PENDAHULUAN
Bidan bekerja berdasarkan pada pandangan filosofi yang dianut keilmuan, metode
kerja, standar praktik, pelayanan dan kode etik profesi yang dimiliki. Suatu jabatan
profesi yang disandang oleh anggota profesi tentu mempunyai ciri- ciri yang mampu
menunjukkan sebagai jabatan yang professional. Pengembangan karir bidan
meliputi karir fungsional dan karir struktural.Pada saat ini pengembangan karir bidan
secara fungsional telah disiapkan dengan jabatan fungsional bidan,serta melalui
pendidikan berkelanjutan baik secara formal maupun non formal yang hasil akhirnya
akan meningkatkan kemampuan profesional bidan dalam melaksanakan fungsinya.
Fungsi bidan nantinya dapat sebagai pelaksana, pendidik, peneliti, dan bidan
koordinator.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan Standar Pelayanan Kebidanan Dasar?
2. apakah isi dari Standar 13 sampai standar 16 pelayanan kebidanan dasar??
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud Standar Pelayanan Kebidanan Dasar.
2. Untuk mengetahui isi dari Standar 13 sampai standar 16 pelayanan kebidanan
dasar
BAB II
PEMBAHASAN
Sehingga, Standar Pelayanan Kebidanan Dasar adalah norma dan tingkat kinerja
yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
1. Syarat Standart
2. Dapat diobservasi dan diukur
3. Realistik
4. Mudah dilakukan dan dibutuhkan
.
2.2 PENGENALAN STANDART PELAYANAN KEBIDANAN
Standar Pelayanan Kebidanan terdiri dari 24 Standar, meliputi :
Pernyataan standar:
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan
mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau
merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah dan menangani
hipotermia
Pernyataan standar :
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam
dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang di perlukan
Pernyataan standar :
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada
hari ketiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk
membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang
benar, penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi
pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum,
kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI,
imunisasi dan KB
Pernyataan standar :
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan, serta
melakukan pertolongan pertama dan merujuknya
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Standar Pelayanan Kebidanan Dasar adalah norma dan tingkat kinerja yang
diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Standar Pelayanan Kebidananan
terdiri dari 24 Standar.
Syarat Standar Pelayanan Kebidanan yaitu :
a. Dapat diobservasi dan diukur
b. Realistik
c. Mudah dilakukan dan dibutuhkan
Standar pelayanan kebidanan digunakan untuk menentukan kompetensi yang
diperlukan bidan dalam menjalankan praktik sehari-hari. Standart pelayanan
kebidanan juga dapat digunakan untuk:
1. Menilai mutu pelayanan
2. Menyususn rencana diklat bidan
3. Pengembangan kurikulum pendidikan bidan
Isi dari standar 13 sampai standar 16 pelayanan kebidanan yaitu :
B.Saran
Untuk menjadi bidan yang memenuhi standar setiap mahasiswa harus bisa
menguasai segala tindakan standar persyaratan minimal. Karena hal ini juga dapat
mendukung terselengranya pelayanan kebidanan yang bermutu. Dan diharapkan
kepada pembaca untuk dapat membaca atau mencari sumber sumber untuk
memperbaharui pengetahuan kita tentang standar pelayanan kebidanan dasar.
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam mengadaptasi teori etika seorang bidan harus mampu menyesuaikan dengan
keadaan dirinya dan berlandaskan pada kode etik dan standar profesi. Bidan tidak dapat
memaksakan untuk mengadapatasi suatu teori etika secara kaku, karena hal ini akan
merugikan bidan itu sendiri.Bidan harus menilai kemampuan dirinya dalam melakukan
sesuatu namun tidak menyimpang dari prinsip pelayanan, yaitu berusaha mengutamakan
keselamatan ibu, bayi dan kelurga. Contohnya ketika seorang bidan desa harus menolong
persalinan, disaat jadwal pemeriksaan kehamilan, selain itu ada beberapa ibu yang
memerlukan pelayanan KB dan asuhan BBL. Maka kemungkinan besar ia hanya dapat
menerapkan teori utilitarian (mencoba menghasilkan yang terbaik bagi semua orang sesuai
kemampuannya, karena golongan utilitarian meyakini bahwa hasil yang didapat setiap orang
harus sama. Sebenarnya bidan tersebut dapat menerapkan teori deontologi, namun pelayanan
yang ia berikan tidak akan mencakup semua klien.
Sebagai pendidik, bidan harus memberikan pengajaran yang jelas, tidak bias. Akan tetapi,
bidan harus menghindari kecenderungan untuk menciptakan bidan kaku (tidak mengikuti
informasi terkini dari literature yang jelas tentang perkembangan pelayanan kebidanan)
sehingga akan menimbulkan sikap sok tau. Contohnya pada saat menolong persalinan
mahasiswa bidan diajarkan untuk tidak melakukan episiotomi. Jika pola pengajaran tidak
tepat mahasiswa akan sepenuhny menyerap materi tersebut, akibatnya, ia tidak akan
melakukan episiotomi tanpa melihat ada tidaknya indikasi.
Sebagai konselor bidan harus menjelaskan tentang tindakan yang akan diberikan kepada klien
dengan jelas, contohnya seorang ibu datang ke bidan yang ingin menjadi akspetor KB IUD
namun timbul ketakutan akibat rumor negatif yang beredar dimayarakat tentang IUD.
Masalah etika yang timbul yaitu ketika bidan tidak dapat menjelaskan dengan baik, sehingga
pandangan klien tentang IUD tidak berubah dan mengurungkan niatnya untuk menjadi
akseptor KB.
Bidan juga dapat berperan sebagai teman, sehingga klien merasa nyaman ketika menerima
pelayanan yang diberikan kepada kien, namun peran sebagai teman juga harus memiliki
batasannya. Sikap professional terhadap klien harus dijaga, sehingga klien dan keluarganya
memandang bidan sebagai orang yang berwibawa dan mampu mengendalikan diri sehingga
mampu melindungi kliennya. Peran dosen bidan sebagai teman juga diperlukan, sehingga
siswa tidak merasa sungkan dalam proses belajar mengajar. Namun -lagi-lagi- peran sebagai
teman tetap ada batasnya, jangan sampai penilaian terhadap mahasiswa menjadi subyektif,
ketika mahasiswa bidan melakukan suatu kesalahan dosen bidan menutupi kesalahan
mahasiswanya karena kedekatan yang berlebihan.
Etika berperan dalam penelitian kebidanan, contohnya dahulu praktik kebidanan masih
banyak berdasar kebiasaan atau dogma, dengan kemajuan zaman praktik yang seperti itu
tidak dapat dilaksanakan lagi, tetapi dituntut praktik yang professional berdasarkan pada hasil
penelitian. Bidan mungkin banyak terlibat dalam penelitian baik sebagai subyek maupun
subyek penelitian. Sehingga bidan perlu mengetahui tentang etika penelitian, demi
kepentingan melindungi klien, institusi tempat praktik dan diri sendiri. Bidan wajib
mendukung penelitian yang bertujuan memajukan ilmu pengetahuan kebidanan. Bidan harus
siap mengadakan penelitian dan siap untuk memberikan pelayanan pada hasil penelitian.
12
BAB IV
SIMPULAN
Etika sebagai salah satu cabang filsafat seringkali dianggap sebagai ilmu yang abstrak
dan kurang relevan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak uraian filsafat dianggap jauh dari
kenyataan, tetapi setidaknya etika mudah dipahami secara relevan bagi banyak persoalan
yang dihadapi. Etika sebagai filsafat moral mencari jawaban untuk menentukan serta
mempertahankan secara rasional teori yang berlaku tentang apa yang benar dan yang salah,
baik atau buruk, yang secara umum dapat dipakai sebagai suatu perangkat prinsip moral yang
menjadi pedoman bagi tindakan manusia.
Etika tidak lepas dari kehidupan manusia, termasuk dalam profesi kebidanan
membutuhkan suatu system untuk mengatur bidan dalam menjalankan peran dan fungsinya.
Dalam menjalankan perannya bidan tidak dapat memaksakan untuk mengadapatasi suatu
teori etika secara kaku, tetapi harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi saat
itu dan berlandaskan pada kode etik dan standar profesi.
A. Pengertian
Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan
yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya
berdasarkan llmu dan kiat kebidanan. Mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa dan atau
masalah kebidanan, perencanaan, implementasi evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan.
STANDAR I : Pengkajian
a. Pernyataan standar
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi klien.
b. Kriteria pengkajian
1. data tepat, akurat dan lengkap
2. Terdiri dari data subjektif (hasil anamnesa : Biodata, keluhan utama, riwayat obstetri, riwayat
kesehatan dan latar belakang sosial budaya)
STANDAR IV : Implementasi
a. Pernyataan Standar
Bidan melaksanakan rencan asuhan kebidanan secara komprehensif. Efektif, efisien dan
aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien dalam bentuk upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaknsakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
b. Kriteria
1. Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial spiritual kultural
2. Setiap tindakan suhan harus mendapatkan persetujuan dari klien atau keluarganya
3. Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
4. Melibatkan klien dalam setiap tindakan
5. Menjaga privacy klien
6. Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
7. Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan
8. Menggunakan sumberdaya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai
9. Melakukan tindakan sesuai standar
10. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
STANDAR V : Evaluasi
a. Pernyataan Standar
Bidan melakukan evaluasi secara sistimatis dan berkesinambungan untuk melihat kefektifan
dari asuhan yang sudah diberikan sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien.
b. Kriteria evaluasi
1. Penilaian dilakukan segera setelh selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien
2. Hasil evaluasi segera dicatat dan didokumentasikan pada klien
3. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
4. Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien.