Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Adalah sesuatu pemeriksaan penunjang yang di lakukan setelah melakukan pemeriksaan


fisik.hal ini sangat penting dalam merawat pasien di Rumah sakit dan tidak dapat di pisahkan
dari rangkaian pengobatan dan perawatan.pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan radiologi dan
laboraturium.

B. Tujuan
a) Tujuan Umum :
Sebagai data penunjang dalam menentukan diagnosa penyakit terutama pada pasien
urologi.
b) Tujuan Khusus :
Untuk menegakkan diagnosa
Untuk memeriksa kemampuan ginjal memekatkan urine
Untuk mengkaji ukuran dan bentuk ginjal.
Untuk mengevaluasi adanya massa pada sistem urologi
Untuk mengukur dimensi longitudinal dan transversal ginjal.
Untuk mengetahui dan mengevaluasi fungsi ginjal.

1
BAB II
TEORI DAN KONSEP

A. KONSEP UMUM

A. TES FUNGSI GINJAL


Tes fungsi ginjal di lakukan untuk mengevaluasi berat penyakit ginjal dan mengikuti
perjalanan klinik pasien . pemeriksaan ini juga akan memberikan informasi tentang
efektifitas ginjal.
Ada serangkaian tes pada air seni untuk menilai fungsi ginjal. Sebuah tes sederhana,
yang disebut urinanalisis, sering dilakukan pada awal. Contoh air seni diperiksa secara
fisik untuk ciri termasuk warna, bau, penampilan, dan kepadatan; diperiksa secara kimia
untuk unsur termasuk protein, glukosa, dan pH; dan di bawah mikroskop untuk
keberadaan unsur sel (sel darah merah dan putih, dll.), bakteri, kristal, dsb. Kalau hasil
tes ini menunjukkan kemungkinan ada penyakit atau penurunan pada fungsi ginjal, tes
yang berikut mungkin dapat dilakukan:
Keluaran kreatinin (creatinine clearance). Tes ini menilai kemampuan ginjal
untuk menghilangkan senyawa yang disebut kreatinin dari darah. Kreatinin
adalah bahan ampas dari metabolisme tenaga otot, yang seharusnya disaring
oleh ginjal dan dimasukkan pada air seni. Tes ini mengukur jumlah kreatinin
yang dikeluarkan ke air seni selama beberapa jam. Untuk menghitung keluaran,
tingkat kreatinin dalam darah juga harus diukur.
Keluaran urea. Urea adalah bahan ampas dari metabolisme protein, dan
dikeluarkan dalam air seni. Seperti keluaran kreatinin, tes ini mengukur jumlah
urea yang dikeluarkan ke air seni selama beberapa jam, dan juga membutuhkan
pengukuran tingkat urea dalam darah.
Osmologi air seni. Tes ini mengukur jumlah partikel (bibit) yang dilarutkan dalam
air seni, untuk menilai kemampuan ginjal untuk mengatur kepekatan air seni
sebagaimana konsumsi air meningkat atau menurun.
Keberadaan protein. Ginjal yang sehat menyaring semua protein dari darah dan
menyerapnya kembali, sehingga tingkat protein dalam air seni tetap rendah.
Tetap ditemukan protein dalam air seni adalah tanda penyakit ginjal.
Tes Darah
Ada beberapa tes darah yang dapat membantu menilai fungsi ginjal:

2
Nitrogen urea darah (blood urea nitrogen/BUN). Urea adalah produk samping
dari metabolisme protein. Bahan ampas ini dibentuk oleh hati, kemudian
disaring oleh ginjal dan dikeluarkan dalam air seni oleh ginjal. Tingkat BUN
dalam darah dapat menandai masalah ginjal, tetapi karena juga dipengaruhi
oleh fungsi hati (lihat Lembaran Informasi (LI) 135), tes harus dilakukan
bersamaan dengan pengukuran kreatinin, yang lebih khusus menandai masalah
ginjal.
Kreatinin. Tes ini mengukur tingkat kreatinin (lihat di atas) dalam darah. Karena
tingkat kreatinin hanya sedikit dipengaruhi oleh fungsi hati, tingkat kreatinin
yang tinggi dalam darah lebih khusus menandai penurunan pada fungsi ginjal.
B. Pemeriksaan Sinar-X dan Pencitraan lainnya
Dalam pemeriksaan ini dibagi ke dalam beberapa macam, yaitu :
Kidney, Ureter and Bladder (KUB) : Pemeriksaan radiologi abdomen yang
dikenal dengan istilah KUB dapat dilaksanakan untuk melihat ukuran, bentuk
serta posisi ginjal dan mengidentifikasi semua kelainan seperti batu dalam ginjal
atau traktus urinarius, hidronefrosis (distensi pelvis ginjal), kista, tumor atau
pergeseran ginjal akibat abnormalitas pada jaringan disekitarnya.
Pemindai CT dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) : Pemeriksaan pemindai CT
dan MRI merupakan teknik noninvasive yang akan memberikan gambar
penampang ginjal serta saluran kemih yang sangat jelas. Kedua pemeriksaan ini
akan memberikan informasi tentang luasnya lesi invasive pada ginjal.
Urografi Intravena (Ekskretori Urogram atau intravenous pyelogram) :
Pemeriksaan urografi intravena yang juga dikenal dengan nama intravenous
pyelogaram(IVP) memungkinkan visualisasi ginjal ureter dan kandung kemih.
Media kontras radiopaque disuntikan secara intravena dan kemudian
dibersihkan dari dalam darah serta dipekatkan oleh ginjal. Tebal nefrotomogram
dapat dilaksanakan sebagai bagian dari pemeriksaan untuk melihat berbagai
lapisan ginjal serta struktur difus dalam setiap lapisan dan untuk membedakan
massa atau lesi yang padat dari kista didalam ginjal atau trakrus urinarius.
Pemeriksaaan IVP dilaksanakan sebagai bagian dari penkajian pendahuluan
terhadap semua masalah urologi yang dicurigai, khususnya dalam menegakan
diagnose lesi pada ginjal dan ureter. Pemeriksaan ini juga memberikan
perkiraan kasar terhadap fungsi ginjal. Sesudah media kontras (sodium
diatrisoat atau meglumin diatrisoat) disuntikan secara intravena, pembuatan

3
foto rontgen yang multiple dan seril yang dilakukan untuk melihat struktur
drainase.
Pielografi retrograd : Dalam pielografi retrograd, kateter uretra dimasukan
lewat ureter ke dalam pelvis ginjal dengan bantuan sistoskopi. Kemudian media
kontras dimasukkan dengan gravitasi atau penyuntikan melalui kateter.
Pielografi retrograd biasanya dilakukan jika pemeriksaan IVP kurang
memperlihatkan dengan jelas system pengumpul. Pemeriksaan pielografi
retrograd jarang dilakukan dengan semakin majunya teknik-teknik yang
digunakan dalam urografi ekskretorik.
Infusion drip pyelography : merupakan pemberian lewat infuse larutan encer
media kontras dengan volume yang besar untuk menghasilkan opasitas
parenkim ginjal dan mengisi seluruh traktus urinarius. Metode ini berguna bila
teknik urografi yang biasa dikerrjakan tidak berhasil memperlihatkan struktur
drainase.
Sistogram : sebuah kateter dimasukkan kedalam kandung kemih, dan kemudian
media kontras disemprotkan untuk mellihat garis besar dinding kandung kemih
serta membantu dalam mengevaluasi refluks vesikouretral. Sistogram juga
dilakukan bersama dengan perekaman tekanan yang dikerjakan secara
bersamaan di dalam kandunng kemih.
Sistouretrogram : menghasilkan visualilsasi uretra dan kandung kemih yang bisa
dilakukan melalui penyuntikan retrograde media kontras ke dalam uretra serta
kandunng kemih atau dengan pemeriksaan sinar X sementara pasien
mengekskresikan media kontras.
Angiografi renal : Prosedur ini memungkinkan visualisasi arteri renalis. Arteri
femoralis atau aksilaris ditusuk dengan jarum khusus dan kemudian sebuah
kateter disisipkan melalui arteri femoralis serta iliaka ke dalam aorta atau arteri
renalis. Media kontras disuntikkan untuk menghasilkan opasitas suplai arteri
renalis. Angiografi memungkinkan evaluasi dinammika aliran darah,
memperlihatkan vaskulatur yang abnormal dan membantu membedakan kista
renal dengan tumor renal.

C. Pemeriksaan Endourologi ( Prosedur Endoskopi Urologi )

4
Pemeriksaan sistoskopi : merupakan metode untuk melihat lanngsung uretra
dan kandung kemih. Alat sistokop, yang dimasukan melalui uretra ke dalam
kandung kemih, memiliki system lensa optis yang sudah ada pada alat itu sendiri
sehingga akan meemberikan gambar kandung kemih yang diperbesar dan
terang. Sistoskop tersebut dapat dimanipulasi untuk memungkinkan visualisasi
uretra dan kandung kemih secara lengkap selain visualisasi orifisium uretra dan
uretra pars prostatika. Kateter uretra yang halus dapat dimasukan melalui
sistoskop sehingga ureterdan pelvis ginjal dapat dikaji. Sistoskop juga
memungkinkanahli urologi untuk mendapatkan spesimen urin dari setiap ginjal
guna mengevaluasi fungsi ginjal tersebut. Alat forceps dapat dimasukkan
melalui sistoskop untuk keperluan biopsi. Batu dapat dikeluarkan dari uretra,
kandung kemih dan ureter melalui sistoskop. Alat endoskop dimasukkan dengan
melihatnya secara langsung. Uretra dan kandunng kemih diinspeksi. Larutan
irigasi steril disemprotkan untuk menimbulkan distensi kandung kemih dan
membilas keluar semua bekuan darah sehinngga visualisasi menjadi lebih baik.
Penggunaan cahaya denngan intensitas tinggi dan lensa yang bisa ditukar-tukar
memungkinkan visualisasi yang sangat baik serta memudahkan pembuatan
gambar-gambar yang diam dan yang bergerak dari struktur ini. Sebelum
melaksanakan prosedur pemeriksaan dapat diberikan preparat sedativ. Anestesi
topical local disemprotkan kedalam uretra sebelum ahli urologi memasukkan
alat sistoskop. Pemberian diazepam (valium) intravena bersama dengan
preparat anestesi topical uretra dapat diberikan. Sebagai alternative lain dapat
dilakukan anestesi spinal atau umum. Setelah menjalani pemeriksaan
sistoskopik, kadang-kadang penderita kelainan patologik obstruktif mengalami
retensi urin sebagai akibat dari edema yang disebabkan oleh instrumentasi.
Penderita hyperplasia prostat harus dipantau dengan cermat akan adanya
kemungkinan retensi urin. Pasien yang menjalani instrumentasi traktus urinarus
(yaitu, sistoskopi) perlu dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda dan gejala
infeksi urinarius. Edema uretra yang terjadi sekunder akibat trauma local dapat
menyumbat aliran urin, oleh karena itu pemantauan akan adanya tanda-tanda
dan gejala obstruksi pada pasien juga perlu dilakukan.
Brush biopsy ginjal dan uretra : Teknik brush biopsy akan menghasilkan
informasi yang spesifik apabila hasil pemeriksaan radiologi ureter atau pelvis
ginjal yang abnormal tidak dapat menunjukan apakah kelainan tersebut

5
merupakan tumor, batu, bekuan darah atau hanya artefak. Pertama-tama
dilakukan pemeriksaan sistoskopik. Kemudian dipasang kateter uretra yang di
ikuti oleh tindakan memasukkan alat sikat khusus (biopsy brush) melalui kateter
tersebut. Kelainan yang dicurigai disikat maju mundur secara teratur untuk
mendapatkan sel-sel dan fragmen jaringan permukaan untuk pemeriksaan
analisis histology. Setelah prosedur pemeriksaan selesai dilakukan, pemberian
cairan infus dapat dilakukan untuk membersihkan ginjal dan mencegah
pembentukan bekuan darah. Urin dapat mengandung darah (yang biasanya
menjadi jernih dalam waktu 24-48 jam) akibat perembesan pada tempat
penyikatan.
Endoskopi renal (nefroskopi) : Merupakan pemeriksaan dengan cara
memasukkan fiberskop kedalam pelvis ginjal melalui luka insisi (pielotomi) atau
secara perkkutan untuk melihat bagian dalam pelvis ginjal, mengelluarkan batu,
melakukan biopsi lesi yang kecil dan membantu menegakan diagnose hematuria
serta tumor renal tertentu.

D. Biopsi ginjal

Bopsi ginjal dilakukan dengan menusukan jarum biopsi melalui kulit kedalam
jaringan renal atau dengan melakukan biopsi terbuka melalui luka insisi yang
kecil didaerah pinggang. Pemeriksaan ini berguna untuk mengevaluasi
perjalanan penyakit ginjal dan mendapatkan specimen bagi pemeriksaan
mikroskopik electron serta imunofluoresen, khususnya bagi penyakit
glomerulus.Sebelum biopsi dilakukan, pemeriksan koagulasi perlu dilakukan
lebih dahulu untuk mengidentifikasi setiap resiko terjadinya perdarahan
pascabiopsi.Prosedur, pasien dipuasakan selama 6 hingga 8 jam sebelum
pemeriksaan. Set infuse dipasang. Spesimen urin dikumpulkan dan disimpan
untuk dibandingkan dengan specimen pascabiopsi. Jika akan dilakukan biopsi
jarum pasien diberitahukan agar menahan nafas ketika jarum biopsi ditusukan.
Pasien yang sudah dalam keadaan sedasi di tempatkan dalam posisi berbaring
telungkup dengan bantal pasir diletakan dibawah perut. Kulit pada lokasi biopsy
diinfiltrasi denngan preparat anestesi local. Lokasi jarum dapat dipastikan
melalui fluuoroskopi atau ultrasound dengan menggunakan teknik khusus. Pada

6
biopsi terbuka dilakukan insisi yang kecil didaerah ginjal dapat dilihat secara
langsung.

E. SpesIfic grafity
perbandingan kepadatan cairan yang dengan densitas air, yaitu :1.00 g/mL (4C). yaitu
1,00 g / mL (4 C)
kepadatan cairan (g/Ml)
spesifik gravity (sp gr ) =
kepadatan air (1,00 g/ Ml)
Gravitasi spesifik adalah nomor tanpa unit; unit kepadatan (g/Ml) telah dibatalkan
dari beberaapa pengukuran dalam kimia tanpa unit. Berat jenis (yang berbanding lurus
dengan osmolalitas urin yang mengukur konsentrasi zat terlarut) mengukur kepadatan air
seni serta dipakai untuk menilai kemampuan ginjal untuk memekatkan dan mengencerkan
urin.
Spesifik gravitasi antara 1,005 dan 1,035 pada sampel acak harus dianggap wajar jika
fungsi ginjal normal. Nilai rujukan untuk urine pagi adalah 1,015 1,025, sedangkan dengan
pembatasan minum selama 12 jam nilai normal > 1,022, dan selama 24 jam bisa mencapai
1,026. Defek fungsi dini yang tampak pada kerusakan tubulus adalah kehilangan
kemampuan untuk memekatkan urine.
BJ urine yang rendah persisten menunjukkan gangguan fungsi reabsorbsi tubulus.
Nokturia dengan ekskresi urine malam > 500 ml dan BJ kurang dari 1.018, kadar glukosa
sangat tinggi, atau mungkin pasien baru-baru ini menerima pewarna radiopaque kepadatan
tinggi secara intravena untuk studi radiografi, atau larutan dekstran dengan berat molekul
rendah. Kurangi 0,004 untuk setiap 1% glukosa untuk menentukan konsentrasi zat terlarut
non-glukosa.

Anda mungkin juga menyukai