Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang sering ditemukan pada anak-anak dan
ditandai dengan jumlah bakteri yang bermakna dalam urin. Insidens ISK masih tinggi dan
sebagai penyakit infeksi yang hanya ditandai dengan panas badan, menempati urutan kedua
penyakit infeksi yang paling sering setelah infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).1 Di Swedia
insidens penyakit ini adalah 2,2% pada anak laki-laki dan 2,1% pada anak perempuan usia 2
tahun. Angka rujukan ISK di Inggris meningkat menjadi 2,8% pada anak laki-laki dan 8,2% anak
perempuan usia 7 tahun dan 3,6% pada anak laki-laki dan 11,3% anak perempuan usia 10
tahun. Pada masa preantibiotik, mortalitas ISK adalah 20%. Komplikasi akut pada anak sehat
saat ini jarang kecuali pada bayi yang dapat berkembang menjadi infeksi sistemik. Komplikasi
jangka panjang ISK adalah keadaan yang berhubungan dengan parut ginjal yaitu hipertensi dan
gagal ginjal kronik. Pada penelitian di Swedia selama tahun 1950-1960 ditemukan anak dengan
parut ginjal akibat pielonefritis berkembang menjadi hipertensi sebanyak 23% dan penyakit
ginjal terminal sebanyak 10%.
Untuk menegakkan diagnosis ISK kompleks tidak mudah, sehingga sering luput dari
diagnosis (underdiagnosis) yang dapat menyebabkan gejala persisten, progresifitas menjadi
parut ginjal atau kehilangan fungsi ginjal. Dari kedua jenis ISK berdasarkan ada tidaknya
komplikasi, yang perlu mendapat perhatian lebih serius adalah ISK kompleks karena umumnya
terjadi pada usia awal yaitu < 2 tahun (terutama neonatus) dan sering luput dari diagnosis,
padahal apabila ISK kompleks dapat ditangani dengan benar sejak awal akan sangat
memperbaiki prognosis terutama efek jangka panjang seperti parut ginjal yang akhirnya dapat
mengakibatkan gagal ginjal kronik.
Mengingat pentingnya diagnosis dan penanganan yang tepat untuk memperbaiki fungsi
ginjal pada pasien yang menderita ISK maka pada sari kepustakaan ini akan dibahas mengenai
definisi, etiologi, factor resiko, patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis dan tatalaksana ISK.

1.2 Tujuan
a. Umum
Untuk mengetahui teori dan konsep asuhan keperawatan pasien dengan Infeksi Saluran
Kemih (ISK).

1
b. Khusus
- Untuk memahami definisi dari Infeksi Saluran Kemih.
- Untuk mengetahui epidemiologi Infeksi Saluran Kemih
- Untuk mengetahui klasifikasi dari Infeksi Saluran Kemih.
- Untuk mengetahui faktor resiko Infeksi Saluran Kemih.
- Untuk mengetahui patofisiologi Infeksi Saluran Kemih.
- Untuk mengetahui maninfestasi klinis Infeksi Saluran Kemih.
- Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik Infeksi Saluran Kemih.
- Untuk mengetahui penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI ISK

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan
perkembang biakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai
kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna. (Subandiyah,2004)
Infeksi saluran kemih merupakan masalah penting yang sering dijumpai pada anak
karena merupakan penyebab kesakitan yang penting pada anak. Jika disertai dengan refluks
vesikoureterik, dapat terjadi kerusakan ginjal (refluks nefropati) yang dapat menimbulkan
hipertensi dan gagal ginjal stadium terminal pada akhir masa kanak-kanak atau masa
dewasa.(Hull & Johnston, 2008).
Infeksi saluran kemih adalah istilah umum yang menunjukkan keberadaan
mikroorganisme di dalam urin. Pada kebanyakan kasus, pertumbuhan mikroorganisme lebih
dari 100.000 per mililiter sampel urin porsi tengah, yang dikumpulkan secara benar dan
bersih, menunjukkan adanya infeksi. Namun, pada beberapa keadaan mungkin tidak
didapati bakteriuria yang bermakna meskipun benar-benar infeksi saluran kemih. Terutama
pada pasien yang memberikan gejala, sejumlah bakteri yang lebih sedikit (10000-100000 per
mililiter urin porsi tengah) sudah menunjukkan adanya infeksi. (Paramitha, 2010)

2.2 ETIOLOGI ISK


Penyebab terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya
menghuni usus kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram negatif tersebut, ternyata
Escherichia coli menduduki tempat teratas kemudian diikuti oleh :

- Proteus sp
- Klebsiella
- Enterobacter
- Pseudomonas
Bermacam-macam mikro organisme dapat menyebabkan ISK, antara lain dapat dilihat
pada tabel berikut :

3
Tabel 1. Persentase biakan mikroorganisme penyebab ISK

No Mikroorganisme Persentase biakan (%)

1 Escherichia coli 50-90


2 Klebsiela atau enterobacter 10-40
3 Proteus sp 5-10
4 Pseudomonas aeroginosa 2-10
5 Staphylococcus epidermidis 2-10
6 Enterococci 2-10
7 Candida albican 1-2
8 Staphylococcus aureus 1-2

Jenis kokus gram positif lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan Enterococci dan
Staphylococcus aureus sering ditemukan pada pasien dengan batu saluran kemih, lelaki usia
lanjut dengan hiperplasia prostat atau pada pasien yang menggunakan kateter urin. Demikian
juga dengan Pseudomonas aeroginosa dapat menginfeksi saluran kemih melalui jalur
hematogen dan pada kira-kira 25% pasien demam tifoid dapat diisolasi salmonella dalam urin.
Bakteri lain yang dapat menyebabkan ISK melalui cara hematogen adalah brusella, nocardia,
actinomises, dan Mycobacterium tubeculosa.
Candida sp merupakan jamur yang paling sering menyebabkan ISK terutama pada
pasien-pasien yang menggunakan kateter urin, pasien DM, atau pasien yang mendapat
pengobatan antibiotik berspektrum luas. Jenis Candida yang paling sering ditemukan adalah
Candida albican dan Candida tropicalis.

Semua jamur sistemik dapat menulari saluran kemih secara hematogen.

2.3 FAKTOR RESIKO ISK


Keadaan-keadaan yang mempengaruhi patogenesis infeksi saluran kemih, yaitu :

1. Jenis kelamin dan aktivitas seksual


Uretra perempuan tampaknya lebih cenderung didiami oleh basil gram negatif, karena
letaknya di atas anus, ukurannya pendek (kira-kira 4 cm), dan berakhir dibawah labia.
Pijatan uretra, seperti yang terjadi selama hubungan seksual menyebabkan masuknya
bakteri kedalam kandung kemih dan hal yang penting dalam patogenesis infeksi saluran
kemih pada perempuan muda. Buang air kecil setelah hubungan seksual terbukti
menurunkan resiko sistisis, mungkin karena tindakan ini meningkatkan eradikasi bakteri
yang masuk selama hubungan seksual.
2. Kehamilan

4
Kecenderungan infeksi saluran kemih bagian atas selama kehamilan disebabkan oleh
penurunan kekuatan ureter, penurunan peristaltik ureter, dan inkompetensi sementara
katup vesikoureteral yang terjadi selama hamil.
3. Sumbatan
Adanya halangan aliran bebas urin seperti tumor, striktura, batu atau hipertrofi prostat
yang menyebabkan hidronefrosis dan peningkatan frekuensi infeksi saluran kemih yang
sangat tinggi. Super infeksi pada sumbatan saluran kemih dapat menyebabkan kerusakan
jaringan ginjal yang cepat.
4. Disfungsi neurogenik kandung kemih
Gangguan saraf yang bekerja pada kandung kemih, seperti pada jejas korda spinalis, tabes
dorsalis, multipel sklerosis, diabetes, atau penyakit lain dapat berhubungan dengan infeksi
saluran kemih. Infeksi dapat diawali oleh penggunaan kateter untuk drainase kandung
kemih dan didukung oleh stasus urin dalam kandung kemih untuk jangka waktu yang lama.
5. Refluks vesikoureteral
Keadaan ini didefinisikan sebagai refluks urin dari kandung kemih ke-ureter dan kadang
sampai pelvis renal. Hal ini terjadi selama buang air kecil atau dengan peningkatan tekanan
pada kandung kemih. Refluks vesikoureteral terjadi jika gerakan retrograd zat radio opak
atau radioaktif dapat ditunjukkan melalui sistouretrogram selama buang air kecil.
Gangguan anatomis pertemuan vesikoureteral menyebabkan refluks bakteri dan karena itu
terjadilah infeksi saluran kemih.
6. Faktor virulensi bakteri
Faktor virulensi bakteri mempengaruhi kemungkinan strain tertentu, begitu dimasukkan ke
dalam kandung kemih, akan menyebabkan infeksi traktus urinarius. Hampir semua strain
E.coli yang menyebabkan pielonefritis pada pasien dengan traktus urinarius normal secara
anatomik mempunyai pilus tertentu yang memperantarai perlekatan pada bagian
digaktosida dan glikosfingolipid yang ada di uroepitel. Strain yang menimbulkan
pielonefritis juga biasanya merupakan penghasil hemolisin, mempunyai aerobaktin dan
resisten terhadap kerja bakterisidal dari serum manusia.

5
7. Faktor genetik
Faktor genetik penjamu mempengaruhi kerentanan terhadap infeksi urinarius. Jumlah dan
tipe reseptor pada sel uroepitel tempat bakteri dapat menempel dan dapat ditentukan,
setidaknya sebagian, secara genetik (Stamm, 1999).

2.4 KLASIFIKASI ISK


Berdasarkan klinis :

ISK Sederhana/ tak berkomplikasi, yaitu ISK yang terjadi pada perempuan yang tidak
hamil dan tidak terdapat disfungsi truktural ataupun ginjal, terdapat infeksi pada
saluran kemih tetapi tanpa penyulit (lesi) anatomis maupun fungsional saluran kemih.
ISK berkomplikasi, yaitu ISK yang berlokasi selain di vesika urinaria, ISK pada anak-anak,
laki-laki, atau ibu hamil, terdapat infeksi pada saluran kemih disertai penyulit (lesi)
anatomis maupun fungsional saluran kemih misalnya sumbatan muara uretra, refluks
vesikoureter, urolithiasis, parut ginjal, buli-buli neurogenik, dan sebagainya.
Berdasarkan letaknya, ISK dibagi menjadi ISK atas dan bawah. ISK atas adalah infeksi
pada parenkim ginjal atau ureter, lazimnya disebut sebagai pielonefritis. ISK bawah
adalah infeksi pada vesika urinaria (sistitis) atau uretra. Batas antara atas dan bawah
adalah vesicoureteric junction.
Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain:
Kandung kemih (sistitis)
uretra (uretritis)
prostat (prostatitis)
ginjal (pielonefritis)
Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi dua kategori umum berdasarkan lokasi
anatomi, yaitu :
Infeksi saluran kemih atas
Infeksi saluran kemih bawah
Infeksi saluran kemih atas terbagi menjadi 2, yaitu :
Pielonefritis akut (PNA)
Pielonefritis akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan infeksi
bakteri.
Pielonefritis kronis (PNK)
Pielonefritis kronis mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan
atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih dan refluks

6
vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti
pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik
yang spesifik (Sukandar, 2006).
Presentasi klinis infeksi saluran kemih bawah tergantung dari gender :
Perempuan
Sistisis
Sistisis adalah presentasi klinik infeksi kandung kemih disertai bakteriuria bermakna.
Sindrom uretra akut (SUA)
Sindrom uretra akut adalah presentasi klinis sistisis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistisis bakterialis.
Laki-laki
Presentasi klinis infeksi saluran kemih pada laki-laki mungkin sistitis, prostatitis,
epidimidis dan uretritis (Sukandar, 2006).

2.5 PATOFISIOLOGI
( Terlampir )

2.6 EPIDEMIOLOGI

Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada semua usia baik pada pria maupun wanita. Prevalensi
kejadian infeksi saluran kemih sangat dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin. Menurut data dari
Urologic Diseases in North America Project, insidensi infeksi saluran kemih adalah 14.000 per
100.000 pria dan 53.000 per 100.000 wanita. Infeksi saluran kemih terjadi pada 2,4% - 2,8% anak-
anak. Insiden infeksi saluran kemih pada pria akan meningkat pada usia dewasa tua ketika
terjadinya pembesaran prostat yang mengakibatkan pengeluaran urin dari kandung kemih
terhambat. (Griebling, 2005)

7
Prevalensi infeksi saluran kemih menyerang 5% wanita dan 1 sampai 2% laki-laki
dengan prevalensi 5,3% pada bayi-bayi yang demam di gawat-darurat. Infeksi Saluran Kemih
(ISK) tetap menjadi penyebab utama morbiditas pada semua usia. 10% dari ibu hamil yang
berkonsultasi antenatal ke praktek dokter didapatkan mengalami episode ISK. Insidensi ISK
di antara ibu hamil adalah 8%. (Klemmer & Mattern, 2009). Secara umum, kebanyakan ISK
dalam kehamilan dapat disebabkan oleh infeksi secara ascending.

Prevalensi ISK di masyarakat makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia.


Pada usia 40 60 tahun mempunyai angka prevalensi 3,2 %. Sedangkan pada usia sama atau
diatas 65 tahun kira-kira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20%. Infeksi saluran
kemih dapat mengenal baik laki-laki maupun wanita dari semua umur baik anak-anak,
remaja, dewasa maupun lanjut usia. Akan tetapi dari kedua jenis kelamin, ternyata wanita
lebih sering dari pria dengan angka populasi umum kurang lebih 5-15%. Untuk menyatakan
adanya ISK harus ditemukan adanya bakteri dalam urin. Bakteriuria yang disertai dengan
gejala saluran kemih disebut bakteriuria simptomatis,

Infeksi saluran kemih merupakan masalah umum yang dialami di usia tua ,
prevalensi infeksi saluran kemih pada usia sekolah 1-3 %, dan meningkat pada remaja yang
sudah melakukan hebungan seksual . prevalensi penyakit ini akan terus meningkat sesuai
dengan pertambahan usia . sehingga perbandingan prevalensi antara perempuan dan laki
laki 2:1 ((Stockslager.2007)

8
2.7 MANIFESTASI KLINIS
a. Infeksi saluran kemih bagian atas
Demam, menggil
Nyeri pinggang
Malaise
Anoreksia
Nyeri tekan pada sudut kostovertebre dan abdomen
b. Infeksi saluran kemih bagian bawah
Dysuria
Frekuensi dan urgensi
Nyeri suprapubik
Hematuria
Nyeri pada skrotum (epididimo-orkitis) atau nyeri pada perineum (prostatis)
c. Gejala infeksi saluran kemih pada anak anak, meliputi:
Diarrhea
Menangis tanpa henti yang tidak dapat dihentikan dengan usaha tertentu (misalnya:
pemberian makan, dan menggendong)
Kehilangan nafsu makan
Demam
Mual dan muntah
d. Untuk anak anak yang lebih dewasa, gejala yang ditunjukkan berupa:
rasa sakit pada panggul dan punggung bagian bawah (dengan infeksi pada ginjal)
seringnya berkemih
ketidakmampuan memprodukasi urin dalam jumlah yang normal, dengan kata lain, urin
berjumlah sedikit (oliguria)
tidak dapat mengontrol pengeluaran kandung kemih dan isi perut
rasa sakit pada perut dan daerah pelvis
rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
urin berwarna keruh dan memilki bau menyengat
e. Gejala pada infeksi saluran kemih ringan (misalnya: cystitis, uretritis) pada orang dewasa,
meliputi:

9
rasa sakit pada punggung
adanya darah pada urin (hematuria)
adanya protein pada urin (proteinuria)
urin yang keruh
ketidakmampuan berkemih meskipun tidak atau adanya urin yang keluar
demam
dorongan untuk berkemih pada malam hari (nokturia)
tidak nafsu makan
lemah dan lesu (malaise)
rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
rasa sakit di atas bagian daerah pubis (pada wanita)
rasa tidak nyaman pada daerah rectum (pada pria)
f. Gejala yang mengindikasikan infeksi saluran kemih lebih berat (misalnya: pyelonephritis)
pada orang dewasa, meliputi:
kedinginan
demam tinggi dan gemetar
mual
muntah (emesis)
rasa sakit di bawah rusuk
rasa sakit pada daerah sekitar abdomen

2.8 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


Tes Sedimentasi
Tes sedimentasi mendeteksi secara mikroskopis adanya kuman dan leukosit di endapan urin.
Tes positif perlu dipastikan dengan dip-slide test.
Tes Nitrit ( Nephur R)
Mengguanakan strip mengandung nitrat yang dicelupkan ke urin. Praktis semua kuman
Gram-negatif dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit, yang tampil sebagai perubahan warna
tertentu pada strip. Kuman-kuman Gram positif tidak dideteksi.
dip-slide test (Uricult)
Menggunakan persemaian kuman di kaca obyek, yang sesuai inkubasi ditentukan jumlah
koloninya secara mikroskopi. Tes ini dapat dipercaya dan lebih cepat daripada pembiakan
lengkap dan jauh lebih murah.

10
Pembiakan lengkap terutama dilakukan sesudah terjadinya residif 1-2 kali, terlebih-lebih
pada ISK anak-anak dan pria.
tes ABC (antibody coated bacteria)
adalah cara imunologi guna menentukan ISK yang letaknya lebih tinggi. Dalam hal ini
tubuli secara lokal membentuk antibodies terhadap kuman, yang bereaksi dengan antigen
yang berada di dinding kuman. Kompleks yang terbentuki dapat diperlihatkan dengan cara
immunofluresensi. (Tjay & Rahardja, 2007)
Pemeriksaan Urin
Untuk penapisan pertama adanya infeksi saluran kemih atau untuk mengetahui infeksi
berulang dapat digunakan:
Cara dip slide
yaitu suatu objek gelas yang dilapisi media bakteri diatasnya, direndam ke dalam pot
yang berisi urin didalamnya dan diinkubasi selama 24 jam.
Plastik dip stick test
yaitu suatu batang plastik tipis yang pada ujungnya terdapat reagent pads :
o Untuk mengetahui adanya nitrit dalam urin. Bakteri Gram negatif dalam urin
di kandung kemih mengubah nitrat (yang berasal dari makanan) menjadi
nitrit. Nitrit yang paling baik ditemukan bila urin dalam kandung kemih
sudah tertahan lebih dari 4 jam.
o Menghitung bakteri Gram negatif (bacterial count). Leukosit granulosit
mengandung esterase yang merupakan katalisator hydrolysis pyrrole amino
acid ester yang menghasilkan 3-hydroxy 5-phenyl pyrrole; pyrrole ini
bereaksi dengan garam diazonium, yang memberikan warna ungu pada
reagent pads.
Terdapat beberapa jenis sample urine :
1. Urin sewaktu
Sesuai namanya, urin diambil kapan saja tidak ada ketentuan khusus.
Keuntungannya cukup baik dilakukan pada saat penderita datang dan dapat
dilakukan pada kondisi emergency. Kelemahannya adalah tidak
mencerminkan kondisi dalam satu hari.
2. Urin pag
Urin yang dikeluarkan pertama kali saat bangun tidur. Urine ini lebih pekat
sehingga baik untuk pemeriksaan berat jenis, sedimen, protein dan tes
kehamilan (HCG)

11
3. Urin postprandial
Urin dikeluarkan sekitar 1,5-3 jam setelah Anda makan. Pemeriksaan ini
berguna terutama bagi penderita DM untuk pemeriksaan skrining adanya
glukosuria. Kelemahannya adalah ketepatan waktu dalam pengambilan
urine.
4. Urin 24 jam
Urine yang dikumpulkan selama satu hari penuh. Urine yang dikeluarkan
selama satu hari, contohnya dari jam 8 pagi sampai jam 8 pagi hari
berikutnya, ditampung untuk dilakukan pemeriksaan sehingga dapat
menggambarkan kondisi Anda selama satu hari. Kelemahannya adalah
kesulitan dalam pengumpulan bahan.
Tempat penampung urine:
- Wadah untuk pengambilan bahan urine harus bersih dan kering
- Bahan terbaik dari gelas
- Bermulut lebar bertutup rapat
- Disposibel dari plastik; diberi label; dan tidak perlu steril (kecuali
pemeriksaan bakteriologi).
Setelah dilakukan pengumpulan bahan urine, sebaiknya segera dilakukan
pemeriksaan, karena apabila terlalu lama akan terjadi perubahan pada komposisi zat
dan hasil yang keluar, sebagian di antaranya adalah pertumbuhan bakteri
meningkat, kadar glukosa menurun, pH menjadi alkalis, dekomposisi silinder, lisisnya
eritrosit, urine menjadi makin keruh, perubahan warna dan bau, dan nitrit menjadi
positif.
Komposisi normal urine secara umum adalah :
o Kimiawi :
- Ureum > 1000 mg/dl (35Xserum)
- Kreatinin > 50 mg/dl ( 70Xserum)
- NaCl
- As. Urat
- Sedikit : Protein, Fosfat, Sitrat
o Seluler:
Sedikit Eritrosit , Leukosit , Epitel,Silinder fisiologis, Kristal Terakhir, reagen
dipstick merupakan pemeriksaan urine skrining dengan menggunakan

12
semacam kertas kecil yang akan berubah warna bila terkena zat yang
terkandung dalam urin. (kandasami, 2010)
a. Leukosuria
Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting
terhadap dugaan adalah ISK. Dinyatakan positif bila terdapat > 5
leukosit/lapang pandang besar (LPB) sedimen air kemih. Adanya
leukosit silinder pada sediment urin menunjukkan adanya
keterlibatan ginjal. Namun adanya leukosuria tidak selalu
menyatakan adanya ISK karena dapat pula dijumpai pada inflamasi
tanpa infeksi. Apabila didapat leukosituri yang bermakna, perlu
dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur.

b. Hematuria
Dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya ISK, yaitu
bila dijumpai 5-10 eritrosit/LPB sedimen urin. Dapat juga disebabkan
oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus
ataupun oleh sebab lain misalnya urolitiasis, tumor ginjal, atau
nekrosis papilaris.
c. Bakteriologis
Dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau tanpa pewarnaan
gram. Dinyatakan positif bila dijumpai 1 bakteri /lapangan pandang
minyak emersi
d. Biakan bakteri

Dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan


bakteri dalam jumlah bermakna sesuai dengan criteria.
e. Tes kimiawi
f. lebih dari 100.000 - 1.000.000 bakteri. Konversi ini dapat dijumpai
dengan perubahan warna pada uji tarik. Sensitivitas 90,7% dan

13
spesifisitas 99,1% untuk mendeteksi Gram-negatif. Hasil palsu
terjadi bila pasien sebelumnya diet rendah nitrat, diuresis banyak,
infeksi oleh enterokoki dan asinetobakter.
g. Tes Plat-Celup (Dip-slide)

Lempeng plastik bertangkai dimana kedua sisi permukaannya


dilapisi perbenihan padat khusus dicelupkan ke dalam urin pasien
atau dengan digenangi urin. Setelah itu lempeng dimasukkan
kembali ke dalam tabung plastik tempat penyimpanan semula, lalu
dilakukan pengeraman semalaman pada suhu 37 C. Penentuan
jumlah kuman/ml dilakukan dengan membandingkan pola
pertumbuhan pada lempeng perbenihan dengan serangkaian
gambar yang memperlihatkan keadaan kepadatan koloni yang
sesuai dengan jumlah kuman antara 1000 dan 10.000.000 dalam
tiap ml urin yang diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah dan
cukup akurat. Tetapi jenis kuman dan kepekaannya tidak dapat
diketahui.
Pemeriksaan Makroskopis dan Mikroskopis Urin
Untuk mengetahui adanya infeksi traktus urinarius, maka dilakukan pemeriksaan makroskopis
dan mikroskopis urin.
1. Pemeriksaan Makroskopis Urin
Pemeriksaan makroskopis adalah pemeriksaan yang dilakukan langsung dengan mata tanpa
penambahan reagen atau zat kimia tertentu. Pemeriksaan makroskopis ini meliputi
pemeriksaan volume, warna, kejernihan, bau. Untuk pemeriksaan derajat keasaman ( pH )
dan berat jenis dilakukan dengan tes cepat multistick.
a. Volume Urin

14
Mengukur volume urin bermanfaat untuk ikut menentukan adanya gangguan faal ginjal
, kelainan dalam kesetimbangan cairan badan dan berguna untuk menafsirkan hasil
pemeriksaan kuantitatif dan semi kuantitatif urin. Volume urin dewasa normal daerah
tropis untuk urin 24 jam berkisar antara 750 ml dan 1250 ml. Faktor yang
mempengaruhi jumlah urin adalah : suhu, iklim, jenis dan jumlah makanan, pekerjaan
jasmani, banyaknya keringat yang dikeluarkan, umur dan luas permukaan badan.
b. Warna Urin.
Warna urin yang dikeluarkan tergantung dari konsentrasi dan sifat bahan yang larut
dalam urin. Warna urin dapat berubah oleh karena : obat obatan, makanan, serta
penyakit yang diderita. Warna urin normal: Putih jernih, kuning muda atau kuning.
Warna urin berhubungan dengan derasnya diuresis ( banyak kencing ), lebih besar
diuresis lebih condong putih jernih. Warna kuning urin normal disebabkan antara lain
oleh urocrom dan urobilin. Pada keadaan dehidrasi atau demam, warna urin lebih
kuning dan pekat dari biasa ginjal normal.
Adanya infeksi traktus uranius urin akan berwarna putih seperti susu yang disebabkan
oleh bakteri, lemak dan adanya silinder. Warna urin patologis lain adalah :
- Warna kuning coklat ( seperti teh ) penyebabnya adalah bilirubin.
- Warna merah coklat penyebabnya hemoglobinuria dan porpyrin.
- Warna merah dengan kabut coklat penyebabnya darah dengan pigmen pigmen
darah.
- Warna coklat hitam penyebabnya melanin dan warna hitam disebabkan oleh
pengaruh obat - obatan.
c. Kekeruhan
Urin yang baru dikemihkan biasanya jernih. Kekeruhan yang timbul bila urin didiamkan
beberapa jam disebabkan oleh berkembangnya kuman Kekeruhan ringan bisa
disebabkan oleh nubecula. Pada infeksi traktus urinarius, urin akan keruh sejak
dikemihkan yang disebabkan lendir, sel sel epitel dan lekosit lama lama
mengendap.
d. Bau Urin
Biasanya spesifik. Normal baunya tidak keras. Bau khusus pada urin dapat disebabkan
oleh makanan misalnya : jengkol, pete, durian dan yang disebabkan obat obatan,
misalnya : mentol, terpentin. Pada karsinoma saluran kemih, urin akan berbau amoniak
karena adanya kuman yang menguraikan ureum dalam urin.
e. Derajat keasaman Urin ( pH ).

15
Derajat keasaman urin harus diukur pada urin baru, pH urin dewasa normal adalah 4,6
7,5. pH urin 24 jam biasanya asam, hal ini disebabkan karena zat zat sisa
metabolisme badan yang biasanya bersifat asam. Penentuan pH urin berguna pada
gangguan cairan badan elektrolit serta pada infeksi saluran kemih yang disebabkan
oleh kuman yang menguraikan ureum. Adanya bakteriurea urin akan bersifat alkalis.
f. Berat Jenis Urin. ( BJ Urin )
Berat jenis urin yaitu mengukur jumlah larutan yang larut dalam urin. Pengukuran BJ ini
untuk mengetahui daya konsentrasi dan data dilusi ginjal. Normal berat jenis
berbanding terbalik dengan jumlah urin. Berat jenis urin erat hubungannya dengan
diuresis, makin rendah diuresis makin tinggi berat jenisnya dan sebaliknya. Normal
berat jenis adalah 1003 1030. Tingginya berat jenis memberikan kesan tentang
pekatnya urin, jadi bertalian dengan faal pemekat ginjal.
2. Pemeriksaan Mikroskopis Urin
Pada pemeriksaan ini digunakan urin yang baru dikemihkan untuk menghindari perubahan
morfologi unsur sedimen.
Syarat syarat pemeriksaan sedimen adalah :
Sebaiknya dipakai urin baru, bila tidak bisa maka sebaiknya disimpan pada kulkas
maksimal 1 jam atau disimpan dengan diberi pengawet.
Sebaiknya digunakan urin pagi karena urin pagi lebih kental dan bahan bahan yang
terbentuk belum rusak atau lisis.
Botol penampung harus bersih dan dihindari dari kontaminasi.
Yang dapat ditemukan pada pemeriksaan mikroskopis adalah :
a. Eritrosit.
Normal jumlah eritrosit adalah 0 1 / LPB. Pada keadaan normal eritrosit bisa berasal dari
seluruh traktus urogenitalis. Kadang kadang perdarahan saluran kemih bagian bawah
menimbulkan bekuan darah dalam urin. Bentuk eritrosit normal adalah cakram bikonkaf,
diameter 7 , warna hijau pucat dan jernih.
b. Lekosit.
Normal jumlah lekosit adalah 4 5 / LPB. Lekosit dapat berasal dari seluruh traktus
urogenitalis. Lekosit dalam urin umumnya berupa segmen, dalam urin asam lekosit atau pus
biasanya mengerut, pada urin lindi lekosit akan mengembang dan cenderung mengelompok.
Lekosit umumnya lebih besar dari eritrosit dan lebih kecil dari sel epitel.
c. Torak , silinder.

16
Tempat pembentukan silinder adalah tubuli ginjal. Dan adanya silinder dalam jumlah yang
banyak dalam urin menandakan adanya kelainan pada ginjal.
d. Sel Epitel.
Bentuk sel epitel saluran kemih berbeda beda dari bagian atas sampai bawah. Adanya sel
epitel berasal dari traktus urogenetalis bagian atas menunjukkan adanya pelepasan
abnormal dari sel epitel tersebut.
e. Kristal
Adanya kristal dalam urin kurang bermanfaat untuk klinik, kecuali apabila ditemukan kristal
cystin atau sulfa. Adapun kristal kristal dalam urin normal:
- Dalam urin asam ; asam urat, natrium urat dan jarang sekali calsium sulfat. Kristal asam
urat biasanya berwarna kuning.
- Dalam urin asam atau yang netral atau yang agak lindi ; calsium oksalat, dan kadang
kadang asam hipurat.
- Dalam urin lindi atau kadang kadang dalam netral ; ammonium magnesium fosfat (
triplefosfat ) dan jarang jarang calsium fosfat.
- Dalam urin lindi ; calsium carbonat dan calsium fosfat.
I. Kekambuhan
Menurut National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse (NKUDIC) Jika
infeksi berulang, maka dilakukan pemeriksaan :
1. USG Ginjal dan kandung kemih.
USG menggunakan perangkat, yang disebut transducer, yang memantul aman, gelombang
suara tidak menyakiti organ untuk membuat gambar dari struktur organ. Prosedur ini
dilakukan di pusat penyedia perawatan kesehatan, pusat rawat jalan, atau rumah sakit oleh
teknisi yang terlatih khusus, dan gambar yang ditafsirkan oleh dokter ahli radiologi yang
mengkhususkan diri dalam pencitraan medis; anestesi tidak diperlukan. Gambar dapat
menunjukkan kelainan pada ginjal dan kandung kemih. Namun, tes ini tidak dapat
mengungkapkan semua kelainan kemih penting atau mengukur seberapa baik ginjal bekerja.
2. Voiding cystourethrogram
Tes ini adalah gambar x-ray dari kandung kemih dan uretra diambil saat kandung kemih
penuh dan saat buang air kecil. Ketika berbaring di meja x-ray, penyedia layanan kesehatan
menyisipkan ujung tipis, tabung fleksibel yang disebut kateter melalui uretra ke dalam
kandung kemih. Kandung kemih dan uretra diisi dengan cairan khusus, yang disebut media
kontras, untuk membuat struktur terlihat jelas pada gambar x-ray. Sinar x yang diambil dari
berbagai sudut sementara kandung kemih penuh media kontras. Kateter kemudian dihapus

17
dan gambar x-ray diambil saat buang air kecil. Prosedur ini dilakukan di pusat penyedia
perawatan kesehatan, pusat rawat jalan, atau rumah sakit oleh teknisi x-ray. Teknisi diawasi
oleh ahli radiologi sementara gambar yang diambil. Ahli radiologi kemudian menafsirkan
gambar. Anestesi tidak diperlukan, tapi obat penenang ringan dapat digunakan jika
dibutuhkan. Tes ini dapat menunjukkan kelainan dari bagian dalam uretra dan kandung
kemih. Tes ini juga dapat menentukan apakah aliran urin adalah normal ketika kandung
kemih dikosongkan.
3. Computerized tomography (CT) scan
CT scan menggunakan kombinasi sinar x dan teknologi komputer untuk membuat gambar
tiga dimensi (3-D). CT scan dapat mencakup injeksi media kontras. CT scan mengharuskan
pasien untuk berbaring di meja yang dapat digeser menjadi perangkat berbentuk
mterowongan di mana sinar x diambil. Prosedur ini dilakukan di pusat rawat jalan atau
rumah sakit oleh teknisi x-ray, dan gambar yang ditafsirkan oleh ahli radiologi; anestesi tidak
diperlukan. CT scan dapat memberikan gambar yang lebih jelas, gambar yang lebih rinci
untuk membantu penyedia layanan kesehatan memahami masalah.
4. Magnetic resonance imaging (MRI).
Mesin MRI menggunakan gelombang radio dan magnet untuk menghasilkan gambar detil
dari organ tubuh dan jaringan lunak tanpa menggunakan sinar x. MRI mungkin memerlukan
suntikan media kontras. Pasien berbaring di atas meja yang dapat digeser menjadi perangkat
berbentuk terowongan yang mungkin terbuka atau tertutup pada salah satu ujungnya.
Prosedur ini dilakukan di pusat rawat jalan atau rumah sakit oleh teknisi yang terlatih
khusus, dan gambar yang ditafsirkan oleh ahli radiologi; anestesi tidak diperlukan meskipun
sedasi ringan dapat digunakan jika pasien memiliki takut ruang kecil. Seperti CT scan, MRI
dapat memberikan gambar yang lebih jela dan gambar yang lebih rinci.
5. Scan radionuklida.
Scan radionuklida merupakan teknik pencitraan yang bergantung pada deteksi sejumlah
kecil radiasi setelah injeksi bahan kimia radioaktif. Karena dosis bahan kimia radioaktif kecil,
risiko menyebabkan kerusakan pada sel-sel rendah. Kamera khusus dan komputer yang
digunakan untuk membuat gambar dari bahan kimia radioaktif ketika melalui ginjal. Scan
radionuklida dilakukan di pusat penyedia perawatan kesehatan, pusat rawat jalan, atau
rumah sakit oleh teknisi yang terlatih khusus, dan gambar yang ditafsirkan oleh ahli
radiologi; anestesi tidak diperlukan. Bahan kimia radioaktif yang disuntikkan ke dalam darah
dan dapat memberikan informasi tentang fungsi ginjal. Bahan kimia radioaktif juga dapat

18
dimasukkan ke dalam cairan yang digunakan untuk mengisi kandung kemih dan uretra untuk
x ray, MRI, dan CT pencitraan.
6. Urodynamics.
Pengujian Urodynamic adalah prosedur yang terlihat pada seberapa baik kandung kemih,
sfingter, dan uretra menyimpan dan melepaskan urine. Sebagian besar tes dilakukan di
kantor seorang urolog-dokter yang mengkhususkan diri dalam masalah perkemihan.
Beberapa prosedur mungkin memerlukan obat penenang ringan untuk membuat pasien
tenang. Kebanyakan tes urodinamik fokus pada kemampuan kandung kemih saat menahan
kencing dan mengosongkan dengan baik. Tes Urodynamic juga dapat menunjukkan apakah
kandung kemih mengalami kontraksi abnormal yang menyebabkan kebocoran.
7. Cystoscopy.
Cystoscopy adalah prosedur yang menggunakan instrumen tubelike untuk melihat ke dalam
uretra dan kandung kemih. Sistoskopi dilakukan oleh dokter di kantor penyedia perawatan
kesehatan, fasilitas rawat jalan, atau rumah sakit dengan anestesi lokal. Namun, dalam
beberapa kasus, obat penenang dan anestesi regional atau umum diperlukan. Cystoscopy
dapat digunakan untuk mencari pembengkakan, kemerahan, dan tanda-tanda infeksi.

2.9 PENATALAKSANAAN

Prinsip umum penatalaksanaan ISK adalah :


- Eradikasi bakteri penyebab dengan menggunakan antibiotik yang sesuai
- Mengkoreksi kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi
Tujuan penatalaksanaan ISK adalah mencegah dan menghilangkan gejala, mencegah dan
mengobati bakteriemia dan bakteriuria, mencegah dan mengurangi risiko kerusakan ginjal yang
mungkin timbul dengan pemberian obat-obatan yang sensitif, murah, aman dengan efek
samping yang minimal. Oleh karenan itu pola pengobatan ISK harus sesuai dengan bentuk ISK,
keadaan anatomi saluran kemih, serta faktor-faktor penyerta lainnya. Bermacam cara
pengobatan yang dilakukan untuk berbagai bentuk yang berbeda dari ISK, antara lain :
- Pengobatan dosis tunggal
- Pengobatan jangka pendek (10-14 hari)
- Pengobatan jangka panjang (4-6 minggu)
- Pengobatan profilaksis dosis rendah
- Pengobatan supresif.

19
a. Infeksi saluran kemih (ISK) bawah
Prinsip penatalaksanaan ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak, antibiotik yang
adekuat, dan bila perlu terapi simtomatik untuk alkalinisasi urin :
- Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam dengan antibiotika tunggal,
seperti ampisilin 3 gram, trimetroprim 200 mg.
- Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisis (leukosuria) diperlukan terapi konvensional
selama 5-10 hari.
- Pemeriksaan mikroskopis urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua gejala hilang dan
tanpa leukosuria.
Bila pada pasien reinfeksi berulang (frequent re-infection) :
- Disertai faktor predisposisi, terapi antimikroba yang intensif diikuti dengan koreksi faktor
resiko.
- Tanpa faktor predisposisi, terapi yang dapat dilakukan adalah asupan cairan yang banyak,
cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi antimikroba dosis tunggal (misal
trimentoprim 200 mg)
- Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan
Pasien sindroma uretra akut (SUA) dengan hitung kuman 103-105 memerlukan
antibiotika yang adekuat. Infeksi klamidia memberikan hasil yang baik dengan tetrasiklin.
Infeksi yang disebabkan mikroorganisme anaerobik diperlukan antimikroba yang serasi (misal
golongan kuinolon).
Tabel 4. Antimikroba pada ISK bawah takberkomplikasi.

Antimikroba Dosis Lama terapi

Trimetoprim-Sulfametoksazol 2 x 160/ 800 mg 3 hari


Trimetroprim 2 x 100 mg 3 hari
Siprofloksasin 2 x 100 250 mg 3 hari
Levoflpksasin 2 x 250 mg 3 hari
Sefiksim 2 x 250 mg 3 hari
Sefpodoksim proksetil 1 x 400 mg 3 hari
Nitrofurantoin makrokristal 2 x 100 mg 4 3 hari
Nitrofurantoin monohidrat x 50 mg 7 hari
Nitrofurantoin monohidrat makrokristal 2 x 100 mg 7 hari
Amoksisilin/ klavulanat 2 x 500 mg 7 hari

a. Infeksi saluran kemih (ISK) atas


Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan rawat inap untuk
memelihara status hidrasi dan terapi antibiotika parenteral paling sedikit 48 jam.

20
Tabel 5. Indikasi rawat inap pasien pielonefritis akut.2

Kegagalan mempertahankan hidrasi normal atau toleransi terhadap antimikroba oral.


Pasien sakit berat atau debilitasi
Terapi antibiotik oral selama rawat jalan mengalami kegagalan
Diperlukan investigasi lanjutan
Faktor predisposisi untuk ISK tipe berkomplikasi
Komorbiditas seperti kehamilan, diabetes melitus, dan usia lanjut

The Infection Disease Society of America menganjurkan satu dari tiga alternatif terapi antibiotika
intravena sebagai terapi awal selama 48-72 jam sebelum diketahui mikroorganisme penyebabnya :

- Flurokuinolon
- Aminoglikosida dengan atau tanpa ampisilin
- Sefalosporin berspektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida

21
Tabel 6. Obat parental pada ISK atas akut berkomplikasi.
Antimikroba Dosis Interval

Sefepim 1 gram 12 jam


Siprofloksasin 400 mg 12 jam
Levoflpksasin 500 mg 24 jam
Ofloksasin 400 mg 12 jam
Gentamisin (+ ampisilin) 3-5 mg/ kgBB 24 jam
1 mg/ kgBB 8 jam
Ampisilin (+ gentamisin) 1-2 gram 6 jam
Tikarsilin-klavulanat 3,2 gram 8 jam
Piperasilin-tazobaktam 3,375 gram 2-8 jam
Imipenem-silastatin 250-500 mg 6-8 jam

c. Infeksi saluran kemih berulang


Untuk penanganan ISK berulang dapat dilihat pada gambar berikut :

Ga
mba
r 3. Manajemen ISK berulang.

Terapi jangka panjang yang dapat diberikan antara lain trimetroprimsulfametoksazol dosis
rendah (40-200 mg) tiga kali seminggu setiap malam, Flurokuinolon dosis rendah, nitrofurantoin
makrokristal 100 mg tiap malam.
Lama pengobatan 6 bulan dan bila perlu dapat diperpanjang 1-2 tahun lagi.

22
Manajemen ISK Berulang (Rani HAA, 2006)

2.10 PENCEGAHAN
Sebagian kuman yang berbahaya hanya dapat hidup dalam tubuh manusia. Untuk
melangsungkan kehidupannya, kuman tersebut harus pindah dari orang yang telah kena infeksi
kepada orang sehat yang belum kebal terhadap kuman tersebut. Kuman mempunyai banyak
cara atau jalan agar dapat keluar dari orang yang terkena infeksi untuk pindah dan masuk ke
dalam seseorang yang sehat. Kalau kita dapat memotong atau membendung jalan ini, kita dapat
mencegah penyakit menular. Kadang kita dapat mencegah kuman itu masuk maupun keluar
tubuh kita. Kadang kita dapat pula mencegah kuman tersebut pindah ke orang lain (Irianto dan
Waluyo, 2004).
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum, yaitu pencegahan
tingkat pertama (primary prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus,
pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) yang meliputi diagnosis dini serta
pengobatan yang tepat, dan pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi. Ketiga tingkatan
pencegahan tersebut saling berhubungan erat sehingga dalam pelaksanaannya sering dijumpai
keadaan tumpang tindih (Noor, 2006).
Beberapa pencegahan infeksi saluran kemih dan mencegah terulang kembali, yaitu:
1. Jangan menunda buang air kecil, sebab menahan buang air seni merupakan sebab terbesar
dari infeksi saluran kemih.

23
2. Perhatikan kebersihan secara baik, misalnya setiap buang air seni, bersihkanlah dari depan
ke belakang. Hal ini akan mengurangi kemungkinan bakteri masuk ke saluran urin dari
rektum.
3. Ganti selalu pakaian dalam setiap hari, karena bila tidak diganti, bakteri akan berkembang
biak secara cepat dalam pakaian dalam.
4. Pakailah bahan katun sebagai bahan pakaian dalam, bahan katun dapat memperlancar
sirkulasi udara.
5. Hindari memakai celana ketat yang dapat mengurangi ventilasi udara, dan dapat mendorong
perkembangbiakan bakteri.
6. Minum air yang banyak.
7. Gunakan air yang mengalir untuk membersihkan diri selesai berkemih.
8. Buang air seni sesudah hubungan kelamin, hal ini membantu menghindari saluran urin dari
bakteri
(Schoenstadt, 2008).

2.11 KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain batu saluran
kemih, okstruksi saluran kemih, sepsis, infeksi kuman yang multisitem, gangguan fungsi
ginjal.

24
ASUHAN KEPERAWATAN
Trigger :
Seorang perempuan usia 27 tahun memeriksakan diri ke rumah sakit dengan
keluhan nyeri saat berkemih, frekuensi berkemih meningkat, terasa panas di akhir
berkemih, dan urine berwarna merah sejak kemarin. Klien mengatakan tidak pernah
mengalami penyakit dengan gejala seperti itu sebelumnya. Lima hari yang lalu klien
mengalami diare selama tiga hari. Dari pemeriksaan fisik diketahui TD 130/80 mmHg, N
90x/menit, RR 24x/menit, S 38oC. Hasil pemeriksaan urinalisis diketahui urine berwarna
merah keruh, berat jenis 1.010, pH 8, leukosit 9-10/LPB, eritrosit 75-85/LPB. Direncanakan
pemeriksaan kultur urine. Klien dirawat dengan mendapat terapi cairan Ringer Laktat 2000
cc/24 jam, dan antibiotik levofloxacin 1x500 mg iv.

PENGKAJIAN DASAR KEPERAWATAN

A. Identitas Klien
Nama : Seorang perempuan
Usia : 27 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Sumber informasi : klien

B. Status kesehatan Saat Ini


1. Keluhan utama : nyeri saat berkemih, frekuensi berkemih meningkat,
terasa panas di akhir berkemih, dan urine berwarna merah
2. Lama keluhan : sejak kemarin
3. Kualitas keluhan :-
4. Faktor pencetus :
5. Faktor pemberat : diare lima hari yang lalu
6. Upaya yg telah dilakukan :-
7. Keluhan saat Pengkajian : nyeri saat berkemih, frekuensi berkemih meningkat,
terasa panas di akhir berkemih, dan urine berwarna merah

25
C. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Seorang perempuan usia 27 tahun memeriksakan diri ke rumah sakit dengan keluhan nyeri
saat berkemih, frekuensi berkemih meningkat, terasa panas di akhir berkemih, dan urine
berwarna merah sejak kemarin. Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit dengan
gejala seperti itu sebelumnya. Lima hari yang lalu klien mengalami diare selama tiga hari.
D. Riwayat Kesehatan Terdahulu
1. Penyakit yg pernah dialami:
2. Obat-obatan yg digunakan:
Jenis Lamanya Jumlah
.. .. .
E. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum:
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital : -Tekanan Darah : 130/80 mmHg - Suhu : 38 oC
-Nadi : 90 x/menit - RR : 24 x/menit
Tinggi badan: cm Berat Badan: kg

F. Hasil Pemeriksaan Penunjang


Hasil pemeriksaan urinalisis diketahui:
- urine berwarna merah keruh,
- berat jenis 1.010,
- pH 8,
- leukosit 9-10/LPB,
- eritrosit 75-85/LPB

G. Terapi
- Direncanakan pemeriksaan kultur urine.
- Terapi cairan Ringer Laktat 2000 cc/24 jam,
- Antibiotik levofloxacin 1x500 mg iv.

26
DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA

No Tanggal Diagnosa Paraf


1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis d.d melaporkan
nyeri saat berkemih dan terasa panas diakhir
berkemih, perubahan TD
2. Gangguan eliminasi urine b/d infeksi saluran kemih
ditandai dengan peningkatan frekuensi berkemih,
urine berwarna merah dan nyeri saat berkemih
3. Hipertermia berhubungan dengan penyakit ISK
ditandai dengan suhu diatas kisaran normal
4. Defisiensi Pengetahuan b.b kurang pajanan yg d.d
pengungkapan masalah

27
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI DIAGNOSA KEPERAWATAN


1 DS : Faktor resiko (bakteri, Nyeri Akut
Klien mengeluh nyeri saat kebersihan)
berkemih , terasa panas di
akhir berkemih invasi kuman ke VU
Lima hari yang lalu klien
mengalami diare selama tiga infeksi saluran kandung
hari kemih

DO : iritasi saluran kemih


S: 38oC (terasa panas diakhir

TD: 130/80 mmHg kemih)

Leukosit 9-10/LPB
Eritrosit 75-85/LPB spasme saluran kemih

nyeri
Iritasi saluran kemih

urin mengndung (RBC,


bakteri, protein)

warna urin keruh


disuria

Nyeri Akut

28
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawtan No.1 :

Nyeri akut b.d agen cedera biologis d.d melaporkan nyeri saat berkemih dan terasa panas diakhir
berkemih, perubahan TD

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x24 jam rasa nyeri klien berkurang dan rasa panas
saat akhir berkemih mulai berkurang

Kriteria Hasil : Mencapai skala NOC yang ditetapkan

NOC : Pain Control ; Vital Sign ; Urinary Elimination

NO INDIKATOR 1 2 3 4 5
1 Melaporkan nyeri secara control V
2 Tekanan Darah V
3 Nyeri saat berkemih V

Kriteria Penialaian :

1. Tidak pernah didemonstrasi


2. Jarang didemonstrasi
3. Kadang-kadang didemonstrasi
4. Sering didemonstrasi
5. Konsisten didemonstrasi
Intervensi NIC : PAIN MANAGEMENT
1. Gunakan komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien.
2. Gunakan obat analgesic sesuai dengan rekomendasi MD yang sesuai dg klien
3. Fasilitasi klien untuk menggunakan catatan dalam memonitor rasa nyerinya.
4. Gunakan terapi non-farmakologi (e.g : relaksasi)
5. Promosikan istirahat adekuat
6. Control lingkungan disekitar klien
7. Dukung klien untuk memonitor rasa nyeri yg dirasakan dan perubahannya
8. Evaluasi keefektifan pengontrolan nyeri yang telah dilakukan bersama klien dan dokter.

Intervensi NIC : TEMPERATURE REGULATION

1. Kolaborasi pemberian terapi antipiretik untuk menurunkan demam, jika diperlukan.

29
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
2. DS: klien mengeluh frekuensi ISK bawah Gangguan eliminasi
berkemih meningkat, nyeri urine
saat berkemih, dysuria Terjadi reaksi inflamasi

Reaksi antigen-antibody

DO: Pemeriksaan urinalisis Pelepasan mediator inflamasi


diketahui urine berwarna
merah keruh, berat jenis
histamine
1.010

pH 8 , leukosit 9-10/LPB,
Vasodilatasi pembuluh darah
eritrosit 75-85/LPB.

Aliran darah pembuluh renal

volume darah afferent

GFR

Gangguan dalam pemekatan


kemih

Urin encer

urin berwarna merah keruh


- berat jenis 1,010
- pH 8
- leukosit 9-10/LPB
- eritrosit 75-85/LPB

Frekuensi berkemih dan banyak

Gangguan eliminasi urin

30
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan No. 2 Gangguan eliminasi urine b/d infeksi saluran kemih ditandai dengan
peningkatan frekuensi berkemih, urine berwarna merah dan nyeri saat berkemih

Tujuan : setelah dilakukan usaha keperawatan selama 3x24 jam gangguan eliminasi urin berkurang

Kriteria hasil : mencapai skala NOC yang ditentukan

NOC : Urinary elimination

No. Indikator 1 2 3 4 5
1. Frekuensi berkemih
2. Warna urin
3. Nyeri saat berkemih
Keterangan :

1. Severely
2. Substantially compremised
3. Moderately compremised
4. Mild compremised
5. No compremised

NIC : Urinary elimination management

1. Monitor eliminasi urin meliputi, konsistensi, bau voleme dan warna


2. Ajarkan pasien tanda dan gejala infeksi saluran kemih
3. Catat waktu terakhir kali eliminasi urin
4. Anjurkan pasien untuk mencatat output urine
5. Kolaborasi dengan dokter jika terdapat tanda dan gejala infeksi saluran kemih
6. Anjurkan pasien untuk memonitor tanda dan gejala infeksi saluran kemih

31
ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah Keperawatan


3 Ds: Diare selama tiga hari Hipertermia
Do:
Pemeriksaan Urinalisis: Invasi Bakteri
leukosit 9-10/LPB, eritrosit 75-
85/LPB. ISK
Suhu : 380C
Peradangan oleh bakteri

Merangsang pusat pengaturan


suhu dihipotalamus

Suhu meningkat diatas normal

Hipertermia

32
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Masalah Keperawatan No: 3
Hipertermia berhubungan dengan penyakit ISK ditandai dengan suhu diatas kisaran normal
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan Keperawatan selama 3x24 jam , suhu pasienberkisar normal
(36,5 0 C)
Kreteria hasil : Sesuai indikator NOC yang ditentukan
NOC : Thermoregulation
No Indikator 1 2 3 4 5
1 Hipertermia v

Keterangan Penilaian:
1. Keras
2. Kuat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
NIC: fever Treatment
1. Monitor frekuensi suhu
2. Monitor kehilangan cairan
3. Monitor warna kulit dan suhu
4. Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi
5. Monitor WBC,Hgb, dan nilai Hct
6. Mnitor masukan dan keluaran
7. Monitor kesimbangan asam basa
8. Mengelola medikasi perawatan penyebab demam (antibiotik levofloxacin 1x500 mg iv)
9. Mengelola cairan IV (Ringer Laktat 2000 cc/24 jam)

33
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI DIAGNOSA KEPERAWATAN


4 DS : INFEKSI (cystitis, uretritis, Defisiensi pengetahuan
Klien mengatakan tidak prostatitis)

pernah mengalami penyakit


dengan gejala seperti itu Kurang pajanan informasi
sebelumnya
Tidak tau cara
menanganinya

DEFISIENSI PENGETAHUAN

34
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan No. 4

Defisiensi Pengetahuan b.b kurang pajanan yg d.d pengungkapan masalah

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam pasien mengetahui tentang penyakitnya

Kriteria Hasil : Mencapai skala NOC yang ditentukan

NOC : Knowledge : Disease Process

No Indikator 1 2 3 4 5
1. Proses penyakit secara spesifik V
2. Faktor penyebab dan faktor yg V
berkontribusi
3. Efek dari penyakit V
4. Faktor resiko V
5. Tanda dan gejala penyakit V
6. Strategi untuk meminimalkan V
perkembangan penyakit
7. Komplikasi penyakit yg berpotensi terjadi V

Keterangan Penilaian :

1. Tidak mengetahui
2. Sedikit mengetahui
3. Agak mengetahui
4. Mengetahui
5. Sangat mengetahui

Intervensi NIC : Teaching : Disease Process

1. menilai tingkat pengetahuan pasien berhubungan dengan proses penyakitnya


2. menggali pengetahuan pasien tentang kondisinya
3. mengidentifikasi kemungkinan penyebab penyakitnya
4. mendiskusikan pilihan terapi / pengobatan yang akan diberikan
5. menjelaskan rasional dari manajemen / terapi / pengobatan yang direkomendasikan

35
6. menggambarkan tanda-tanda dan gejala dari penyakitnya secara umum
7. menggambarkan proses penyakit secara spesifik
8. menggambarkan kemungkinan komplikasi kronis yang dapat terjadi

36
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada aluran kemih
(mencakup organ-organ saluran kemih, yaitu ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra).
Penyebabnya antara lain bakteri (Eschericia coli, Klebsiella, dan Pseudomonas), jamur dan
virus, infeksi ginjal, serta prostat hipertropi. Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran
kemih pada dapat melalui : penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat
terdekat, hematogen, limfogen, dan. Asuhan keperawatan dilakukan dengan dimulai dari
tahap pengkajian, diagnose, intervensi, implementasi secara sistematis dilakukan
berdasarkan konsep proses dokumentasi keperawatan.

Saran
Perdalam pengetahuan serta konsep tentang ISK dengan buku penunjang dan studi
lapangan.
Update informasi kesehatan terutma tentang ISK dengan sering membuka jurnal
kesehatan terbaru untuk mengupdate ilmu yang telah kita dapat

37
DAFTAR PUSTAKA

Sukandar E. 2006. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbit IPD FK UI
Kandasamy, K. (2010). Prevalensi Infeksi Saluran Kemih Pada Wanita Yang Menderita
Diabetes Melitus Tipe II Yang Dirawat Inap Dan Dirawat Jalan Di Subbagian Endokrinologi,
Bagian Penyakit Dalam Di RSUP H.Adam Malik Pada Tahun 2009., Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatra Utara, Medan.
Tjay, T. H., & Rahardja, K. (2007). Obat-obat penting: khasiat penggunaan dan efek-efek
sampingnya (6 ed.). Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Hull, D., & Johnston, D. I. (2008). Dasar dasar Pediatri (3 ed.). jakarta: EGC.
Paramitha, P. (2010). Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Mahasiswi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap Pencegahan Infeksi Saluran Kemih.
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara, Medan.
Subandiyah, krisni.2004. Pola Dan Sensitivitas Terhadap Antibiotik Bakteri Penyebab Infeksi
Saluran Kemih Anak Di Rsu Dr Saiful Anwar. Jurnal Kedokteran Brawijaya. Volume XX
Gillespie, S. H. & Bamford, K. B., 2009. Infeksi Saluran Kemih. In: R. Astikawati & A. Safitri,
eds. At a Glance Mikrobiologi Medis dan Infeksi. Jakarta: Erlangga, pp. 104-105.
Sukandar E. 2006. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbit IPD FK UI
Stockslager, Jaime L. 2007. Buku Saku Asuhan Keperawatan Geriatrik. Jakarta : EGC

38

Anda mungkin juga menyukai