Zoologi Invertebrata
Zoologi Invertebrata
Hewan atau animal yang kita kenal selama ini dapat dibagi manjadi sepuluh macam filum
/phylum yaitu protozoa, porifera, coelenterata, platyhelminthes, nemathelminthes,
annelida,mollusca, echinodermata, arthropoda dan chordata.
AD. 1. Nemathelmynthes
1. Ciri Umum
a. Pengertian
Nemathelminthes (dalam bahasa yunani, nema= benang, helminthes= cacing)
disebut sebagai cacing gilig karena tubuhnya berbentuk bulat panjang atau
seperti benang. Nemathelminthes sudah memiliki rongga tubuh meskipun
bukan rongga tubuh sejati.
Filum Nemathelminthes terdiri dari bebrapa ratus ribu spesies, kebanyakan hidup bebas
meskipun beberapa ada yang parasit. Nematoda kurang dalam sistem peredaran darah
namun memiliki sistem pencernaan yang berkembang dengan baik.
b. Struktur Tubuh
Nemathelminthes umumnya berukuran mikroskopis, meskipun ada yang panjang nya
sampai 1 meter. Individu betina berukuran lebih besar daripada individu jantan. Tubuh
berbentuk bulat panjang atau seperti benang dengan ujung-ujung yang meruncing.
Permukaan tubuh Nemathelminthes dilapisi kutikula untuk melindungi diri. Kutikula ini lebih
kuat pada cacing parasit yang hidup di inang daripada yang hidup bebas. Kutikula
berfungsi untuk melindungi dari dari enzim pencernaan inang.
Nemathelminthes memiliki sistem percenaan yang lengkap terdiri dari mulut, faring, usus,
dan anus. Mulut terdapat pada ujung anterior, sedangkan anus terdapat pada ujung
posterior.
Nemathelminthes hidup bebas atau parasit pada manusia, hewan, dan tumbuhan.
Nemathelminthes yang hidup bebas berperan sebagai pengurai sampah organik,
sedangkan yang parasit memperoleh makanan berupa sari makanan dan darah dari tubuh
inangnya. Habitat cacing ini berada di tanah becek dan di dasar perairan tawar atau laut.
c. Perkembang biakan
Nemathelminthes umumnya melakukan reproduksi secara seksual. Sistem reproduksi
bersifat gonokoris, yaitu organ kelamin jantan dan betina terpisah pada individu yang
berbeda. Fertilisasi terjadi secara internal. Telur hasil fertilisasi dapat membentuk kista dan
kista dapat bertahan hidup pada lingkungan yang tidak menguntungkan.
2. Klasifikasi
Nemathelminthes dibagi menjadi dua kelas, yaitu Nematoda dan Nematophora. Pada
uraian berikut akan dibahas beberapa spesies dari nematoda yang merupakan parasit bagi
manusia
Ascaris lumbricoides merupakan hewan dioseus, yaitu hewan dengan jenis kelamin
berbeda, bukan hemafrodit. Ascaris lumbricoides hanya berkembang biak secara seksual.
Ascaris lumbricoides jantan memiliki sepasang alat berbentuk kait yang menyembul dari
anus disebut spikula. Spikula berfungsi untuk membuka pori kelamin cacing bretina dan
memindahkan sperma saat kawin.
Infeksi cacing ini menyebabkan penyakit askariasis atau cacingan, umumnya pada anak-
anak. Infeksi ini terjadi pada saat mengkonsumsi makanan atau minuman yang tercemar
telur ascaris.
Cacing dewasa menghasilkan telur-telur yang akan matang di tanah, saat telur in tertelan
orang, larvanya akan melubangi dinding usus, bergerak ke hati, jantung dan/atau paru-
paru.
Sesaat di dalam paru-paru, larva berganti kulit, setelah sepuluh hari bermigrasi lewat
saluran udara ke kerongkongan tempat dimana mereka akan tertelan. Dalam usus kecil
cacing dewasa kawin dan betinanya menimbun telur-telur yang akan dilepaskan keluar
bersama feses. Telur dalam feses ini harus mencapai mulut orang lagi untuk memulai
siklus baru.
e. Trichinella spiralis
Cacing ini hidup pada otot manusia dan menyebabkan penyakit trikhinosis atau kerusakan
otot. Manusia yang terinfeksi cacing ini karena memakan daging yang tidak dimasak
dengan baik.
Cacing betina dewasa melubangi dinding usus halus, keturunan yang hidup terbawa oleh
aliran darah menuju otot rangka kemudian menjadi kista.
3. Peranan
Peranan nemathelminthes bagi kehidupan manusia secara ekonomi tidak ada yang
menguntungkan bahkan merugikan. Nemathelminthes kebanyakan adalah parasit pada
manusia, tanaman, dan hewan
AD. 2. Annelida
a. Pengertian
Annelida berasal dari kata annulus yang berarti cincin dan oidos yang
berarti bentuk. Dari namanya, Annelida dapat disebut sebagai cacing yang
bentuk tubuhnya bergelang-gelang atau disebut juga cacing gelang. Annelida
dapat hidup di berbagai tempat, baik di air tawar, air laut, atau daratan.
Umumnya hidup bebas, meskipun ada juga yang bersifat parasit. Cacing ini
Filum Annelida terdiri dari cacing berbuku-buku seperti cacing tanah. Perkembangan buku-
buku badan ini memungkinkan adanya pembentukan fungsi yang berbeda dalam ruas
badan (segmentasi) yang berbeda. Annelida memiliki coelom yang besar untuk
mengakomodasi organ dalam yang lebih kompleks. Terdapat sekitar 12,000 jenis di laut,
air tawar dan daratan, terbagi menjadi tiga kelas.
b. Struktur Tubuh
Annelida adalah hewan triploblastik yang sudah mempunyai rongga sejati sehingga disebut
triploblastik selomata. Annelida memiliki sistem peredaran darah tertutup, dengan
pembuluh darah memanjang sepanjang tubuhnya serta bercabang-cabang di setiap
segmen. Annelida mempunyai bentuk tubuh simetri bilateral, dengan tubuh beruas-ruas
dan dilapisi lapisan kutikula. Cacing ini terbagi sesuai dengan ruas-ruas tubuhnya dan satu
sama lain dibatasi dengan sekat (septum). Meskipun demikian, antara ruas satu dan
lainnya tetap berhubungan sehingga terlihat bentuk seperti cincin yang
terkoordinasi.Sistem saraf annelid terdiri dari sebuah otak yang terhubunga dengan
serabut saraf ventral, dengan sebuah ganglion di setiap segmen. Annelida memiliki sistem
pencernaan yang lengkap termasuk faring, lambung, usus, dan kelenjar pencernaan.
Pengeluaran dengan nefridia di setiap segmen mengumpulkan zat sampah dari coelom
dan mengekskresikannya keluar tubuh.
2. Klasifikasi
a. Polychaeta
Kebanyakan Polychaeta hidup di laut serta memiliki parapodia dan setae. Parapodia
adalah kaki seperti dayung (sirip) digunakan untuk berenang sekaligus bertindak sebagai
alat pernafasan. Setae adalah bulu-bulu yang melekat pada parapodia, yang membantu
polychaeta melekat pada substrat dan juga membantu mereka bergerak. Cacing kerang,
seperti Nereis adalah pemangsa yang aktif. Banyak yang memiliki kepala yang
berkembang baik, dengan rahang bagus, mata dan organ peraba lainnya.
b. Oligochaeta
Oligochaeta contohnya adalah cacing tanah, yang cenderung memiliki sedikit setae yang
bergerombol secara langsung dari tubuhnya. Cacing tanah memiliki kepala atau parapodia
yang kurang berkembang. Pergerakannya dengan gerak terkoordinasi dari otot-otot tubuh
dibantu dengan setae.
Cacing tanah tinggal dalam tanah lembab, karena badan yang lemnan digunakan untuk
pertukaran udara. Cacing tanah adalah pemakan sampah yang mengekstraks sisa-sisa
bahan organic dari tanaha yang dimakan. Faring berotot menarik makanan ke mulut,
makanan yang sudah dicerna disimpan di tembolok lalu ke rempela.
Sistem pembuangan (ekskresi) berupa tabung nephridia bergelung di setiap segmen
dengan dua lubang; satu corong bersilia yang mengumpulkan cairan coelom, dan satu
lainnya adalah lubang keluar tubuh. Antar dua lubang itu, tabung nephridia membuang zat
sampah dari saluran peredaran darah.
Darah merah bergerak ke arah dengan sebuah pembuluh darah dorsal dan dipompa oleh
lima pasang jantung (lengkung aorta) menuju pembuluh ventral. Cacing tanah bersifat
hermaphrodit, memilliki testis dengan saluran semen, dan ovarium dengan penerima
semen. Perkawinan dilakukan dengan melibatkan dua cacing yang saling parallel dalam
posisi berlawanan dan saling bertukar sperma. Setiap cacing memiliki klitellum yang
mengeluarkan lendir, untuk melindungi sperma dan telur dari kekeringan.
c. Hirudinea
Kelas Hirudinea contohnya lintah. Kebanyakan tinggal di air tawar, tetapai ada yang di laut
atau daratan. Setiap gelang tubuh memiliki beberapa alur mendatar. Lintah memunculkan
pengisap anterior kecil sekitar mulutnya dan pengisap posterior yang besar. Meskipun
beberapa diantaranya adalah predator yang hidup bebas, kebanyakan adalah pemakan
cairan. Pengisap darah dapat mencegah penggumpalan darah dengan zat hirudin yang
dikeluarkan dari ludah.
3. Peranan
Peranan Annelida dalam kehidupan :
a. Cacing tanah dapat menyuburkan tanah, karena membantu menghancurkan tanah dan
membantu aerasi tanah.
b. Cacing palolo dan cacing wawo dimanfaatkan msayarakat di daerah tertentu dijadikan
sSebagai makanan
c. Lintah menghasilkan zat hirudin atau zat antikoagulan atau zat anti pembekuan darah.
AD. 3. Plathelminthes
1. Ciri Umum
a. Pengertian
Platyhelminthes berasal dari Bahasa Yunani, dari kata Platy = pipih dan
helminthes = cacing. Jadi berarti cacing bertubuh pipih.Tubuh pipih dorsoventral tidak
berbuku-buku, simetri bilateral, serta dapat dibedakan antara ujung anterior dan posterior.
Lapisan tubuh tersusun dari 3 lapis (triploblastik aselomata) yaitu ektoderm yang akan
berkembang menjadi kulit, mesoderm yang akan berkembang menjadi otot otot dan
beberapa organ tubuh dan endoderm yang akan berkembang menjadi alat pencernaan
makanan.
Filum Platyhelminthes terdiri dari sekitar 13,000 species, terbagi menjadi tiga kelas; dua
yang bersifat parasit dan satu hidup bebas. Planaria dan kerabatnya dikelompokkan
sebagai kelas Turbellaria. Cacing kait adalah parasit eksternal atau internal dari Kelas
Trematoda.
Cacing pita adalah parasit internal dari kelas Cestoda..
b. Struktur Tubuh
Semua anggota filum ini berbentuk simetri bilateral dan memiliki bagian kepala. Sudah
memiliki tiga lapisan tubuh; ektoderm, mesoderm dan endoderm. Tipe rongga tubuhnya
termasuk acoelomata berbetuk kantung dengan satu lubang. Lapisan mesoderm
memunculkan otot dam organ perkembangbiakan. Hewan dewasa yang hidup bebas telah
memiliki otot, serabut saraf dan organ pencernaan tapi belum memiliki alat pernafasan dan
sistem peredaran darah.
Cacing pipih seperti planaria memiliki percabangan rongga gastrovascular sebagai tempat
pencernaan ekstraseluler juga sebagai tempat mendistribusikan sari makanan ke seluruh
bagian tubuh. Pertukaran gas melalui difusi lewat kulit. Platyhelminthes telah memiliki
sistem pengeluaran yang juga berfungsi sebagai sistem osmo-regulasi.
Cacing pipih memiliki sistem saraf tangga-tali yang tersusun dari pasangan-pasangan
ganglion yang membentuk otak dihunungkan lewat sel-sel saraf menuju sel-sel sensori di
lapisan tubuh Filum Platyhelminthes yang parasit seperti cacing kait dan cacing pita
dicirikan dengan modifikasi berikut;
hilangnya bagian kepala membentuk bantalan kepala berkait dan berpenghisap untuk
melekatkan diri pada inang.
Perkembangan ekstensif dari sistem reproduksi bertepatan dengan hilangnya sistem-
sistem lain.
Hilangnya perkembangan sistem saraf dan gastrovaskular yang baik
Mengembangkan sistem kulit yang melindungi mereka dari cairan pencernaan inang.
2. Klasifikasi
Filum Platyhelminthes ini dibagi menjadi tiga kelas yaitu Turbelaria, Trematoda, dan
Cestoda.
a. Turbellaria
Kelas Turbellaria termasuk planaria air tawar seperti
Dugesia yang memberi makan organism kecil atau tetap sebagai makhluk kecil. Kepala
planaria berbentuk ujung panah, dengan tambahan sisinya sebagai pengindera makanan
atau keberadaan organism lain.
Cacing pipih mempunyai dua bintik mata yang peka cahaya, memiliki pigmen sehingga
Nampak seperti mata bersilangan. Adanya tiga lapisan otot membuatnya dapat melakukan
berbagai gerak.
Sel kelenjar mengeluarkan material lendir untuk hewan ini dapat meluncur. Memiliki sel api
sebagai sistem ekskresi yang terdiri dari serangkaian kana-kanal yang saling berhubungan
di sepanjang kedua sisi longitudinal tubuhnya. Sel api adalah sel berbentuk gelembung
berisi seberkas silia dan terdapat lubang di bagian tengah gelembung itu. Sel api ini
berfungsi baik untuk ekskresi maupun pengaturan osmosis.
Planaria bereproduksi secara aseksual dengan fragmentasi tubuh yang mampu
menumbuhkan individu baru, maupun seksual bersifat hermaphrodit.
b. Trematoda
Kelas Trematoda termasuk cacing kait (flukes) baik dalam darah, hati maupun paru-paru.
Cacing kait tidak memiliki kepala, namun memiliki mulut penghisap. Sistem pencernaan,
sistem saraf dan sistem pembuangan yang kurang tapi sistem reproduksinya berkembang
baik walau hermaphrodit.
Cacing kait darah menyebabkan penyakit schistosomiasis. Cacing ini terdiri dari jantan dan
betina. Cacing betina menumpuk/menyimpan telur-telurnya dalam pembuluh darah di
sekitar usus inang. Telur-telur ini bermigrasi ke usus lalu dikeluarkan tubuh bersama feses.
Telur menetas menjadi larva di dalam air dan berenang mencari siput air. Larva
bereproduksi secara aseksual dan akhirnya meninggalkan siput. Ketika larva menembus
kulit manusia,
selanjutnya akan matang di hati lalu menembus pembuluh darah pada usus.
c. Cestoda
Kelas Cestoda terdiri dari cacing pita. Bagian scolex memiliki pangait dan pengisap yang
memungkinkannya menempel pada dinding usus inang. Di bawah skolex terdapat leher
yang pendek dan tali panjang proglottid, dimana setiap proglottid berisi satu set penuh
organ kelamin jantan dan betina dan stuktur lainnya.
Seteleh terjadi pembuahan, proglottid menjadi sekantung telur masak, lalu putus dan
keluar bersama feses. Jika telur ini tertelan oleh babi atau sapi, larvanya menjadi
sistiserkus di dalam otot inang. Jika manusia memakan daging babi atau sapi yang
terinfeksi yang tidak dimasak sempurna, maka manusia akan terinfeksi cacung ini.
3. Peranan
Peranan Platyhelminthes dalam kehidupan :
a. Planaria menjadi salah satu makanan bagi organism lain.
b. Cacing hati maupun cacing pita merupakan parasit pada manusia
AD. 4. Molusca
Filum Moluska terdiri lebih dari 100,000 spesies dengan variasi bentuk tubuh dan cara
hidup. Moluska memiliki coelom tereduksi dan terbatas pada daerah sekitar jantung.
Seluruh moluska memiliki;
1. Massa visceral berisi organ-organ dalam, termasuk saluran pencernaan, sepasang ginjal
dan organ reproduksi.
2. Mantel pembungkus namun tidak menutupi seluruh massa visceral serta mengeluarkan
cangkang juga mendukung pembentukan imsamg atau paru-paru.
3. Daerah kepala/kaki berisi organ pengindera dan struktur otot yang digunakan untuk
pergerakan.
4. Radula adalah organ yang memunculkan banyak baris gigi dan digunakan untuk
mengunyah makanan.
5. Sistem saraf terdiri dari beberapa ganglia yang dihubungkan dengan serabut saraf.
a. Polyplacophora
Chiton, adalah contoh moluska dengan cangkang yang terdiri dari 8 lempeng bersusun.
Sebuah otot ventral digunakan untuk merayap sepanjang substrat atau untuk menempel di
karang. Chiton memakan kepingan-kepingan ganggang.
b. Gastropoda
Kelas Gastropoda termasuk keong, siput darat, bekicot dan siput laut. Kebanyakan
gastropoda ada di laut, meskipun beberapa diantaranya ada di air tawar dan daratan.
Banyak gastropoda adalah herbivora yang menggunakan radula mereka untuk mengikis
makanan dari permukaan. Gastropoda karnivora menggunakan radulanya untuk melubangi
cangkang bivalvia untuk memperoleh makanan. Kebanyakan gastropoda memiliki kepala
yang berkembang baik dengan mata dan tentakel yang menonjol dari cangkang bergelung
yang melindungi masa visceral. Tetapi tidak semua gastropoda memiliki cangkang,
contohnya siput telanjang (nudibranchia) dan keong and siput darat tidak memiliki
cangkang.
Pada gastropoda air, insang ditemukan di dalam rongga mantel, pada gastropoda darat
mantel terisi penuh dengan pembuluh darah dan berfungsi sebagai paru-paru saat udara
bergerak masuk dan keluar melalui lubang-lubang pernafasan. Gastropoda darat adalah
hermaphrodit, perkawinan dilakukan oleh dua individu yang saling memberikan sperma
untuk membuahi telur-telur. Telur-telur diletakkan di tanah dan berkembang tanpa melalui
fase larva.
c. Bivalvia
Kelas Bivalvia terdiri dari kerang, tiram, remis dan kima. Anggota kelompok ini memiliki dua
bagian cangkang yang diikat dengan erat oleh otot seperti mekanisme engsel. Bivalvia
tidak memiliki kepala, radula dansedikit penonjolan kepala. Kerang menggunakan kaki
mirip kapak untuk menggali pasir; remis menggunakan kakinya membentuk benang
penjerat mangsa; tiram menggunakannya untuk menggali pasir dan berenang. Buka-tutup
cangkang dengan cepat menimbulkan semburan air.
Cangkang bivalvia disekresi oleh mantel. Cangkang ini tersusun dari protein dan kalsium
karbonat dengan selapis bagian dalam dari mutiara. Mutiara ini terbentuk akibat adanya
benda asing yang masuk daerah antara mantel dan cangkang.
Bivalvia memiliki sistem peredaran darah terbuka, sistem sarafnya terdiri dari tiga pasang
ganglia. Ada dua ginjal di bawah jantung yang bertugas membuang sisa ammonia. Alat
kelamin sudah terpisah,
d. Cephalopoda
Kelas Cephalopoda diantaranya cumi-cumi, sotong, gurita dan nautilus.
Cumi-cumi dan gurita dapat menyemprotkan air dari antelnya melalui sebuah corong. Di
sekitar kepala terdapat tentakel dengan mulut isap yang dapat digunakan untuk menanglap
mangsa dan mengirimkannya ke paruh/mulut yang kuat. Secara umum Cephalopoda
memiliki alat indera yang berkembang baik, termasuk mata tipe kamera. Kebanyakan
cephalopoda khususnya gurita memiliki otak yang berkembang baik dan menunjukkan
kemampuan unuk belajar. Nautilus terbungkus oleh cangkang sedangkan cumi-cumi
mempunyai rangka yang terdeuksi dan berada di dalam tubuh.
Cumi-cumi dan gurita mempunyai kantung tinta yang dapat disemburkan kelaur
membentuk awan tinta yang menghalangi pemangsanya. Alat kelamin sudah terpisah.
AD. 5. Echinodermata
Ada sekitar 6000 species echinodermata yang seluruhnya ada di laut. Filum
Echinodermata termasuk landak laut, bintang ular, teripang dan bintang laut. Pada saat
dewasa tubuhnya simetri radial meskipun saat muda simetri bilateral. Echinodermata
memiliki endoskeleton terdiri dari cakram berkapur dengan duri-duri. Echinodermata belum
memiliki otak, mempunyai sistem pembuluh air yang membentuk kaki tabung.
Klasifikasi Echinodermata
a. Crinoidea
Kelas ini mencakup sekitar 600 spesies crinoida, lilia laut yang berjalan dengan rumbai-
rumbai yang dapat bergerak. Lengan-lengan bercabang digunakan untuk menyaring
makanan serta member bentuk menyerupai bunga atau tumbuhan.
b. Holothuroidea
Memiliki sekitar 950 spesies bulu babi dan pasir dolar yang kedua-duanya memiliki duri-
duri yang mereka gunakan untuk bergerak, mempertahankan diri serta membuat lubang.
d. Ophiuroidea
Ophiuroidea memiliki sekitar 2,000 spesies bintang ular. Bintang ular memiliki cakram
dengan lima lengan yang panjang yang membuat mereka bergerak lebih cepat.
e. Asteroidea
Asteroidea memiliki sekitar 1,500 spesies bintang laut, yang kebanyakan memiliki tubuh
yang pipih secara dorsoventral. Bintang laut memiliki cakram pusat dengan 5 aytau
kelipatan 5 lengan yang kekar tertancap padanya. Bintang laut hidup di sepanjang pantai
berkarang memakan kerang, tiram dan bivalvia lainnya.
Tubuhnya memiliki satu sisi oral (mulut) dan aboral (atas). Duri-duri muncul dari lempeng
endoskeletal melalui kulit yang tipis. Pediselaria mirip penjepit menjaga permukaan dari
partikel kotoran. Pertukaran udara dilakukan oleh isang kulit. Pada permukaan oral setiap
lengan memiliki sebuah jalur rongga dengan kaki tabung.
Bintang laut memasukan apaun ke dalam perutnya. Bintang laut mengeluarkan enzim
perut untuk mencerna mangsanya yang dipecah kecil-kecil untuk dimasukkan ke dalam
perut berpilorus. Sebuah usus pendek keluar menuju sebuh anus di sisi aboral. Setiap
lengan memiliki coelom yang telah berkembang dengan baik dan berisi sepasang kelenjar
pencernaan dan kelenjar kelamin jantan atau betina.
Sistem saraf berupa sebuah cincin pusat dengan saraf radial di setiap lengan. Terdapat
bintik mata peka cahaya di ujung setiap lengan untuk koordinasi meski dengan respon
lambat.
Pergerakan tergantung pada sistem pembuluh air. Air masuk dari sisi aboral melalui
lempeng tapis (madreporite), air melewati saluran batu menuju saluran cincin dan dari
saluran cincin menuju saluran radial di setiap lengan. Saluran radial mengisi saluran lateral
yang meluas ke kaki tabung. Kontraksi ampulla mendorong air ke dalam kaki tabung.
AD. 6. coelenterata
1. Ciri Umum
a. Pengertian
Filum Cnidaria meliputi ubur-ubur, hydra, anemon laut, dan hewan karang. Filum ini disebut
Cnidaria karena memiliki knidosit atau sel-sel penyengat yang terdapat pada epidermisnya.
Cnidaria juga disebut Coelenterata karena mempunyai rongga besar di tengah-tengah
tubuh. Coelenterata berasal dari kata coilos (berongga) dan enteron (usus). Jadi, semua
hewan yang termasuk lum ini mempunyai rongga usus (gastrovaskuler) yang berfungsi
untuk pencernaan.
b. Struktur Tubuh
Tubuh Cnidaria simetris radial atau biradial. Sudah termasuk organisasi tingkat jaringan,
dimana sel-sel sejenis telah bergabung membentuk jaringan namun belum membentuk
organ.
Tubuh Cnidaria memiliki dua lapisan sel (jaringan), yang luar disebut epidermis dan yang
dalam disebut gastrodermis (endodermis). Kedua jaringan tersebut dipisahkan oleh lapisan
mesoglea yang berisi gelatin dan sel-sel syaraf.
Sebuah rongga gastrovascular (coelenteron) memiliki satu lubang yang berfungsi sebagai
mulut sekaligus anus. Terdapat tentakel pada mulut/anus.
Beberapa sel telah terorganisasi sebagai dua jaringan saraf; satu di bagian epidermal dan
lainnya sebagai gastrodermal, membantu koordinasi fungsi otot dan penginderaan.
Cnidaria memiliki dua bentuk dasar yaitu medusa and polip. Medusae, seperti ubur-ubur
dewasa dapat bebas berenag atau mengambang. Polip, bersifat menempel pada substrat.
Cnidaria memiliki nematocysts, berupa benang berbentuk tabung terpintal, seperti rambut-
rambut dan beracun.
c. Perkembang biakan
Reproduksi polip secara asexual dengan bertunas, atau sexual dengan membentuk gamet-
gamet (medusae). Cnidaria secara individual ada yang monoecious dan dioecious. Hasil
perkembang biakan seksual adalah larva planula yang bersilia dan berenag bebas.
2. Klasifikasi
Filum Cnidaria dibagi menjadi tiga kelas yaitu Anthozoa, Hydrozoa, dan Schyphozoa.
Anemon laut adalah polip soliter dengan tinggi 5-100 mm dan diameter 5-200 mm atau
lebih besar. Biasanya berwarna cerah dan menyerupai bunga-bungaan pada dasar lautan.
Anemon laut member makan berbagai invertebrate dan ikan. Mereka melekat pada
berbagai substrata tau bersimbiosis mutualisme dengan kepiting atau hidup melekat pada
cangkang kerang.
Hewan Karang (koral) dapat hidup soliter namun kebanyakan berkoloni, umumnya hidup di
perairan dangkal yang hangat. Akumulasi dari kalsium-karbonatnya akhirnya membentuk
terumbu karang. Beberapa karang juga hidup di perairan yan lebih dingin, sehingga
kehadirannya tidak selalu menunjukkan suatu perairan tropis.
b. Hydrozoa:
3. Peranan
Peranan Coelenterata dalam kehidupan :
AD. 7. Porifera
. Ciri Umum
a. Pengertian
b. Struktur Tubuh
Tubuhnya bukan berupa jaringan, hanya lapisan sel-sel khusus dengan bentuk seperti
kantung tak simetris. Sel-sel epidermis melapisi permukaan luar, sedang permukaan
dalam dilapisi oleh sel leher (Collar cells). Denyutan sel-sel leher ini menghasilkan
gerakan air yang mengalir melalui pori-pori menuju bagian tengha rongga dan keluar
melalui osculum pada bagian atas tubuh. Diantara dua lapisan itu terdapat sel-sel
amoebosit serta struktur pengeras yang diberi nama spikula.
2) Syconoid memiliki tubuh tabung dengan satu osculum. Dinding tubuh synconoid
lebih tebal dan pori-porinya menjadi lebih panjang membentuk kanal sederhana.
Kanal-kanal ini dilapisi sel-sel leher, flagel-flagel sel leher ini yang menggerakkan air
dari luar tubuh masuk ke spongocoel dan keluar melalui osculum.
3) Leuconoid Porifera ini terbentuk dari massa jaringan yang ditembusi oleh banyak
kanal. Kanal-kanal ini mengarah pada sejumlah ruang-ruang yang dilapisi sel-sel
berflagel. Air masuk melalui kanal menuju ruang-ruang ini lalu menuju bagian tengah
dan keluar lewat osculum.
c. Perkembang biakan
Porifera berkembang biak baik secara aseksual dengan cara bertunas dan fragmentasi
mapun secara seksual dengan menghasilkan zigot. Zigot in kemudian akan berkembang
menjadi larva bersilia yang mampu bergerak.
2. Klasifikasi porifera
Klasifikasi porifera disokong dengan bukti-bukti molecular modern berdasarkan komposisi
kimiawi spikulanya menjadi 3 kelompok yaitu;
3. Peranan porifera
b. Beberapa bahan kimia ini telah ditemukan memiliki efek farmasi bermanfaat bagi
manusia, termasuk senyawa untuk obat pernapasan, kardiovaskular, gastrointestinal, anti
inflamasi, antitumor, dan antibiotik.
c. Porifera juga menyediakan rumah untuk sejumlah tanaman laut kecil, yang hidup di
dalam dan di sekitar sistem pori mereka.