Makalah Fartok KLMPK 3

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat meyelesaikan
makalah ini. Makalah ini berjudul Teknik Pengambilan Sampel pada Manusia
dan Hewan Coba .Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu selain
sebagai tugas juga untuk menambah wawasan. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah Farmakologi dan Toksikologi 1.
Makalah ini berisi tentang teknik atau cara pengambilan sampel yang
dilakukan pada manusia maupun pada hewan coba. Pengambilan sampel
yang dibahas dalam makalah ini yaitu pengambilan sampel melalui darah dan
urin baik pada manusia maupun hewan coba.
Kami menyadari dalam penyusunan dan pembuatan makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk terciptanya
makalah yang lebih baik kedepannya. Dan semoga dengan adanya makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Makassar, 21 Mei 2016

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu kedokteran yang semakin berkembang di masa sekarang
menjadikan pemanfaatan hewan sebagai objek percobaan juga terus
berkembang. Hewan yang digunakan sebagai jenis percobaan disebut
hewan coba atau hewan laboratorium. Hewan laboratorium atau hewan
percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk
digunakan sebagai hewan model untuk mempelajari dan
mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam skala penelitian
atau pengamatan laboratorium.
Dalam suatu percobaan digunakan hewan coba sebagai penelitian
sebelum diterapkan kepada manusia. Untuk mengetahui terlebih dahulu
efisiensi dan efek yang dapat di timbulkan sebelum diberikan kepada
manusia.
Penggunaan hewan percobaan untuk penelitian banyak dilakukan di
bidang fisiologi, farmakologi, biokimia, patologi, zoologi komparatif, dan
ekologi dalam arti luas. Di bidang kedokteran, selain untuk penelitian,
hewan percobaan juga sering digunakan untuk keperluan diagnostika.
Sedangkan dalam bidang pendidikan dan psikologi, hewan laboratorium
digunakan untuk pengamatan tingkah laku hewan.
Pengambilan darah merupakan salah satu hal yang terpenting dari
teknik pengambilan sampel. Pada dasarnya teknik pengambilan sampel
darah hampir sama. Perbedaan yang mendasar hanya pada tempat
pengambilan sampel darah. Namun pada prosedur dan tekniknya hampir
sama.
Pengambilan darah hewan pada laboratorium dilakukan untuk
berbagai percobaan saintifik seperti: untuk mempelajari farmakokinetika
suatu obat, untuk mempelajari hormon. Dalam bidang farmakokinetika
dan metabolisme obat, sampel darah digunakan untuk analisi berbagai
konsentrasi obat dan hasil metabolitnya. Darah juga diperlukan untuk
beberapa percobaan in-vitro dengan menggunakan sel darah merah atau
fraksi protein plasma.
Pada manusia pengambilan sampel darah dan urin dilakukan untuk
memberikan informasi mengenai keadaan organ tubuh dalam pada
manusia dan juga untuk mengetahui adanya gangguan atau kelainan
dalam tubuh. Untuk mengetahui hal tersebut dilakukan pemeriksaan
laboratorium menggunakan sampel darah atau urin.
Oleh karena itu, kami akan membahas mengenai teknik pengambilan
sampel melalui darah dan urin pada manusia maupun hewan coba.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan darah dan urin?
2. Bagaimana teknik pengambilan sampel darah pada hewan coba?
3. Bagaimana teknik pengambilan sampel darah pada manusia?
4. Bagaimana teknik pengambilan sampel urin pada manusia?
1.3 Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui teknik atau cara pengambilan sampel darah dan
urin pada manusia maupun pada hewan coba.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Darah berasal dari bahasa yunani yakni hemo, hemato dan haima
yang berarti darah. Darah adalah cairan yang terdapat pada semua
makhluk hidup (kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi
mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh,
mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga berfungsi
sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri (Anna, 1994).
Darah manusia adalah cairan di dalam tubuh yang berfungsi untuk
mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Sama
halnya pada hewan, darah pada hewan merupakan cairan dalam tubuh
yang digunakan untuk mengangkut oksigen ke jaringan tubuh. Darah
juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa
metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun
yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-
hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah (Anna, 1994).
Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang
diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam
tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urine diperlukan untuk membuang
molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk
menjaga homeostasis cairan tubuh (Anna, 1994).
2.2 Teknik Pengambilan Sampel Darah pada Hewan Coba
Pengambilan darah hewan laboratorium dilakukan untuk berbagai
percobaan dimana untuk mempelajari farmakokinetika suatu obat dan
untuk mempelajari sistem hormon. Teknik pengambilan sampel darah
tergantung pada faktor-faktor spesifik dari percobaan yang akan
dilaksanakan. Perbedaan tersebut dapat berupa teknik pengambilan
sampel terminal atau teknik pengambilan sampel nonterminal.
Pengumpulan darah terminal dapat dilakukan secara total dengan
mengorbankan hewan atau dengan mengumpulkan beberapa kali
pengambilan dalam keadaan hewan terbius. Sedangkan pengumpulan
darah non terminal dapat dilakukan dengan cara penumpualn darah
sekali dan pengumpulan darah beberapa kali (berulang).
Pada umumnya pengambilan darah hanya dilakukan sekitar 10% dari
total volume darah dalam tubuh dalam selang waktu 2-4 minggu. Atau
sekitar 1% dari berat tubah dengan interval 24 jam. Total darah yang
hanya boleh diambil sekitar 7,5% dari bobot badan. Pengambilan darah
yang terlalu banyak pada hewan kecil akan menyebabkan shok
hipovolemik, stress dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Tetapi
pengambilan darah yang tidak sesuai aturan juga dapat menyebabkan
anemia pada hewan coba.
Teknik pengambilan sampel darah:
1. Kanulasi permanen pada vena
Pemasangan kanula/kateter pada vena dapat dilakukan untuk
pengambilan darah berulan beberapa kali. Kateter ini dapat dilindungi
sedemikian rupa agar pergerakan hewan percobaan tidak terganggu.
Metoda ini dapat dipakai untuk pengambilan darah secara berulang
untuk beberapa hari.
2. Teknik Pendarahan orbital
Disamping hamster dan kelinci, teknik ini basa juga digunakan untuk
hewan-hewan percobaan yang mempunyai ekor panjang seperti tikus
dan mencit. Pengambilan darah dilakukan melalui vena conjunctiva
dengan menggunakan pipet pasteur, mikropipet atau mikrokapiler
pada mata. Dengan teknik ini tidak memungkinkan pengambilan
darah dengan volume banyak.
3. Cardiac puncture
Pengambilan darah melalui teknik ini adalah langsung dengan
menusukkan ujung jarum suntik ke dalam rongga jantung melalui
torak. Percobaan ini harus dilakukan berulang-ulang agar diketahui
dengan pasti rongga jantung dari hewan percobaan. Pekerjaan harus
dilakukan se aseptis mungkin dan hindari distres pada hewan
percobaan. Teknik ini dapat mengumpulkan darah dengan volume
lebih banyak.
4. Teknik pengambilan darah dari ekor
Teknik ini dapat dilakukan pada hewan mencit dan tikus, karena
mempunyai ekor yang lebih panjang. Sebelum dilakukan pengambilan
darah, terlebih dahulu ekor hewan di gosok-gosok atau dihangatkan
agar pembuluh darah ekor membesar dan pengaliran darah lebih
cepat. Pengambilan darah dapat dilakukan dengan pertolongan jarum
suntik atau dengan jalan pemotongan ekor hewan percobaan.
5. Pengambilan melalui pembuluh darah leher
Dapat dilakukan segera setelah hewan dikorbankan. Darah
dikumpulkan dengan cara memotong arteri karotid. Karena tekanan
darah pada arteri karotid ini kuat, maka pengambilannya harus
dilakukan dengan hati-hati. Darah yang ditampung adalah darah yang
mengalir dari jantung ke arah kepala hewan percobaan.
Contoh gambar pengambilan darah melalui vena:

Pada ekor Pada kaki


Perlakuan pada hewan coba
Pengambilan darah pada mencit
Untuk memegang mencit yang akan diperlakukan (baik pemberian
obat maupun pengambilan darah) maka diperlukan cara-cara yang
khusus sehingga mempermudah cara perlakuannya. Secara alamiah
mencit cenderung menggigit bila mendapat sedikit perlakuan kasar.
Pengambilan mencit dari kandang dilakukan dengan mengambil ekornya
kemudian mencit ditaruh pada kawat kasa dan ekornya sedikit ditarik.
Cubit kulit bagian belakang kepala dan jepit ekornya kemudian suntik
untuk diambil darahnya.

Pengambilan darah pada tikus


Pertama ekor dipegang sampai pangkal ekor. Kemudian telapak
tangan menggenggam melalui bagian belakang tubuh dengan jari
telunjuk dan jempol secara perlahan diletakkan dismping kiri dan kanan
leher. Tangan yang lainnya membantu dengan menyangga dibawahnya,
dan tangan lainnya dapat digunakan untuk menyuntik.
2.3 Teknik Pengambilan Sampel Darah pada Manusia
1. Pengambilan darah melalui vena
Pada pengambilan darah melalui vena (venipuncture), contoh pada
anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini terletak dekat dengan
permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar.
Ada dua cara dalam pengambilan darah melalui vena, yaitu dengan
cara manual dan dengan cara vakum. Cara manual dapat dilakukan
dengan menggunakan alat suntik (syring), sedangkan cara vakum
dapat dilakukan dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer).
Pengambilan Darah Vena dengan Syring

Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik (syring)


merupakan cara yang masih lazim dilakukan di berbagai laboratorium
klinik dan tempat-tempat pelayanan kesehatan. Alat suntik yang biasa
digunakan ini merupakan sebuah pompa piston sederhana yang
terdiri dari tabung silinder, pendorong, dan jarum.
Prosedur :
Minta pasien meluruskan lengannya dan minta pasien mengepalkan
tangan.
Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan
(palpasi) untuk memastikan posisi vena
Bersihkan kulit pada bagian yang akan disuntik dengan kapas
alcohol 70%.
Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas.
Setelah volume darah dianggap cukup, lepas turniket dan minta
pasien membuka kepalan tangannya. Letakkan kapas ditempat
suntikan lalu tarik jarum.
Pengambilan Darah Vena Dengan Tabung Vakum
Jenis tabung ini berupa tabung reaksi yang hampa udara, terbuat
dari kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah
akan mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir ketika
sejumlah volume tertentu telah tercapai.
Jarum yang digunakan terdiri dari dua buah jarum yang
dihubungkan oleh sambungan berulir.Jarum pada sisi anterior
digunakan untuk menusuk vena dan jarum pada sisi posterior
ditancapkan pada tabung.Jarum posterior diselubungi oleh bahan dari
karet sehingga dapat mencegah darah dari pasien mengalir keluar.
Sambungan berulir berfungsi untuk melekatkan jarum pada sebuah
holder dan memudahkan pada saat mendorong tabung menancap
pada jarum posterior.
Prosedur :
Sama seperti menggunakan suntik. Tusuk bagian vena dengan
posisi lubang jarum menghadap ke atas. Masukkan tabung ke dalam
holder dan dorong sehingga jarum bagian posterior tertancap pada
tabung, maka darah akan mengalir masuk ke dalam tabung. Tunggu
sampai darah berhenti mengalir. Jika memerlukan beberapa tabung,
setelah tabung pertama terisi, cabut dan ganti dengan tabung kedua,
begitu seterusnya.

2. Pengambilan darah melalui kapiler


Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah skinpuncture
yang berarti proses pengambilan sampel darah dengan tusukan kulit.
Pengambilan darah kapiler ini dilakukan untuk tes yang memerlukan
sampel darah dengan volume yang kecil, misalnya untuk melakukan
pemeriksaan kadar glukosa dan kadar Hemoglobin.
Prosedur:
Pilih lokasi pengambilan sampel darah lalu desinfeksi dengan kapas
alkohol 70%, biarkan kering.
Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit
supaya rasa nyeri berkurang.
Tusuk dengan lancet steril. Tusukan harus dalam sehingga darah
tidak harus diperas-peras keluar.
Setelah darah keluar, buang tetes darah pertama dengan memakai
kapas kering, tetes berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan.
Pengambilan darah diusahakan tidak terlalu lama dan jangan
diperas-peras untuk mencegah terbentuknya jendalan.

3. Pengambilan darah melalui arteri


Pengambilan darah arteri umumnya menggunakan arteri radialis di
daerah pergelangan tangan. Jika tidak memungkinkan dapat dipilih
arteri brachialis di daerah lengan atau arteri femoralis di lipat paha.
Sampel darah arteri umumnya digunakan untuk pemeriksaan analisa
darah.
Prosedur:
Pilih bagian arteri radialis.
Lakukan palpasi (perabaan) dengan jari tangan untuk memastikan
letak arteri.
Desinfeksi kulit yang akan ditusuk dengan kapas alkohol 70%,
biarkan kering
Tekan bagian arteri yang akan ditusuk dengan dua jari tangan lalu
tusukkan jarum dengan posisi jarum tegak atau agak miring.
Setelah tercapai volume darah yang dikehendaki, tarik jarum dan
segera letakkan kapas.
2.4 Teknik Pengambilan Sampel Urin pada Manusia
Hasil pemeriksaan urine tidak hanya dapat memberikan informasi
tentang ginjal dan saluran kemih, tetapi juga mengenai berbagai organ
tubuh seperti hati, saluran empedu, pancreas, dsb. Namun, untuk
mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat, diperlukan specimen yang
memenuhi syarat.
Spesimen urine yang ideal adalah urine pancaran tengah (midstream),
di mana aliran pertama urin dibuang dan aliran urine selanjutnya
ditampung dalam wadah yang telah disediakan. Pengumpulan urine
selesai sebelum aliran urine habis. Aliran pertama urine berfungsi untuk
menyiram sel-sel dan mikroba dari luar uretra agar tidak mencemari
spesimen urine.
Sebelum dan sesudah pengumpulan urine, pasien harus mencuci
tangan dengan sabun sampai bersih dan mengeringkannya dengan
handuk, kain yang bersih atau tissue. Pasien juga perlu membersihkan
daerah genital sebelum berkemih.
Pasien yang tidak bisa berkemih sendiri perlu dibantu orang lain (mis.
keluarga atau perawat). Orang-orang tersebut harus diberitahu dulu
mengenai cara pengumpulan sampel urine; mereka harus mencuci
tangannya sebelum dan sesudah pengumpulan sampel; menampung
urine midstream dengan baik. Untuk pasien anak-anak mungkin perlu
dipengaruhi/dimaotivasi untuk mengeluarkan urine. Pada pasien bayi
dipasang kantung penampung urine pada genitalia.
Pada kondisi tertentu, urine kateter juga dapat digunakan. Dalam
keadaan khusus, misalnya pasien dalam keadaan koma atau pasien
gelisah, diperlukan kateterisasi kandung kemih melalui uretra. Prosedur
ini menyebabkan 1 - 2 % risiko infeksi dan menimbulkan trauma uretra
dan kandung kemih. Untuk menampung urine dari kateter, lakukan
desinfeksi pada bagian selang kateter dengan menggunakan alkohol
70%. Aspirasi urine dengan menggunakan spuit sebanyak 10 12 ml.
Masukkan urine ke dalam wadah dan tutup rapat. Segera kirim sampel
urine ke laboratorium.
Untuk mendapatkan informasi mengenai kadar analit dalam urine
biasanya diperlukan sampel urine 24 jam. Cara pengumpulan urine 24
jam adalah :
Pada hari pengumpulan, pasien harus membuang urin pagi pertama.
Catat tanggal dan waktunya. Semua urine yang dikeluarkan pada
periode selanjutnya ditampung.
Jika pasien ingin buang air besar, kandung kemih harus dikosongkan
terlebih dahulu untuk menghindari kehilangan air seni dan kontaminasi
feses pada sampel urin wanita.
Keesokan paginya tepat 24 jam setelah waktu yang tercatat pada
wadah, pengumpulan urin dihentikan.
Spesimen urine sebaiknya didinginkan selama periode pengumpulan.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengambilan sampel pada hewan coba dapat dilakukan melalui darah
sedangkan pada manusia dapat dilakukan melalui darah dan urin. Pada
hewan coba pengambilan sampel melalui darah dapat dilakukan pada
ekor, kaki dan juga pada jantung. Sedangkan pada manusia pengambilan
sampel melalui darah dapat dilakukan pada vena, kapiler dan arteri.
Sedangkan pada urin dapat langsung dilakukan dengan pengeluaran sisa
metabolism dari ginjal ke uretra.

3.2 Saran
Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk kelanjutan
dari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Colby., 1992, Ringkasan Biokimia Harper, EGC: Jakarta.

Gandasubrata, R., 2004, Penuntun Laboratorium Klinik, Dian Rakyat:


Jakarta.

Poedjiadi, A., 1994, Dasar-Dasar Biokimia, Penerbit Universitas Indonesia:


Jakarta.

Wilmar musram., 2000, Praktikum Urine, Penuntun Praktikum Biokimia,


Widya Medika: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai