Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Standar layanan kebidanan merupakan suatu alat organisasi untuk
menjabarkan mutu layanan Kebidanan ke dalam terminologi operasional sehingga
semua orang yang terlibat dalam layanan kebidanan akan terikat dalam suatu
sistem, baik pasien, penyedia layanan kebidanan, penunjang layanan kebidanan ,
ataupun manajemen organisasi layanan kebidanan, dan akan bertanggung gugat
dalam menjalankan tugas dan perannya masing-masing.
Dengan mengetahui standar pelayanan kebidanan dasar kita dapat menjadikan
acuan dalam memperbaiki kinerja pelayanan kebidanan. Dengan menggunakan
standar pelayanan kebidanan dapat menjadikan pelayanan kesehatan yang bermutu
dan berkualitas.

Bidan bekerja berdasarkan pada pandangan filosofi yang dianut keilmuan, metode
kerja, standar praktik, pelayanan dan kode etik profesi yang dimiliki. Suatu jabatan
profesi yang disandang oleh anggota profesi tentu mempunyai ciri- ciri yang mampu
menunjukkan sebagai jabatan yang professional. Pengembangan karir bidan
meliputi karir fungsional dan karir struktural.Pada saat ini pengembangan karir bidan
secara fungsional telah disiapkan dengan jabatan fungsional bidan,serta melalui
pendidikan berkelanjutan baik secara formal maupun non formal yang hasil akhirnya
akan meningkatkan kemampuan profesional bidan dalam melaksanakan fungsinya.
Fungsi bidan nantinya dapat sebagai pelaksana, pendidik, peneliti, dan bidan
koordinator.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan Standar Pelayanan Kebidanan Dasar?
2. apakah isi dari Standar 13 sampai standar 16 pelayanan kebidanan dasar??

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud Standar Pelayanan Kebidanan Dasar.
2. Untuk mengetahui isi dari Standar 13 sampai standar 16 pelayanan kebidanan
dasar

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DASAR


1. Pengertian
Menurut Clinical Practice Guideline (1990) Standar adalah keadaan ideal atau
tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang dipergunakan sebagai batas
penerimaan minimal.
Menurut Donabedian (1980) Standar adalah rumusan tentang penampilan atau
nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah
ditetapkan.
Menurut Rowland and Rowland (1983) Standar adalah spesifikasi dari fungsi
atau tujuan yang harus dipenuhi oleh suatu sarana pelayanan kesehatan agar
pemakai jasa pelayanan dapat memperoleh keuntungan yang maksimal dari
pelayanan kesehatan yang diselenggarakanSecara luas.
Secara luas, pengertian standar layanan kebidanan merupakansuatu pernyataan
tentang mutu yang diharapkan, yaitu akan menyangkut masukan, proses dan
keluaran (outcome) sistem layanankebidanan.
Standar layanan kebidanan merupakan suatu alat organisasi untuk menjabarkan
mutu layananKebidanan ke dalam terminologi operasional sehingga semua orang
yang terlibat dalam layanan kebidanan akan terikat dalam suatu sistem, baik pasien,
penyedia layanan kebidanan, penunjang layanan kebidanan , ataupun manajemen
organisasi layanan kebidanan, dan akan bertanggung gugat dalam menjalankan
tugas dan perannya masing-masing.

Sehingga, Standar Pelayanan Kebidanan Dasar adalah norma dan tingkat kinerja
yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

1. Syarat Standart
2. Dapat diobservasi dan diukur
3. Realistik
4. Mudah dilakukan dan dibutuhkan
.
2.2 PENGENALAN STANDART PELAYANAN KEBIDANAN
Standar Pelayanan Kebidanan terdiri dari 24 Standar, meliputi :

1. Standar Pelayanan Umum (2 standar)


Standar 1 : Persiapan untuk Kehidupan Keluarga Sehat
Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan, keluarga dan
masyarakat terhadap segala hal yang berkaitan dengan kehamilan, termasuk
penyuluhan kesehatan umum, gizi, keluarga berencana, kesiapan dalam
menghadapi kehamilan dan menjadi calon orang tua, menghindari kebiasaan yang
tidak baik dan mendukung kebiasaan yang baik.

Standar 2 : Pencatatan dan Pelaporan


Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukannya, yaitu registrasi.
Semua ibu hamil di wilayah kerja, rincian pelayanan yang diberikan kepada setiap
ibu hamil/bersalin/nifas dan bayi baru lahir, semua kunjungan rumah dan
penyuluhan kepada masyarakat. Di samping itu bidan hendaknya mengikutsertakan
kader untuk mencatat semua ibu hamil dan meninjau upaya masyarakat yang
berkaitan dengan ibu hamil dan bayi baru lahir. Bidan meninjau secara teratur
catatan tersebut untuk menilai kinerja dan penyusunan rencana kegiatan untuk
meningkatkan pelayanannya.

1. Standar Pelayanan Antenatal (6 standar)


Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara
berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami, dan anggota
keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan
secara teratur

Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal


Bidan memberikan sedikitnya 4x pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliput
anamnesis dan pemantauan ibu janin dengan seksama untuk menilai apakah
perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenali kehamilan risti/
kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS, infeksi HIV, memberikan
pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya
yang diberikan oleh puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat pada
setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu mengambil
tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya.

Standar 5 : Palpasi dan Abdominal


Bidan melakukan pemeriksaan abdominal dan melakukan palpasi untuk
memperkirakan usia kehamilan; serta bila kehamilan bertambah memeriksa posisi,
bagian terendah janin dan masuknya kepala janin kedalam rongga panggul, untuk
mencari kelainan dan melakukan rujukan tepat waktu.

Standar 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan


Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan rujukan
semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan


Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan
mengenal tanda serta gejala preeklampsia lainnya, serta mengambil tindakan yang
tepat dan merujuknya.

Standar 8 : Persiapan Persalinan


Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya
pada trimester ketiga, untu memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih
dan aman serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik,
disamping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi
keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal
ini.

1. Standar Pertolongan Persalinan (4 standar)


Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala I
Bidan menilai secara tepat bahwa persalian sudah mulai, kemudian memberikan
asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan klien,
selama proses persalinan berlangsung.

Standar 10 : Persalinan Kala II yang Aman


Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman, dengan sikap sopan dan
penghargaan terhadap klien serta memperhatikan tradisi setempat

Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III


Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu
pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.

Standar 12 : Penanganan Kala II dengan Gawat Janin melalui Episiotomi.


Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yang lama, dan
segera melakukan episiotomi dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti
dengan penjahitan perineum.

1. Standar Pelayanan Nifas (3 standar)


Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
Tujuan :
Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan serta
mencegah hipotermi, hipokglikemia dan infeksi

Pernyataan standar:
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan
mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau
merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah dan menangani
hipotermia

Standar 14 : Penanganan pada Dua Jam Pertama Setelah Persalinan


Tujuan :
Mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersi dan aman selama kala 4 untuk
memulihkan kesehatan bayi, meningkatkan asuhan sayang ibu dan sayang bayi,
memulai pemberian IMD

Pernyataan standar :
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam
dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang di perlukan

Standar 15 : Pelayanan bagi Ibu dan Bayi pada Masa Nifas


Tujuan :
Memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah persalinan dan
penyuluhan ASI ekslusif

Pernyataan standar :
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada
hari ketiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk
membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang
benar, penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi
pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum,
kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI,
imunisasi dan KB

1. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-Neonatal (9 standar)


Standar 16 : Penanganan Perdarahan dalam Kehamilan pada Trimester III
Tujuan :
Mengenali dan melakukan tindakan cepat dan tepat perdarahan dalam trimester 3
kehamilan

Pernyataan standar :
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan, serta
melakukan pertolongan pertama dan merujuknya

Standar 17 : Penanganan Kegawatan dan Eklampsia


Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklampsia mengancam, serta
merujuk dan/atau memberikan pertolongan pertama

Standar 18 : Penanganan Kegawatan pada Partus Lama/Macet


Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama/macet serta melakukan
penanganan yang memadai dan tepat waktu atau merujuknya

Standar 19 : Persalinan dengan Penggunaan Vakum Ekstraktor


Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi vakum, melakukannya dengan benar
dalam memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan keamanannya bagi
ibu dan janin/bayinya.

Standar 20 : Penanganan Retensio Plasenta


Bidan mampu mengenali retensio plasenta, dan memberikan pertolongan pertama
termasuk plasenta manualdan penanganan perdarahan, sesuai dengan kebutuhan.

Standar 21 : Penanganan Perdarahan Post Partum Primer


Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah
persalinan (perdarahan post partum primer) dan segera melakukan pertolongan
pertama untuk mengendalikan perdarahan.

Standar 22 : Penanganan Perdarahan Post Partum Sekunder


Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala perdarahan post
partum sekunder, dan melakukan pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa ibu,
atau merujuknya.

Standar 23 : Penanganan Sepsis Puerperalis


Bidan mampu mengamati secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis, serta
melakukan pertolongan pertama atau merujuknya.

Standar 24 : Penanganan Asfiksia Neonatorum


Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia, serta
melakukan resusitasi, mengusahakan bantuan medis yang diperlukan dan
memberikan perawatan lanjutan.

Standar pelayanan kebidanan digunakan untuk menentukan kompetensi yang


diperlukan bidan dalam menjalankan praktik sehari-hari. Standart pelayanan
kebidanan juga dapat digunakan untuk:

1. Menilai mutu pelayanan


2. Menyususn rencana diklat bidan
3. Pengembangan kurikulum pendidikan bidan.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan

Standar Pelayanan Kebidanan Dasar adalah norma dan tingkat kinerja yang
diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Standar Pelayanan Kebidananan
terdiri dari 24 Standar.
Syarat Standar Pelayanan Kebidanan yaitu :
a. Dapat diobservasi dan diukur
b. Realistik
c. Mudah dilakukan dan dibutuhkan
Standar pelayanan kebidanan digunakan untuk menentukan kompetensi yang
diperlukan bidan dalam menjalankan praktik sehari-hari. Standart pelayanan
kebidanan juga dapat digunakan untuk:
1. Menilai mutu pelayanan
2. Menyususn rencana diklat bidan
3. Pengembangan kurikulum pendidikan bidan
Isi dari standar 13 sampai standar 16 pelayanan kebidanan yaitu :

Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir


Standar 14 : Penanganan pada Dua Jam Pertama Setelah Persalinan
Standar 15 : Pelayanan bagi Ibu dan Bayi pada Masa Nifas
Standar 16 : Penanganan Perdarahan dalam Kehamilan pada Trimester III

B.Saran
Untuk menjadi bidan yang memenuhi standar setiap mahasiswa harus bisa
menguasai segala tindakan standar persyaratan minimal. Karena hal ini juga dapat
mendukung terselengranya pelayanan kebidanan yang bermutu. Dan diharapkan
kepada pembaca untuk dapat membaca atau mencari sumber sumber untuk
memperbaharui pengetahuan kita tentang standar pelayanan kebidanan dasar.

BAB III
PEMBAHASAN
Dalam mengadaptasi teori etika seorang bidan harus mampu menyesuaikan dengan
keadaan dirinya dan berlandaskan pada kode etik dan standar profesi. Bidan tidak dapat
memaksakan untuk mengadapatasi suatu teori etika secara kaku, karena hal ini akan
merugikan bidan itu sendiri.Bidan harus menilai kemampuan dirinya dalam melakukan
sesuatu namun tidak menyimpang dari prinsip pelayanan, yaitu berusaha mengutamakan
keselamatan ibu, bayi dan kelurga. Contohnya ketika seorang bidan desa harus menolong
persalinan, disaat jadwal pemeriksaan kehamilan, selain itu ada beberapa ibu yang
memerlukan pelayanan KB dan asuhan BBL. Maka kemungkinan besar ia hanya dapat
menerapkan teori utilitarian (mencoba menghasilkan yang terbaik bagi semua orang sesuai
kemampuannya, karena golongan utilitarian meyakini bahwa hasil yang didapat setiap orang
harus sama. Sebenarnya bidan tersebut dapat menerapkan teori deontologi, namun pelayanan
yang ia berikan tidak akan mencakup semua klien.
Sebagai pendidik, bidan harus memberikan pengajaran yang jelas, tidak bias. Akan tetapi,
bidan harus menghindari kecenderungan untuk menciptakan bidan kaku (tidak mengikuti
informasi terkini dari literature yang jelas tentang perkembangan pelayanan kebidanan)
sehingga akan menimbulkan sikap sok tau. Contohnya pada saat menolong persalinan
mahasiswa bidan diajarkan untuk tidak melakukan episiotomi. Jika pola pengajaran tidak
tepat mahasiswa akan sepenuhny menyerap materi tersebut, akibatnya, ia tidak akan
melakukan episiotomi tanpa melihat ada tidaknya indikasi.
Sebagai konselor bidan harus menjelaskan tentang tindakan yang akan diberikan kepada klien
dengan jelas, contohnya seorang ibu datang ke bidan yang ingin menjadi akspetor KB IUD
namun timbul ketakutan akibat rumor negatif yang beredar dimayarakat tentang IUD.
Masalah etika yang timbul yaitu ketika bidan tidak dapat menjelaskan dengan baik, sehingga
pandangan klien tentang IUD tidak berubah dan mengurungkan niatnya untuk menjadi
akseptor KB.
Bidan juga dapat berperan sebagai teman, sehingga klien merasa nyaman ketika menerima
pelayanan yang diberikan kepada kien, namun peran sebagai teman juga harus memiliki
batasannya. Sikap professional terhadap klien harus dijaga, sehingga klien dan keluarganya
memandang bidan sebagai orang yang berwibawa dan mampu mengendalikan diri sehingga
mampu melindungi kliennya. Peran dosen bidan sebagai teman juga diperlukan, sehingga
siswa tidak merasa sungkan dalam proses belajar mengajar. Namun -lagi-lagi- peran sebagai
teman tetap ada batasnya, jangan sampai penilaian terhadap mahasiswa menjadi subyektif,
ketika mahasiswa bidan melakukan suatu kesalahan dosen bidan menutupi kesalahan
mahasiswanya karena kedekatan yang berlebihan.
Etika berperan dalam penelitian kebidanan, contohnya dahulu praktik kebidanan masih
banyak berdasar kebiasaan atau dogma, dengan kemajuan zaman praktik yang seperti itu
tidak dapat dilaksanakan lagi, tetapi dituntut praktik yang professional berdasarkan pada hasil
penelitian. Bidan mungkin banyak terlibat dalam penelitian baik sebagai subyek maupun
subyek penelitian. Sehingga bidan perlu mengetahui tentang etika penelitian, demi
kepentingan melindungi klien, institusi tempat praktik dan diri sendiri. Bidan wajib
mendukung penelitian yang bertujuan memajukan ilmu pengetahuan kebidanan. Bidan harus
siap mengadakan penelitian dan siap untuk memberikan pelayanan pada hasil penelitian.

12
BAB IV
SIMPULAN
Etika sebagai salah satu cabang filsafat seringkali dianggap sebagai ilmu yang abstrak
dan kurang relevan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak uraian filsafat dianggap jauh dari
kenyataan, tetapi setidaknya etika mudah dipahami secara relevan bagi banyak persoalan
yang dihadapi. Etika sebagai filsafat moral mencari jawaban untuk menentukan serta
mempertahankan secara rasional teori yang berlaku tentang apa yang benar dan yang salah,
baik atau buruk, yang secara umum dapat dipakai sebagai suatu perangkat prinsip moral yang
menjadi pedoman bagi tindakan manusia.
Etika tidak lepas dari kehidupan manusia, termasuk dalam profesi kebidanan
membutuhkan suatu system untuk mengatur bidan dalam menjalankan peran dan fungsinya.
Dalam menjalankan perannya bidan tidak dapat memaksakan untuk mengadapatasi suatu
teori etika secara kaku, tetapi harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi saat
itu dan berlandaskan pada kode etik dan standar profesi.

TANDAR ASUHAN KEBIDANAN

A. Pengertian
Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan
yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya
berdasarkan llmu dan kiat kebidanan. Mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa dan atau
masalah kebidanan, perencanaan, implementasi evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan.

STANDAR I : Pengkajian
a. Pernyataan standar
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi klien.
b. Kriteria pengkajian
1. data tepat, akurat dan lengkap
2. Terdiri dari data subjektif (hasil anamnesa : Biodata, keluhan utama, riwayat obstetri, riwayat
kesehatan dan latar belakang sosial budaya)

STANDAR II : Perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan


a. Pernyataan Standar
Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian, menginterpretasikannya secara
akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.
b. Kriteria perumusan diagnosa dan atau masalah
1. Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan
2. Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
3. Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan

STANDAR III : Perencanaan


a. Pernyataan standar
Bidan merencanakan suhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah yang ditegakkan.
b. Kriteria perencanaan
1. Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi klien, tindakan segera,
tindakan antisipsi dan asuhan secara komprehensif.
2. Melibatkan klien / pasien dan keluarga
3. Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien
4. Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien berdasarkan evidence based
dan memastikan bahwa asuhan yang diberikan bermanfaat untuk klien
5. Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumberdaya serta fasilitas yang
ada

STANDAR IV : Implementasi
a. Pernyataan Standar
Bidan melaksanakan rencan asuhan kebidanan secara komprehensif. Efektif, efisien dan
aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien dalam bentuk upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaknsakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
b. Kriteria
1. Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial spiritual kultural
2. Setiap tindakan suhan harus mendapatkan persetujuan dari klien atau keluarganya
3. Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
4. Melibatkan klien dalam setiap tindakan
5. Menjaga privacy klien
6. Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
7. Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan
8. Menggunakan sumberdaya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai
9. Melakukan tindakan sesuai standar
10. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan

STANDAR V : Evaluasi
a. Pernyataan Standar
Bidan melakukan evaluasi secara sistimatis dan berkesinambungan untuk melihat kefektifan
dari asuhan yang sudah diberikan sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien.
b. Kriteria evaluasi
1. Penilaian dilakukan segera setelh selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien
2. Hasil evaluasi segera dicatat dan didokumentasikan pada klien
3. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
4. Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien.

STANDAR VI : Pencatatan asuhan kebidanan


a. Pernyataan standar
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap akurat, singkat, dan jelas mengenai
keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan.
b. Kriteria pencatatan asuhan kebidanan
1. Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir yang tersedia
(rekam medis/KMS?status pasien/KIA)
2. Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
3. S adalah data subyektif, mencatat hsil anamnesa
4. O adalah data obyektif, mencatat hasil pemeriksaan
5. A adalah data hasil analisa, mencatata diagnosa dan masalah kebidanan
6. P adalah pentalaksanaan mencatat selutuh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah
dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif :
penyuluhan, dukungan, kolaborasi evaluasi / follow up dan rujukan.

Anda mungkin juga menyukai