A. Pengertian Etika
Etika (etimologi), berasal dari bahasa Yunani Ethos yang berarti watak kesusilaan
atau adat. Identik dengan perkataan moral yang berasal dari kata lain Mos yang
dalam bentuk jamaknya Mores yang berarti juga adat atau cara hidup (Zubair,
1987:13). Sedangkan Etika menurut para ahli sebagai berikut (Abuddin, 2000:
88-89 ):
Ahmad Amin berpendapat, bahwa etika merupakan ilmu yang menjelaskan arti baik dan
buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan manusia, menyatakan tujuan
yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan
untuk melakukan apa yang harus diperbuat.
Etika dalam islam disebut akhlak. Berasal dari bahasa Arab al-akhlak yang
merupakan bentukjamakdari al-khuluq yang berartibudipekerti, tabiat atau
watak yang tercantum dalam al-quran sebagai konsideran. (Pertimbangan
yg menjadi dasar penetapan keputusan,peraturan)
Sesungguhnya engkau Muhammad berada di atas budi pekerti yang
agung
Istilah etika dalam ajaran Islam tidak sama dengan apa yang diartikan oleh
para ilmuan barat. Bila etika barat sifatnya antroposentrik (berkisar sekitar
manusia), maka etika islam bersipat teosentrik (berkisar sekitar Tuhan).
Dalam etika Islam suatu perbuatan selalu dihubungkan dengan amal saleh
atau dosa dengan pahala atau siksa, dengan surga atau neraka (Musnamar,
1986: 88)
Dipandang dari segi ajaran yang mendasari etika Islam tergolong etika
teologis. Menurut Dr. H. Hamzah Yaqub pengertian :
etika teologis ialah yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan
manusia, didasarkan atas ajaran Tuhan. Segala perbuatan yang
diperintahkan Tuhan itulah yang baik dan segala perbuatan yang dilarang
oleh Tuhan itulah perbuatan yang buruk .
Karakter khusus etika Islam sebagian besar bergantung
kepada konsepnya mengenai manusia dalam hubungannya dengan
Tuhan, dengan dirinya sendiri, dengan alam dan masyarakat .
1.Tuhan merupakan sumber hukum dan sumber moral. Kedua hal tersebut
disampaikan berupa wahyu melalui para Nabi dan para Rasul,
dikodifikasikan ke dalam kitab-kitab suci Allah.
2.Sesuatu perbuatan adalah baik apabila sesuai dengan perintah Allah, serta
didasari atas niat baik.
3.Kebaikan adalah keindahan ahklak, sedangkan tanda-tanda dosa adalah
perasaan tidak enak, serta merasa tidak senang apabila perbuatanya
diketahui orang banyak.
Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata moral yaitu
mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing
mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan
dengan arti kata etika, maka secara etimologis, kata etika sama dengan
kata moral karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu
kebiasaan,adat. Dengan kata lain, kalau arti kata moral sama dengan kata
etika, maka rumusan arti kata moral adalah nilai-nilai dan norma-norma
yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya bahasa
asalnya saja yaitu etika dari bahasa Yunani dan moral dari bahasa Latin.
Jadi bila kita mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak
bermoral, maka kita menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai
dan norma-norma etis yang berlaku dalam masyarakat. Atau bila kita
mengatakan bahwa pemerkosa itu bermoral bejat, artinya orang tersebut
berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang tidak baik.
Moralitas (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya
sama dengan moral, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang
moralitas suatu perbuatan, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik
buruknya perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan
asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.
A. Moral Islam
Lima Nilai Moral Islam dikenal pula sebagai Sepuluh Perintah Tuhan versi Islam.
Perintah-perintah ini tercantum dalam Al-Qur'an (surat Al-An'aam 6:150-153)
di mana Allah menyebutnya sebagai Jalan yang Lurus (Shirathal Mustaqim ):
Tauhid (Nilai Pembebasan)
1. Katakanlah: "Bawalah ke mari saksi-saksi kamu yang dapat
mempersaksikan bahwasanya Allah telah mengharamkan yang kamu
haramkan ini." Jika mereka mempersaksikan, maka janganlah kamu ikut
(pula) menjadi saksi bersama mereka; dan janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan orang-orang
yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, sedang mereka
mempersekutukan Tuhan mereka. Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang
diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu
mempersekutukan sesuatu dengan Dia,
Nikah (Nilai Keluarga)
2. berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan
3. janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan.
Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; dan
4. janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji (homoseks,
seks bebas dan incest), baik yang nampak di antaranya maupun yang
tersembunyi, dan Hayat (Nilai Kemanusiaan)
5. janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian
itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami
(nya).
Adil (Nilai Keadilan)
6. Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang
lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa.
7. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak
memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya.
8. Dan apabila kamu bersaksi, maka hendaklah kamu berlaku adil kendati
pun dia adalah kerabat (mu), dan
Amanah (Nilai Kejujuran)
9. penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu
agar kamu ingat,
10. dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus,
maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain),
karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang
demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa. (copy
@wikipedia)
4. Pengertian Akhlak
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak,
yaitu pendekatan linguistic (kebahasaan), dan pendekatan terminologik
(peristilahan).
Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar
(bentuk infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan
(wazan) tsulasi majid af'ala, yuf'ilu if'alan yang berarti al-sajiyah (perangai),
at-thobi'ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman),
al-maru'ah (peradaban yang baik) dan al-din (agama).
Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas
tampaknya kurang pas, sebab isim masdar dari kata akhlaqa bukan akhlak,
tetapi ikhlak. Berkenaan dengan ini, maka timbul pendapat yang
mengatakan bahwa secara linguistic, akhlak merupakan isim jamid atau isim
ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata
tersebut memang sudah demikian adanya.
Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk
kepada berbagai pendapat para pakar di bidang ini.
akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
(ibnu miskawiah)
akhlak dan etika itu merupakan dua kata yang memiliki wacana yang sama
yaitu wacana tentang baik dan buruk, tidak lebih dari itu. (al gazhali)
Sedangkan menurut Musthafa ( 1999: 15) akhlak adalah tabiat atau sifat
seseorang dalam keadaan jiwa yang sudah terlatih, sehingga dalam jiwa
tersebut benar-benar melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan dengan
mudah dan spontan tanpa difikirkan terlebih dahulu.
A. Instinct (naluri)
Maksud dari padanya menurut jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh
(tulang rusuk) Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim. di
samping itu ada pula yang menafsirkan dari padanya ialah dari unsur yang
serupa Yakni tanah yang dari padanya Adam a.s. diciptakan.
Akhlak Mahmudah/Karimah
Akhlak Mahmudah adalah akhlak yang mulia yang sangat banyak jumlahnya
seperti mengabdi kepada Allah SWT, Mencintai Rasulullah, Sabar, Pemaaf,
Berbakti kepada orang tua, Suka musyawarah, dll. namun dilihat dari segi
hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia. Akhlak
yang mulia itu dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
8. Salah satu rukun agama Islam ialah Ihsan, iaitu merupakan asas
akhlak seseorang muslim. Ihsan iaitu beribadat kepada allah seolah-
olah kita melihatNya kerana walauun kita tidak melihatNya, maka
sesungguhnya Dia melihat kita.
Apabila etika dan moral dihubungkan maka dapat dikatakan bahwa antara
etika dan moral memiliki obyek yang sama yaitu sama-sama membahas
tentang perbuatan manusia untuk selanjutnya di tentukan posisinya baik
atau buruk. Tolak ukur yang di gunakan dalam moral untuk mengukur
tingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan, dan lainnya yang
berlaku dimasyarakat.
Menurut Ibnu Arabi hati manusia itu bisa baik dan buruk, karena di dalam
diri manusia terdapat 3 nafsu :
1.Syahwaniyah
Nafsu ini ada pada diri manusia dan binatang yaitu nafsu pada kelezatan
(makanan,minuman) dan syahwat jasmani. Apabila manusia tidak
mengendalikan nafsu ini maka manusia tidak ada bedanya dengan binatang.
2.Al-Ghadabiyah
Nafsu ini juga ada pada diri manusia dan binatang , cenderung pada marah,
merusak, ambisi dan senang menguasai dan mengalahkan orang lain serta
lebih kuat di banding dengan syahwaniyah dan berbahaya jika tidak
dikendalikan
3.Al-Nathiqah
Nafsu yang membedakan manusia dengan binatang. Nafsu ini mampu
membuat berzikir, mengambil hikmah, memahami fenomena alam dan
manusia menjadi agung, besar cita-citanya, kagum terhadap dirinya hingga
bersyukur kepada Allah. Yang menjadikan manusia dapat mengendalikan 2
nafsu di atas dan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk