Sebenarnya manusia hanyalah bagian kecil dari alam ini, tapi tindakannya yang serakah
menyebabkan banyak spesies punah setiap saat. Manusia yang adalah makhluk yang mempunyai
kemampuan yang melebihi dari makhluk lain di alam ini, seharusnya mendayagunakan
kemampuannya untuk menjaga dan memelihara ekosfer dan ekosistem. Dengan ilmu dan
teknologi yang dimilikinya manusia telah merasa menguasai lingkungan. Sehingga acap kali
memperlakukan lingkungan tersebut dengan seenaknya sendiri. Pergeseran budaya tersebut
terjadi sejalan dengan perubahan sistem dan orientasi sosial akibat semakin menyempitnya
sumber daya yang ada sebagai akibat semakin meningkatnya kebutuhan hidup manusia di satu
sisi dan pertambahan populasi penduduk secara signifikan di sisi lain. Fenomena seperti ini
menyebabkan lahirnya budaya konsumtif dan berlakunya logika economics minded dalam
aktivitas kehidupan sosial termasuk di dalamnya ada ancaman terhadap alam dan lingkungan.
Dengan demikian segala sesuatu akan dipandang sebagai sebuah komoditas ekonomi tanpa
menghiraukan aspek konservasinya. Pada sisi lain, dengan meningkatnya populasi manusia di
planet bumi maka akan semakin menambah maraknya aktivitas terhadap lahan dan sumber daya
potensial di dalamnya dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup manusia sehingga
dalam jangka panjang akan terjadi ketergantungan yang luar biasa terhadap lingkungan alam.
Ketika budaya dan cara pandang seperti ini telah terjadi pada semua orang maka ketika itu pula
eksploitasi terhadap alam dan lingkungan menjadi sebuah aktivitas yang lazim dilakukan.
Apalagi jika semua pihak merasa diuntungkan dengan aktivitas tersebut. Dalam jangka panjang
fenomena ini menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan dan bencana alam.
Setidaknya sekitar satu dekade terakhir, isu kerusakan lingkungan telah mulai gencar
disuarakan oleh masyarakat di berbagai belahan dunia. Hal ini terjadi karena dampak kerusakan
hutan akibat pembalakan liar (illegal logging), pembukaan lahan untuk pertanian, tempat tinggal
dan kawasan industri. Demikian pula di lingkungan udara, pencemaran udara akibat polusi dan
efek rumah kaca yang kini tengah mencapai titik kulminasi merupakan fakta terparah yang
tengah terjadi. Efek rumah kaca menyebabkan terjadinya kerusakan lapisan ozon dan pada
puncaknya akan terjadi pemanasan global (global warming). Hal itu terjadi karena senyawa-
senyawa kimia yang secara tidak sadar terus kita produksi dalam aktivitas sehari-hari akan
menyebabkan timbulnya lubang di lapisan ozon yang berfungsi melindungi kita dari radiasi
ultraviolet. Selain itu penggunaan bahan bakar yang dapat menyebabkan terbentuknya gas-gas
panas yang tidak dapat keluar dari lapisan atmosfer juga menjadi catatan kelam tersendiri dalam
daftar panjang kerusakan lingkungan udara saat ini. Semua ini pada akhirnya mengerucut pada
budaya manusia dalam memandang, menyikapi dan memperlakukan alam dan lingkungan
hidupnya. Oleh karenanya diperlukan sebuah strategi baru dalam menyelamatkan lingkungan
yang kian parah itu. Masalah ini tentunya menjadi tanggungjawab kita bersama sebagai mahluk
penghuni bumi dan jagad raya untuk mencari solusi, berpikir arif dan bijaksana sehingga
kerusakan lingkungan dapat dikendalikan meski sedikit terlambat.
d. Ledakan penduduk
Pada zaman permulaan tahun Masehi, penduduk dunia nditaksir 250 juta jiwa.
Baru pada tahun 1650 jumlahnya berlipat dua kali lipat menjadi 500 juta jiwa. Pada
pertengahan abad ke-19, jumlah penduduk menjadi 1 milyar jiwa dan pada akhirnya pada
tahun 1999 penduduk dunia menjadi 6 milyar jiwa. Jumlah penduduk dunia pada akhir
adab ke-20 meningkat 78 juta setiap tahun. Berhubung pertumbuhan penduduk sejak
tahun 1963 turun dari 2,2 persen menjadi 1,3 persen pada 1999, maka penduduk dunia
diperkirakan mencapai ,8 milyar pada tahun 2015 dan sekitar 8,9 milyar pada tahun 2050.
Lebih dari 75 persen penduduk dunia yang berada di bagian selatan, termasuk India, yang
rata-rata lebih miskin, mengalami pertumbuhan penduduk yang lebih pesat sehingga
kekurangan makanan makin menekan. Di beberapa negara selatan, angka kelahiran
sampai mencapai 3 persen. Program keluarga berencana tampak berjalan tidak lancer
Akibat dari ledakan penduduk pertama kali diingatkan secara resmi dan universal
oleh Klub Roma pada tahun 1972, Jikalau pertumbuhan penduduk, industrialisasi,
pencemaran lingkungan dan pemerasan bahan baku berjalan terus seperti dewasa ini,
maka batas-batas mutlak pertumbuhan akan tercapai dalam waktu 100 tahun
mendatang. Ramalan ini pada waktu itu ditertawakan sebagai pesimisme, tetapi
sebagian besar ternyata betul. Bila tren ini tidak bisa digeser, maka kelak seluruh dunia
akan mengalami kelangkaan bahan pangan dan kebutuhan-kebutuhan hidup lainnya. Hal
ini akan menjadi sumber dari kekerasan dan perang. Masyarakat sekarang memang lebih
sadar akan masalah penduduk. Namun, kebanyakan masih kurang memahami betapa
mahabesar dan mendesaknya masalah ini. Ledakan penduduk erat hubungannya dengan
pencemaran dan penghancuran alam.
1. Earth Hour
Earth Hour adalah salah satu kampanye WWF, organisasi konservasi terbesar di
dunia, yang berupa inisiatif global untuk mengajak individu, komunitas, praktisi bisnis,
dan pemerintahan di seluruh dunia untuk turut serta mematikan lampu dan peralatan
elektronik yang sedang tidak dipakai selama 1 jam, pada setiap hari Sabtu di minggu ke-3
bulan Maret setiap tahunnya. Earth Hour berawal dari kampanye kolaborasi antara
WWF-Australia, Fairfax Media, dan Leo Burnett untuk kota Sydney, Australia, dengan
tujuan mengurangi gas rumah kaca di kota tersebut sebanyak 5% pada tahun 2007.
Keberhasilan kampanye ini diharapkan dapat diadopsi oleh masyarakat, komunitas,
bisnis, serta pemerintah lain di seluruh dunia sehingga seluruh warga dunia dapat
menunjukkan bahwa sebuah aksi individu yang sederhana sekalipun bila dilakukan secara
massal akan membuat kehidupan kita di Bumi menjadi lebih baik.
Target kampanye Earth Hour, yaitu :
1. Untuk melanjutkan target efisiensi energi dan perubahan gaya hidup di kota-
kota besar di dunia dengan konsumsi listrik tinggi,
2. Dan berusaha mengaitkannya dengan potensi sumber energi baru terbarukan
yang lebih bersih dan berdampak minimal pada lingkungan
3. Mengangkat dan memancing semangat kepemimpinan pemerintahan dan
korporasi untuk secara signifikan melakukan efisiensi energi dan penggunaan
sumber energi baru terbarukan sebagai bagian dari kebijakan mereka.
3. Bank Sampah
Sesuai dengan namanya, maka yang dimaksud bank sampah adalah tempat untuk
melakukan pengelolaan persampahan. Dimana konsep bank sampah ini didasarkan untuk
mengajak peran aktif masyarakat untuk ikut serta dalam pengelolaan sampah, bank
sampah dikelola dari, oleh dan untuk masyarkaat. Sampah dari masyarakat yang selama
ini menganut sistem kumpul angkut buang yang terbukti kurang optimal dan hanya
memindahkan masalah, akan dikelola oleh masyarakat. Masyarakat akan mengumpulkan
sampahnya yang telah dipisahkan antara sampah organik dan anorganik (karena
pengelolaan dua jenis sampah tersebut berbeda) di bank sampah dan dicatat oleh petugas
bank sampah, Selanjutnya sampah tersebut di oleh oleh pengurus bank sampah dan bila
laku dijual maka keuntungan akan dibagi ke nasabah yang telah menyerahkan sampahnya
tadi. Dengan melakukan sosialisasi dan pelatihan terkait dengan pengelolaan sampah
mulai dari hulu yaitu sampah rumah tangga dengan pemilahan sampah organik (basah)
dan sampah anorganik (kering) serta memanfaatkannya, yaitu sampah basah untuk
kompos dan yang terbaru untuk biogas dan sampah kering untuk kerajinan daur ulang
dan dijual untuk didaur ulang oleh Pabrik (Plastik, Kertas, Botol, Besi)
Sekali Bilas. Demikian bunyi tagline Molto Ultra, produk pelembut dan
pengharum pakaian dari PT Unilever Indonesia Tbk. (ULI). Tagline tersebut tak
sekadar pemanis produk, tetapi juga memiliki misi sosial. Tagline ini juga
mengajak keluarga Indonesia untuk menggeser paradigma dalam menggunakan
air untuk hemat energi dan menyelamatkan lingkungan. ULI memiliki
komitmen untuk terus-menerus mengadakan perbaikan dalam pengelolaan
dampak lingkungan, selain berupaya mendukung sasaran jangka panjang
untuk mengembangkan bisnis yang langgeng. ULI juga bekerja sama dalam
kemitraan dengan pihak lain untuk menggalakkan kepedulian lingkungan,
meningkatkan pemahaman akan masalah lingkungan dan menyebarluaskan
budaya karya yang baik. ULI secara langsung membawa ke dalam program
corporate social responsibility (CSR) dari hulu ke hilir yang menjadi satu
bagian yang tidak terpisahkan di dalam proses bisnis perusahaan.
Program CSR lingkungan yang pernah digelar ULI di antaranya Green and
Clean, Trashion, Green Festival, Jakarta Green Office, dan Jakarta Green
School. Josef menjelaskan, Program Green and Clean diawali di Surabaya pada
2001 di Kelurahan Jambangan, Surabaya. Tujuannya adalah mengedukasi
masyarakat dalam mengatasi permasalahan lingkungan termasuk masalah
sampah. Saat ini, Green and Clean berkembang di enam kota besar,
Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Makassar, Medan, dan Banjarmasin. Pendekatan
program dilakukan dengan cara memberdayakan peran pemimpin di masyarakat
(fasilitator lingkungan) yang kemudian mengajak warga masyarakat untuk
berperan aktif dalam mengelola lingkungan (kader lingkungan). Program lain,
Trashion (Trash Fashion), diciptakan untuk mengurangi dampak sampah
kemasan plastik dengan cara memberi nilai tambah, bersama dengan
Hypermart ULI mengajak masyarakat untuk turut ambil bagian dalam upaya
melestarikan lingkungan melalui penggunaan produk daur ulang plastik di dalam
aktivitas mereka sehari-hari. Sementara Green Festival merupakan kelanjutan
dari Konferensi Internasional tentang Perubahan Iklim Desember lalu dan
menggandeng Kompas, FeMale Radio, MetroTV dan PT Pertamina (Persero).
Sedangkan Jakarta Green Office adalah ajang kompetisi antar kelompok
karyawan perusahaan tentang kepedulian terhadap lingkungan kerja dalam
gerakan penghematan energi listrik, air, kertas serta pengelolaan sampah.
Sedangkan Jakarta Green School merupakan bagian dari program lingkungan
yang bertujuan mengedukasi siswa sekolah dimulai dari lingkungan sekolah.
Program ini diikuti oleh 33 SD dan 26 SMP di Jakarta.
Kerusakan lingkungan hidup banyak diakibatkan oleh manusia antara lain pencemaran air
dan udara, penghancuran tanah dan hutan yang dilakukan oleh orang yang tidak bertanggunga
jawab, kecerobohan manusia dengan melakukan pencemaran sampah plastik yang sulit terurai
serta ledakan penduduk yang mengakibatkan berkurangnya pasokan pangan dunia serta ulah
egoism manusia dengan merusak alam. Maka terjadilah lapisan ozon yang berlubang membuat
sinar matahari langsung ke bumi yang menyebabkan suhu di bumi naik. Karena suhu di bumi
naik es di kutub utara mulai mencair. Hal tersebut membuat permukaan air laut meningkat. Oleh
karena itu, manusia harus segera menanggulangi kerusakan ini sebelum kerusakan semakin
meluas. Akhir-akhir ini manusia juga semakin yang sadar dan banyak aktivis yang giat-giatnya
melakukan kampanye atau sosialisasi tentang penyelamatan lingkungan hidup. Earth Hour,
kampanye tentang penghematan energi dan pelestarian lingkungan hidup yang dimulai dari
Sydney, Australia kemudian menyebar ke seantero dunia. Festival Mata Air dari Komunitas
TUK dengan seni dan pelatihan,, mereka mengedukasi dan mesosialisasikan masyarakat akan
pentingnya lingkungan khususnya air bagi kehidupan. Bank Sampah dengan mengadopsi konsep
bank pada umumnya, masyarakat yang menabung di bank sampah akan memperoleh 2
keuntungan yaitu memperoleh uang dari sampah dan menyelamatkan lingkungan. Kemudian
perusahaan-perusahaan yang sadar dan bertanggung jawab serta perlu untuk menjaga kelestarian
lingkungan dengan program-program mereka.
Sumber
www.thebodyshop.co.id
www.unilever.co.id
www.nokiasiemensnetworks.com
MD 303 J
Ilmu Kealaman Dasar
Tugas Akhir
Oleh:
Nikolas Haryo Wisnutomo
212010059