Anda di halaman 1dari 14

Latar Belakang

Sebenarnya manusia hanyalah bagian kecil dari alam ini, tapi tindakannya yang serakah
menyebabkan banyak spesies punah setiap saat. Manusia yang adalah makhluk yang mempunyai
kemampuan yang melebihi dari makhluk lain di alam ini, seharusnya mendayagunakan
kemampuannya untuk menjaga dan memelihara ekosfer dan ekosistem. Dengan ilmu dan
teknologi yang dimilikinya manusia telah merasa menguasai lingkungan. Sehingga acap kali
memperlakukan lingkungan tersebut dengan seenaknya sendiri. Pergeseran budaya tersebut
terjadi sejalan dengan perubahan sistem dan orientasi sosial akibat semakin menyempitnya
sumber daya yang ada sebagai akibat semakin meningkatnya kebutuhan hidup manusia di satu
sisi dan pertambahan populasi penduduk secara signifikan di sisi lain. Fenomena seperti ini
menyebabkan lahirnya budaya konsumtif dan berlakunya logika economics minded dalam
aktivitas kehidupan sosial termasuk di dalamnya ada ancaman terhadap alam dan lingkungan.
Dengan demikian segala sesuatu akan dipandang sebagai sebuah komoditas ekonomi tanpa
menghiraukan aspek konservasinya. Pada sisi lain, dengan meningkatnya populasi manusia di
planet bumi maka akan semakin menambah maraknya aktivitas terhadap lahan dan sumber daya
potensial di dalamnya dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup manusia sehingga
dalam jangka panjang akan terjadi ketergantungan yang luar biasa terhadap lingkungan alam.
Ketika budaya dan cara pandang seperti ini telah terjadi pada semua orang maka ketika itu pula
eksploitasi terhadap alam dan lingkungan menjadi sebuah aktivitas yang lazim dilakukan.
Apalagi jika semua pihak merasa diuntungkan dengan aktivitas tersebut. Dalam jangka panjang
fenomena ini menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan dan bencana alam.

Setidaknya sekitar satu dekade terakhir, isu kerusakan lingkungan telah mulai gencar
disuarakan oleh masyarakat di berbagai belahan dunia. Hal ini terjadi karena dampak kerusakan
hutan akibat pembalakan liar (illegal logging), pembukaan lahan untuk pertanian, tempat tinggal
dan kawasan industri. Demikian pula di lingkungan udara, pencemaran udara akibat polusi dan
efek rumah kaca yang kini tengah mencapai titik kulminasi merupakan fakta terparah yang
tengah terjadi. Efek rumah kaca menyebabkan terjadinya kerusakan lapisan ozon dan pada
puncaknya akan terjadi pemanasan global (global warming). Hal itu terjadi karena senyawa-
senyawa kimia yang secara tidak sadar terus kita produksi dalam aktivitas sehari-hari akan
menyebabkan timbulnya lubang di lapisan ozon yang berfungsi melindungi kita dari radiasi
ultraviolet. Selain itu penggunaan bahan bakar yang dapat menyebabkan terbentuknya gas-gas
panas yang tidak dapat keluar dari lapisan atmosfer juga menjadi catatan kelam tersendiri dalam
daftar panjang kerusakan lingkungan udara saat ini. Semua ini pada akhirnya mengerucut pada
budaya manusia dalam memandang, menyikapi dan memperlakukan alam dan lingkungan
hidupnya. Oleh karenanya diperlukan sebuah strategi baru dalam menyelamatkan lingkungan
yang kian parah itu. Masalah ini tentunya menjadi tanggungjawab kita bersama sebagai mahluk
penghuni bumi dan jagad raya untuk mencari solusi, berpikir arif dan bijaksana sehingga
kerusakan lingkungan dapat dikendalikan meski sedikit terlambat.

Kerusakan Lingkungan dan Permasalahan Lingkungan Hidup Lainnya

a. Pencemaran Air dan Udara


Laut tercemar oleh kebocoran kapal-kapal minyak raksasa, endapan sisa produksi
tenaga atom (sampah nuklir), bahan kimia yang berbahaya seperti air raksa, sehingga
perikanan mengalami kerugian besar. Padahal laut merupakan waduk terbesar dan
sumber makanan yang cukup banyak. Amerika Serikat merupakan negara penghasil
paling banyak bahan kimia yang berbahaya. Setiap tahun terjadi kecelakaan kapal tangki
yang mengeluarkan minyak ke laut. Yang terburuk adalah kandasnya Exxon Valdez pada
tanggal 28 Januari 1989 mengeluarkan 40.000 ton minyak mentah dan mengotori 7.000
kilometer persegi tanah pantai. Pencemaran sungai terjadi di Sungai Citarum, limbah
industry yang langsung dibuang disungai tanpa proses instalasi pengolahan limbah yang
mengancam puluhan hektar sawah penduduk, penyakit kulit hingga penurunan kuantitas
listrik pada waduk sepanjang Sungai Citarum (Greenpeace, 2011).
Pencemaran udara juga disebabkan oleh gas seperti nitrogen-oksida, karbon
monoksida dan dioksida, fluor hidrokarbon, belerang-oksida. Mengenai karbondioksida
(CO2) di Amerika Utara dan Eropa setiap tahun masih meningkat 400 ton. Sumber
pengeluaran gas yang paling besar adalah lalu lintas (mobil dan pesawat), industri,
pemanas ruangan serta pendingin ruangan. Selain pengeluaran gas tersebut mengancam
kesehatan manusia, terutama pernapasan dan kulit, gas tersebut menghangatkan iklim
bumi dan mengurangi lapisan ozon, yang melindungi alam dari sinar ultraviolet.
Penghangatan ini mengurangi akan mengurangi gletser, es dan dan salju di Kutub Utara
maupun Kutub Selatan sekitar 30-50 persen. Akibatnya air laut naik dan dapat
menenggelamkan pantai dan pulau-pulau lainnya seperti di Maladewa, Fiji, Samoa dan
kepulauan Pasifik lainnya, serta Indonesia.

b. Penghancuran Tanah dan Hutan


Tanah yang subur juga dirusak dengan pupuk kimiawi yang berlebihan, mesin-
mesin pertanian yang berat, alih fungsi lahan yang digantikan dengan rumah dan
pembangunan lainnya. Perlu diakui bahwa pertumbuhan penduduk dan kemajuan
ekonomi membutuhkan industri dan pembangunan. Namun, perusakan alam yang
megikuti pertumbuhan itu tidak boleh diingkari lagi. Yang paling mengkhawatirkan
adalah keadaan vital sekali untuk kelestarian alam (dengan segala biodiversitas,
keanekaragaman hewan dan tumbuhan) dan iklim seluruh dunia. Namun, hutan masih
terus menerus dihancurkan untuk kepentingan jangka pendek dan tidak memperhatikan
dampak yang kan terjadi. Penghancuran ini terjadi di Brazil (Hutan Amazon), Rusia
(Siberia), Kanada, Indonesia (Kalimantan, Sumatra dan Papua) dan Malaysia ( Serawak).
Kerusakan hutan di Indonesia cukup memprihatinkan. Berdasarkan catatan Kementrian
Kehutanan Republik Indonesia, sedikitnya 1,1 juta hektar atau 2% dari hutan Indonesia
menyusut tiap tahunnya. Data Kementerian Kehutanan menyebutkan dari sekitar 130 juta
hektar hutan yang tersisa di Indonesia, 42 juta hektar diantaranya sudah habis ditebang.
Kerusakan atau ancaman yang paling besar terhadap hutan alam di Indonesia adalah
penebangan liar, alih fungsi hutan menjadi perkebunan, kebakaran hutan dan eksploitasi
hutan secara tidak lestari baik untuk pengembangan pemukiman, industri, maupun akibat
perambahan. Kerusakan hutan yang semakin parah menyebabkan terganggunya
keseimbangan ekosistem hutan dan lingkungan disekitarnya. Contoh nyata yang
frekuensinya semakin sering terjadi adalah konflik ruang antara satwa liar dan manusia.
Rusaknya hutan habitat satwa liar menyebabkan mereka bersaing dengan manusia untuk
mendapatkan ruang mencari makan dan hidup, yang sering kali berakhir dengan kerugian
bagi kedua pihak. Rusaknya hutan telah menjadi ancaman bagi seluruh makhluk hidup
(WWF).
c. Pencemaran Sampah Plastik
Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang sampai saat
ini masih tetap menjadi persoalan besar adalah faktor pembuangan limbah sampah
plastik. Kantong plastik telah menjadi sampah yang berbahaya dan sulit dikelola.
Diperlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk membuat sampah bekas kantong
plastik itu benar-benar terurai. Namun yang menjadi persoalan adalah dampak negatif
sampah plastik ternyata sebesar fungsinya juga. Sifat plastik dan bahan organis sangat
berbeda. Bahan organis mengandung bahan-bahan alami yang bisa diuraikan oleh alam
dengan berbagai cara, bahkan hasil penguraiannya berguna untuk berbagai aspek
kehidupan. Sampah plastik dibuat dari bahan sintetis, umumnya menggunakan minyak
bumi sebagai bahan dasar, ditambah bahan-bahan tambahan yang umumnya merupakan
logam berat (kadnium, timbal, nikel) atau bahan beracun lainnya seperti Chlor. Racun
dari plastik ini terlepas pada saat terurai atau terbakar. Penguraian plastik akan
melepaskan berbagai jenis logam berat dan bahan kimia lain yang dikandungnya. Bahan
kimia ini terlarut dalam air atau terikat di tanah, dan kemudian masuk ke tubuh kita
melalui makanan dan minuman. Sedangkan pembakaran plastik menghasilkan salah satu
bahan paling berbahaya di dunia, yaitu Dioksin. Dioksin adalah salah satu dari sedikit
bahan kimia yang telah diteliti secara intensif dan telah dipastikan menimbulkan Kanker.
Bahaya dioksin sering disejajarkan dengan DDT, yang sekarang telah dilarang di seluruh
dunia. Selain dioksin, abu hasil pembakaran juga berisi berbagai logam berat yang
terkandung di dalam plastik.

d. Ledakan penduduk

Pada zaman permulaan tahun Masehi, penduduk dunia nditaksir 250 juta jiwa.
Baru pada tahun 1650 jumlahnya berlipat dua kali lipat menjadi 500 juta jiwa. Pada
pertengahan abad ke-19, jumlah penduduk menjadi 1 milyar jiwa dan pada akhirnya pada
tahun 1999 penduduk dunia menjadi 6 milyar jiwa. Jumlah penduduk dunia pada akhir
adab ke-20 meningkat 78 juta setiap tahun. Berhubung pertumbuhan penduduk sejak
tahun 1963 turun dari 2,2 persen menjadi 1,3 persen pada 1999, maka penduduk dunia
diperkirakan mencapai ,8 milyar pada tahun 2015 dan sekitar 8,9 milyar pada tahun 2050.
Lebih dari 75 persen penduduk dunia yang berada di bagian selatan, termasuk India, yang
rata-rata lebih miskin, mengalami pertumbuhan penduduk yang lebih pesat sehingga
kekurangan makanan makin menekan. Di beberapa negara selatan, angka kelahiran
sampai mencapai 3 persen. Program keluarga berencana tampak berjalan tidak lancer

Akibat dari ledakan penduduk pertama kali diingatkan secara resmi dan universal
oleh Klub Roma pada tahun 1972, Jikalau pertumbuhan penduduk, industrialisasi,
pencemaran lingkungan dan pemerasan bahan baku berjalan terus seperti dewasa ini,
maka batas-batas mutlak pertumbuhan akan tercapai dalam waktu 100 tahun
mendatang. Ramalan ini pada waktu itu ditertawakan sebagai pesimisme, tetapi
sebagian besar ternyata betul. Bila tren ini tidak bisa digeser, maka kelak seluruh dunia
akan mengalami kelangkaan bahan pangan dan kebutuhan-kebutuhan hidup lainnya. Hal
ini akan menjadi sumber dari kekerasan dan perang. Masyarakat sekarang memang lebih
sadar akan masalah penduduk. Namun, kebanyakan masih kurang memahami betapa
mahabesar dan mendesaknya masalah ini. Ledakan penduduk erat hubungannya dengan
pencemaran dan penghancuran alam.

Gerakan Masyarakat dalam Mensosialisasikan Pelestarikan Lingkungan Hidup

1. Earth Hour
Earth Hour adalah salah satu kampanye WWF, organisasi konservasi terbesar di
dunia, yang berupa inisiatif global untuk mengajak individu, komunitas, praktisi bisnis,
dan pemerintahan di seluruh dunia untuk turut serta mematikan lampu dan peralatan
elektronik yang sedang tidak dipakai selama 1 jam, pada setiap hari Sabtu di minggu ke-3
bulan Maret setiap tahunnya. Earth Hour berawal dari kampanye kolaborasi antara
WWF-Australia, Fairfax Media, dan Leo Burnett untuk kota Sydney, Australia, dengan
tujuan mengurangi gas rumah kaca di kota tersebut sebanyak 5% pada tahun 2007.
Keberhasilan kampanye ini diharapkan dapat diadopsi oleh masyarakat, komunitas,
bisnis, serta pemerintah lain di seluruh dunia sehingga seluruh warga dunia dapat
menunjukkan bahwa sebuah aksi individu yang sederhana sekalipun bila dilakukan secara
massal akan membuat kehidupan kita di Bumi menjadi lebih baik.
Target kampanye Earth Hour, yaitu :

1. Untuk melanjutkan target efisiensi energi dan perubahan gaya hidup di kota-
kota besar di dunia dengan konsumsi listrik tinggi,
2. Dan berusaha mengaitkannya dengan potensi sumber energi baru terbarukan
yang lebih bersih dan berdampak minimal pada lingkungan
3. Mengangkat dan memancing semangat kepemimpinan pemerintahan dan
korporasi untuk secara signifikan melakukan efisiensi energi dan penggunaan
sumber energi baru terbarukan sebagai bagian dari kebijakan mereka.

Earth Hour merupakan momentum strategis untuk :

1. Masyarakat bahwa terjadinya perubahan iklim juga berasal dari penggunaan


pembangkit listrik berbahan bakar fosil
2. Mempromosikan energi efisiensi di kota dengan populasi dan konsumsi listrik
yang boros.
3. Mengingatkan Menciptakan dan memicu kesadaran masyarakat tentang gaya
hidup hemat energi di kota-kota besar di Jawa-Bali, krisisnya pasokan serta
distribusi listrik, dan juga potensi sumber-sumber listrik di Indonesia yang
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat lokal, dalam perspektif yang lebih
luas juga dapat memberikan stimulasi perubahan perilaku serta insentif bagi
perekonomian.

2. Festival Mata Air Komunitas TUK ( Tanam Untuk Kehidupan )


Festival Mata Air adalah kegiatan tahunan Komunitas TUK. Festival Mata Air
merupakan media kampanye pelestarian lingkungan yang sangat efektif kepada
masyarakat melalui seni dan budaya. Selama ini Festival Mata Air diselenggarakan di
Kota Salatiga, Jawa Tengah. Melalui Festival Mata Air diharapkan masyarakat dapat
meningkatkan kepedulian dan kesadaran diri untuk menjaga kelestarian lingkungan. Pada
Festival Mata Air 5 diadakan berbagai acara antara lain lomba foto bertema lingkungan,
penanaman pohon dan pawai kostum daur ulang. Komunitas Tanam Untuk Kehidupan
(TUK) adalah suatu komunitas yang mempunyai perhatian akan isu-isu lingkungan
berkedudukan di Salatiga, Jawa Tengah. Melalui kesenian dan budaya, TUK membuat
berbagai macam program yang sifatnya mendidik dan menghibur untuk membangkitkan
kesadaran masyarakat terhadap permasalahan lingkungan lokal, terutama air. Pada saat
ini anggota TUK adalah sukarelawan yang mempunyai perhatian terhadap isu-isu
lingkungan hidup. TUK mendapat tanggapan positif dari masyarakat dan pemerintah
daerah dan percaya bahwa kampanye ini akan berhasil membangkitkan kesadaran dan
mencuatkan permasalahan lingkungan ke depan. Program kampanye TUK sangat aktif,
diantaranya proyek Workshop Kesenian dan Pendidikan Lingkungan, Aksi Lingkungan
seperti bersih sungai, reboisasi dan cabut paku dari pohon, Melukis Mural bertema
lingkungan dan acara tahunan- Festival Mata Air.

3. Bank Sampah
Sesuai dengan namanya, maka yang dimaksud bank sampah adalah tempat untuk
melakukan pengelolaan persampahan. Dimana konsep bank sampah ini didasarkan untuk
mengajak peran aktif masyarakat untuk ikut serta dalam pengelolaan sampah, bank
sampah dikelola dari, oleh dan untuk masyarkaat. Sampah dari masyarakat yang selama
ini menganut sistem kumpul angkut buang yang terbukti kurang optimal dan hanya
memindahkan masalah, akan dikelola oleh masyarakat. Masyarakat akan mengumpulkan
sampahnya yang telah dipisahkan antara sampah organik dan anorganik (karena
pengelolaan dua jenis sampah tersebut berbeda) di bank sampah dan dicatat oleh petugas
bank sampah, Selanjutnya sampah tersebut di oleh oleh pengurus bank sampah dan bila
laku dijual maka keuntungan akan dibagi ke nasabah yang telah menyerahkan sampahnya
tadi. Dengan melakukan sosialisasi dan pelatihan terkait dengan pengelolaan sampah
mulai dari hulu yaitu sampah rumah tangga dengan pemilahan sampah organik (basah)
dan sampah anorganik (kering) serta memanfaatkannya, yaitu sampah basah untuk
kompos dan yang terbaru untuk biogas dan sampah kering untuk kerajinan daur ulang
dan dijual untuk didaur ulang oleh Pabrik (Plastik, Kertas, Botol, Besi)

4. Car Free Day ( Hari Bebas Kendaraan Bermotor )


Kegiatan hari bebas kendaraan bermotor (car free day) telah menjadi tren yang
dilaksanakan pada kota-kota di wilayah Indonesia. Car Free Day diinspirasi oleh
kesadaran akan menipisnya cadangan sumber daya alam, khususnya minyak bumi serta
meningkatnya emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Car free day
bertujuan untuk mensosialisasikan kepada masyarakat untuk menurunkan ketergantungan
masyarakat terhadap kendaraan bermotor, sehigga menghemat penggunaan jumlah
persediaan bahan bakar. Tujuan yang lain adalah untuk pengurangan jumlah polusi udara.
Udara merupakan faktor penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya
pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami
perubahan. Udara yang dulunya segar untuk dihirup manusia dan makhluk hidup lainnya,
kini kering dan kotor. Perubahan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran
udara, yaitu masuknya zat pencemar (berbentuk gas-gas dan partikel) ke dalam udara.
Upaya pengendalian pencemaran udara dilakukan pula melalui program Car Free Day.

5. Kampanye Go-Green di Perusahaan-perusahaan Indonesia

The Body Shop Indonesia: Menuju Perilaku Ramah Lingkungan

The Body Shop Indonesia ingin menjadi panutan dan pemimpin


untuk penerapan green behavior (perilaku ramah lingkungan) yaitu sesuai
dengan harapan pendiri The Body Shop itu sendiri. TBSI membayangkan
bahwa puluhan tokonya yang tersebar di kota-kota besar Indonesia menjadi
pilihan pertama bagi customer yang menginginkan perilaku lebih hijau. The Body
Shop dikenal sebagai produsen kosmetik berbahan dasar alami, menentang keras
uji coba pada binatang dan berkomitmen pada penyelamatan planet bumi.
Warisan nilai ini terbentuk sejak perintis TBS, almarhumah Anita Roddick, yang
seorang aktivis lingkungan mendirikan The Body Shop di London, Inggris.
Komitmen kuat The Body Shop tampak pada tulisan besar yang terpampang
di pintu masuk kantor pusat TBSI di Gedung Sentosa Sektor 7 Bintaro,
Banten. Green Office Green Behavior, demikian bunyi tulisan tersebut.
Penegasan ramah lingkungan juga ditunjukkan dengan melarang membawa
styrofoam seperti tertulis jelas di pintu masuknya. Sementara di halaman
depan dan samping terdapat 20 lebih lubang biopori. Salah satu komitmen The
Body Shop adalah menghemat energi dan peduli pada persediaan listrik maupun
air. Contoh di kantor TBSI, setiap hari pengumuman rutin sebelum jam 12 siang
selalu berkumandang, Selamat siang penghuni gedung, sebentar lagi kita
istirahat, pastikan komputer Anda mati dan pilah sampah Anda sesuai kategori.
Program penghematan energi khusus hari Jumat pernah dilakukan TBSI, yaitu
dengan memanfaatkan jam istirahat Jumat yang lebih panjang. Selama 1,5 jam
di hari Jumat semua listrik dimatikan. Sekarang peraturan terdapat peraturan
baru yaitu, apabila datang kurang dari jam 8.15 harus naik tangga ke lantai atas
karena lift baru beroperasi jam 8.15. Sedangkan pukul 17.30, AC sudah
mati. Kegiatan ini sangat didukung oleh pimpinan.

PT Unilever Indonesia Tbk.: Ciptakan Lingkungan Hijau lewat Program


Kemasyarakatan

Sekali Bilas. Demikian bunyi tagline Molto Ultra, produk pelembut dan
pengharum pakaian dari PT Unilever Indonesia Tbk. (ULI). Tagline tersebut tak
sekadar pemanis produk, tetapi juga memiliki misi sosial. Tagline ini juga
mengajak keluarga Indonesia untuk menggeser paradigma dalam menggunakan
air untuk hemat energi dan menyelamatkan lingkungan. ULI memiliki
komitmen untuk terus-menerus mengadakan perbaikan dalam pengelolaan
dampak lingkungan, selain berupaya mendukung sasaran jangka panjang
untuk mengembangkan bisnis yang langgeng. ULI juga bekerja sama dalam
kemitraan dengan pihak lain untuk menggalakkan kepedulian lingkungan,
meningkatkan pemahaman akan masalah lingkungan dan menyebarluaskan
budaya karya yang baik. ULI secara langsung membawa ke dalam program
corporate social responsibility (CSR) dari hulu ke hilir yang menjadi satu
bagian yang tidak terpisahkan di dalam proses bisnis perusahaan.
Program CSR lingkungan yang pernah digelar ULI di antaranya Green and
Clean, Trashion, Green Festival, Jakarta Green Office, dan Jakarta Green
School. Josef menjelaskan, Program Green and Clean diawali di Surabaya pada
2001 di Kelurahan Jambangan, Surabaya. Tujuannya adalah mengedukasi
masyarakat dalam mengatasi permasalahan lingkungan termasuk masalah
sampah. Saat ini, Green and Clean berkembang di enam kota besar,
Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Makassar, Medan, dan Banjarmasin. Pendekatan
program dilakukan dengan cara memberdayakan peran pemimpin di masyarakat
(fasilitator lingkungan) yang kemudian mengajak warga masyarakat untuk
berperan aktif dalam mengelola lingkungan (kader lingkungan). Program lain,
Trashion (Trash Fashion), diciptakan untuk mengurangi dampak sampah
kemasan plastik dengan cara memberi nilai tambah, bersama dengan
Hypermart ULI mengajak masyarakat untuk turut ambil bagian dalam upaya
melestarikan lingkungan melalui penggunaan produk daur ulang plastik di dalam
aktivitas mereka sehari-hari. Sementara Green Festival merupakan kelanjutan
dari Konferensi Internasional tentang Perubahan Iklim Desember lalu dan
menggandeng Kompas, FeMale Radio, MetroTV dan PT Pertamina (Persero).
Sedangkan Jakarta Green Office adalah ajang kompetisi antar kelompok
karyawan perusahaan tentang kepedulian terhadap lingkungan kerja dalam
gerakan penghematan energi listrik, air, kertas serta pengelolaan sampah.
Sedangkan Jakarta Green School merupakan bagian dari program lingkungan
yang bertujuan mengedukasi siswa sekolah dimulai dari lingkungan sekolah.
Program ini diikuti oleh 33 SD dan 26 SMP di Jakarta.

NSN Indonesia: Green untuk Pelanggan, Karyawan, dan Masyarakat

Awal 2009 silam, 150 karyawan Nokia Siemens Network Indonesia


(NSN) berjalan kaki melewati medan terjal dan menanjak sejauh enam kilometer
menuju Taman Nasional Gunung Pangrango. Rombongan orang kantoran ini
terlihat kelelahan setelah menanam 1.000 bibit pohon. Aksi ini merupakan
salah satu program corporate social responsibility (CSR) yang rutin
dilakukan bekerja sama dengan Green Radio. Konsep tersebut
dinamakan Program Adopsi Pohon, yakni karyawan diajak untuk mengadopsi
beberapa pohon. Setiap pohon dihargai Rp 110 ribu, tapi karyawan hanya
membayar satu pohon itu dengan harga Rp 10 ribu, sisanya Rp. 100 ribu
sumbangan dari perusahaan, katanya menjelaskan. Sementara untuk
pemeliharaan pohon dilakukan oleh para petani setempat. NSN juga melakukan
program penghijauan dengan menanam 3.000 mangrove (bakau) di Taman Laut
Nasional Bunaken, Sulawesi Utara. Perusahaan penyedia jaringan
telekomunikasi ini juga memberikan pelatihan kepada para nelayan setempat
mengenai lingkungan, wirausaha, dan information and communication technology
(ICT). Program green juga diterapkan di lingkungan NSN sendiri. Antara lain,
di setiap jendela tidak diberikan gorden agar sinar matahari dapat langsung
masuk. Perusahaan menghemat energi listrik dengan mematikan lampu pada
pukul 19.30 WIB. Pihak perusahaan saat ini sedang gencar kampanye hemat cetak
kertas. perusahaan selalu menginformasikan ke karyawan melalui email, bahwa
print per lembar menghabiskan biaya sekitar Rp 200, sedangkan print warna
sebesar Rp 1.300 per lembar. NSN juga fokus terhadap program green kepada
para pelanggan. Misalnya, pertama, perusahaan mengurangi jumlah Base
Transceiver Station (BTS). Pasalnya dalam sebuah konsep mobile network, BTS
selalu menghabiskan energy listrik yang paling besar. Kedua, NSN berusaha
menciptakan produk yang hemat energi.
Kesimpulan

Kerusakan lingkungan hidup banyak diakibatkan oleh manusia antara lain pencemaran air
dan udara, penghancuran tanah dan hutan yang dilakukan oleh orang yang tidak bertanggunga
jawab, kecerobohan manusia dengan melakukan pencemaran sampah plastik yang sulit terurai
serta ledakan penduduk yang mengakibatkan berkurangnya pasokan pangan dunia serta ulah
egoism manusia dengan merusak alam. Maka terjadilah lapisan ozon yang berlubang membuat
sinar matahari langsung ke bumi yang menyebabkan suhu di bumi naik. Karena suhu di bumi
naik es di kutub utara mulai mencair. Hal tersebut membuat permukaan air laut meningkat. Oleh
karena itu, manusia harus segera menanggulangi kerusakan ini sebelum kerusakan semakin
meluas. Akhir-akhir ini manusia juga semakin yang sadar dan banyak aktivis yang giat-giatnya
melakukan kampanye atau sosialisasi tentang penyelamatan lingkungan hidup. Earth Hour,
kampanye tentang penghematan energi dan pelestarian lingkungan hidup yang dimulai dari
Sydney, Australia kemudian menyebar ke seantero dunia. Festival Mata Air dari Komunitas
TUK dengan seni dan pelatihan,, mereka mengedukasi dan mesosialisasikan masyarakat akan
pentingnya lingkungan khususnya air bagi kehidupan. Bank Sampah dengan mengadopsi konsep
bank pada umumnya, masyarakat yang menabung di bank sampah akan memperoleh 2
keuntungan yaitu memperoleh uang dari sampah dan menyelamatkan lingkungan. Kemudian
perusahaan-perusahaan yang sadar dan bertanggung jawab serta perlu untuk menjaga kelestarian
lingkungan dengan program-program mereka.
Sumber

Chandra, Julius, 1980. Bersaudara dengan Alam, Kanisius, Yogyakarta


Dahler, Franz, 2011, Teori Evolusi: Asal dan Tujuan Manusia, Kanisius, Yogyakarta
Resosoedarmo, Soedjiran. dkk, 1986, Pengantar Ekologi, Remadja Karya, Bandung
www.wwf.co.id
www.greenpeace.org/seasia/id/
http://earthhour.wwf.or.id
www.scribd.com/doc/17841544/makalah-PLASTIK
www.scribd.com/doc/29943186/Pencemaran-Air-Dan-Udara
myhealthylife.wordpress.com/2008/08/04/bahaya-sampah-plastik-bagi-lingkungan-dan-
kesehatan/
www.antaranews.com/berita/365723/84-persen-pencemaran-cisadane-disebabkan-limbah-
domestik
www.banksampah.org
www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2013/02/20/146248/Jaga-Kebersihan-Warga-
Dirikan-Bank-Sampah
www.tukindonesia.wordpress.com/festival-mata-air/
www.festivalmataair.blogspot.com/
www.pantonanews.com/2366-car-free-day-turunkan-polusi-udara
www.green.kompasiana.com/polusi/2010/11/21/car-free-day-efektifkah-atau-efisienkah-
320658.html
http://lbh.unpar.ac.id/radio-chevy-103-5fm/dampak-pelaksanaan-car-free-day-bagi-lingkungan-
berdasarkan-hukum-lingkungan/

www.thebodyshop.co.id
www.unilever.co.id
www.nokiasiemensnetworks.com
MD 303 J
Ilmu Kealaman Dasar
Tugas Akhir

Gerakan Masyarakat Dalam Mensosialisasikan


Pelestarian Lingkungan Hidup

Oleh:
Nikolas Haryo Wisnutomo
212010059

Universitas Kristen Satya Wacana


Salatiga
2013

Anda mungkin juga menyukai