Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Merokok merupakan kegiatan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Menurut badan
kesehatan dunia (WHO) rokok merupakan zat adiktif yang memiliki kandungan kurang
lebih 4000 elemen dimana 200 elemen didalamnya berbahaya bagi kesehatan tubuh
seperti nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik, bahkan juga
formalin, dimana 68 diantaranya ialah karsinogenik. Zat berbahaya dalam rokok antara
lain tar, karbonmonoksida, sianida,arsen, formalin, dan nitrosamine. (Abadi, 2005,
dalam Kumboyono, 2010).
Merokok adalah salah satu faktor risiko utama dari beberapa penyakit kronis seperti
kanker saluran pernapasan bagian atas, penyakit jantung, stroke, bronkhitis, emphysema
dan lain-lain, bahkan merokok ini dapat menyebabkan kematian. Penyakit kronis dan
kematian dini akibat merokok banyak terjadi terutama di negara maju akan tetapi
sekarang dengan cepat wabah ini berpindah ke negara berkembang. Walaupun sudah
diinformasikan melalui berbagai media bahwa merokok membahayakan kesehatan,
namun jumlah perokok menunjukkan angka yang memprihatinkan.
Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun, Indonesia menduduki
peringkat ketiga perokok terbesar di dunia pada tahun 2008 setelah China dan India
(WHO, 2008). Berdasarkan data WHO (2013), prevalensi penduduk usia dewasa yang
merokok setiap hari di Indonesia sebesar 29% yang menempati urutan pertama se-Asia
Tenggara. Sejalan dengan data hasil survei Global Adults Tobacco Survey (GATS) tahun
2011, Indonesia memiliki jumlah perokok aktif terbanyak dengan prevalensi perokok
laki-laki sebesar 67% (57,6 juta) dan prevalensi perokok wanita sebesar 2,7% (2,3 juta).
Pada tahun 2011, prevalensi merokok lebih tinggi di daerah pedesaan (37,7%)
dibandingkan dengan daerah perkotaan (31,9%).
Menurut The Tobacco Atlas 3rd edition, 2009 terkait presentase penduduk dunia
yang mengkonsumsi tembakau didapatkan sebanyak 57% pada penduduk Asia dan
Australia, 14% pada penduduk Eropa Timiur dan pecahan Uni Soviet, 12% penduduk
Amerika, 9% penduduk Eropa Barat, dan 8% pada penduduk Timur tengah serta Afrika.
Sementara itu, ASEAN merupakan sebuah kawasan dengan 10% dari seluruh perokok
dunia dan 20% penyebab kematian global akibat tembakau. Presentase perokok pada
penduduk di negara ASEAN tersebar di Indonesia (46,16%), Filipina (16,62%), Vietnam

1
(14,11%), Myanmar (8,73%), Thailand (7,74%), Malaysia (2,90%), Kamboja (2,07%),
Laos (1,23%), Singapura (0,39%) dan Brunei (0,04%).
Hasil penelitian Badan Litbang Kemenkes tahun 2010 menunjukkan bahwa
kematian akibat penyakit yang terkait dengan tembakau terjadi 190.260 orang atau
sekitar 12,7% dari seluruh kematian di tahun yang sama.
Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan terjadinya peningkatan
prevalensi perokok usia 15 tahun ke atas yaitu; 27 % (Susenas 1995); 31,5 % (SKRT
2001); 34,4% (Susenas 2004); 34,7% (Riskesdas 2007) dan 36,3% (Riskesdas 2013).
Walaupun proporsi perokok wanita lebih rendah dibandingkan pria, namun terjadi juga
peningkatan sebanyak 5 kali lipat dari 1,7% (1995) menjadi 6,7% (2013).
Data Global Youth Tobbaco Survey 2014 (GYTS 2014) menyebutkan 20,3 % anak
sekolah merokok (Laki-laki 36%, perempuan 4.3%), 57,3% anak sekolah usia 13-15
tahun terpapar asap rokok dalam rumah dan 60% terpapar di tempat umum atau enam
dari setiap 10 anak sekolah usia 13-15 tahun terpapar asap rokok di dalam rumah dan di
tempat-tempat umum. Data GATS 2011 juga menunjukkan prevalensi perokok di
Indonesia sebesar 34,8%, dan sebanyak 67% laki-laki di Indonesia adalah perokok
(angka terbesar didunia).
Aiman dalam Minarsih (2012) berpendapat perilaku merokok tidak hanya dilakukan
oleh kaum laki-laki, namun sekarang banyak kaum perempuan yang melakukan perilaku
merokok ini, salah satunya adalah mahasiswi. Pernyataan ini didukung oleh data yang
diperoleh Departemen Kesehatan RI menyatakan bahwa jumlah wanita di Indonesia yang
merokok mencapai 40,5%, dari keseluruhan jumlah penduduk wanita di Indonesia.
Peringkat pertama yaitu mahasiswa putri, kemudian disusul oleh pelajar (Minarsih,
2012).
Data jumlah perokok di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 31,6% dari total jumlah
penduduk.2 Data jumlah perokok di Kota Makassar yaitu 22,1% atau 287.300 orang
dengan rata-rata konsumsi 10,6 batang/hari atau sekitar 3 juta batang rokok mengepul di
udara tiap hari di kota metropolitan tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah, diantaranya :
1. Apakah rokok itu ?
2. Bahan apa saja yang terkandung dalam rokok dan jenis-jenis rokok ?

2
3. Bagaimana dampak rokok bagi kesehatan ?
4. Apakah merokok itu dan tipe-tipe dari perokok ?
5. Faktor-faktor apa saja dalam pencegahan paparan asap rokok ?
6. Masalah apa yang terjadi yang diakibatkan oleh rokok ?
7. Faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku merokok ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan dalam penulisan makalah ini,
diantaranya :
1. Untuk mengetahui apa rokok itu.
2. Untuk mengetahui kandungan dan jenis pada rokok.
3. Untuk mengetahui dampak rokok terhadap kesehatan.
4. Untuk mengetahui apa merokok itu dan tipe-tipe dari perokok.
5. Untuk mengetahui faktor-faktor dalam pencegahan paparan asap rokok.
6. Untuk mengetahui masalah yang terjadi diakibatkan oleh rokok.
7. Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Rokok


1. Definisi Rokok
Rokok merupakan salah satu produk industri dan komoditi internasional yang
mengandung sekitar 4000 bahan kimiawi. Unsur-unsur yang penting antara lain tar,
nikotin, benzopyrin, metilklorida, aseton, amonia, dan carbon monoksida.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 rokok adalah salah satu
produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, dihisap atau dihirup yang dihasilkan
dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya
yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan. Nikotin
adalah zat atau senyawa pyrrolidine yang terdapat dalam nicotiana tabacum, nicotiana
rustica, dan lainnya atau sintetisnya yang bersifat adiktif dapat mengakibatkan
ketergantungan. Rokok yang biasanya berbentuk silinder terdiri dari kertas yang
berukuran 70 hingga 120 mm yang berisi daun tembakau yang telah diolah. Jadi, rokok
merupakan hasil olahan tembakau yang dbungkus dengan kertas berbentuk silinder.

2. Kandungan Rokok
A. Tar
Tar adalah hidrokarbon aromatic polisiklik yang ada dalam asas rokok, tergolong
dalam zat karsinogen. Kadar tar yang terkandung dalam asap rokok inilah yang
berhubungan dengan resiko timbulnya kanker. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke
dalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin, akan menjadi padat dan
membentuk endapan berwarna cokelat pada permukaan gigi, saluran pernapasan, dan
paru-paru.
B. Nikotin
Dijumpai secara alami didalam batang dan daun tembakau yang mengandung nikotin
paling tinggi yang sebanyak 5% dari berat tembakau. Nikotin dapat merangsang dan
meningkatkan aktivitas kewaspadaan atau refleksi serta daya ingat. Namun disisi
lain, nikotin adalah racun yang dapat menangkal dan menghilangkan pengaruh
berbagai macam obat sehingga obat tidak bermanfaat lagi bagi tubuh. Sebatang rokok
umumnya berisi 1-3 mg nikotin. Nikotin yang masuk kedalam otak dengan cepat

4
dalam kurung waktu dari 10 detik dan beredar keseluruh tubuh dalam waktu 15-20
menit pada waktu penghisapan terakhir.
C. Karbonmonoksida
Karbon monoksida merupakan gas beracun yang mempunyai afinitas kuat tehadap
hemoglobin pada sel darah merah, ikatan CO dengan hemoglobin akan membuat
hemoglobin tidak bisa melepaskan ikatan CO dan sebagai akibatnya fungsi
hemoglobin sebagai pengangkut oksigen berkurang, sehingga membentuk karboksi
hemoglobn mencapai tingkat tertentu akan dapat menyebabkan kematian.
Kandungan ini didalam asap rokok 2-6%. Karbon monoksida pada paru-paru
mempunyai daya pengikat dengan hemoglobin sekitar 200 kali lebih kuat dari daya
ikat oksigen dengan Hb. Dalam waktu paruh 4-7 jam sebanyak 10% dari Hb dapat
terisi oleh karbon monoksida dalam bentuk COHb, dan akibatnya sel darah merah
akan kekurangan oksigen, yang akhirnya sel tubuh akan kekurangan oksigen.
D. Timah Hitam
Timah hitam (Pb) yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug. Sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam satu hari akan menghasilkan 10 ug. Sementara
ambang batas bahaya timah hitam yang masuk kedalam tubuh adalah adalah 20 ug
per hari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke dalam tubuh.
E. Kandungan lainnya
Selain nikotin, tar, Co, dan Pb, rokok masih mengandung banyak zat yang bersifat
racun maupun bersifat karsinogenik. Zat tersebut antara lain Partikel Fenol,
Hydrazine, Napthylamine, Benzopyrene, Toluene, Cadmium, Vinyl Chloride,
Urethene, Polonium dan gas Nitrasamine yang bersifat karsinogenik. Sementara gas
NO2, gas amonia, gas metana, gas cyanida, aceton, butane dan arsenic bersifat
racun, sedangkan gas Formalhehyda bersifat racun sekaligus karsinogenik.

3. Jenis Rokok
Di Indonesia, tembakau ditambah dengan cengkeh dan bahan-bahan lain dicampur
untuk dibuat rokok kretek. Selain kretek, tembakau juga dapat digunakan sebagai rokok
linting, rokok putih, cerutu, rokok pipa, dan tembakau tanpa asap (chewing tobacco atau
tembakau kunyah).

5
Berikut jenis rokok berdasarkan bahan baku, diantaranya :
Rokok Putih
Yang dimana bahan bakunya hanya daun tembakau yang diberi sedikit tambahan
untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
Rokok Kretek
Yang dimana bahan bakunya berupa daun tembakau dan cengkeh serta diberikan
tambahan untuk rasa dan aroma.
Rokok Klembak
Yang dimana bahan bakunya berupa daun tembaka, cengkeh, dan kemenyan yang
diberi tambahan untuk mendapatkan rasa dan aroma tertentu.
Berikut jenis rokok berdasarkan bahan pembungkusnya, diantaranya :
Klobot, yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung.
Kawung, yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.
Sigaret, yang bahan pembungkusnya berupa kertas.
Cerutu, yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.

4. Dampak Rokok Bagi Kesehatan


Setelah melihat beberapa zat kimia bahkan yang berbahaya dalam sebatang rokok
dalam keindahan rokok, tentu memberikan dampak dari zat-zat kimia tersebut. Asap
rokok dari tembakau mengandung banyak zat kimia yang dapat merusak paru-paru.
Rokok dan asapnya mempunyai dampak yang buruk bagi kesehatan. Tidak hanya
bagi perokok itu sendiri, tetapi juga bagi perokok pasif yang hanya ikut menghirup
asapnya saja. Dilihat dari bahanbahan yang berbahaya dalam rokok, nikotin dapat
menaikkan tekanan darah dan mempercepat denyut jantung hingga pekerjaan jantung
menjadi lebih berat, karbon monoksida dapat menyingkirkan oksigen yang dibutuhkan
tubuh dengan mengikat dirinya pada HB darah, dan tar memicu timbulnya kanker.
Bahan-bahan yang terkandung di dalam rokok menyebabkan terjadinya berbagai
macam kelainan dan penyakit. Dampak langsung setelah terpapar asap rokok adalah
batuk, sesak nafas dan pusing (Kemenkes, 2010).

6
B. Tinjauan Umum Tentang Merokok
1. Pengertian Merokok
Merokok merupakan istilah yang digunakan untuk suatu aktivitas menghisap rokok
atau tembakau dalam berbagai cara. Merokok itu sendiri ditujukan untuk perbuatan
menyalakan api pada rokok sigaret atau cerutu, atau tembakau dalam pipa rokok yang
kemudian dihisap untuk mendapatkan efek dari zat yang ada dalam rokok tersebut.
Merokok merupakan suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian
menghisapnya dan menghembuskannya kembali dan dapat menimbulkan asap yang
dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya.
Menurut Leventhal dan Clearly ada tahap seseorang menjadi perokok :
a. Tahap preparatory
Seseorang mendapatkan gambaran menyenangkan mengenai merokok dengan cara
mendengar, melihat atau dari bacaan. Hal ini yang menimbulkan minat untuk
merokok.
b. Tahap initation
Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan atau tidak
terhadap perilaku merokok.
c. Tahap becoming a smoker
Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang perhari maka
mempunyai kencendenderungan menjadi merokok.
d. Tahap maintenance of smoking
Tahap ini perokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri.
Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologi yang menyenangkan.

2. Tipe-Tipe Perokok
Secara umum tipe perokok dibagi menjadi beberapa kategori yakni tipe perokok
yang berhungan dengan udara atau asap yang dihirup, dan tipe jumlah rokok yang
dikonsumsi dalam sehari :
Berdasarkan udara atau asap yang dihirup, tipe perokok ialah :
1. Perokok Pasif
Perokok pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh seseorang yang tidak merokok
(pasif smoker). Yang dimana asap rokok tersebut menjadi polutan bagi manusia dan
lingkungan sekitar. Asap rokok yang terhirup oleh orang-orang bukan perokok
karena berada disekitar perokok dapat menimbulkan bahaya dari secondhand smoke.

7
2. Perokok Aktif
Perokok aktif adalah orang yang suka merokok (Hasan alwi, 2003:960) Kemudian
menurut M.N.Burstan (1997:86) rokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari
isapan perokok (mainstream).
Berdasarkan jumlah rokok yang dikonsumsi menurut WHO, dikategorikan :
1. Perokok ringan, yaitu orang yang menghisap rokok <10 batang per hari.
2. Perokok sedang, yaitu orang yang menghisap rokok 10-20 per hari.
3. Perokok berat, yaitu orang yang menghisap >20 batang per hari.

3. Faktor-Faktor Perilaku Dalam Pencegahan Paparan Asap Rokok


Faktor yang mempengaruhi perilaku Menurut Green (dalam Notoadmojo 2012) ialah
faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pemungkin (enabling factors), dan
faktor penguat (reinforcing factors).
A. Faktor Predisposisi (predisposing factors)
Faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempredisposisi perilaku pada diri
seseorang atau masyarakat yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan suatu domain yang
sangat penting untuk terbentuknya suatu tindakan seseorang. Suatu penelitian
mengatakan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan mampu bertahan lama
dari pada yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmojo, 2012).
Dari hasil penelitian Rachman (2009) menunjukan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara pengetahuan dengan partisipasi suami dalam perawatan kehamilan.
Dapat dijelaskan pula bahwa semakin tinggi pengetahuan semakin optimal pula
partisipasinya.
Pendidikan
Semakin tingginya tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik pula
pengetahuannya (Notoadmojo, 2012). Menurut penelitian Sarajuddin dkk (2011)
semakin tinggi pendidikan peluang untuk menghabiskan jumlah batang rokok semakin
rendah, hal ini berlaku juga sebaliknya. Orang yang berpendidikan rendah lebih banyak
sebagai perokok aktif dibanding perokok pasif. Jadi dengan rendahnya pendidikan pada
mereka yang memang menghabiskan jumlah batang rokok lebih banyak, akan membuat
8
tugas penyuluh kesehatan semakin rumit. Hal ini disebabkan merubah kebiasaan pada
orang yang berpendidikan akan lebih mudah dibanding orang yang tidak berpendidikan
(Sarajuddin dkk, 2011).
Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan
pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung (Notoadmojo, 2012). Menurut
Aditama (2006) dalam lingkungan perkerjaan ibu maupun suami dapat mendapatkan
informasi tentang bahaya Asap Rokok.
Usia
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan
psikologis (mental), dimana pada aspek psikologis ini, taraf berpikir seseorang semakin
matang dan dewasa (Notoadmojo, 2012). Menurut aditama (2006) sekitar 70% dari
perokok di Indonesia memulai kebiasaannya sebelum umur 19 tahun, karena terbiasa
melihat anggota keluarganya yang merokok.
Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan seseorang.
Namun, jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia mampu menyediakan
fasilitas yang lebih baik (Notoadmojo, 2012). Penghasilan merupakan ukuran yang
penting sehingga hasil penelitian Sirajuddin dkk (2011) faktor yang berhubungan dengan
jumlah batang rokok yang diisap adalah pendidikan rendah dan pengeluaran. Kelompok
penghasilan rendah memiliki kebiasaan merokok yang lebih tinggi dibanding dengan
kelompok berpenghasilan keatas (Sirajuddin dkk, 2011).
2. Sikap
Sikap adalah tanggapan atau persepsi seseorang terhadap apa yang diketahuinya.
Jadi sikap tidak bisa langsung dilihat secara nyata, tetapi hanya dapat ditafsirkan sebagai
perilaku yang tertutup bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka.

B. Faktor pemungkin (enabling faktors)


Faktor pemungkin terwujud dalam lingkungan fisik dan tersedianya fasilitas-fasilitas
atau sarana-sarana kesehatan seperti adanya peringatan di bungkus rokok yang
menyatakan asap rokok merusak kesehatan anak-anak dan orang sekitarnya, melakukan
konsultasi dengan dokter/ klinik berhenti merokok, menggunakan nicotine replacement
therapy (NRT) (Aditama, 2006).

9
C. Faktor pendorong (reinforcing faktors)
Faktor penguat yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan maupun
petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat, termasuk
undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang
terkait dengan kesehatan untuk berperilaku sehat (Notoatmodjo, 2012).

10
BAB III
EPIDEMIOLOGI

A. Diagram Perilaku Merokok Masyarakat Indonesia

Berdasarkan data diatas yang dikutip dalam P2-PL, Kemenkes RI 2015,


menunjukkan bahwa perilaku merokok masyarakat di Indonesia tidak banyak berubah
selama 5 tahun terakhir. Selanjutnya dilihat rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap
perhari pada tahun 2007 rata-rata 12 batang per hari, sedangkan pada tahun 2013 rata-
rata jumlah batang rokok yang dihisap 12,3 batang per hari.

B. Proporsi Umur Pertama Kali Merokok Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin

11
Global Youth Tobacco Survey (GYTS) menyatakan Indonesia sebagai Negara
dengan angka perokok remaja tertinggi di dunia. Selain itu, gambar di atas
menggambarkan usia pertama kali mencoba merokok berdasarkan kelompok umur dan
jenis kelamin berdasarkan GYTS 2014, dimana sebagian besar laki-laki pertama kali
merokok pada umur 12-13 tahun, dan sebagian besar perempuan pertama kali mencoba
merokok pada umur 7 tahun dan 14-15 tahun.

C. Prevalensi Konsumsi Rokok Berdasarkan Umur


Berdasarkan data Susenas tahun 1995, 2001, 2004 dan data Riskesdas tahun 2007
dan 2013 seperti tampak pada grafik diatas menunjukkan prevalensi perokok 16 kali
lebih tinggi pada laki-laki (66%) dibandingkan perempuan (6,7%).
Hampir 80% perokok mulai merokok ketika usianya belum mencapai 19 tahun.
Umumnya orang mulai merokok sejak muda dan tidak tahu risiko mengenai bahaya
adiktif rokok. Keputusan konsumen untuk membeli rokok tidak didasarkan pada
informasi yang cukup tentang risiko produk yang dibeli, efek ketagihan dan dampak
pembelian yang dibebankan pada orang lain.

12
Jika dilihat berdasarkan provinsi, maka proporsi tertinggi perokok setiap hari pada
Provinsi Kepulauan Riau (27,2%) dan terendah di Provinsi Papua (16,2%). Lima
provinsi tertinggi proporsinya adalah Keplauan Riau, Jawa Barat, Bengkulu, Gorontalo,
dan Nusa Tenggara Barat.

Berdasarkan gambar di atas dapat kita ketahui bahwa trend usia merokok meningkat
pada usia remaja, yaitu pada kelompok umur 10-14 tahun dan 15-19 tahun. Hasil
Riskesdas pada tahun 2007, 2010 dan 2013 menunjukkan bahwa usia merokok pertama
kali paling tinggi adalah pada kelompok umur 15-19 tahun.

13
B

Berdasarkan gambar diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar perempuan


mengisap rokok dengan jumlah kurang dari 1 batang/hari, sedangkan sebagian besar laki-
laki mengisap rokok sebanyak 1 batang per hari.

Pada gambar diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar remaja sebenarnya setuju
bahwa asap rokok berbahaya (72,5%), setuju terhadap pelarangan merokok di tempat umum
(89,4%), dan setuju pelarangan merokok di luarruang tempat umum (80,9%). Namun
ironisnya, umur mulai merokok paling tinggi justru dari kalangan usia remaja.

14
15
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Masalah Rokok
Beberapa kecenderungan mengenai situasi rokok ini cukup mencemaskan dalam
permasalahan merokok, diantaranya :
1. Umur Usia Merokok Makin Muda
Di Indonesia kepulan asap bukanlah hal langkah yang baru ditemukan, dalam hal ini
telah banyak anak yang masih di usia muda sudah menggunakan rokok dalam setiap
aktivitasnya.
2. Ancaman Khusus Kelompok Anak
Ancaman khusus rokok terhadap usia anak merupakan suatu yang tidak bisa
disepelekan. Dan hal ini telah mencemaskan dan perlunya perhatian khusus karena
rokok ini dapat mengancam masa depan kesehatan dan kepribadian anak. Anak
dapat terpapar dengan bahaya rokok melalui beberapa cara, seperti terpengaruhnya
oleh promosi-promosi rokok yang ada baik melalui billboard, leaflet, televisi dan
lain-lain. Serta adanya asap rokok dari lingkungan passive smoking dari sekitar
lingkungan anak.
3. Banyak Wanita Merokok
Masalah rokok untuk wanita menjadi serius jika dikaitkan dengan kehamilan dan
reproduktivitas. Pengaruh rokok dapat beresiko terjadi keguguran, kelahiran
prematur, berat badan lahir rendah, dan bahkan bayi mati mendadak.
4. Kecenderungan Peningkatan Konsumsi Rokok
Hal ini terkait dengan kesadaran penduduk yang masih rendah terhadap bahaya
rokok, sosial ekonomi meningkat dan kemampuan membeli rokok juga meningkat,
serta perokok didominasi oleh kelompok pendapatan rendah dan pekerja kasar, yang
seharusnya dapat dipakai ke hal yang berguna misalnya pemenuhan akan gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh.
5. Meningkatnya Masalah Passive Smoking
Lingkungan kerja atau di sekitar kita yang tertutup memmungkinkan terjadinya
pengaruh dari passive smoking. Hal ini menujukkan bahaya ganda rokok yang tidak
saja dirasakan oleh perokok sendiri tetapi untuk orang lain sekitarnya. Udara yang
tercemar oleh perokok akan memaparkan ke orang disekitarnya. Anak-anak yang
orang tuanya merokok akan mudah mendeita penyakit gangguan pernapasan.

16
6. Menyebabkan Kematian
Kandungan karsinogen dan zat-zat lainnya yang masuk kedalam rongga mulut dan
tentunya paru-paru dapat mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat
dipungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik
secara langsung maupun tidak langsung bahkan dapat menyebabkan kematian pada
perokok.

B. Merokok Akibatkan Penyakit Tidak Menular


Merokok dapat membahayakan kesehatan tubuh, baik bagi perokok aktif maupun
orang yang berada disekitar perokok aktif. Yang dimana dengan merokok dapat
mengakibatkan Penyakit Tidak Menular yang begitu serius, diantaranya :
1. Kanker Paru
Menurut Aditama kanker paru merupakan kanker yang paling banyak
ditemukan pada kaum laki-laki. Sedangkan menurut Triswanto menyatakan
kemungkinan timbul kanker paru-paru pada perokok 10-30 kali lebih sering
dibandingkan bukan perokok, salah satu bahan rokok yang dapat menyebabkan
terjadinya kanker paru adalah tar.
Proses kanker paru dimulai dengan masa pra kanker. Perubahan pertama terjadi
pada masa ini disebut sebagai metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan
bentuk sel epitel pada permukaan saluran nafas. Bila paru terpapar asap rokok secara
terus menerus maka metaplasia skuamosa dapat berubah menjadi displasia sehingga
menjadi kersinoma insitu.
2. Bronkitis Kronik dan Emfisema
Bronkitis kronik merupakan definisi klinis batuk-batuk hampir setiap hari
disertai pengeluaran daha, sekurang-kurangnya 3 bulan dalam 1 tahun dan terjadi
paling sedikit selama 2 tahun berturut-turut. Smeltzer&Bare menyatakan bronkitis
kronik adalah kelainan pada bronkus yang sifatnya menahun dan disebabkan
berbagai faktor baik yang berasal dari luar bronkus maupun dari bronkus itu sendiri.
Bronkitis kronik merupakan peradangan kronik saluran pernapasan bagian bawah
yang umumnya dicetuskan oleh pajanan asap rokok, udara berpolusi, dll.
Emfisema paru merupakan suatu definisi anatomik yaitu suatu perubahan
anatomik paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran udara
bagian distal bronkus terminalis, yang disertai kerusakan dinding alveolus.
Sherwood menyatakan bahwa emfisema ditandai oleh kolapsnya saluran pernapasan

17
halus dan rusaknya dinding alveolus. Gejala utama ialah pembesaran dada, sesak
nafas, dan batuk menahun, yang dimana salah satu penyebab terjadinya emfisema
adalah asap rokok.
3. Penyakit Kardiovaskuler
Kebiasaan merokok merupakan salah satu faktor resiko yang sangat
berpengaruh terhadap terjadinya penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner
adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak
mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau
kemampuannya hanya ada disertai dengan peninggian volume diastolik secara
abnormal.
Asap rokok mengandung bahan kimia yang berkaitan erat dengan terjadinya
penyakit jantung koroner. Bahan kimia asap rokok tersebut ialah nikotin dan gas
karbonmonoksida. Nikotin dapat merangsang terjadinya pelepasan adrenalin maka
frekuensi denyut jantung akan semakin cepat, tekanan darah meningkat, kebutuhan
oksigen juga akan meningkat. Dan nikotin juga dapat mempengaruhi metabolisme
lemak dan mempermudah terjadinya penyempitan pembuluh darah di otak.
4. Gangguan Pada Janin Dalam Kandungan
Ibu hamil yang memiliki kebiasaan merokok akan mempengaruhi kondisi janin
dalam kandungannya. Nikotin merupakan zat vasokonstriktor yang menggangu
metabolisme protein dalam tubuh janin yang sedang berkembang, nikotin juga dapat
menyebabkan jantung janin berdeyut lebih lambat dan menimbulkan gangguan pada
sistem saraf janin. Bahan-bahan dari asap rokok lain seperti gas carbon monoksida,
sianida, tiosianat, dan karbonnikanhidrase dapat mengganggu kesehatan ibu hamil
dan dapat menembus plasenta, dan kondisi ini akan mengganggu kesehatan janin
selama di kandungan.

C. Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja


1. Pengaruh Orang Tua
Anak-anak dengan orang tua perokok cenderung akan merokok dikemudian hari, hal
ini terjadi paling sedikit disebabkan oleh karena dua hal: Pertama, karena anak
tersebut ingin seperti bapaknya yang kelihatan gagah dan dewasa saat merokok.
Kedua, karena anak sudah terbiasa dengan asap rokok dirumah, dengan kata lain
disaat kecil mereka telah menjadi perokok pasif dan sesudah remaja anak gampang
saja beralih menjadi perokok aktif.

18
2. Pengaruh Teman
Lingkungan teman sebaya memberikan sumbangan efektif sebesar 93,8% terhadap
munculnya perilaku merokok pada remaja. Dalam penelitiannya dikatakan bahwa
semakin banyak dukungan teman untuk merokok dapat mendorong seseorang untuk
semakin menjadi perokok.
3. Faktor Kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri
dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan.
4. Pengaruh Iklan
Reklame atau iklan tembakau diperkirakan mempunyai pengaruh lebih kuat daripada
pengaruh orangtua dan teman, dalam penelitian menegaskan bahwa sekitar 52,6%
remaja mendapatkan informasi tentang rokok dari iklan terutama iklan di media
elektronik.
5. Jenis kelamin
Pada saat ini, peningkatan kejadian merokok tidak hanya terjadi pada remaja laki-
laki. Begitupun dengan wanita, wanita yang merokok dilaporkan menjadi percaya
diri, suka menentang dan mandiri.
6. Faktor Lingkungan
Lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap keputusan seseorang untuk merokok,
faktor-faktor yang menyebabkan remaja untuk merokok lebih dipengaruhi oleh
anggapan apabila mereka merokok :
Mereka akan terlihat dewasa.
Menunjukkan bahwa mereka lebih independen.
Mereka akan cepat bersosialisasi.
Menyesuaikan diri dengan teman-teman perokoknya.
Meningkatkan rasa percaya diri mereka
7. Faktor Regulatori
Peningkatan harga jual atau diberlakukannya cukai yang tinggi, diharapkan dapat
menurunkan daya beli masyarakat terhadap rokok. Selain itu pembatasan fasilitas
merokok dengan menetapkan ruang atau daerah bebas rokok diharapkan dapat
mengurangi konsumsi. Akan tetapi kenyataannya masih terdapat peningkatan
kejadian mulainya merokok pada remaja, walaupun telah banyak dibuat usaha-usaha
untuk mencegahnya.

19
D. Penetapapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Kawasan tanpa rokok atau bebas rokok saat merupakan suatu upaya yang dilakukan
akan terpaparnya oleh asap rokok, dimana hak seseorang untuk tidak tercemar asap
rokok juga perlu dihormati, mengingat dampaknya begitu besar bagi kesehatan. Kawasan
Tanpa Rokok merupakan tangggung jawab seluruh komponen bangsa, baik individu,
masyarakat, parlemen, maupun pememrintah untuk melindungi generasi
sekarangmaupun yang akan datang.
Pemerintah telah merumuskan MoF (Memorandum of Understanding) antara
kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Kesehatan yang menekankan pemberlakuan
Kawasan Tanpa Rokok. Peraturan bersama antara Menteri Kesehatan dan Dalam Negeri
dituangkan dalam surat bernomor 188/MENKES/PB/I/2011 dan Nomor 7 Tahun 2011
tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok.
Ada beberapa alasan penting terkait perluya peraturan 100% Kawasan Tanpa Rokok
(KTR), yaitu :
1. Pekerja dan karyawan mempunyai hak untuk bekerja di lingkungan kerja yang sehat
dan tidak membahayakan.
2. Anak-anak mempunyai hak khusus untuk tumbuh dan berkembang dilingkungan
yang sehat, wujudkan kota dan kabupaten layak anak, salah satunya harus bebas
asap rokok.
3. Tercapainya 100% KTR merupakan upaya yang efektif untuk melindungi
masyarakat.
4. Peraturan Pemerintah No.109 Tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang
mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan.
5. Kebijakan KTR menurunkan paparan Asap Rokok Orang Lain (AROL) sebesar 80-
90% di kawasan dengan paparan yang tinggi, KTR 100% mengurangi kematian dari
penyakit jantung.

20
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, dihisap
atau dihirup yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan
spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau
tanpa bahan tambahan.
Rokok mengandung zat-zat yang berbahaya, seperti tar, nikotin, karbonmonoksida,
timah hitam, Partikel Fenol, Hydrazine, Napthylamine, Benzopyrene, Toluene,
Cadmium, Vinyl Chloride, Urethene, Polonium dan gas Nitrasamine yang bersifat
karsinogenik.
Rokok dan asapnya mempunyai dampak yang buruk bagi kesehatan. Tidak hanya
bagi perokok itu sendiri, tetapi juga bagi perokok pasif yang hanya ikut menghirup
asapnya saja. Dilihat dari bahanbahan yang berbahaya dalam rokok, nikotin dapat
menaikkan tekanan darah dan mempercepat denyut jantung hingga pekerjaan jantung
menjadi lebih berat, karbon monoksida dapat menyingkirkan oksigen yang dibutuhkan
tubuh dengan mengikat dirinya pada HB darah, dan tar memicu timbulnya kanker.
Merokok merupakan suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian
menghisapnya dan menghembuskannya kembali dan dapat menimbulkan asap yang
dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya.
Merokok dapat membahayakan kesehatan tubuh, baik bagi perokok aktif maupun
orang yang berada disekitar perokok aktif karena merokok dapat mengakibatkan
penyakit tidak menular yang begitu serius.

B. Saran
Sangat diperlukan dilakukannya usaha penurunan prevalensi jumlah perokok melalui
sosialisasi oleh pemerintah agar masyarakat lain dapat terhindar dari penyakit-penyakit
akibat paparan asap prokok dan agar prevalensi kejadian penyakit tidak menular dapat
menurun.

21
DAFTAR PUSTAKA

Anies. 2006. Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular; Solusi Pencegahan dari Aspek
Perilaku & Lingkungan. Elex Media Komptindo; Jakarta.

Anonoim. Epidemiologi Tembakau: Modul 1 Tobacco Education Program Peran Apoteker


dalam Pengendalian Tembakau. Diakses di
http://farmasi.ugm.ac.id/tinymcpuk/gambar/File/1_Epidemiologi%20tembakau.pdf pada
tanggal 05 April 2016.

Barus, Henni. 2012. Hubungan Pengetahuan Perokok Aktif Tentang Rokok Dengan Motivasi
Berhenti Merokok Pada Mahasiswa FKM & FISIP Universitas Indonesia. Ilmu
Keperawatan; Depok.

Bustan. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta; Jakarta.


Prasetya, Lukyta Dwi. . Pengaruh Negatif Rokok bagi Kesehatan di Kalangan
Remaja. Ilmu Pendidikan; Universitas Negeri Malang.

Muliyana, Dwi. 2012. Skripsi; Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Merokok Pada
Mahasiswa Universitas Hasanuddin Tahun 2012. Fakultas Kesehatan Masyarakat;
Universitas Hasanuddin Makassar.

22

Anda mungkin juga menyukai