Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 ditegaskan bahwa


pelayanan kesehatan dalam keluarga berencana di maksudkan untuk pengaturan
kehamilan bagi pasangan usia subur untuk membentuk generasi penerus yang
sehat dan cerdas. Dan menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan , alat dan
obat dalam memberikan pelayanan keluarga berencana yang aman, bermutu, dan
terjangkau oleh masyarakat.

WHO dan UNICEF (1978) melakukan pertemuan di Alma Ata yang


memusatkan perhatian terhadap tingginya angka kematian maternal perinatal. Dalam
pertemuan tersebut di sepakati untuk menetapkan konsep Primary Health Care yang
memberikan pelayanan antenatal, persalinan bersih dan aman, melakukan upaya
penerimaan keluarga berencana, dan meningkatkan pelayanan rujukan (Handayani,
2010: 13).

Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 yang menjelaskan tentang


Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyebutkan bahwa
Keluarga Berencana (KB) adalah upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak,
kemudian usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan dengan melalui promosi,
perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan
keluarga yang berkualitas (BKKBN, 2011).

Tugas BKKBN adalah merumuskan kebijakan pengelolaan dan koordinasi


pelaksanaan program Keluarga Berencana Nasional dan pembangunan keluarga
sejahtera, mengembangkan dan memantapkan peran serta masyarakat, meningkatkan
kualitas program Keluarga Berencana Nasional dan pembangunan keluarga sejahtera
serta pemberdayaan perempuan secara terpadu bersama instansi terkait (Sujiatini,
2011: 22).

Dimasyarakat, metode kontrasepsi hormonal tidaklah asing lagi. Hampir 70 %


akseptor KB menggunakan metode kontrasepsi hormonal. Namun demikian banyak
juga efek samping yang dikeluhkan akseptor KB berkenaan dengan kontrasepsi yang

1
dipakainya akhirnya banyak kejadian akseptor KB yang drop out karena belum
memahami dengan baik bagaimana metode kontrasepsi hormonal tersebut
(Handayani, 2010: 96).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uaraian latar belakang tersebut diatas maka penulis tertarik


melakukan penelitian tentang Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Akseptor KB
Suntik Terhadap Kenaikan Berat Badan di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo
Kota Padang Tahun 2016.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap ibu akseptor KB suntik


terhadap kenaikan berat badan di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang
Tahun 2016.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu akseptor KB suntik terhadap


kenaikan berat badan di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang
Tahun 2016.
b. Untuk mengetahui gambaran sikap ibu akseptor KB suntik terhadap kenaikan
berat badan di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang Tahun 2016.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Puskesmas Payo Selincah

Diharapkan sebagai referensi atas data yang telah ada, untuk mengkaji dan
mengembangkan informasi tentang KB khususnya mengenai dampak/efek samping
dari pengguaan KB suntik dan masukan dalam pelaksanaan program pelayanan
kontrasepsi di Puskesmas Payo Selincah.

2
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan atau informasi untuk mahasiswa dalam pengembangan dan
peningkatan ilmu pengetahuan khususnya tentang KB suntik.

1.4.3 Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan kesehatan, Pengetahuan dan Pengalaman dalam


membuat karya tulis ilmiah ini.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggambarkan tentang sejauh mana pengetahuan dan sikap ibu
akseptor KB suntik terhadap kenaikan berat badan di wilayah kerja Puskesmas
Nanggalo Kota Padang Tahun 2016.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode


pendekatan cross sectional. Sedangkan sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan
teknik simple random sampling, instrument yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner. Metode yang digunakan untuk menguraikan gambaran
pengetahuan dan sikap pada ibu akseptor KB suntik terhadap kenaikan berat badan
secara deskriptif.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Keluarga Berencana

2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan


suami isteri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran
yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur
interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan
dengan usia suami isteri, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto
,2007)

Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak
yang diinginkan. Agar dapat mencapai hal tersebut, maka dibuatlah beberapa cara
atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda kehamilan (Sulistyawati,2011: 12).

2.2 Pengetahuan

2.2.1 pengertian pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia, atau hasil dari tahu seseorang
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau
tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkatan yakni
(Notoatmodjo,2010: 27) :

2.2.2 tingkatan pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2002), pengetahuan meruakan domain yang sangat penting


untuk terbentuknya tindakan seseorang. Tingkat pengetahuan didalam domain
kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu :

a. Tahu (know)

4
Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya
setelah mengamati sesuatu.

b.Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar
dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterprestasikan secara
benar tentang objek yang iketahui tersebut.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat
menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi
yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan dan atau memisahkan,


kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu
masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah
sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan,
atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap
pengetahuan atau objek tersebut.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau


meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan
yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian


terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.

5
2.3 Sikap (attitude)

2.3.1 pengertian sikap

Sikap merupakan respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu,
yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak
senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). (Notoatmodjo, 2010 :
29)

2.3.2 tingkatan sikap

Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkatan-tingkatan berdasarkan


intensitasnya sebagai berikut:

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau menerima stimulus yang diberikan
(obyek).

b. Menanggapi (responding)

Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap


pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subyek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap
objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak
atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.

d. Bertanggungjawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang
telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan
keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang
mencemoohkan atau adanya resiko lain.

2.4 Kerangka Teori

Lawrence Green dalam teorinya menyatakan bahwa kesehatan seseorang atau


masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes)

6
dan faktor di luar perilaku (non-behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri
ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu (Notoatmodjo,2007: 178)

1. Faktor-faktor predisposisi (presdisposing factors), yang terwujud dalam


pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan


fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan
sebagainya.

3. Faktor-faktor pendorong (renforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan


perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi
dari perilaku masyarakat.

7
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Dan Desain Penelitian

Desain penelitian dalam penelitian ini adalah studi descriptive dan desain
penelitian cross sectional untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap ibu
akseptor KB suntik terhadap kenaikan berat badan di wilayah kerja Puskesmas
Nanggalo Kota Padang Tahun 2016.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian bertempat di puskesmas kecamatan Nanggalo Padang pada bulan juni


2016

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah sekelompok orang atau objek dengan satu karakteristik umum
yang dapat di observasi (Sulistyaningsih, 2011 : 64). Semua akseptor KB di
wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang Tahun 2016.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut
prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. Sehubungan dengan
keterbatasan biaya dan waktu yang dimiliki, saya mengambil sampel dalam
penelitian ini adalah semua akseptor KB yang menggunakan kontrasepsi suntik
sebanyak 382 orang di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang Tahun
2016.

8
3.4. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

3.4.1 Jenis Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang di ambil secara langsung dari responden
menggunakan kuesioner dengan metode angket. Data primer dalam penelitian ini
adalah pengetahuan, sikap, tentang penggunaan alat kontrasepsi KB suntik.
Semua data tesebut diatas diperoleh dari hasil pengisian kuesioner.

b. Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan untuk melengkapi data primer yang di peroleh dari
instansi terkait berupa : pencacatan dan pelaporan cakupan akseptor KB di
Kilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang.

3.4.2 Cara Pengumpulan data

Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara wawancara dan
mengisi kuesioner. Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan data dengan
memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden untuk di
jawabnya ( Sulistyaningsih, 2011 : 122).

Anda mungkin juga menyukai