THINKING
Persepsi ini timbul dari kekhawatiran saya sendiri dan mendengar dari beberapa orang yang
saya temui. Dari pemikiran saya sendiri karena, saat ini saya ditempatkan di Unit Corporate
Strategi dimana keputusan dan hal-hal strategi perusahaan selalu dipertimbangkan diunit saya
mulai dari target revenue, analisa potensi bisnis, penyusunan strategi perusahaan hingga kepada
perhitungan KPI. Sedangkan untuk kelas Eksekutif Muda di PPM saat ini belum menyediakan
focus penjurusan untuk Management Strategy, itu hanya dibuka untuk kelas Eksekutif yang mana
membutuhkan pengalama 5 tahun bekerja untuk dapat memasuki level tersebut atau minimal
berada di posisi manager.
Model Mental: Kuliahnya ditunda dulu saja supaya bisa mengambil fokus keahlian
Management Strategic
Hal ini yang saya rasakan ketika dinyatakan lulus dan diterima di PPM untuk program
Eksekutif Muda Magister Management Angkatan 17, sempat muncul difikiran saya apakah sudah
Setelah meyakini diri sendiri, meminta izin dan ridho orang tua karena orang tua saya
menyerahkan sepenuhnya keputusan itu pada diri saya dengan alasan, yang paling mengenal dan
mengetahui kemampuan kamu adalah kamu sendiri, dan meminta pendapat dari orang-orang
disekeliling saya, yang saya anggap bisa memberikan dorongan dan nasihat positif kepada
keputusan saya maka sayapun memilih untuk tetap melanjutkan S2.
Dasar utama saya memilih tetap melanjutkan adalah keyakinan saya bahwa saya akan
berusaha semampu dan sebisa saya untuk dapat sukses diusia muda, karena saya mempunyai
impian untuk bisa membahagiakan dan membanggakan orang-orang yang saya cintai dan sayangi
khususnya Orang Tua, Nenek dan Adik-Adik saya salah satunya melalui Karir dan Pendidikan.
Saya juga mau menjadi motivasi dan panutan adik-adik saya agar selalu semangat untuk
menyelesaikan pendidikannya, hal ini karena saya juga adalah anak pertama yang harus bisa
memberi contoh yang baik sebagai seorang kakak kepada adik2 saya.
Selain itu saya juga meyakini bahwa ilmu yang saya dapatkan kelak akan bermanfaat bagi
saya sendiri, bagi orang disekeliling saya dan bagi tempat dimanapun saya berada
Beberapa orang yang sempat saya temui dan meminta pendapat terkait hal ini, selain ada
yang mendukung untuk melanjutkan S2 dengan bekerja tapi dengan syarat saya harus memberikan
extra tenaga dan waktu untuk menyeimbangi keduanya, ada juga yang menyarankan untuk fokus
pada salah satunya saja mis. Fokus kuliah dengan alasan menyelesaikan thesis itu tidak semudah
menyelesaikan skripsi dengan berbagai pandangan yang mungkin jika keyakinan saya tidak kuat
terhadap diri saya, saya akan hanya memilih salah satunya.
Hal ini saya dengar dari orang-orang disekeliling saya yang menyarankan saya fokus kuliah
karena umur saya masih muda yaitu 22 tahun ketika diterima di kelas Eksekutif Muda PPM
angkatan 17. Sehingga sempat membuat saya ragu terhadap keputusan saya untuk bekerja sembari
kuliah.
Setelah mencoba memahami diri saya sendiri termaksud tujuan saya, merefer pada cita-
cita saya, maka saya teringat bahwa salah satu keinginan saya setelah menyelesaikan S1 yaitu
bekerja dan setelah setahun bekerja saya ingin melanjutkan pendidikan S2 saya tanpa
meninggalkan pekerjaan yang artinya keinginan saya adalah kuliah sambil bekerja.
Hal ini saya yakini bahwa kuliah sembari bekerja akan sangat baik untuk menyeimbangkan
ilmu secara konseptual terhadap pekerjaan. Jika saya hanya fokus kuliah, feel yang saya rasakan
tidak jauh beda dengan saat saya menyelesaikan S1 yang hanya fokus kuliah tanpa terikat dengan
aktivitas lainnya. Justru bekerja sembari kuliah bagi saya akan menambah adrenalin saya untuk
lebih ketat dan konsisten dalam membagi waktu, fokus dan profesionalisme antara kuliah dan
bekerja.
Hambatan 3: S2 tidak menjamin percepatan jenjang karir, dengan biaya yang tidak murah,
itu bisa dialokasikan buat berbisnis
Sempat terlintas juga dipikiran saya bahwa biaya S2 yang besar lebih baik digunakan buat
investasi bisnis atau menjalankan usaha. Jika saya berorientasi pada materi saja tentu saya akan
memilih untuk mengalokasikan biaya kuliah tersebut untuk membuka bisnis saja.
Setelah mencoba merenung kembali bahwa ada hal lain yang saya yakini terkait dengan
ilmu atau semangat menuntut ilmu yaitu Ilmu tidak bisa dinilai dengan materi, ilmu membentuk
pola pikir yang terstruktur dan sistematis, dengan ilmu kita mampu berkelana dan melihat dunia
secara lebih luas, dengan ilmu kita bisa lebih bijaksana dalam menghadapi masalah dan
Hambatan 4: PPM belum dikenal masyarakat luas, khususnya masyarakat diluar Jakarta.
Setelah diterima di PPM dan menjalankan kuliah, mulai saya mendapat pertanyaan dari
banyak orang, dimana kamu berkuliah dika? Lalu saya menjawab di PPM, selalu timbul
pertanyaan selanjutnya, Ha? Itu dimana? PPM itu singkatan apa? Itu kampus apa? Dll. Belum lagi
ketika mereka bertanya berapa biaya kuliah di PPM? Wah mahal ya, kok gk milih universitas
A,B,C dll. Dan smua pertanyaan yang muncul yang terkadang membuat saya kwalahan harus
selalu menjelaskan. Dan pada kondisi seperti itu, timbul pertanyaan didalam benak saya, apakah
PPM ini tepat buat saya melanjutkan S2? Tapi selalu saya coba untuk tepikan persepsi-persepsi
negative tersebut.
Model Mental: Kenapa pilih PPM Dika ? Kn ada yang Negeri yang terkenal, yg juga
biayanya lebih murah.
Sebelum saya memutuskan memilih PPM saya telah melakukan survey dan bertanya
kepada orang-orang yang saya anggap bisa memberikan pandangan positif dan berkompeten untuk
memberikan saran. Saya mengenal PPM pertama kali pada saat saya mengikuti seleksi BI yang
dihandle oleh PPM, awalnya saya mengira bahwa PPM adalah penyeleggara tes semata, namun
ternyata tidak.
Setelah bekerja saya menyampaikan kepada atasan saya Manager dan Vice Precident saya
bahwa saya berencana untuk melanjutkan pendidika saya yaitu Magister. Lalu saya menanyakan
kira-kira universitas/lembaga pendidikan berkualitas di Jakarta yang pas untuk karyawan apa ya?
Lalu sebagian besar yang saya Tanya mulai dari level Manager, Vice president, Senior Vice
President, Rekan Kerja yang sempat kuliah diluar merekomendasikan PPM sebagai tempat yang
pas karena terkenal dengan integritas dan kompetensinya dala memberikan assestment kepada
Tidak hanya mendengar pendapat tersebut saya lalu membuktikan kembali dengan analisis
kecil-kecilan yang saya lakukan, mulai dari browsing lalu saya compare dengan dua (2) universitas
negeri dan satu universitas swasta lainnya. Dan dengan keyakinan yang kuat berdasarkan
rekomendasi, sharing dan analisa sendiri, saya lalu memilih PPM sebagai tempat saya melanjutkan
Magister saya dengan berbagai keunggulannya. Hingga saat ini dengan merasakan metode
pembelajaran, dukungan fasilitas yang baik, reputasi yang sudah dikenal dikalangan petinggi-
petinggi perusahaan, saya makin merasa yakin bahwa PPM adalah wadah yang tepat dikondisi
saya saat ini untuk melanjutkan pendidikan magister saya.
Dan satu hal juga yang selalu saya yakini bahwa Universitas/Institut/Instansi Pendidikan
lainnya hanyalah menjadi wadah, setiap universitas/institute pasti akan memberikan yang terbaik
untuk mahasiswanya, kualitas tidak ditentukan dari dimana seseorang belajar atau menempuh
pendidikan tetapi sesungguhnya kualitas seseorang terbentuk dari dalam dirinya sendiri, dari
kemauannya yang terus mau belajar, disiplin terhadap dirinya sendiri, fokus pada cita-citanya
dan berkomitmen untuk terus mau meningkatkan kualitas diri hal itulah yang membuat saya
selalu menikmati dan meyakini dimanampun saya belajar saya harus bisa memaksimalkan tekad
saya tersebut untuk meningkatkan kualitas diri saya untuk membuka pintu Masa Depan yang
Lebih Baik dan Lebih Cerah.