BAGIAN NEUROLOGI
Editor:
dr. Nina Indriyani N
FAKULTAS KEDOKTERAN
Universitas Haluoleo
Kendari
2015
MODUL NEUROLOGI
KEPANITERAAN UMUM FK UHO
JUDUL NEUROLOGI
SUB JUDUL 1. Pemeriksaan Kesadaran (GCS)
LEARNING
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan derajat kesadaran (GCS) secara mandiri
OBJECTIVE
METODE 1. Overview kesadaran (anatomi, kualitas dan kuantitas)
PEMBELAJAR 2. Demo pemeriksaan derajat kesadaran (GCS)
AN 3. Latihan antar teman
1. Gambar tentang anatomi kesadaran
2. Gambar pemeriksaan kesadaran
ALAT BANTU
3. Video pemeriksaan kesadaran
4. Tempat tidur pasien 5 buah
WAKTU
Kesadaran (consciousness) dibagi atas dua yaitu kualitas dan kuantitas kesadaran.
Pusat kualitas kesadaran terletak di kortek serebrum bi hemisfer sedangkan kuantitas
kesadaran terletak di ARAS (ascending reticuler activating system) di encephalon dan
batang otak. Perubahan kesadaran bisa:
o Meningkat (eksitasi serebral), ex. Tremor, euphoria, mania
o Menurun, ex. Delirium
Pemeriksaan kualitas kesadaran terdiri atas:
a. persepsi dan orientasi
b. cipta atau daya piker termasuk proses piker, penalaran, penilaian, pertimbangan
dan keputusan
c. Afek dan emosi
d. Nafsu dan kemauan
e. Kepribadian
f. Psikomotor
LATAR Tingkat kesadaran (kualitatif) terbagi atas:
BELAKANG o NORMAL (Composmentis)
o DELIRIUM
Penurunan kesadaran disertai peningkatan yang abnormal dari aktifitas
psikomotor dan siklus tidur-bangun yang terganggu. Pasien tampak gaduh
gelisah, kacau, disorientasi, berteriak-teriak, meronta-ronta. Penyebabnya:
gangguan metabolic, toksik, penghentian minum alcohol/obat-obatan, dsb.
o SOMNOLEN
Keadaan mengantuk. Kesadaran dapat pulih penuh bila dirangsang. Mampu
member jawaban verbal dan menangkis rangsangan nyeri. Somnolen disebut
juga sebagai letargi obtudansi.
o SOPOR (STUPOR)
Kantuk yang dalam. Penderita masih dapat dibangunkan dengan rangsangan
yang kuat, namun kesadarannya segera menurun lagi. Masih dapat mengikuti
perintah singkat, masih ada gerakan spontan, dengan rangsang nyeri tidak dapat
dibangunkan sempurna, gerak motorik untuk menangkis rangsang nyeri masih
baik.
o Koma-ringan (semicoma)
Tidak ada respon terhadap rangsang verbal. Reflex kornea dan pupil masih baik.
Gerakan terutama timbul sebagai respon terhadap rangsang nyeri.
o Koma-dalam (komplit)
Tidak ada gerakan spontan, tidak ada jawaban sama sekali terhadap rangsang
nyeri.
INTERPRETASI:
1. GCS E4M6V5 (15) COMPOSMENTIS
2. GCS <= 7 COMA
3. GCS E1M1V1 (3) COMA DALAM
4. GCS E4M6V0 AFASIA MOTORIK
5. GCS E4M1V1 COMA VIGIL
VERBAL:
5. Menanyakan orientasi terhadap orang, waktu dan tempat, perhatikan ucapan
penderita apakah lancer atau sesuai dengan pertanyaaan yang diberikan
6. Bila tidak ada suara yang keluar, beriksan rangsangan nyeri dengan menjepit kuku,
menekan supraorbita atau sternum
7. Penilaian bicara (verbal) dengan nilai 1-5:
5: orientasi waktu, orang dan tempat baik dan lancar
4: disorientasi atau bingung (jawaban tidak berhubungan)
3: hanya bisa membuat satu kata, tidak bisa membuat kalimat (inappropriate word)
2: hanya ada suara tanpa arti (incomprehensive sound)
1: tidak ada respon suara
MOTORIK
8. Menginspeksi gerakan atau posisi ekstremitas penderita
9. Memerintahkan penderita untuk menggerakkan anggota (tangan dan kaki) baik
verbal atau nonverbal
10. Bila tidak bisa, merangsang nyeri pada kuku penderita, lihat apakah ada gerakan
melokalisasi nyeri, menarik ekstremitas, posisi decorticate, posisi decerebrate
11. Penilaian motoris dengan nilai 1-6:
6: bisa diperintah baik verbal atau nonverbal (obey)
5: bisa mengetahui asal rangsangan (localizes)
4: bisa menghindar rangsangan (withdraws)
3: abnormal posisi flexi (decorticate)
2: abnormal posisi ekstensi (decerebrate)
1: tidak ada respon motorik
12. Cara menyebut atau menulis GCS dengan menyebut nilai skor mata, verbal, dan
motorik, misalnya:
GCS: E4V5M6, E1,V1,M1
CHECK LIST
DAN
EVALUASI
DAFTAR
INSTRUKTUR
REFERENSI
MODUL NEUROLOGI
KEPANITERAAN UMUM FK UHO
JUDUL NEUROLOGI
SUB JUDUL 1. Fungsi kortikal luhur (FKL)
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Fungsi Kotikal Luhur
LEARNING OBJECTIVE terutama fungsi berbahasa (Afasia) dan MMSE (Mini Mental Status
Examination) secara mandiri
1. Demo pemeriksaan fungsi berbahasa dan MMSE
METODE PEMBELAJARAN
2. Latihan antar teman
1. Alat Audiovisual (LCD)
ALAT BANTU 2. Lembar pemeriksan MMSE
3. Video pemeriksaan FKL
WAKTU
PEMERIKSAAN FUNGSI LUHUR/MENTAL
(Higher cortical function)
PEMERIKSAAN AFASIA
Aasia adalah salah satu gangguan berbahasa dimana terjadi gangguan
komunikasi dengan sekelilingnya. Syarat pemeriksaan afasia adalah
tidak ada penurunan derajat kesadaran. Dalam berbahasa tercakup
berbagai kemampuan 6 langkah, yaitu:
a. bicara spontan (fluently)
b. komprehensi (comprehensive)
c. mengulang (repetition)
d. menamai (naming)
e. membaca (reading)
f. menulis (writing)
JUDUL NEUROLOGI
SUB JUDUL 3. Tanda Meningeal
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan kaku kuduk, brudzinski
LEARNING OBJECTIVE leher (I), kernig, brudzinski tungkai (II), brudzinski (III) dan brudzinski
(IV) secara mandiri
1. Demo video pemeriksaan tanda meningeal
METODE PEMBELAJARAN
2. Latihan antar teman
1. Alat Audiovisual (LCD)
ALAT BANTU 2. Video rangsang meningeal
3. Tempat tidur pasien
WAKTU
TANDA RANGSANG MENINGEAL
(Meningeal sign)
Tanda ini timbul bila ada rangsangan pada meningen, baik diotak atau
medula spinalis. Meningeal sign muncul akibat keradangan atau
rangsangan meningen pada kelainan seperti meningitis dan stroke SAH
(subarachnoid Hemorrhage).
LATAR BELAKANG
Pemeriksaan tanda meningeal terdiri dari pemeriksaan kaku
kuduk,tanda lasegue, kernig, brudzinski I,II,II, dan IV.
Terdapat tanda kekakuan leher yang bukan meningeal sign yaitu pada
tetanus, sepsis, abses retrofaringeal, artritis servical atau tifoid fever,
parkinson tahap lanjut. Pada kasus ini terdapat kekakuan atau tahanan
leher ke segala arah,bila kaku kuduk murni tahanan hanya fleksi dagu
saja.
PEMERIKSAAN KAKU KUDUK DAN TANDA BRUDZINSKI I (leher)
1. Mempersilahkan penderita berbaring terlentang di tempat tidur,
kedua tangan dan kedua tungkai diluruskan, kemudian ambil
bantal bila ada
2. Memutar kepala penderita ke samping kiri dan kanan serta
menoleh ke kanan dan kiri apakah ada tahanan.
3. Memegang kepala belakang penderita dengan tangan kiri dan
tangan kanan kemudian memfleksikan kepala-dagu penderita ke
PROSEDUR
arah sternum/ dada penderita apakah ada tahanan atau nyeri
dileher, normal dagu dapat menyentuh dada.
4. Menentukan kaku kuduk positif yaitu bila terasa ada tahanan dan
dagu tidak menyentuh dada atau dada terangkat
5. Menentukan tes brudzinski I positif, yaitu saat bersamaan
pemeriksaan kaku kuduk terlihat gerakan fleksi sejenak pada
tungkai bawah.
TANDA LASEGUE
1. Pasien yang sedang baring diluruskan (ekstensi) kedua tungkainya.
Kemudian satu tungkai diangkat lurus. Tungkai satunya lagi dalam
keadaan lurus (tidak bergerak).
Tes lasegue
2. Tanda lasegue (+) bila sakit / tahanan timbul pada sudut <700
(dewasa) dan <600 (lansia).
3. Dijumpai pada meningitis, ischialgia, iritasi pleksus lumbosakral
(ex.HNP lumbosacralis)
TANDA KERNIG
1. Mempersilahkan penderita berbaring terlentang di tempat tidur,
kedua tangan dan kedua tungkai diluruskan, kemudian ambil
bantal bila ada
2. Memfleksikan paha pada sendi panggul dan lutut 90o, ekstensikan
tungkai bawah pada sendi lutut, normal lebih dari 135o
3. Menentukan tanda kernig positif bila ada tahanan atau nyeri dan
sudut tidak mencapai 135o
TANDA BRUDZINSKI II (TUNGKAI)
1. Mempersilahkan penderita berbaring terlentang di tempat tidur,
kedua tangan dan kedua tungkai diluruskan, kemudian ambil
bantal bila ada
2. Memfleksikan salah satu tungkai lurus pada sendi panggul
maksimal
3. Menentukan tanda brudzinski tungkai (II) positif yaitu bila terlihat
adanya fleksi tungkai kontralateral (yang tidak mengalami parese)
TANDA BRUDZINSKI IV
1. Mempersilahkan penderita berbaring terlentang di tempat tidur,
kedua tangan dan kedua tungkai diluruskan, kemudian ambil
bantal bila ada
2. Menekan os pubis pasien dengan tangan pemeriksa
3. Menentukan tanda brudzinski IV positif yaitu bila terlihat adanya
fleksi pada kedua tungkai.
RANGSANG
MENINGEAL CARANYA INTERPRETASI POSITIF
JUDUL NEUROLOGI
SUB JUDUL 3. nervus III, IV dan VI
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan adanya ptosis, strabismus,
LEARNING OBJECTIVE memeriksa pupil, reflek cahaya,reflek akomodasi, gerakan bola mata
secara mandiri
1. Demo video pemeriksaan N.III,IV dan VI
METODE PEMBELAJARAN
2. Latihan antar teman
1. Alat Audiovisual (LCD)
ALAT BANTU 2. Video pemeriksaan N.III, IV dan VI
3. Senter 4 buah
WAKTU
N.III (oculomotorius)
Nervus ini menginervasi m.obliquus inferior, m.rectus medialis,
m.rectus superior, m.rectus inferior, m.levator palpebra, m.sfingter
pupil (mengurus kontraksi pupil) dan m. siliaris (mengurus lensa
mata/akomodasi).
LATAR BELAKANG N.IV (trochlearis)
Nervus ini menginervasi m.obliquus superior untuk melirik bawah nasal
N.VI (abdusen)
Nervus ini menginervasi m. rectus lateralis untuk melirik temporal.
Pemeriksaan N.III, IV dan VI meliputi pemeriksaan reflek cahaya (pupil),
gerakan bola mata, ptosis, akomodasi, dan konvergensi.
PTOSIS
Menyuruh penderita membuka mata lebar-lebar. Inspeksi kedua
kelopak mata penderita, apakah ada yang jatuh/ layuh (ptosis)
JUDUL NEUROLOGI
SUB JUDUL 3. nervus III, IV dan VI
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan adanya ptosis, strabismus,
LEARNING OBJECTIVE memeriksa pupil, reflek cahaya,reflek akomodasi, gerakan bola mata
secara mandiri
1. Demo video pemeriksaan N.III,IV dan VI
METODE PEMBELAJARAN
2. Latihan antar teman
1. Alat Audiovisual (LCD)
ALAT BANTU 2. Video pemeriksaan N.III, IV dan VI
3. Senter 4 buah
WAKTU
N.III (oculomotorius)
Nervus ini menginervasi m.obliquus inferior, m.rectus medialis,
m.rectus superior, m.rectus inferior, m.levator palpebra, m.sfingter
pupil (mengurus kontraksi pupil) dan m. siliaris (mengurus lensa
mata/akomodasi).
LATAR BELAKANG N.IV (trochlearis)
Nervus ini menginervasi m.obliquus superior untuk melirik bawah nasal
N.VI (abdusen)
Nervus ini menginervasi m. rectus lateralis untuk melirik temporal.
Pemeriksaan N.III, IV dan VI meliputi pemeriksaan reflek cahaya (pupil),
gerakan bola mata, ptosis, akomodasi, dan konvergensi.
PTOSIS
Menyuruh penderita membuka mata lebar-lebar. Inspeksi kedua
kelopak mata penderita, apakah ada yang jatuh/ layuh (ptosis)