Unud-262-609956245-Bab VI Tari PDF
Unud-262-609956245-Bab VI Tari PDF
BAB VI
PEMBAHASAN
bahwa tumbuhan bungur yang dikumpulkan dari Jalan Hang Tuah, Denpasar pada
terkena sinar matahari secara langsung, namun sirkulasi udaranya baik. Paparan
sinar matahari secara langsung pada suhu tinggi dapat merusak dan menyebabkan
komponen kimia yang terdapat dalam bahan. Serbuk sampel yang digunakan juga
metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan
49
50
kandungan air bahan tersebut dikurangi agar mikroba tidak dapat tumbuh lagi di
Prinsip dari metode oven pengering adalah bahwa air yang terkandung
dalam suatu bahan akan menguap bila bahan tersebut dipanaskan pada suhu
105o C selama waktu tertentu. Perbedaan antara berat sebelum dan sesudah
dipanaskan adalah kadar air yang terkandung dalam bahan tersebut (Underwood,
didapatkan kadar air pada sampel yang digunakan yaitu sebesar 10,27%. Cara
perhitungan kadar air dapat dilihat pada Lampiran 5. Besarnya kadar air pada
sampel ini sedikit melebihi standar yang ditentukan dalam Farmakope Indonesia
yang menyatakan bahwa kadar air standar pada suatu simplisia bahan obat yaitu
maserasi menggunakan etanol teknis 70%. Pada proses maserasi, serbuk kering
sampel direndam selama 24 jam dengan etanol 70% pada suhu kamar,
vacuum evaporator) pada tekanan rendah dan suhu 400 C untuk menguapkan
pelarut etanol yang terdapat dalam filtrat. Hasil penguapan dengan menggunakan
51
ekstrak etanol kemudian dilakukan uji senyawa tanin dan uji hipoglikemik.
taninnya dengan menggunakan pereaksi FeCl3, larutan gelatin dan air brom. Hasil
uji fitokimia tersebut menunjukkan bahwa pada ekstrak etanol terdapat senyawa
tanin. Hal ini diperlihatkan dengan perubahan warna yang terjadi dari cokelat
Pada uji efek hipoglikemik ekstrak etanol terhadap darah mencit yang
disuntik aloksan kadar gula darah awal diukur. Setelah hari ke-2 penyuntikan
terjadinya diabetes mellitus. Aloksan adalah suatu senyawa yang sering digunakan
radikal hidroksil yang sangat reaktif dan dapat menyebabkan diabetes pada hewan
coba. Efek diabetogenik aloksan ini dapat dicegah oleh senyawa penangkap
radikal hidroksil. Kadar gula darah yang telah mencapai lebih dari 160 mg/dl
dapat dikatakan bahwa mencit telah diabetes, kemudian mencit dipuasakan selama
18 jam. Setelah itu, mencit siap untuk diberikan empat perlakuan yang berbeda-
52
(Aman, 2007). Profil efek perlakuan yang diberikan terhadap kadar gula darah
mencit yang diinduksi dengan aloksan dapat dilihat pada Gambar 6.1.
Gambar 6.1 Grafik Rata-Rata Penurunan Log Kadar Gula Darah pada Ekstrak
Etanol Kulit Batang Bungur
Keterangan: Kontrol negatif = diberi 0,5 mL aquades
Uji dosis I (150 mg/20 g bb) = diberi 0,5 mL ekstrak etanol kulit
batang bungur
Uji dosis II (75 mg/20 g bb) = diberi 0,5 mL ekstrak etanol kulit
batang bungur
Kontrol positif = diberi 0,5 mL glibenklamid (dosis 3 mg/20 g bb)
menunjukkan kadar gula darah yang paling tinggi. Pada dosis I menunjukkan
kadar penurunan gula darah yang sangat tajam dan lebih baik dibandingkan
dengan dosisi II dan kontrol positif, sedangkan pada kontrol positif mampu
53
menurunkan kadar gula darah lebih baik dibandingkan pada dosis II. Untuk
menggunakan SPSS 15.0 for windows. Uji statistik yang dilakukan adalah uji
Data perubahan kadar gula darah mencit pada kontrol negatif, uji dosis
I, uji dosis II, dan kontrol positif diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
dengan nilai p=0,000 (p<0,05) yang dapat dilihat pada Lampiran 11.
Data perubahan kadar gula darah mencit pada kontrol negatif, uji dosis
I, uji dosis II, dan kontrol positif diuji homogenitasnya. Hasilnya menunjukkan
data tidak homogen dengan nilai p = 0,000 (p<0,05) yang dapat dilihat pada
Lampiran 11.
perbedaan yang terjadi antar kelompok setelah diberi perlakuan. Hasil uji tersebut
Tabel 6.1
Analisis Kruskal Wallis Setelah Perlakuan Antar Kelompok
Kelompok N Rerata p interpretasi
Kontrol 18 63,50 0,000 Berbeda nyata
negatif
Dosis 150 18 16,03 0,000 Berbeda nyata
mg/20 g bb
Dosis 75 18 39,42 0,000 Berbeda nyata
mg/20 g bb
Kontrol 18 27,06 0,000 Berbeda nyata
positif
diberi perlakuan. Hasil ini menyatakan bahwa kontrol negatif memiliki nilai
perubahan kadar gula darah dan efek yang berbeda dari ketiga kelompok lainnya.
Berdasarkan hal tersebut, uji dosis 150 mg/20 g bb memiliki nilai perubahan
kadar gula darah terendah dan berbeda nyata dengan dosis 75 mg/20 g bb dan
etanol kulit batang bungur memiliki efek hipoglikemik terhadap darah mencit
Nilai rerata dari kadar gula darah pada uji dosis 150 mg/20 g bb
(2,093) lebih rendah dibandingkan dengan nilai kadar gula darah kontrol positif
(2,533) sehingga dosis uji I dapat dinyatakan yang lebih efektif. Hal ini didukung
dengan persentase rata-rata penurunan kadar gula darah uji dosis I pada 1 jam
(25,75%), 2 jam (32,01%), dan 3 jam (45,42%) setelah perlakuan, yang lebih
tinggi nilainya dibandingkan uji dosis II pada 1 jam (4,42%), 2 jam (13,17%), dan
3 jam (21,12%) dan kontrol positif pada 1 jam (19,48%), 2 jam (30,12%), dan 3
jam (40,59%) setelah perlakuan. Maka, dapat dinyatakan bahwa ekstrak etanol
55
kulit bungur dosis I lebih efektif dalam menurunkan kadar gula darah mencit yang
6.3 Partisi
Ekstrak etanol kulit batang bungur yang positif mengandung tanin dan
memiliki efek hipoglikemik ini selanjutnya dipisahkan tahap awal dengan cara
partisi. Sebanyak 20 g ekstrak etanol dilarutkan dalam air : etanol (7:3). Setelah
sehingga diperoleh ekstrak air. Ekstrak air ini selanjutnya dipartisi berturut-turut
dengan menggunakan n-heksana, dan aseton. Partisi ini dilakukan untuk menarik
polar dengan aseton dan senyawa polar diharapkan terdapat pada airnya.
dengan menggunakan pereaksi FeCl3, larutan gelatin dan air brom. Dilihat dari
perubahan yang terjadi dengan ketiga pereaksi tersebut, hanya ekstrak aseton yang
perubahan warna dari cokelat menjadi hijau, sedangkan dengan pereaksi gelatin
membentuk endapan dan demikian juga dengan air brom memberikan endapan
karena adanya ikatan kovalen koordinasi antara ion atau atom logam dengan atom
56
OH
OH
HO O FeCl3
OH n
OH
HO
OH
HO
Fe
OH
OH
HO
OH
HO O
OH
OH
HO
menyatakan bahwa pada ekstrak aseton kulit batang bungur positif mengandung
tanin. Semua tanin menimbulkan endapan sedikit atau banyak jika ditambahkan
57
memberikan sifat penstabil dan pengental bagi media yang berbasiskan air,
mengandung asam amino yaitu dengan kandungan glisin (27%), prolin (16%) dan
adanya ikatan hidrogen antara tanin dan protein pada gelatin sehingga terbentuk
OH
OH
HO O
OH n
bahwa pada ekstrak aseton kulit batang bungur positif mengandung tanin.
bungur ini sama dengan proses pengerjaan uji efek hipoglikemik ekstrak etanol
yaitu dengan menggunakan empat kelompok perlakuan yaitu kontrol negatif, uji
dosis I (150 mg/ 20 g bb), uji dosis II (75 mg/20 g bb), dan kontrol positif dengan
aloksan secara intra peritoneal pada abdomen perutnya. Setelah semua mencit
menjadi diabet yaitu ditandai dengan kadar gula darah di atas 160 mg/dL, mencit
Profil hasil uji efek hipoglikemik ekstrak aseton kulit batang bungur
terhadap darah mencit yang diinduksi dengan aloksan dapat dilihat pada Gambar
6.4.
59
Gambar 6.4 Grafik Rata-Rata Penurunan Log Kadar Gula Darah pada Ekstrak
aseton Kulit Batang Bungur
menunjukkan kadar gula darah yang paling tinggi setelah 3 jam. Pada dosis I
menunjukkan kadar penurunan gula darah yang sangat tajam dan lebih baik
dibandingkan dengan dosis II dan kontrol positif, sedangkan pada dosis II mampu
menurunkan kadar gula darah lebih baik dibandingkan pada kontrol positif. Untuk
menggunakan SPSS 15.0 for windows. Uji statistik yang dilakukan adalah uji
Data perubahan kadar gula darah mencit pada kontrol negatif, uji dosis
I, uji dosis II, dan kontrol positif diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
dengan nilai p=0,215 (p>0,05) yang dapat dilihat pada Lampiran 12.
Data perubahan kadar gula darah mencit pada kontrol negatif, uji dosis
I, uji dosis II, dan kontrol positif diuji homogenitasnya. Hasilnya menunjukkan
data tidak homogen dengan nilai p = 0,000 (p<0,05) yang dapat dilihat pada
Lampiran 12.
16,594 dan nilai p = 0,000 (p<0,05). Hasil ini menyatakan bahwa perubahan
kadar gula darah keempat kelompok memiliki perbedaan yang sangat nyata
setelah diberikan masing-masing perlakuan yang dapat dilihat pada Lampiran 12.
kelompok setelah diberi perlakuan. Hasil uji tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.2.
61
Tabel 6.2
Analisis Tamhane Setelah Perlakuan Antar Kelompok
Kelompok Beda P interpretasi
rerata
Kontrol negatif dan dosis I 0,249 0,000 Berbeda nyata
Kontrol negatif dan uji dosis II 0,185 0,000 Berbeda nyata
Kontrol positif dan uji dosis I 0,089 0,285 Tidak berbeda
nyata
Kontrol positif dan uji dosis II 0,026 0,965 Tidak berbeda
nyata
Kontrol negatif dan kontrol positif 0,159 0,000 Berbeda nyata
Uji dosis I dan uji dosis II 0,063 0,744 Tidak berbeda
nyata
perbedaan yang nyata (p<0,05) terhadap uji dosis I, uji dosis II, dan kontrol
positif. Hasil ini menyatakan bahwa kontrol negatif memiliki nilai perubahan
kadar gula darah dan efek yang berbeda dari ketiga kelompok lainnya. Kontrol
positif memiliki efek yang tidak berbeda nyata terhadap uji dosis I dan uji dosis II
serta uji dosis I dan uji dosis II yang tidak memiliki perbedaan nyata. Maka dapat
dinyatakan bahwa ekstrak aseton kulit batang bungur memiliki efek hipoglikemik
Nilai rerata dari kadar gula darah pada uji dosis I (2,299) lebih mendekati
nilai kadar gula darah dosis II (2,288) sehingga dosis I dapat dinyatakan yang
lebih efektif. Hal ini didukung dengan persentase rata-rata penurunan kadar gula
darah uji dosis I pada 3 jam (24,39%) setelah perlakuan, yang lebih tinggi nilainya
dibandingkan uji dosis II bb pada 3 jam (20,05%) dan kontrol positif pada 3 jam
memberikan efek hipoglikemik yang lebih efektif baik pada dosis I maupun pada
efek hipoglikemik terhadap darah mencit yang diinduksi aloksan, hal ini juga
diperkuat dengan hasil uji hipoglikemik ekstrak daun bungur yang mengandung
daun Bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.) dengan kepekatan 10% dan 20%
yang diberikan secara oral pada kelinci mampu menurunkan kadar gula darah
sebesar 85,97% dan 96,27% dibandingkan dengan tolbutamid 250 mg/kg b.b.
Hayashi (2001) telah meneliti tentang elagitanin pada fraksi aseton daun bungur
senyawa penangkap radikal hidroksil. Amygdalin adalah salah satu senyawa yang
dapat bertindak sebagai penangkap radikal hidroksil. Struktur kimia senyawa ini
mempunyai sebuah cincin bezena dan gugus gula yang menyebabkan sangat
hidroksil (Dorfman dan Adam, 1973). Dalam penelitian ini, ekstrak kulit batang
bungur yang positif tanin tersebut bertindak sebagai penangkap radikal hidroksil
aloksan, maka dapat dikatakan bahwa senyawa tanin pada kulit batang bungur
menghambat asupan glukosa dan laju peningkatan glukosa darah tidak terlalu
pendekatan pencarian eluen pada kromatografi lapis tipis (KLT). Pemilihan jenis
eluen yang terbaik dilakukan dengan mencoba berbagai campuran pelarut yang
terdapat pada ekstrak aseton dengan jarak resolusi yang baik. Noda hasil
pemisahan dilihat dibawah lampu UV pada panjang gelombang 254 nm dan 365
memberikan pola noda yang paling baik. Sehingga campuran pelarut tersebut
dipilih sebagai fase gerak dalam proses pemisahan dengan kromatografi kolom.
Seberat 3,00 g ekstrak aseton positif tanin dan aktif dipisahkan dengan
kromatografi kolom menggunakan fase diam silika gel 60 sebanyak 180 g dan
fase gerak yang digunakan adalah kira-kira 1mL/1 menit. Eluat ditampung setiap
3 mL sampai menghasilkan 407 botol eluat. Seluruh botol eluat tersebut diamati
menggunakan campuran eluen yang sama. Berdasarkan pola noda hasil analisis
KLT, ke-407 eluat tersebut dapat digabungkan dan dikelompokkan menjadi empat
64
kelompok fraksi yaitu fraksi 1 (F1), F2, F3, F4 selanjutnya keempat fraksi
berbeda-beda polaritasnya. Dari hasil uji fitokimia, fraksi 2 (F2) yang positif
Hasil uji kemurnian dengan lima (5) jenis eluen, fraksi 2 (F2) tetap
memberikan noda tunggal. Hal ini menunjukkan bahwa fraksi 2 relatif murni
secara KLT dan selanjutnya fraksi 2 (F2) yaitu isolat positif tanin diidentikasi
dan inframerah.
adanya kromofor dari senyawa organik dan membedakan senyawa aromatik atau
senyawa ikatan rangkap yang terkonjugasi dan senyawa alifatik rantai jenuh.
isolat aktif tanin (F2) memberikan serapan pada panjang gelombang () 249 nm,
310 nm dan 430 nm. Transisi yang terjadi pada 249 nm dan 310 nm yaitu
yang terjadi pada 430 nm adalah transisi * akibat adanya ikatan rangkap
terkonjugasi C=C yang diperkuat munculnya gugus C=C pada inframerah pada
terkonjugasi oleh karena itu menunjukkan pita serapan yang kuat pada daerah
inframerah dilakukan dengan cara sejumlah isolat yang berupa padatan dibuat
Tabel 6.3
Data Bilangan Gelombang dan Kemungkinan Gugus Fungsinya
Bilangan Gelombang (cm-1) Bentuk pita Intensitas Penempatan
gugus
Isolat pustaka
3425,58 3750-3000 Lebar sedang O-H bebas
3095,00 3150-3010 Tajam sedang CH aromatik
2854,65 3000-2700 Tajam sedang CH alifatik
1705,07 1850-1700 Tajam kuat C=O
1234,44 1260-1000 Lebar lemah O-H
1458,18 1500-1400 tajam kuat C=C
aromatik
1373,32 1475-1300 Tajam kuat CH alifatik
1049,28 1300-1000 Tajam sedang C-O alkohol
810,10 900-700 Tajam lemah CH aromatik
Keterangan : = stretching (uluran)
= bending (tekukan)
66
cm-1 yang diduga adalah serapan uluran dari gugus OH bebas dan didukung
gelombang 1049,28 cm-1 menunjukkan adanya tekukan C-O alkohol. Serapan pita
tajam dengan intensitas sedang pada daerah bilangan gelombang 3095,00 cm-1
didukung oleh adanya serapan pada bilangan gelombang 810,10 cm-1 yang
2854,65 cm-1 diduga menunjukkan adanya gugus uluran C-H alifatik yang
didukung oleh adanya serapan pada bilangan gelombang 1373,32 cm-1 yang
Serapan pita yang tajam dengan intensitas kuat pada daerah bilangan
gelombang 1705,07 cm-1 yang diduga menunjukkan adanya gugus uluran C=O.
Adanya serapan pita yang tajam dengan intensitas kuat pada bilangan gelombang
1458,18 cm-1 yang diduga menunjukkan adanya gugus uluran C=C aromatik yang
didukung dengan adanya serapan pada bilangan gelombang 617,22 cm-1 yang