (Ivy method), tekanan kurang (template
method)
2. ALAT DAN BAHAN : Spuit, kapas alcohol, stopwatch,tabung serologi 10 x 75
mm, alcohol 70 %.
3. CARA KERJA :
a. Pada lengan atas dipasang stuwing.
b. Vena mediana cubiti didesinfektan dengan alcohol 70 %.
c. Darah diambil sebanyak 3 cc.
d. Pada waktu darah masuk ke dalam spuit stopwatch dijalankan.
e. Darah dimasukkan ke dalam 3 buah tabung reaksi, masing masing 1 ml,
interval waktu memasukkan hdala 30 detik. Estela Bleeding time
4 menit tabung
Procedure:
dimiringkan 1. Pasang manset tekanan darah
(dilihat) apakah sudah terbentuk bekuan. Bila Belem ditunggu
di lengan atas & dinaikkan sp 40
30 detik lagi, kemudian dilihat lagi, demikian
mmHg seterusnya sampai terjadi
bekuan. 2. Bersihkan area penusukan di
f. Setelah tabung 1 terjadi bekuan, waktunyalengan bawahdan
dicatat dg alkohol
pindah& memeriksa
biarkan kering
ke tabung ke 2, begitu seterusnya sampai tabung ke 3, kemudian waktunya
3. Buat insisi di area utk masa
dijumlahkan dan dibagi 3 (rata rata). perdarahan dg lanset standard.
Segera jalankan stopwatch.
4. Secara spontan darah akan
keluar mengalir secara alamiah
setiap 30 detik, hisap darah tsb
dengan kertas saring.
5. Bila bercak darah yang muncul
=1 mm, hentikan stopwatch
6. Catat waktu sebagai Bleeding
Time

44 7. Lepaskan manset sphygmo-


manometer
HARGA NORMAL :
Normal : 2 6 menit
Meragukan : 12 15 menit
Patologis : di atas 15 menit

e. Hasil Pemeriksaan
BT :
CT :
f. PEMBAHASAN DAN DISKUSI

e.Kesimpulan

45
Mataram, .........., .............. , 2017
Pembimbing Praktikum, Praktikan,

.................................... .........................................

46
47
PRAKTIKUM V
ANALISA IMUNOBIOKIMIA
A. PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH ABO

a. Prinsip:
Reaksi aglutinasi sel darah merah dengan anti sera. Antigen pada sel permukaan darah
merah akan mengadakan aglutinasi (penggumpalan) dengan antibodi yang cocok
dengan antisera.
b. Tujuan Pemeriksaan :
Memperlihatkan bahwa sel darah merah manusia mempunyai golongan yang berbeda
beda, berdasarkan atas dapat atau tidaknya sel tersebut diaglutinasi oleh antibodi.
c. Dasar teori :
Pada tahun 1900 1901 Karl Landsteiner memperlihatkan dalam suatu
rangkaian pengamatan, bahwa sel darah merah manusia terbagi atas 4 golongan
(ABO), yaitu golongan A,B,AB dan O. Pembagian ini didasarkan atas gejala, bahwa
serum seseorang dapat mengendapkan sel darah merah orang lain. Kemudian
diketahui bahwa penggolongan tersebut disebabkan oleh ada atau tidaknya antigen
A dan atau antigen B, atau keduanya ada atau keduanya idak ada. Secara biokimia
kemudian terbukti bahwa antigen A atau antigen B disebabkan oleh adanya
oligosakarida tertentu yang terikat ke membran sel. Oligosakarida yang
menimbulkan sifat Antigen A terdiri dari 4 mnosakarida, demikian pula dengan
antigen B.

48
Saat ini, dalam penentuan golongan darah digunakan antibodi yang berasal
dari binatang yang secara spesifik telah diimunisasi terhadap antigen A atau antigen
B, sehingga mengandung anti A dan atau anti B. Bila antibodi tersebut mengenali
sel darah merah yang homolog (sesuai), akan terjadi reaksi hemaglutinasi, dengan
melihat terbentuknya gumpalan gumpalan kasar pada kaca objek/kartu golongan
darah tempat reaksi berlangsung.
Selain sistem ABO, terdapat pula beberapa sistem golongan darah lain, yang
terpenting di antaranya ialah sistem Rhesus (Rh).

d. Bahan, Alat dan Pereaksi :


1. Bahan : Darah kapiler atau darah vena
2. Alat : Lancet, Kapas alkohol 70 %, Objek gelas, Pipet pasteur, Batang
pengaduk, Kartu Golongan Darah.
3. Reagen : 1 kit reagen golongan darah ABO yang terdiri dari serum Anti A,
serum
anti B dan serum anti AB.

e. Cara Kerja :
1) Siapkan gelas objek atau kartu golongan darah.
2) Beri tanda A,B dan AB. Teteskan secara berturut turut satu tetes serum Anti
A, serum anti B dan serum anti AB sesuai tempat yang diberi tanda.
3) Teteskan satu tetes darah kapiler atau darah vena disamping tetesan masing
masing anti serum tersebut, campur hinggga homogen dengan menggunakan
batang pengaduk.
4) Goyangkan objek gelas atau kartu golongan darah,Perhatikan adanya
aglutinasi berupa gumpalan aglutinasi.
d. Kriteria Pembacaan Hasil :

Anti A Anti B Anti AB Golongan Darah


+ - + A
- + + B
+ + + AB
- - - O

e. Hasil Pemeriksaan :

Golongan Darah :

49
B. PEMERIKSAAN KEHAMILAN DENGAN METODE STRIP
PREGNANCY TEST ONEMED MENGGUNAKAN
IMUNOKROMATOKRAFI TEST (ICT)

a. Tujuan :
Mendeteksi adanya Human Chorionic Gonadotropin (hCG) dalam urine
wanita hamil dengan kepekaan hingga 25 mlU/ ml urine.

b. Prinsip : ICT (Immunochromatographic Test) untuk kehamilan suatu test yang


berbahan dasar membran nitrocellulosa, tempat dimana antigen hCG dilekatkan dalam
bentuk garis. Hasil positif ditandai dengan munculnya 2 garis berwarna merah (satu
garis tes dan satunya garis kontrol). Bila sampel urine mengalir melewati garis tes
(garis antigen) maka antibodi spesifik hCG (bila ada dalam urine) akan mengadakan
ikatan dengan antigen yang ada dalam garis tes. Kemudian bila aliran pereaksi dibalik
maka Signal Reagen yang ada pada ujung lain akan mengalir menuju garis tes dan
akan berikatan dengan kompleks antibodi-antigen. Sehingga garis tes akan berwarna
merah yang berarti dalam urine positif terdapat antibodi anti-hCG. Bila garis tes tidak
berwarna merah, berarti hasil tes negatif / tidak ada antibodi anti hCG dalam urine.

c. Dasar teori:
hCG (human chorionic gonadotropin) adalah hormon yang dikeluarkan oleh
plasenta sejak usia kehamilan yang sangat dini. Hormon ini diekresikan dalam urine
dan keberadaanya dapat digunakan untuk mendiagnosis kehamilan. Hormon hCG
adalah suatu glikoprotein yang mudah larut. Bila direaksikan dengan antibodi spesifik
anti-hCG akan memberikan reaksi ikatan yang kuat dapat berbentuk aglutinasi atau
ikatan kompleks antibodi-antigen. Ketika wanita sedang hamil, maka hari pertama ia
tidak mendapat haid, kadar hCG mencapai 100 mlU/ml, kadar hCG mencapai
puncaknya kira kira 8 minggu setelah haid terakhir, lalu turun pada masa kehamilan
berikutnya. Pemeriksaan kehamilan dengan metode strip pregnancy test onemed
menggunakan imunokromatokrafi test (ict) adalah salah satu alat uji kehamilan yang
cepat dan akurat untuk memastikan kehamilan lebih dini engan mendeteksi Human
Chorionic Gonadotropin (hCG) dalam urine wanita hamil dengan kepekaan hingga 25
mlU/ ml urine. Dengan cara ini, kehamilan sudah dapat dideteksi pada hari ke 3-6
setelah terlambat haid.
d. Alat dan Bahan:
1) Bahan : Urine pertama pagi hari, kemungkinan hasil test urine positif
lebih besar bila digunakan urine pertama pagi hari yang pekat sebab urine
pekat mengandung lebih banyak hCG per satuan volume.
2) Alat : Pot urine.
3) Reagensia : Strip pregnancy test onemed

e. Cara Kerja :
1) Tampung urine segar / urine pertama pagi hari dalam wadah steri.
2) Celupkan strip ke dalam urine sesuai dengan tanda panah batas garis
maksimum selama 30 60 detik.
3) Angkat strip, tunggu 1-3 menit, baca hasilnya.
4) Jika muncul dua garis merah muda, hasilnya positif artinya kehamilan positif
(+).

50
5) Jika muncul satu garis merah muda, hasilnya negatif artinya kehamilan negatif
(-).

6) Seperti terlihat pada gambar :

Hasil negatif (-) : Hasil positif (+) :

e. Hasil pemeriksaan :
Tes Kehamilan :

51
SOAL :
1. Jelaskan kegunaan pemeriksaan imuno biokimia terutama
golongan darah sistem ABO dan tes kehamilan.biokmia
darah !
2. Jelaskan prinsip pemeriksaan imuno biokimia terutama
golongan darah sistem ABO dan tes kehamilan !

Jawab :

e.Kesimpulan

Mataram, .........., .............. , 2017


Pembimbing Praktikum, Praktikan,

.................................... .........................................

52
PRAKTIKUM VI
PERCOBAAN EMPEDU DAN SALIVA (AIR
LIUR)
1. Pendahuluan.
Bahan terpenting dalam empedu adalah : 1.Garam empedu dan 2. Zat warna empedu.
Reaksi yang digunakan untuk percobaan empedu adalah :
1. Reaksi Pettenkoffer dipakai
untuk menunjukkan adanya garam empedu.
2. Reaksi Hay digunakan untuk
menunjukkan salah satu fungsi garam empedu.
3. Reaksi Gmellin dipakai untuk
menunjukkan adanya bilirubin (zat warna empedu).
Saliva untuk percobaan percobaan saliva diperlukan 20 ml ludah. Sekresi dari
ludah dapat diperlancar dengan mengunyah kapas. Sebelum mengunyah kapas
hendaklah berkumur dahulu untuk menghilangkan sisa ssa makanan yang
mungkin ada. Kumpulkan 20 ml ludah dalam bejana kimia dan saringlah dengan
kain kassa.

2. Cara Kerja :

a. Reaksi Pettenkofer.
Prinsip : H2SO4 akan menguraikan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa,
yang,yang selanjutnya H2SO4 dengan glukosa dan fruktosa akan
membentuk furfural, yang dengan asam empedu membentuk warna merah.
Bila sukrosa telalu banyak akan terjadi arang dan ini menyebabkan warna
coklat/hitam yang sering terlihat dibawah warna merah.
Pelaksanaan : Ke dalam tabung reaksi masukkan 2 ml larutan empedu
yang telah diencerkan 10 X, beri 1 tetes sukrosa 10 %, campur kemudian
tuangkan H2SO4 pekat kira kira 2 ml pelan pelan pada dinding tabung
reaksi tersebut yang dimiringkan. Setelah beberapa waktu akan kelihatan
lingkaran berwarna merah.

Hasil percobaan Reaksi Pettenkofer :

b. Reaksi Hay.
Prinsip : Salah satu sifat empedu yaitu dapat menurunkan tegangan
permukaan. Ini penting untuk fungsi emulsifikasi lemak dalam usus.

Pelaksanaan : Ambillah 2 tabung reaksi yang agak besar. Yang satu diisi
dengan air, dan yang lainnya diisi dengan larutan empedu encer, sampai

53
kira kira setengah tabung reaksi. Pada permukaan dari kedua cairan
tersebut ditaburkan bubuk belerang dan biarkan untuk beberapa saat.
Dilihat perbedaannya.

Hasil percobaan Reaksi Hay :

c. Reaksi Gmellin.
Prinsip : Oksidasi zat warna empedu (bilirubin).

Pelaksanaan : Ke dalam satu tabung reaksi yang sudah berisi 3 ml empedu


yang belum diencerkan (empedu pekat) tuangkan HNO3 pekat dengan hati
hati, lewatkan dinding tabung. Akan terbentuk lingkaran lingkaran
bermacam warna.

Hasil percobaan Reaksi Gmellin :

d. pH saliva.
Pelaksanaan : Sediakan 3 tabung reaksi yang masing masing diisi 1 ml
saliva. Tambahkan pada tabung pertama 1 tetes larutan phenolphtalein,
pada tabung kedua satu tetes litmus dan pada tabung ketiga satu tetes
larutan merah congo. Dari percobaan warna dengan indikator indikator
ini berapakah kira kira pH saliva ? pH saliva berkisar antara 6.0 7.9.
Pembacaan :
Phenolpthalein : 8.3 10.00 (tak berwarna merah)
Litmus : 5.0 8.0 (merah biru)
Merah Congo : 3.0 5.2 (biru-ungu-merah)

Hasil percobaan pH Saliva :

54
e. Protein (terutama mucin, sedikit albumin, globulin dan
enzim enzim pencernaan pada saliva.
Pelaksanaan :
1. Tambahkan pada 1 ml saliva (dalam tabung) reaksi 5 tetes
NaOH 10 %, campur, lalu beri 2 tetes larutan CuSO4 1 %.
Akan terlihat perubahan warna menjadi dari biru menjadi ungu
(reaksi Biuret) adanya protein dalam saliva.
2. Mucin adalah glikoprotein yang tak dapat larut dalam air dan
asam encer, etapi dapat larut dalam alkali encer. Untuk
menunjukkan sifat sifat ini kita kerjakan percobaan sebagai
berikut : ditambahkan kedalam tabung reaksi yang berisi 2 ml
saliva beberapa tetes asam cuka 5 %, apa yang terjadi!
Pada tabung reaksi yang berisi 1 ml saliva ditambahkan 5
aquadest.Perhatikan mucin yang tak larut. Tambahkan 2 tetes
NaOH 10%, nampak mucin akan larut.

Hasil percobaan protein dan mucin pada Saliva :

Mataram, .........., .............. , 2017


Pembimbing Praktikum, Praktikan,

.................................... .........................................

55
DAFTAR PUSTAKA

1. Hardjoena, dkk. 2004. Subtansi dan Cairan Tubuh. LEPHAS. Universitas


Hasanuddin. Makasar.
2. Hardjoeno, dkk. 2003. Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik.
LEPHAS. Universitas Hasanuddin. Makassar.
3. Gandasoebrata, 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Edisi 13. Dian Rakyat.
Jakarta.
4. Ashwood.E.R., Burtis C.A. 2001. Tietz Fundamental of Clinical Chemistry.
W.B Saunders Company. New York.
5. Mayes. P.A.,Granner. D.K, Rodwell V.W, Martin D.W. 1987. Biokimia
Harper. Edisi 20. Penerjemah : dr Iyan Darmawan. EGC. Jakarta
6. FKUI Bagian Biokimia,2002. Biokimia Eksperimen Laboratorium.
7. Siti Boedina Kresno dan R. Gandasoebrata,1995. Tinjauan Klinis atas hasil
pemeriksaan laboratorium. Edisi 9. Bagian Patologi Klinik FKUI/ RSCM
Jakarta.

56

Anda mungkin juga menyukai