Anda di halaman 1dari 31

TUGAS

STUDI KASUS PENDIDIKAN BIOLOGI

TANTANGAN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN ABAD 21

DOSEN PENGAMPU : Prof.Dr.Supramono, M.Pd

Oleh :

Kelompok VI (ENAM)

Nama : 1. ALGRETS FRISTIN OKTAVITALOLLA


2. ANTHONY FIRDAUS

PROGRAM PASCA SARJANA

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN EKONOMI

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

2017

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur selalu penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha
Kuasa, akhirnya penulisan makalah yang berjudul Tantangan Kurikulum
dan Pembelajaran Abad 21 dapat terselesaikan sebagaimana yang penulis
harapkan.
Tak lupa pada kesempatan ini, penulis ucapkan banyak terimakasih
kepada pihak - pihak yang telah membantu penulis dalam makalah ini,
masukan yang berupa ide - ide ataupun kritik dan saran dalam penulisan
makalah ini.
Penulis sangat berharap penulisan makalah ini dapat bermanfaat dan
berguna baik bagi penulis maupun pembaca yang membaca tulisan ini.
Penulis hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan Tuhan
yang Maha Sempurna. Jadi, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat konstruktif agar dalam penulisan makalah selanjutnya menjadi
lebih baik lagi dari sebelumnya .

Palangka Raya, Oktober 2017

Penulis

ii
ABSTRAK

Firdaus Anthony & Fristin Algrets O, 2017. Tantangan Kurikulum dan


Pembelajaran Abad 21. Program Studi Magister Pendidikan Biologi,
Universitas Palangka Raya. Pengampu : Prof.Dr.Supramono, M.Pd

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah merubah gaya


hidup manusia, baik dalam bekerja, bersosialisasi, bermain maupun belajar.
Memasuki abad 21 kemajuan teknologi tersebut telah memasuki berbagai
sendi kehidupan, tidak terkecuali dibidang pendidikan. Guru dan siswa, dosen
dan mahasiswa, pendidik dan peserta didik dituntut memiliki kemampuan
belajar mengajar di abad 21 ini. Sejumlah tantangan dan peluang harus
dihadapi siswa dan guru agar dapat bertahan dalam abad pengetahuan di era
informasi ini. Tujuan dari makalah ini untuk mengetahui kurikulum dan
pembelajaran yang wajib dikuasai atau dilakukan di abad 21
Secara garis besar, kurikulum dan pembelajaran di abad 21
mencangkup pendidikan kecakapan hidup, keterampilan melek informasi,
pendekatan yang berbasis student center learning, dan kemampuan berpikir
yang mengarah kepada kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Banyak sekali tantangan yanga harus dihadapi dalam dunia
pendidikan abad ke-21 ini antara lain tantangan dalam pendidikan kecakapan
hidup, kemampuan melek informasi, pendekatan berbasis student center
maupun kemampuan berpikir mengarah pada kemampuan berpikir tingkat
tinggi (berpikir kritis, kreatif dan pemecahan masalah).Hal ini, menjadi tugas
seorang pendidik untuk menghadapi dan berusaha mengatasi hambatan dan
tantangan tersebut.

iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i
ABSTRAK
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB IPENDAHULUAN .................................................................................................1

1.1Latar Belakang .........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................2

1.3. Tujuan ....................................................................................................................2

1.4. Manfaat ..................................................................................................................2

BAB IIPEMBAHASAN ..................................................................................................3

2.1Pendidikan Kecakapan Hidup ..................................................................................3

2.1.1Pengertian Kecakapan Hidup.............................................................................3

2.1.2Macam-Macam Kecakapan Hidup ....................................................................3

2.1.3. Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup...........................7


2.1.4 Manfaat Pendidikan Kecakapan Hidup ............................................................8

2.1.5. Tantangan Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup ...................................8

2.2 Kemapuan Melek Informasi ....................................................................................9

2.2.1Pengertian Kemampuan Melek Informasi .........................................................9

2.2.2Tantangan/Hambatan pada Kemampuan Melek Informasi .............................10

2.3 Pendekatan Berbasis Student Center Learning......................................................11

2.3.1Pengertian Student Center Learning ................................................................11

2.3.2Model-Model Pembelajaran Student Center Learning ....................................11

2.3.3Tantangan Pelaksanaan Pendekatan Berbasis Student Center Leraning .........16

2.4 Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ...................................................................17

ii
BAB IIIPENUTUP ........................................................................................................22

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................22

3.2 Saran.............................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA......................................................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah merubah gaya
hidup manusia, baik dalam bekerja, bersosialisasi, bermain maupun belajar.
Memasuki abad 21 kemajuan teknologi tersebut telah memasuki berbagai
sendi kehidupan, tidak terkecuali dibidang pendidikan. Guru dan siswa, dosen
dan mahasiswa, pendidik dan peserta didik dituntut memiliki kemampuan
belajar mengajar di abad 21 ini. Sejumlah tantangan dan peluang harus
dihadapi siswa dan guru agar dapat bertahan dalam abad pengetahuan di era
informasi ini.
Salah satu contoh kemajuan pada abad 21 ini yang memiliki
pengaruh terhadap proses pembelajaran ialah peserta didik diberi kesempatan
dan dituntut untuk mampu mengembangkan kecakapannya dalam melek
informasi dan pendidikan kecakapan hidupnya sehingga peserta didik
memiliki kemampuan dalam melek informasi yang bertujuan untuk
mengembangkan pola berpikir tingkat tinggi siswa.
Selain itu, sistem pembelajaran abad 21 merupakan suatu peralihan
pembelajaran dimana kurikulum yang dikembangkan saat ini menuntut
sekolah untuk merubah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
pendidik (teacher-centered learning) menjadi pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik (student-centered learning).
Hal ini sesuai dengan tuntutan dunia masa depan dimana peserta didik
harus memiliki kecakapan berpikir dan belajar. Kecakapan-kecakapan
tersebut diantaranya adalah kecakapan memecahkan masalah (problem
solving), berpikir kritis, kolaborasi, dan kecakapan berkomunikasi. Semua
kecakapan ini bisa dimiliki oleh peserta didik apabila pendidik mampu
mengembangkan rencana pembelajaran yang berisi kegiatan-kegiatan yang
menantang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah.
Kegiatan yang mendorong peserta didik untuk bekerja sama dan

1
berkomunikasi harus tampak dalam setiap rencana pembelajaran yang
dibuatnya.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas dapat dikemukakan permasalahan yaitu:
1. Apa saja tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad 21?
2. Apa itu pendidikan kecakapan hidup?
3. Apa itu keterampilan melek informasi?
4. Bagaimanakah pendekatan yang berbasis student center learning?
5. Bagaimanakah kemampuan berpikir yang mengarah kepada kemampuan
berpikir tingkat tinggi?

1.3. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya,
makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad 21.
2. Mengetahui mengenai pendidikan kecakapan hidup.
3. Mengetahui keterampilan melek informasi.
4. Mengetahui pendekatan yang berbasis student center learning.
5. Mengetahui kemampuan berpikir yang mengarah kepada kemampuan
berpikir tingkat tinggi.

1.4. Manfaat Penelitian


1. Menambah wawasan tantangan kurikulum dan pembelajaran di abad 21.
2. Meningkatkan rasa ingin tahu bagaimana tantangan kurikulum dan
pembelajaran di abad 21.
3. Sebagai referensi bagi penulis lain dalam membahas hal yang sama dan
mengembangkannya.
.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pendidikan Kecakapan Hidup


2.1.1 Pengertian Kecakapan Hidup
Menurut Depdiknas (2003), kecakapan hidup (life skill)
merupakan kecakapan yang harus dimiliki seseorang untuk berani
menghadapi problem hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa
merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta
menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya. Adapun
pengertian lainnya yaitu kecakapan hidup merupakan kecakapan
yang dimiliki seseorang dalam menjalani hidup dan kehidupannya
dalam statusnya sebagai mahkluk individu dalam konteks alam
sekitar (Rudiyanto, 2003). Menurut Satori (2002), kecakapan
hidup tidak semata-mata memiliki kemampuan tertentu saja
(vocational job), namun ia harus memiliki kemampuan dasar
pendukungnya secara fungsional seperti membaca, menulis,
menghitung, merumuskan dan memecahkan masalah, mengelola
sumber-sumber daya, bekerja dalam tim atau kelompok, terus
belajar di tempat bekerja, mempergunakan teknologi dan lain
sebagainya.

2.1.2 Macam-Macam Kecakapan Hidup


Departemen Pendidikan Nasional (2003) membagi
kecakapan hidup (life skill) menjadi dua macam yaitu :
1. Kecakapan Hidup Generik (General life skill, GLS)
Kecakapan hidup generik atau kecakapan yang bersifat
umum, adalah kecakapan untuk menguasai dan memiliki konsep
dasar keilmuan.Kecakapan hidup generik berfungsi sebagai
landasan untuk belajar lebih lanjut dan bersifat transferable,

3
sehingga memungkinkan untuk mempelajari kecakapan hidup
lainnya. Kecakapan hidup generik terdiri dari :
a. Kecakapan Personal (Personal Skill), yang terdiri dari:
1) Kecakapan Mengenal Diri (Self-Awarness Skill)
Kecakapan mengenal diri meliputi kesadaran sebagai
makhluk Tuhan, kesadaran akan eksistensi diri, dan kesadaran akan
potensi diri. Kecakapan mengenal diri pada dasarnya merupakan
penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial, bagian
dari lingkungan, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan
kekurangan yang dimiliki, sekaligus meningkatkan diri agar
bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.Walaupun
mengenal diri lebih merupakan sikap, namun diperlukan kecakapan
untuk mewujudkannya dalam perilaku keseharian. Mengenal diri
akan mendorong seseorang untuk beribadah sesuai agamanya,
berlaku jujur, bekerja keras, disiplin, terpercaya, toleran terhadap
sesama, suka menolong serta memelihara lingkungan.
2) Kecakapan Berpikir (Thinking Skill)
Kecakapan berpikir merupakan kecakapan menggunakan
pikiran atau rasio secara optimal. Kecakapan berpikir meliputi :
a) Kecakapan Menggali dan Menemukan Informasi (Information
Searching)
Kecakapan menggali dan menemukan informasi memerlukan
keterampilan dasar seperti membaca, menghitung, dan
melakukan observasi.
b) Kecakapan Mengolah Informasi (Information Processing)
Informasi yang telah dikumpulkan harus diolah agar lebih
bermakna.Mengolah informasi artinya memproses informasi
tersebut menjadi suatu kesimpulan.Untuk memiliki kecakapan
mengolah informasi ini diperlukan kemampuan
membandingkan, membuat perhitungan tertentu, membuat

4
analogi sampai membuat analisis sesuai informasi yang
diperoleh.
c) Kecakapan Mengambil Keputusan (Decision Making)
Setelah informasi diolah menjadi suatu kesimpulan, tahap
berikutnya adalah pengambilan keputusan.Dalam kehidupan
sehari-hari, seseorang selalu dituntut untuk membuat keputusan
betapun kecilnya keputusan tersebut.Karena itu siswa perlu
belajar mengambil keputusan dan menangani resiko dari
pengambilan keputusan tersebut.
d) Kecakapan Memecahkan Masalsah (Creative Problem Solving
Skill)
Pemecahan masalah yang baik tentu berdasarkan informasi yang
cukup dan telah diolah.Siswa perlu belajar memecahkan
masalah sesuai dengan tingkat berpikirnya sejak
dini.Selanjutnya untuk memecahkan masalah ini dituntut
kemampuan berpikir rasional, berpikir kreatif, berpikir
alternatif, berpikir sistem dan sebagainya.Karena itu pola-pola
berpikir tersebut perlu dikembangkan di sekolah, dan
selanjutnya diaplikasikan dalam bentuk pemecahan masalah.
b. Kecakapan Sosial (Social Skill)
Kecakapan sosial disebut juga kecakapan antar-personal
(inter-personal skill), yang terdiri atas :
1) Kecakapan Berkomunikasi
Yang dimaksud berkomunikasi bukan sekedar menyampaikan
pesan, tetapi komunikasi dengan empati. Menurut Depdiknas
(2002) : empati, sikap penuh pengertian,dan seni komunikasi
dua arah perlu dikembangkan dalam keterampilan
berkomunikasi agar isi pesannya sampai dan disertai kesan baik
yang dapat menumbuhkan hubungan harmonis. Berkomunikasi
dapat melalui lisan atau tulisan.Untuk komunikasi lisan,
kemampuan mendengarkan dan menyampaikan gagasan secara

5
lisan perlu dikembangkan.Berkomunikasi lisan dengan empati
berarti kecakapan memilih kata dan kalimat yang mudah
dimengerti oleh lawan bicara.Kecakapan ini sangat penting dan
perlu ditumbuhkan dalam pendidikan.Berkomunikasi melalui
tulisan juga merupakan hal yang sangat penting dan sudah
menjadi kebutuhan hidup. Kecakapan menuangkan gagasan
melalui tulisan yang mudah dipahami orang lain,merupakan
salah satu contoh dari kecakapan berkomunikasi tulisan
2) Kecakapan Bekerjasama(Collaboration Skill)
Sebagai makhluk sosial dalam kehidupan sehari-hari
manusia akan selalu memerlukan dan bekerjasama dengan
manusia lain. Kecakapan bekerjasama bukan sekedar bekerja
bersama tetapi kerjasama yang disertai dengan saling
pengertian, saling menghargai, dan saling membantu.Kecakapan
ini dapat dikembangkan dalam semua mata pelajaran, misalnya
mengerjakan tugas kelompok, karyawisata, maupun bentuk
kegiatan lainnya.
2. Kecakapan Hidup Spesifik(Specific life skill, SLS)
Kecakapan hidup spesifik terkait dengan bidang
pekerjaan (occupational) atau bidang kejuruan (vocational)
tertentu.Jadi kecakapan hidup spesifik diperlukan seseorang
untuk menghadapi masalah bidang tertentu. Kecakapan hidup
spesifik ini meliputi :
a. Kecakapan Akademik (Academic Skill)
Kecakapan akademik disebut juga kecakapan intelektual atau
kemampuan berpikir ilmiah dan merupakan pengembangan dari
kecakapan berpikir. Kecakapan akademik sudah mengarah ke
kegiatan yang bersifat akademik atau keilmuan. Kecakapan ini
penting bagi orang yang menekuni bidang pekerjaan yang
menekankan pada kecakapan berpikir. Oleh karena itu
kecakapan ini harus mendapatkan penekanan

6
mulai jenjang SMA dan terlebih pada program akademik di
universitas. Kecakapan akademik ini meliputi antara lain
kecakapan:
mengidentifikasi variabel,
menjelaskan hubungan variabel-variabel
merumuskan hipotesis
merancang dan melakukan percobaa
b. Kecakapan Vokasional/ Kejuruan (Vocational Skill)
Kecakapan vokasional disebut juga kecakapan kejuruan, yaitu
kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu
yang terdapat di masyarakat. Kecakapan ini lebih cocok untuk
siswa yang akan menekuni pekerjaan yang lebih mengandalkan
keterampilan psikomotor. Jadi kecakapan ini lebih cocok bagi
siswa SMK, kursus keterampilan atau program diploma.
Kecakapan vokasional meliputi :
1) Kecakapan Vocasional Dasar (Basic Vocational Skill)
Yang termasuk kecakapan vokasional dasar antara lain:
kecakapan melakukan gerak dasar, menggunakan alat
sederhana, atau kecakapan membaca gambar.
2) Kecakapan Vocational Khusus (Occupational Skill)
Kecakapan ini memiliki prinsip dasar menghasilkan barang
atau jasa.Sebagai contoh, kecakapan memperbaiki mobil bagi
yang menekuni bidang otomotif dan meracik bumbu bagi
yang menekuni bidang tata boga.
2.1.3 Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup
Secara umum pendidikan kecakapan hidup bertujuan
memfungsikan pendidikan sesuai dengan fitrahnya, yaitu
mengembangkan potensi manusiawi peserta didik untuk
menghadapi perannya di masa datang. Secara khusus pendidikan
yang berorientasi pada kecakapan hidup bertujuan untuk:

7
1. mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat
digunakan untuk memecahkan problema yang dihadapi;
2. merancang pendidikan agar fungsional bagi kehidupan peserta
didik dalam menghadapi kehidupannya di masa datang;
3. memberikan kesempatan kepada sekolah untuk
mengembangkan pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan
prinsip pendidikan berbasis luas, dan;
4. mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya di lingkungan
sekolah, dengan memberi peluang pemanfaatan sumberdaya
yang ada di masyarakat, sesuai dengan prinsip manajemen
berbasis sekolah .
2.1.4 Manfaat Pendidikan Kecakapan Hidup
Secara umum manfaat pendidikan berorientasi pada
kecakapan hidup bagi peserta didik adalah sebagai bekal dalam
menghadapi dan memecahkan problema hidup dan kehidupan, baik
sebagai pribadi yang mandiri, warga masyarakat, maupun sebagai
warga negara. Jika hal itu dapat dicapai, maka faktor
ketergantungan terhadap lapangan pekerjaan yang sudah ada dapat
diturunkan, yang berarti produktivitas nasional akan meningkat
secara bertahap.
2.1.5 Tantangan Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup
Dalam pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup, kita
dihadapkan pada beberapa tantangan dan hambatan yaitu:
1. Kurangnya perhatian guru pada siswa . Guru yang hanya
menjelaskan materi lalu memberi tugas tanpa memperhatikan
kondisi fisik dan mental siswa dalam mengikuti pelajaran
tentunya tidak akan mengetahui yang dimiliki siswa, sehingga
guru itu tidak bisa memastikan bagaimana
kemampuan/kecakapan hidup yang dimiliki siswa. Hal ini akan
berdampak buruk bagi siswa karena ia akan semakin larut
dalam ketidaktahuannya, sehingga ia akan sulit menemukan

8
pemecahan masalah yang berkaitan dengan materi yang
diajarkan guru.
2. Penggunaan media sosial yang berlebih. Penggunaan media
sosial memang sangat menguntungkan terutama dari segi
komunikasi dan berbagi informasi akan tetapi penggunaannya
yang berlebihan justru akan membuat siswa malas berinteraksi
langsung dengan dunia nyata dan akibatnya siswa tidak terlalu
pandai dan akan merasa kaku berkomunikasi secara langsung
pada masyarakat di sekitarnya.
3. Perasaan yang tertekan. Perasaan siswa yang tertekan misalnya
mengalami masalah keluarga di rumahnya, sering menjadi
hinaan oleh teman-temannya, ataupun rasa takut yang berlebih
pada guru dan orang tuanya cenderung akan menurunkan rasa
percaya diri bagi siswa dan akibatnya akan sulit
mengembangkan kecakapan hidup pada siswa itu.
4. Kurangnya fasilitas dan dana. Untuk mengembangkan
kecakapan hidup bagi siswa, kegiatan ekstrakulikuler akan
membuat mereka terjun langsung dalam menghadapi suatu
permasalahan. Namun, sering kali sekolah tidak bisa
memberikan fasilitas untuk mengembangkan kegiatan
ekstrakulikuler tersebut karena kurangnya dana yang dimiliki.

2.2 Kemapuan Melek Informasi


2.2.1 Pengertian Kemampuan Melek Informasi
Kemampuan melek informasi adalah kemampuan
mengidentifikasi dan memanfaatkan informasi secara benar.
Di era sekarang ini bukan hanya orang dewasa yang melek
informasi, anak usia sekolah pun mulai melek informasi. Sumber
informasi yang digunakan bisa didapat darimana saja.Salah satu
sumber informasi diperoleh dari perpustakaan.Saat ini sudah
banyak perpustakaan yang menyediakan sarana informasi yang

9
tidak hanya berupa buku tetapi juga melalui internet. Dari internet
mereka dapat mengakses informasi yang merupakan alternatif
sarana pendukung literasi informasi. Akan tetapi orang yang
datang ke perpustakaan akan dihadapkan pada berbagai sumber
informasi yang bermacam kemasan dan bentuknya. Poin terpenting
adalah bagaimana kita dapat mengambil keputusan yang benar dan
tepat untuk memilah sumber informasi yang dapat dipercaya dan
dipertanggungjawabkan sumbernya.

2.2.2 Tantangan/Hambatan pada Kemampuan Melek Informasi


Tidak semua orang memiliki kemampuan melek informasi,
adapun beberapa tantangan maupun hambatan yang menyebabkan
seseorang kurang memiliki kemampuan melek informasi antara
lain:
1. Kurangnya pendidikan. Seseorang yang kurang berpendidikan akan
sulit memahami suatu informasi sehingga akan sulit baginya untuk
membedakan apakah informasi itu benar atau salah.
2. Pesatnya perkembangan informasi di berbagai media. Informasi
yang berkembang pesat dari berbagai media, sering kali membuat
kita terhanyut dan tak lagi memperdulikan apakah informasi itu
baik atau tidak baik untuk dicerna. Misalnya skandal para selebritis
di infotainmet membuat seseorang terhanyut dalam informasi itu
dan bergosip dengan temannya tentang si selebritis.
3. Kurang pandai dalam memanfaatkan teknologi. Seseorang yang
kurang pandai dalam memanfaatkan teknologi akan sulit
mendapatkan informasi yang diperlukannya dalam waktu yang
singkat.

10
2.3 Pendekatan Berbasis Student Center Learning
2.3.1 Pengertian Student Center Learning
Pengertian student centered Learning (SCL) adalah proses
pembelajaran yang berpusat pada siswa (learner centered)
diharapkan dapat mendorong siswa untuk terlibat secara aktif
dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku. Melalui
proses pembelajaran yang keterlibatan siswa secara aktif, berarti
guru tidak lagi mengambil hak seorang peserta didik untuk belajar.
Aktifitas siswa menjadi penting ditekankan karena belajar itu pada
hakikatnya adalah proses yang aktif dimana siswa menggunakan
pikirannya untuk membangun pemahaman (construcivism
approach).
Proses pembelajaran yang berpusat pada siswa atau peserta
didik, maka siswa memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk
dapat membangun sendiri pengetahuannya sehingga mereka akan
memperoleh pemahaman yang mendalam yang pada akhirnya
dapat meningkatkan mutu kualitas siswa.
2.3.2 Model-Model Pembelajaran Student Center Learning
Student-Centered Learning memiliki potensi untuk mendorong
mahasiswa belajar lebih aktif, mandiri, sesuai dengan irama
belajarnya masing-masing, sesuai dengan perkembangan usia
peserta didik, irama belajar mahasiswa tersebut perlu dipandu agar
terus dinamis dan mempunyai tingkat kompetensi yang tinggi.
Beberapa model pembelajaran SCL adalah sebagai berikut:
1. Small Group Discussion (SGD)
Metode diskusi merupakan model pembelajaran yang
melibatkan antara kelompok mahasiswa dan kelompok
mahasiswa atau kelompok mahasiswa dan pengajar untuk
menganalisa, menggali atau memperdebatkan topik atau
permasalahan tertentu.

11
Dengan metode ini pengajar harus, (1) membuat rancangan
bahan diskusi dan aturan diskusi. (2) Menjadi moderator dan
sekaligus mengulas pada setiap akhir sesi diskusi. Sedangkan
mahasiswa (1) membentuk kelompok (5 -10) mahasiswa, (2)
memilih bahan diskusi, (3) mempresentasikan paper dan
mendiskusikannya di kelas.
2. Role-Play and Simulation
Metode ini berbentuk interaksi antara dua atau lebih
mahasiswa tentang suatu topik atau kegiatan dengan
menampilkan simbol-simbol atau peralatan yang
menggantikan proses, kejadian, atau sistem yang sebenarnya.
Jadi dengan model ini mahasiswa mempelajari sesuatu (sistem)
dengan menggunakan model.
Dengan metode ini pengajar harus, (1) merancang situasi atau
kegiatan yang mirip dengan sesungguhnya, bisa berupa;
bermain peran, model, dan komputer, (2) Membahas kinerja
mahasiswa. Sedangkan mahasiswa (1) mempelajari dan
menjalankan suatu peran yang ditugaskan, (2) memperaktekan
atau mencoba berbagai model yang telah disiapkan (komputer,
prototife, dll).
3. Discovery Learning
Metode ini berbentuk pemberian tugas belajar atau penelitian
kepada mahasiswa dengan tujuan supaya mahasiswa dapat
mencari sendiri jawabannya tampa bantuan pengajar.
Dengan metode ini pengajar harus, (1) menyediakan data atau
metode untuk menelusuri pengetahuan yang akan dipelajari
mahasiswa, (2) memeriksa dan memberikan ulasan terhadap
hasil belajar mahasiswa. Sedangkan mahasiswa (1) mencari,
mengumpulkan, dan menyusun informasi yang ada untuk
mendeskripsikan suatu pengetahuan yang baru, (2)
Mempresentasikan secara verbal dan non verbal.

12
4. Self-Directed Learning
Metode ini berbentuk pemberian tugas belajar kepada
mahasiswa, seperti tugas membaca dan membuat ringkasan.
Dengan metode ini pengajar harus, (1) memotivasi dan
memfasilitasi mahasiswa, (2) memberikan arahan, bimbingan
dan umpan balik kemajuan belajar mahasiswa. Sedangkan
mahasiswa (1) merencanakan kegiatan belajar, melaksanakan,
dan menilai pengalaman belajar sendiri, (2) inisiatif belajar
dari mahasiswa sendiri.
5. Cooperative Learning
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai
makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan otrang lain,
mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembegian
tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu,
belajar berkelompok secara koperatif, mahasiswa dilatih dan
dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan,
pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan
berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif
adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar
menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan
pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama
saling membantu mengkontruksu konsep, menyelesaikan
persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar
kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota
kelompok terdiri dari 4 5 orang, mahasiswa heterogen
(kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan
meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau
presentasi.

13
Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-
strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok,
presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.
Dengan metode ini pengajar harus, (1) merancang dan
memonitor proses belajar mahasiswa, (2) menyiapkan kasus
atau masalah untuk diselesaikan mahasiswa secara
berkelompok. Sedangkan mahasiswa (1) membahas dan
menyimpulkan masalah atau tugas yang diberikan secara
berkelompok (2) melakukan koordinasi dalam kelompok.
6. Contextual Learning (CL)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai
dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka,
negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan
mahasiswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat
dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar muncul,
dunia pikiran mahasiswa menjadi konkret, dan suasana
menjadi kondusif nyaman dan menyenangkan. Prinsip
pembelajaran kontekstual adalah aktivitas mahasiswa,
mahasiswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton
dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
Ada tujuh indokator pembelajarn kontekstual sehingga bisa
dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan
perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan,
pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning
(eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan,
mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning
community (seluruh mahasiswa partisipatif dalam belajar
kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba,
mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis,
konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism
(membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-

14
aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak
lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan
sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha
mahasiswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-
objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara).
Dengan metode ini pengajar harus, (1) menyusun tugas untuk
studi mahasiswa terjun di lapangan, (2) menjelaskan bahan
kajian yang bersifat teori dan mengkaitkan dengan situasi
nyata atau kerja profesional. Sedangkan mahasiswa (1)
Melakukan studi lapapangan atau terjun di dunia nyata untuk
mempelajari kesesuaian teori (2) membahas konsep atau teori
yang berkaitan dengan situasi nyata.
7. Problem Based Learning (PBL)
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model
pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan
untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah
otentik dari kehidupan aktual mahasiswa, untuk merangsang
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus
dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi,
demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar
mahasiswa dapat berpikir optimal.
Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif,
elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi,
investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan
inkuiri.
Dengan metode ini pengajar harus, (1) Merangsang tugas
belajar dengan berbagai alternatif metode penyelesaian
masalah (2) Sebagai fasilitator dan motivator. Sedangkan
mahasiswa (1) Belajar dengan menggali atau mencari
informasi (inquiry), serta memamfaatkan informasi tersebut

15
untuk memecahkan masalah faktual yang sedang dihadapi, (2)
Menganalisis strategi pemecahan masalah.
8. Collaborative Learning (CbL)
Metode ini memungkinkan mahasiswa untuk mencari dan
menemukan jawaban sebanyak mungkin, saling berinteraksi
untuk menggali semua kemungkinan yang ada.
Dengan metode ini pengajar harus, (1) Merancang tugas yang
bersifat open ended, (2) Sebagai fasilitator dan motivator.
Sedangkan mahasiswa (1) Membuat rancangan proses dan
bentuk penilaian berdasarkan konsensus kelompok sendiri (2)
Bekerja sama dengan anggota kelompoknya dalam
mengerjakan tugas.
9. Project Based Learning (PjBL)
Metode pembelajaran ini adalah memberikan tugas-tugas
project yang harus diselesaikan oleh mahasiswa dengan
mencari sumber pustaka sendiri.Dengan metode ini pengajar
harus, (1) merumuskan tugas dan melakukan proses
pembimbingan dan asesmen, (2) Sebagai fasilitator dan
motivator. Sedangkan mahasiswa (1) Mengerjakan tugas
(berupa proyek) yang telah dirancang secara sistematis (2)
menun-jukkan kinerja dan mempertanggungjawabkan hasil
kerja di forum.
2.3.3 Tantatangan Pelaksanaan Pendekatan Berbasis Student Center
Leraning
Tantangan dan hambatan yang paling besar dalam
pelaksanaan pendekatan berbasis student center learning adalah
pelaksanaanya yang masih banyak menggunakan pendekatan
berbasis teacher center learning. Selain pelaksanaannya, mental
siswa yang belum siap juga bisa menjadi tantangan dan hambatan
yang cukup besar. Mental siswa yang belum siap ini dikarenakan
kurangnya motivasi dari guru dan kurangnya arahan dari guru

16
terhadap siswa sehingga pendekatan ini sering dianggap siswa
cukup sulit untuk dihadapi.

2.4 Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi


Berpikir adalah eksplorasi pengalaman yang dilakukan secara sadar
dalam mencapai suatu tujuan.Tujuan itu mungkin berbentuk pemahaman,
pengambilan keputusan, perencanaan, pemecahanmasalah, tindakan, dan
penilaian.
Menurut Ibrahim dan Nur (2004),berpikir memiliki beberapan pengertian
antara lain:
1) berpikir adalah proses yang melibatkan operasi mental seperti induksi,
deduksi, klasifikasi, dan penalaran;
2) berpikir adalah proses secara simbolik menyatakan (melalui bahasa) obyek
nyata dan kejadian-kejadian dan penggunaan pernyataan simbolik itu untuk
menemukan prinsip-prinsip yang esensial tentang obyek dan kejadian itu;
3) berpikir adalah kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai
kesimpulan berdasar pada inferensi atau pertimbangan yang seksama.
Aderson & Krathwohl (dalam Aksela, 2005) menyatakan bahwa tingkatan
keterampilan berpikir dalam Taksonomi Bloom terdiri dari enam tingkatan,
yaitu pengetahuan (knowledge/recall), pemahaman (comprehension), aplikasi
(application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi
(evaluation).
Ball & Garton (2005) dan Aksela (2005) menyatakan bahwa
kompetensi berpikir dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kompetensi
berpikir tingkat rendah (lower order thingking/LOW) dan kompetensi
berpikir tingkat tinggi (higher order thingking/HOT). Kompetensi berpikir
tingkat rendah meliputi mengingat, menghafal, dan sedikit memahami
sedangkan kompetensi berpikir tingkat tinggi adalah kegiatan mental dalam
memecahkan masalah dalam tingkat yang lebih tinggi dari tingkat berpikir
dasar.Agar mampu memecahkan masalah dengan baik dan berkualitas tinggi
dituntut kemampuan aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi, generalisasi,

17
membandingkan, mendeduksi, mengklasifikasi informasi, menyimpulkan,
dan mengambil keputusan.
Berpikir tingkat rendah lebih fokus pada pengumpulan,
mengklasifikasi, menyimpan, dan mengingat. Berpikir tingkat rendah tidak
menghasilkan sesuatu yang baru dan kreatif serta tidak memerlukan
keterampilan berpikir yang lebih rumit. Aksela (2005) menyatakan bahwa
kompetensi berpikir tingkat rendah meliputi pengetahuan (knowledge/recall),
dan pemahaman (comprehension).
Arnyana (2007) mengemukakan kompetensi berpikir tingkat tinggi
dapat diajarkan di sekolah melalui proses pembelajaran. Lebih lanjut mereka
mengemukakan penekanan dalam proses pembelajaran adalah melatih
kompetensi berpikir siswa dan bukan pada materi pelajaran. Mengajarkan
siswa untuk berpikir secara langsung membuat siswa menjadi cerdas. Dalam
kompetensi berpikir tingkat tinggi kegiatan pembelajaran bersifat student
centered karena siswa yang lebih banyak berperan di dalam proses
pembelajaran.
Anderson & Krathwohl (2001) menungkapkan bahwa kompetensi
berpikir dapat dikelompokkan menurut Taksonomi Bloom, seperti pada Tabel
di bawah
Tabel Pengklasifikasian kompetensi berpikir menurut Taksonomi
Bloom
Taksonomi Bloo m Tingkatan Berpikir T i n j a u a n
Knowledge (C1) Lower -order M e n g i n g a t
Comprehension (C2) Lower -order M e m a h a m i
Application (C3) Higher-order M e n e r a p k a n
Analysis (C4) Higher-order Menganalisis
Synthesis (C5) Higher-order M e n c i p t a k a n
Evaluation (C6) Higher-order Mengevaluasi

Masing-masing tingkatan dalam kompetensi berpikir tingkat tinggi


adalah sebagai berikut.

18
1) Tingkat Aplikasi (aplication level)
Tingkat aplikasi mencakup beberapa kemampuan, antara lain:
menggunakan informasi;
menggunakan metode, konsep, teori dalam permasalahan baru; dan
menyelesaikan masalah menggunakan pengetahuan dan kemampuan
yang diperlukan.
2) Tingkat Analisis (analysis level)
Tingkat analisis mencakup beberapa kemampuan, antara lain:
melihat polanya; mengorganisasi bagiannya;
mengenal pengertian yang tersembunyi; dan
mengidentifikasi komponen.
3) Tingkat Sintesis (synthesis level)
Tingkat sintesis mencakup beberapa kemampuan, antara lain:
mengeneralisasi fakta-fakta yang diberikan;
menghubungkan pengetahuan dai beberapa area;
memprediksi, menarik kesimpulan; dan
menggunakan ide lama untuk menciptakan hal yang baru.
4) Tingkat Evaluasi (evaluation level)
Tingkat evaluasi mencakup beberapa kemampuan, antara lain:
memberi penilaian terhadap teori;
membuat pilihan berdasarkan pertimbangan pemikiran;
memperivikasi nilai bukti;
mengenal kesubyektifan; dan
membandingkan dan membedakan antara gagasan.

19
Johnson (2002) menyatakan kompetensi berpikir tingkat tinggi dapat
dibagi menjadi kompetensi berpikir kritis dan kompetensi berpikir kreatif.
Hubungan antara berpikir kritis dan kreatif sebagai bagian dari berpikir
tingkat tinggi ditunjukkan seperti Gambar di bawah

Pada Gambar di atas, reasoning merupakan bagian berpikir yang berada di


atas level retention atau recall (retensi atau memanggil). Reasoning meliputi
basic thingking, critical thingking, dan creative thingking.Kompetensi
retention thinking merupakan tingkatan berpikir yang paling rendah.Retention
thinking yang merupakan berpikir hafalan atau ingatan, apabila dikaitkan
dengan tingkatan Taksonomi Bloom akan menempati tingkatan paling bawah
yaitu level hafalan (C1). Kompetensi basic thinking merupakan tingkatan
kedua.Dimana basic thinking merupakan pemahaman (berpikir dasar).Jika
dikaitkan dengan Taksonomi Bloom, maka basic thinking menempati
tingkatan kedua yaitu level pemahaman (C2).Critical thinking dan creative
thinking yang merupakan bagian dari high order thinking, apabila dikaitkan
dengan Taksonomi Bloom akan menempati tingkatan keempat sampai enam,
yang meliputi: level aplikasi (C3), level analisis (C4), level sintesis (C5), dan
level evaluasi (C6).

20
Dalam dunia pendidikan ada 3 model seorang siswa dalam menerima suatu
pelajaran;
1. I hear and i forget ( Saya mendengar dan saya akan lupa )
2. I see and i remember ( Saya meihat dan saya akan ingat )
3. I do and i understand ( Saya melakukan dan saya akan mengerti )
Jika pengajaran keterampilan berpikir kepada siswa belum sampai
pada tahap siswa dapat mengerti dan belajar menggunakannya, maka
keterampilan berpikir tidak akan banyak bermanfaat. Pembelajaran yang
efektif dari suatu keterampilan memiliki empat komponen, yaitu: identifikasi
komponen-komponen prosedural, instruksi dan pemodelan langsung, latihan
terbimbing, dan latihan bebas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pembelajaran keterampilan berpikir adalah bahwa keterampilan tersebut harus
dilakukan melalui latihan yang sesuai dengan tahap perkembangan kognitif
anak.
Ada 3 tipe seorang guru dalam mengajar;
1. Guru biasa, yaitu yang selalu menjelaskan
2. Guru baik, yaitu yang mampu mendemonstrasikan dan
3. Guru hebat, adalah guru yang mampu menginspirasikan, yakni guru yang
mampu membawa siswanya untuk berpikir tingkat tinggi. Pelajaran yang
diajarkan dengan cara mengajak siswa untuk berfikir tingkat tinggi akan lebih
cepat dimengerti oleh siswa. Jadi untuk keberhasilan penguasaan suatu materi
pelajaran atau yang lain, usahakan dalam proses belajarnya selalu
menggunakan cara-cara yang membuat siswa untuk selalu berpikir tingkat
tinggi.
Adang (1985), Suastra & Kariasa (2001) mengatakan bahwa untuk
melatihkan kompetensi berpikir tingkat tinggi, siswa hendaknya diberi
kesempatan sebagai berikut.
1. Mengajukan pertanyaan yang mengundang berpikir selama proses
belajar mengajar berlangsung.
2. Membaca buku-buku yang mendorong untuk melakukan studi lebih
lanjut.

21
3. Memodifikasi atau menolak usulan yang orisinil dari temannya, guru
atau dari buku pelajaran.
4. Merasa bebas dalam mengajukan tugas pengganti yang mempunyai
potensi kreatif dan kritis.
5. Menerima pengakuan yang sama untuk berpikir kreatif dan kritis seperti
juga untuk hasil belajar yang berupa mengingat.
6. Memberikan jawaban yang tidak sama persis dengan yang ada dalam
buku, namun konsep atau prinsipnya benar.

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Banyak sekali tantangan yanga harus dihadapi dalam dunia
pendidikan abad ke-21 ini antara lain tantangan dalam pendidikan
kecakapan hidup, kemampuan melek informasi, pendekatan berbasis
student center maupun kemampuan berpikir mengarah pada kemampuan
berpikir tingkat tinggi (berpikir kritis, kreatif dan pemecahan masalah).
Hal ini, menjadi tugas seorang pendidik untuk menghadapi dan berusaha
mengatasi hambatan dan tantangan tersebut.

3.2 Saran
Seorang pendidik harus lebih memperhatikan siswanya dan
memotivasi siswanya agar proses belajar mengajar berjalan dengan lancar

23
DAFTAR PUSTAKA

Amhari, A. (2014). Model Pembelajaran Teacher Center dan Student Center.


Yogyakarta : Rineka Cipta
Aziz, R. A. (2013). Proses Pembelajaran dan Student Center Learning (SCL).
Bandung : Wacana Prima
Depdiknas. (t.thn.). Kurikulum 2004 SMA, Pedoman Khusus Pengembangan
Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kimia. 2003.
Hasanah, U. M. (2012). Tujuan dan Manfaat Pendidikan Kecakapan Hidup.
Jakarta : Naladana
Pujiastuti, S. (2013). Melek Informasi / Literasi Informasi (Information Literacy) .
Diakses 27 September 2017
Rianawaty, Ida, 2011. Berpikir tingkat tinggi (higher order thinking/higher level
thinking).http://idarianawaty.blogspot.co.id/2011/08/berpikir-tingkat-
tinggi-higher-order.html. Diakses 27 September 2017
Ridiyanto, R. (2003). KurikulumBerbasis Kompetensi (KBK) Berpendekatan
Kontekstual dan Kecakapan Hidup. Journal Pendidikan dan Pengajaran
IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus.
Satori, D. (2002). Implementasi Life Skills dalam Konteks Pendidikan di Sekolah.
Journal Pendidikan dan Kebudayaan.
Sastradi ,Trisna , 2016. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
.http://www.mediafunia.com /2016/07/kemampuan-berpikir-tingkat-
tinggi.html. Diakses pada 27 September 2017
Susiwi. (2007). Kecakapan Hidup (life skill) "hand out". Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.

24
25
26

Anda mungkin juga menyukai