Anda di halaman 1dari 22

MODUL PANUM

BAGIAN NEUROLOGI

Editor:
dr. Nina Indriyani N

FAKULTAS KEDOKTERAN
Universitas Haluoleo
Kendari
2015
MODUL NEUROLOGI
KEPANITERAAN UMUM FK UHO

JUDUL NEUROLOGI
SUB JUDUL 1. Pemeriksaan Kesadaran (GCS)
LEARNING
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan derajat kesadaran (GCS) secara mandiri
OBJECTIVE
METODE 1. Overview kesadaran (anatomi, kualitas dan kuantitas)
PEMBELAJAR 2. Demo pemeriksaan derajat kesadaran (GCS)
AN 3. Latihan antar teman
1. Gambar tentang anatomi kesadaran
2. Gambar pemeriksaan kesadaran
ALAT BANTU
3. Video pemeriksaan kesadaran
4. Tempat tidur pasien 5 buah
WAKTU
Kesadaran (consciousness) dibagi atas dua yaitu kualitas dan kuantitas kesadaran.
Pusat kualitas kesadaran terletak di kortek serebrum bi hemisfer sedangkan kuantitas
kesadaran terletak di ARAS (ascending reticuler activating system) di encephalon dan
batang otak. Perubahan kesadaran bisa:
o Meningkat (eksitasi serebral), ex. Tremor, euphoria, mania
o Menurun, ex. Delirium
Pemeriksaan kualitas kesadaran terdiri atas:
a. persepsi dan orientasi
b. cipta atau daya piker termasuk proses piker, penalaran, penilaian, pertimbangan
dan keputusan
c. Afek dan emosi
d. Nafsu dan kemauan
e. Kepribadian
f. Psikomotor
LATAR Tingkat kesadaran (kualitatif) terbagi atas:
BELAKANG o NORMAL (Composmentis)
o DELIRIUM
Penurunan kesadaran disertai peningkatan yang abnormal dari aktifitas
psikomotor dan siklus tidur-bangun yang terganggu. Pasien tampak gaduh
gelisah, kacau, disorientasi, berteriak-teriak, meronta-ronta. Penyebabnya:
gangguan metabolic, toksik, penghentian minum alcohol/obat-obatan, dsb.
o SOMNOLEN
Keadaan mengantuk. Kesadaran dapat pulih penuh bila dirangsang. Mampu
member jawaban verbal dan menangkis rangsangan nyeri. Somnolen disebut
juga sebagai letargi obtudansi.
o SOPOR (STUPOR)
Kantuk yang dalam. Penderita masih dapat dibangunkan dengan rangsangan
yang kuat, namun kesadarannya segera menurun lagi. Masih dapat mengikuti
perintah singkat, masih ada gerakan spontan, dengan rangsang nyeri tidak dapat
dibangunkan sempurna, gerak motorik untuk menangkis rangsang nyeri masih
baik.
o Koma-ringan (semicoma)
Tidak ada respon terhadap rangsang verbal. Reflex kornea dan pupil masih baik.
Gerakan terutama timbul sebagai respon terhadap rangsang nyeri.
o Koma-dalam (komplit)
Tidak ada gerakan spontan, tidak ada jawaban sama sekali terhadap rangsang
nyeri.

Tingkat kesadaran (kuantitatif) dinilai dengan GCS terdiri atas respon:


1. EYE (E): membuka mata N = 4
2. VERBAL (V) : bicara N=5
3. MOTORIK (M): gerakan N = 6

Glasgow Coma Scale


RESPON NILAI
Respon Membuka Mata/ Eye (E)
Spontan 4
Terhadap perintah 3
Dgn rangsang nyeri (tekan kuku/supraorbita) 2
Tdk ada reaksi (meskipun dirangsang nyeri) 1

Respon Bicara / Verbal (V)


Baik dan tdk ada disorientasi 5
Kacau (confused) dpt bicara kalimat namun disorientasi waktu dan tempat 4
Tidak tepat mengucapkan kata-kata dan tdk beraturan 3
Mengerang 2
Tdk ada jawaban 1

Respon Gerakan / Motorik (M)


Menurut perintah (ex.disuruh angkat tangan) 6
Mengetahui lokasi nyeri 5
Reaksi menghindar 4
Reaksi fleksi (dekortikasi) 3
Reaksi ekstensi 2
Tdk ada reaksi sama sekali pastikan dengan rangsangan yang adekuat 1

INTERPRETASI:
1. GCS E4M6V5 (15) COMPOSMENTIS
2. GCS <= 7 COMA
3. GCS E1M1V1 (3) COMA DALAM
4. GCS E4M6V0 AFASIA MOTORIK
5. GCS E4M1V1 COMA VIGIL

Pemeriksaan kualitas kesadaran dilakukan dengan pemeriksaan GCS (glasgow coma


scale), pemeriksaan dengan urutan sebagai berikut:
MATA:
PROSEDUR
1. Menginspeksi pembukaan celah mata penderita apakah membuka spontan atau
tidak.
2. Bila mata penderita tidak membuka, berikan perintah dengan suara kepada
penderita untuk membuka mata.
3. Bila mata penderita tidak membuka, berikan rangsangan nyeri dengan menjepit
kuku jari, menekan daerah supraorbita atau disternum
4. Penilaian skor mata (eye) dengan nilai 1-4
4: membuka spontan
3: membuka dengan perintah suara
2: membuka dengan rangsangan nyeri
1: tidak ada respon mata

VERBAL:
5. Menanyakan orientasi terhadap orang, waktu dan tempat, perhatikan ucapan
penderita apakah lancer atau sesuai dengan pertanyaaan yang diberikan
6. Bila tidak ada suara yang keluar, beriksan rangsangan nyeri dengan menjepit kuku,
menekan supraorbita atau sternum
7. Penilaian bicara (verbal) dengan nilai 1-5:
5: orientasi waktu, orang dan tempat baik dan lancar
4: disorientasi atau bingung (jawaban tidak berhubungan)
3: hanya bisa membuat satu kata, tidak bisa membuat kalimat (inappropriate word)
2: hanya ada suara tanpa arti (incomprehensive sound)
1: tidak ada respon suara
MOTORIK
8. Menginspeksi gerakan atau posisi ekstremitas penderita
9. Memerintahkan penderita untuk menggerakkan anggota (tangan dan kaki) baik
verbal atau nonverbal
10. Bila tidak bisa, merangsang nyeri pada kuku penderita, lihat apakah ada gerakan
melokalisasi nyeri, menarik ekstremitas, posisi decorticate, posisi decerebrate
11. Penilaian motoris dengan nilai 1-6:
6: bisa diperintah baik verbal atau nonverbal (obey)
5: bisa mengetahui asal rangsangan (localizes)
4: bisa menghindar rangsangan (withdraws)
3: abnormal posisi flexi (decorticate)
2: abnormal posisi ekstensi (decerebrate)
1: tidak ada respon motorik

12. Cara menyebut atau menulis GCS dengan menyebut nilai skor mata, verbal, dan
motorik, misalnya:
GCS: E4V5M6, E1,V1,M1
CHECK LIST
DAN
EVALUASI
DAFTAR
INSTRUKTUR
REFERENSI
MODUL NEUROLOGI
KEPANITERAAN UMUM FK UHO

JUDUL NEUROLOGI
SUB JUDUL 1. Fungsi kortikal luhur (FKL)
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Fungsi Kotikal Luhur
LEARNING OBJECTIVE terutama fungsi berbahasa (Afasia) dan MMSE (Mini Mental Status
Examination) secara mandiri
1. Demo pemeriksaan fungsi berbahasa dan MMSE
METODE PEMBELAJARAN
2. Latihan antar teman
1. Alat Audiovisual (LCD)
ALAT BANTU 2. Lembar pemeriksan MMSE
3. Video pemeriksaan FKL
WAKTU
PEMERIKSAAN FUNGSI LUHUR/MENTAL
(Higher cortical function)

Pemeriksaan fungsi kortikal luhur berkaitan dengan fungsi kortek di


otak besar, pemeriksaan ini terdiri atas:
a. tingkat kesadaran
b. atensi/pemusatan perhatian
c. orientasi
d. berbahasa
e. memori
f. pengetahuan umum
g. berhitung
h. abstraksi
i. gnosis
j. praksis
k. respon emosional
LATAR BELAKANG pada pemeriksaan ini hanya dikhususkan pada berbahasa (afasia),
memori dan MMSE (mini mental state examination)

PEMERIKSAAN AFASIA
Aasia adalah salah satu gangguan berbahasa dimana terjadi gangguan
komunikasi dengan sekelilingnya. Syarat pemeriksaan afasia adalah
tidak ada penurunan derajat kesadaran. Dalam berbahasa tercakup
berbagai kemampuan 6 langkah, yaitu:
a. bicara spontan (fluently)
b. komprehensi (comprehensive)
c. mengulang (repetition)
d. menamai (naming)
e. membaca (reading)
f. menulis (writing)

Dalam pemeriksaan afasia ini semua komponen di atas diperiksa


tesendiri, pembagian afasia berdasarkan gangguan komponen yang
terjadi. Jenis afasia yang utama: afasia motorik (broca), afasia sensoris,
afasia global, afasia konduktif, afasia transkortikal motor, afasia
transkortikal sensoris.
Kelancaran berbahasa (Fluently)
Memeriksa kelancaran berbahasa, pasien ditanya nama, alamat, berada
dimana, kenapa sakit, keluhannya, dsb, melihat apakah pasien
menjawab dengan lancar, tidak terbata-bata, spontan, bila lancar maka
bicarapasien fluent/lancar
Pemahaman berbahasa (comprehensive)
Memeriksan pemahaman berbahasa, saat anamnesa dilihat
pemahaman pasien dalam menjawab pertanyaan (verbal) atau
nonverbal, contoh angkat tangan ke atas pemeriksa dengan harapan
pasien bisa mengikuti, bila tidak bisa coba angkat tangan pasien oleh
pemeriksa dan tahan sebentar, bila bisa maka pemahaman baik.
Pengulangan bahasa (repetition)
Mempersilahkan pasien mengulang apa yang diucapkan pemeriksa,
PROSEDUR
mulai satu kata, ebberapa kata, atau kalimat, contoh: mengulang kata-
kata, nama buah, nama benda, kota, angka.
Pemberian nama benda (naming)
Menyiapkan benda-benda sederhana disekitar pemeriksa/pasien, tanya
nama benda terserbut, bila bisa maka komponen penamaan baik
Membaca dan menulis (reading and writing)
Mempersilahkan pasien membaca dan menulis apakah ada gangguan
atau tidak
Menentukan jenis afasia
Menentukan jenis afasia: afasia motorik (broca), afasia sensoris, afasia
global, afasia konduktif, afasia transkortikal motor, afasia transkortikal
sensoris.
CHECK LIST DAN EVALUASI
DAFTAR INSTRUKTUR
REFERENSI
MODUL NEUROLOGI
KEPANITERAAN UMUM FK UHO

JUDUL NEUROLOGI
SUB JUDUL 3. Tanda Meningeal
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan kaku kuduk, brudzinski
LEARNING OBJECTIVE leher (I), kernig, brudzinski tungkai (II), brudzinski (III) dan brudzinski
(IV) secara mandiri
1. Demo video pemeriksaan tanda meningeal
METODE PEMBELAJARAN
2. Latihan antar teman
1. Alat Audiovisual (LCD)
ALAT BANTU 2. Video rangsang meningeal
3. Tempat tidur pasien
WAKTU
TANDA RANGSANG MENINGEAL
(Meningeal sign)

Tanda ini timbul bila ada rangsangan pada meningen, baik diotak atau
medula spinalis. Meningeal sign muncul akibat keradangan atau
rangsangan meningen pada kelainan seperti meningitis dan stroke SAH
(subarachnoid Hemorrhage).
LATAR BELAKANG
Pemeriksaan tanda meningeal terdiri dari pemeriksaan kaku
kuduk,tanda lasegue, kernig, brudzinski I,II,II, dan IV.
Terdapat tanda kekakuan leher yang bukan meningeal sign yaitu pada
tetanus, sepsis, abses retrofaringeal, artritis servical atau tifoid fever,
parkinson tahap lanjut. Pada kasus ini terdapat kekakuan atau tahanan
leher ke segala arah,bila kaku kuduk murni tahanan hanya fleksi dagu
saja.
PEMERIKSAAN KAKU KUDUK DAN TANDA BRUDZINSKI I (leher)
1. Mempersilahkan penderita berbaring terlentang di tempat tidur,
kedua tangan dan kedua tungkai diluruskan, kemudian ambil
bantal bila ada
2. Memutar kepala penderita ke samping kiri dan kanan serta
menoleh ke kanan dan kiri apakah ada tahanan.
3. Memegang kepala belakang penderita dengan tangan kiri dan
tangan kanan kemudian memfleksikan kepala-dagu penderita ke
PROSEDUR
arah sternum/ dada penderita apakah ada tahanan atau nyeri
dileher, normal dagu dapat menyentuh dada.
4. Menentukan kaku kuduk positif yaitu bila terasa ada tahanan dan
dagu tidak menyentuh dada atau dada terangkat
5. Menentukan tes brudzinski I positif, yaitu saat bersamaan
pemeriksaan kaku kuduk terlihat gerakan fleksi sejenak pada
tungkai bawah.
TANDA LASEGUE
1. Pasien yang sedang baring diluruskan (ekstensi) kedua tungkainya.
Kemudian satu tungkai diangkat lurus. Tungkai satunya lagi dalam
keadaan lurus (tidak bergerak).

Tes lasegue
2. Tanda lasegue (+) bila sakit / tahanan timbul pada sudut <700
(dewasa) dan <600 (lansia).
3. Dijumpai pada meningitis, ischialgia, iritasi pleksus lumbosakral
(ex.HNP lumbosacralis)

TANDA KERNIG
1. Mempersilahkan penderita berbaring terlentang di tempat tidur,
kedua tangan dan kedua tungkai diluruskan, kemudian ambil
bantal bila ada
2. Memfleksikan paha pada sendi panggul dan lutut 90o, ekstensikan
tungkai bawah pada sendi lutut, normal lebih dari 135o
3. Menentukan tanda kernig positif bila ada tahanan atau nyeri dan
sudut tidak mencapai 135o
TANDA BRUDZINSKI II (TUNGKAI)
1. Mempersilahkan penderita berbaring terlentang di tempat tidur,
kedua tangan dan kedua tungkai diluruskan, kemudian ambil
bantal bila ada
2. Memfleksikan salah satu tungkai lurus pada sendi panggul
maksimal
3. Menentukan tanda brudzinski tungkai (II) positif yaitu bila terlihat
adanya fleksi tungkai kontralateral (yang tidak mengalami parese)

TANDA BRUDZINSKI III


1. Mempersilahkan penderita berbaring terlentang di tempat tidur,
kedua tangan dan kedua tungkai diluruskan, kemudian ambil
bantal bila ada
2. Menekan kedua pipi/ infraorbita pasien dengan kedua tangan
pemeriksa
3. Menentukan tanda brudzinski III positif yaitu bila terlihat adanya
fleksi pada kedua lengan.

TANDA BRUDZINSKI IV
1. Mempersilahkan penderita berbaring terlentang di tempat tidur,
kedua tangan dan kedua tungkai diluruskan, kemudian ambil
bantal bila ada
2. Menekan os pubis pasien dengan tangan pemeriksa
3. Menentukan tanda brudzinski IV positif yaitu bila terlihat adanya
fleksi pada kedua tungkai.

RANGSANG
MENINGEAL CARANYA INTERPRETASI POSITIF

KAKU Tangan pemeriksa Kaku kuduk (+) meningitis,


KUDUK ditempatkan di bawah bila terasa ada miositis otot
kepala pasien yang sedang tahanan dan kuduk, abses
baring, kepala ditekuk dagu tidak dapat retrofaringeal,
(fleksi), usahakan agar mencapai dada. arthritis
dagu menyentuh dada. diservikal
TES Pasien yang sedang baring Tanda lasegue meningitis,
LASEGUE diluruskan (ekstensi) kedua (+) bila sakit / ischialgia, iritasi
tungkainya. Kemudian satu tahanan timbul pleksus
tungkai diangkat lurus. pada sudut <700 lumbosakral
Tungkai satunya lagi dalam (dewasa) dan (ex.HNP
keadaan lurus (tidak <600 (lansia). lumbosacralis
bergerak).

KERNIG Penderita baring, salah Tanda kernig (+) Dijumpai pada


SIGN satu pahanya difleksikan bila terdapat penyakit-
sampai membuat sudut tahanan dan penyakit spt yg
900 , lalu tungkai bawah di rasa nyeri terdapat pada
ekstensikan pada sebelum tanda lasegue
persendian lutut. Biasanya mencapai sudut (+).
ekstensi dilakukan sampai 1350
membentuk sudut 1350

BRUDZINSKI Tangan ditempatkan di Tanda brudzinski


I bawah kepala yang sedang I (+) bila terdapat
baring. Kita tekuk kepala fleksi pada kedua
(fleksi) sampai dagu tungkai
mencapai dada. Tangan
yang satu lagi sebaiknya
ditempatkan di dada
pasien untuk mencegah
diangkatnya badan

BRUDZINSKI Pada pasien yang sedang Tanda brudzinski


II baring satu tungkai II (+) bila tungkai
difleksikan pada yang satunya ikut
persendian panggul, juga terfleksi
sedang tungkai yang
satunya lagi berada dalam
keadaan ekstensi (lurus)

BRUDZINSKI Tekan Os.zygomaticum. Tanda brudzinski
III III (+) bila terjadi
fleksi involunter
ektremitas
superior (lengan
tangan fleksi)

BRUDZINSKI Tekan simfisis od.pubis Tanda brudzinski


IV (SOP) IV (+) bila terjadi
fleksi involunter
ektremitas
inferior (kaki)
CHECK LIST DAN EVALUASI
DAFTAR INSTRUKTUR
REFERENSI
MODUL NEUROLOGI
KEPANITERAAN UMUM FK UHO

JUDUL NEUROLOGI
SUB JUDUL 3. nervus III, IV dan VI
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan adanya ptosis, strabismus,
LEARNING OBJECTIVE memeriksa pupil, reflek cahaya,reflek akomodasi, gerakan bola mata
secara mandiri
1. Demo video pemeriksaan N.III,IV dan VI
METODE PEMBELAJARAN
2. Latihan antar teman
1. Alat Audiovisual (LCD)
ALAT BANTU 2. Video pemeriksaan N.III, IV dan VI
3. Senter 4 buah
WAKTU
N.III (oculomotorius)
Nervus ini menginervasi m.obliquus inferior, m.rectus medialis,
m.rectus superior, m.rectus inferior, m.levator palpebra, m.sfingter
pupil (mengurus kontraksi pupil) dan m. siliaris (mengurus lensa
mata/akomodasi).
LATAR BELAKANG N.IV (trochlearis)
Nervus ini menginervasi m.obliquus superior untuk melirik bawah nasal
N.VI (abdusen)
Nervus ini menginervasi m. rectus lateralis untuk melirik temporal.
Pemeriksaan N.III, IV dan VI meliputi pemeriksaan reflek cahaya (pupil),
gerakan bola mata, ptosis, akomodasi, dan konvergensi.
PTOSIS
Menyuruh penderita membuka mata lebar-lebar. Inspeksi kedua
kelopak mata penderita, apakah ada yang jatuh/ layuh (ptosis)

KEDUDUKAN BOLA MATA


Memperhatikan kedudukan bola mata saat memandang lurus kedepan,
bila tidak sejajar disebut strabismus, bila ketengah disebut strabismus
PROSEDUR
konvergen sedang bila keluar disebut strabismus divergen

GERAKAN BOLA MATA


Memeriksa gerakan bola mata penderita, ke semua arah. Lihat apakah
ada kelumpuhan ototpenggerak bola mata dan tanyakan ada
penglihatan double (diplopia). Kemudian pemeriksaan gerakan bola
satu mata bergantian.
REFLEK AKOMODASI DAN KONVERGENSI
1. Menyuruh pasien melihatbenda yang jauh, mendadak disuruh
melihat jari kita yang diletakkan ditengan didepan hidung 10 cm,
mendadak disuruh melihat jauh lagi, begitu dilakukan berulang-
ulang.
2. Memperhatikan gerakan bola mata ke tengah (konvergensi) dan
pupil mengecil (miosis), bila masih ada disebut positif

PUPIL DAN REFLEK CAHAYA (reflek pupil)


1. Mempersilahkan penderita berbaring terlentang dengan mata
melihat lurus ke atas
2. Penerangan ruang periksa dimatikan / diredupkan, siapkan senter
3. Memperhatikan pupil, bulat atau tidak, ukur diameter pupil berapa
mm, catat bila ada kelainan
4. Memeriksa reflek cahaya, mata diperiksa satu per satu dengan
mata lainnya ditutup bergantian, dengan senter yang menyala,
senter digerakkan dari luar/lateral ke tengah tegak lurus pupil,
sinar jatuh ditengah pupil, berhenti sejenak di tengah pupil,
diulang beberapa kali
5. Menentukan reflek cahaya normal (positif), yaitu adanya pupil
mengecil (miosis) baik mata yang sesisi atau mata sisi lainnya
(kontralateral)
6. Menentukan reflek cahaya langsung normal (positif), bila pupil
sesisi yang miosis.
7. Memeriksa reflek cahaya konsensual dengan tangan kiri pemeriksa
diletakkan di atas hidung pasien, supaya sinarmasuk ke mata
kontralateral, memeriksa seperti langkah ke 10, tetapi yang
diperhatikan pupil sisi kontralateralnya mengecil (miosis)
8. Menyebutkan ciri-ciri kelainan nervus III, IV dan VI
Ciri-ciri kelainan nervus III
Ciri-ciri kelainan nervus IV

Ciri-ciri kelainan nervus VI

CHECK LIST DAN EVALUASI


DAFTAR INSTRUKTUR
REFERENSI
MODUL NEUROLOGI
KEPANITERAAN UMUM FK UHO

JUDUL NEUROLOGI
SUB JUDUL 3. nervus III, IV dan VI
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan adanya ptosis, strabismus,
LEARNING OBJECTIVE memeriksa pupil, reflek cahaya,reflek akomodasi, gerakan bola mata
secara mandiri
1. Demo video pemeriksaan N.III,IV dan VI
METODE PEMBELAJARAN
2. Latihan antar teman
1. Alat Audiovisual (LCD)
ALAT BANTU 2. Video pemeriksaan N.III, IV dan VI
3. Senter 4 buah
WAKTU
N.III (oculomotorius)
Nervus ini menginervasi m.obliquus inferior, m.rectus medialis,
m.rectus superior, m.rectus inferior, m.levator palpebra, m.sfingter
pupil (mengurus kontraksi pupil) dan m. siliaris (mengurus lensa
mata/akomodasi).
LATAR BELAKANG N.IV (trochlearis)
Nervus ini menginervasi m.obliquus superior untuk melirik bawah nasal
N.VI (abdusen)
Nervus ini menginervasi m. rectus lateralis untuk melirik temporal.
Pemeriksaan N.III, IV dan VI meliputi pemeriksaan reflek cahaya (pupil),
gerakan bola mata, ptosis, akomodasi, dan konvergensi.
PTOSIS
Menyuruh penderita membuka mata lebar-lebar. Inspeksi kedua
kelopak mata penderita, apakah ada yang jatuh/ layuh (ptosis)

KEDUDUKAN BOLA MATA


Memperhatikan kedudukan bola mata saat memandang lurus kedepan,
bila tidak sejajar disebut strabismus, bila ketengah disebut strabismus
PROSEDUR
konvergen sedang bila keluar disebut strabismus divergen

GERAKAN BOLA MATA


Memeriksa gerakan bola mata penderita, ke semua arah. Lihat apakah
ada kelumpuhan ototpenggerak bola mata dan tanyakan ada
penglihatan double (diplopia). Kemudian pemeriksaan gerakan bola
satu mata bergantian.
REFLEK AKOMODASI DAN KONVERGENSI
3. Menyuruh pasien melihatbenda yang jauh, mendadak disuruh
melihat jari kita yang diletakkan ditengan didepan hidung 10 cm,
mendadak disuruh melihat jauh lagi, begitu dilakukan berulang-
ulang.
4. Memperhatikan gerakan bola mata ke tengah (konvergensi) dan
pupil mengecil (miosis), bila masih ada disebut positif

PUPIL DAN REFLEK CAHAYA (reflek pupil)


9. Mempersilahkan penderita berbaring terlentang dengan mata
melihat lurus ke atas
10. Penerangan ruang periksa dimatikan / diredupkan, siapkan senter
11. Memperhatikan pupil, bulat atau tidak, ukur diameter pupil berapa
mm, catat bila ada kelainan
12. Memeriksa reflek cahaya, mata diperiksa satu per satu dengan
mata lainnya ditutup bergantian, dengan senter yang menyala,
senter digerakkan dari luar/lateral ke tengah tegak lurus pupil,
sinar jatuh ditengah pupil, berhenti sejenak di tengah pupil,
diulang beberapa kali
13. Menentukan reflek cahaya normal (positif), yaitu adanya pupil
mengecil (miosis) baik mata yang sesisi atau mata sisi lainnya
(kontralateral)
14. Menentukan reflek cahaya langsung normal (positif), bila pupil
sesisi yang miosis.
15. Memeriksa reflek cahaya konsensual dengan tangan kiri pemeriksa
diletakkan di atas hidung pasien, supaya sinarmasuk ke mata
kontralateral, memeriksa seperti langkah ke 10, tetapi yang
diperhatikan pupil sisi kontralateralnya mengecil (miosis)
16. Menyebutkan ciri-ciri kelainan nervus III, IV dan VI
Ciri-ciri kelainan nervus III
Ciri-ciri kelainan nervus IV

Ciri-ciri kelainan nervus VI

CHECK LIST DAN EVALUASI


DAFTAR INSTRUKTUR
REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai