Anda di halaman 1dari 18

-1-

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelayanan Kesehatan Lingkungan


2.1.1 Pengertian Kesehatan Lingkungan
Pengertian Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) tahun 1948 menyebutkan bahwa pengertian kesehatan
adalah sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan sosial
kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau
kelemahan.

Kesehatan lingkungan adalah kesehatan yang sangat penting bagi


kelancaran kehidupan dibumi, karena lingkungan adalah tempat
dimana pribadi itu tinggal. Lingkungan yang sehat dapat dikatakan
sehat bila sudah memenuhi syarat-syarat lingkungan yang sehat.

2.1.2 Syarat-syarat Lingkungan Yang Sehat


1. Keadaan Air
Air yang sehat adalah air yang tidak berbau, tidak tercemar
dan dapat dilihat kejernihan air tersebut, kalau sudah pasti
kebersihannya dimasak dengan suhu 1000C, sehingga bakteri yang
di dalam air tersebut mati.
2. Keadaan Udara
Udara yang sehat adalah udara yang didalamnya terdapat
yang diperlukan, contohnya oksigen dan di dalamnya tidak
tercemar oleh zat-zat yang merusak tubuh, contohnya zat CO2 (zat
carbondioksida).
3. Keadaan tanah
Tanah yang sehat adalah tanah yamh baik untuk penanaman
suatu tumbuhan, dan tidak tercemar oleh zat-zat logam berat.
-2-

4. Suara/kebisingan
Yaitu keadaan dimana suatu lingkungan yang kondisinya
tidak bising yang dapat mengganggu aktifitas/alat pendengaran
manusia.

2.1.3 Cara Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan


1. Tidak mencemari air dengan membuang sampah disungai
2. Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor
3. Mengolah tanah sebagaimana mestinya
4. Menanam tumbuhan pada lahan-lahan kosong

2.1.4 Tujuan Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan


1. Mengurangi Pemanasan Global.
Dengan menanam tumbuhan sebanyak-banyaknya pada
lahan kosong, maka kita juga ikut serta mengurangi pemanasan
global, karbon, zat O2 yang dihasilkan tumbuh-tumbuhan dan zat
tidak langsung zat CO2 yang menyebabkan atmosfer bumi
berlubang ini terhisap oleh tumbuhan dan secara langsung zat O2
yang dihasilkan tersebut dapat dinikmati oleh manusia tersebut
untuk bernafas.
2. Menjaga Kebersihan Lingkungan.
Dengan lingkungan yang sehat maka kita harus menjaga
kebersihannya, karena lingkungan yang sehat adalah lingkungan
yang bersih dari segala penyakit dan sampah.Sampah adalah mush
kebersihan yang paling utama. Sampah dapat dibersihkan dengan
cara-cara sebagai berikut :
a. Membersihkan Sampah Organik.
Sampah organik adalah sampah yang dapat dimakan
oleh zat-zat organik di dalam tanah, maka sampah organik
dapat dibersihkan dengan mengubur dalam-dalam sampah
organik tersebut, contoh sampah organik :
-3-

1). Daun-daun tumbuhan


2). Ranting-ranting tumbuhan
3). Akar-akar tumbuhan
b. Membersihkan Sampah Non Organik
Organik Sampah non organik adalah sampah yang
tidak dapat hancur (dimakan oleh zat organik) dengan
sendirinya, maka sampah non organik dapat dibersihkan
dengan membakar sampah tersebut dan lalu menguburnya.

2.1.5 Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan

Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang


lingkup kesehatan lingkungan, yaitu :

1. Penyediaan Air Minum


2. Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan Sampah Padat
4. Pengendalian Vektor
5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh manusia
6. Higiene makanan, termasuk higiene susu
7. Pengendalian pencemaran udara
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan
11. Perumahan dan pemukiman
12. Aspek kesling dan transportasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk.
-4-

17.Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin


lingkungan.
- Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan
diterangkan dalam Pasal 22 ayat(3) UU No 23 tahun 1992 ruang
lingkup kesling ada 8, yaitu :
1. Penyehatan Air dan Udara
2. Pengamanan Limbah padat/sampah
3. Pengamanan Limbah cair
4. Pengamanan limbah gas
5. Pengamanan radiasi
6. Pengamanan kebisingan
7. Pengamanan vektor penyakit
8. Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca
bencana
9.

2.2 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

2.2.1 Pengertian Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Pendekatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah

pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan saniter melalui

pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan. Pendekatan partisipatif

ini mengajak masyarakat untuk mengalisa kondisi sanitasi melalui proses

pemicuan yang menyerang/menimbulkan rasa ngeri dan malu kepada

masyarakat tentang pencemaran lingkungan akibat BABS.

Sedangkan dasar pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

adalah Keputusan Menteri Kesehatan nomor 852/MENKES/SK/IX/2008

Tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Sejarah


-5-

lahirnya pedoman ini antara lain didahului dengan adanya kerjasaman

antara pemerintah dengan Bank Dunia berupa implementasi proyek Total

Sanitation and Sanitation Marketing (TSSM) atau Sanitasi Total dan

Pemasaran Sanitasi (SToPS). Kemudian pada tahun 2008 lahir Sanitasi

Total Berbasis Masyarakat (STBM) sebagai strategi nasional. Strategi ini

pada dasarnya dilaksanakan dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan

hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan,

meningkatkan kemampuan masyarakat, serta mengimplementasikan

komitmen Pemerintah untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi

dasar yang berkesinambungan dalam pencapaian Millenium Development

Goals (MDGs) tahun 2015.

2.2.2 Tujuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Tujuan Program Sanitasi Total adalah menciptakan suatu kondisi

masyarakat (pada suatu wilayah) :

a. Mempunyai akses dan menggunakan jamban sehat

b. Mencuci tangan pakai sabun dan benar sebelum makan, setelah BAB,

sebelum memegang bayi setelah menceboki anak dan sebelum

menyiapkan makanan.

c. Mengelola dan menyimpan air minum dan makanan yang aman.

d. Mengelola sampah dengan baik.

e. Mengelola limbah rumah tangga (cair dan padat).

Tantangan pembangunan sanitasi di Indonesia adalah masalah

social budaya dan perilaku penduduk yang terbiasa buang air besar di
-6-

sembarang tempat, sehingga tujuan akhir pendekatan ini adalah merubah

cara pandang dan perilaku sanitasi yang memicu terjadinya pembangunan

jamban dengan inisiatif masyarakat sendiri tanpa subsidi dari pihak luar

serta menimbulkan kesadaran bahwa kebiasaan BABS adalah masalah

bersama karena dapat berimplikasi kepada semua masyarakat sehingga

pemecahannya juga harus dilakukan dan dipecahkan secara bersama.

2.2.3Prinsip Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Prinsip dalam pelaksanaan pemicuan ini yang harus diperhatikan

adalah tanpa subsidi, tidak menggurui, tidak memaksa

danmempromosikan jamban, masyarakat sebagai pemimpin, totalitas dan

seluruh masyarakat terlibat.

2.2.4Tingkat partisipasi masyarakat

Masyarakat sasaran dalam Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

tidak dipaksa untuk menerapkan kegiatan program tersebut, akan tetapi

program ini berupaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

kegiatannya. Tingkat partisipasi masyarakat dalam STBMdimulai tingkat

partisipasi yang terendah sampai tertinggi :

a. Masyarakat hanya menerima informasi; keterlibatan masyarakat

hanya sampaidiberi informasi (misalnya melalui pengumuman) dan

bagaimana informasi itu diberikan ditentukan oleh si pemberi informasi

(pihak tertentu).
-7-

b. Masyarakat mulai diajak untuk berunding. Pada level ini sudah ada

komunikasi 2arah, dimana masyarakat mulai diajak untuk diskusi atau

berunding. Dalam tahap ini meskipun sudah dilibatkan dalam suatu

perundingan, pembuat keputusan adalah orang luar atau orang-orang

tertentu.

c. Membuat keputusan secara bersama-sama antara masyarakat dan

pihak luar, padatahap ini masyarakat telah diajak untuk membuat

keputusan secara bersama-sama untuk kegiatan yang dilaksanakan.

d. Masyarakat mulai mendapatkan wewenang atas kontrol sumber daya

dankeputusan, pada tahap ini masyarakat tidak hanya membuat keputusan,

akan tetapi telah ikut dalam kegiatan kontrol pelaksanaan program.

Dari keempat tingkatan partisipasi tersebut, yang diperlukan dalam

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah tingkat partisipasi tertinggi

dimana masyarakat tidak hanya diberi informasi, tidak hanya diajak

berunding tetapi sudah terlibat dalam proses pembuatan keputusan dan

bahkan sudah mendapatkan wewenang atas kontrol sumber daya

masyarakat itu sendiri serta terhadap keputusan yang mereka buat. Dalam

prinsip Sanitasi Total Berbasis Masyarakat telah disebutkan bahwa

keputusan bersama dan action bersama dari masyarakat itu sendiri

merupakan kunci utama.


-8-

2.2.5 Metode Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

a. Alat utama PRA dalam Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Pemetaan,

yang bertujuan untuk mengetahui / melihat peta wilayah BAB masyarakat

serta sebagai alat monitoring (pasca triggering, setelah ada mobilisasi

masyarakat).

b. Transect Walk, bertujuan untuk melihat dan mengetahui tempat yang

paling sering dijadikan tempat BAB. Dengan mengajak masyarakat

berjalan ke sana dan berdiskusi di tempat tersebut, diharapkan masyarakat

akan merasa jijik dan bagi orang yang biasa BAB di tempat tersebut

diharapkan akan terpicu rasa malunya.

c. Alur Kontaminasi (Oral Fecal); mengajak masyarakat untuk melihat

bagaimana kotoran manusia dapat dimakan oleh manusia yang lainnya.

d. Simulasi air yang telah terkontaminasi; mengajak masyarakat untuk

melihat bagaimana kotoran manusia dapat dimakan oleh manusia yang

lainnya

e. Diskusi Kelompok (FGD); bersama-sama dengan masyarakat melihat

kondisi yang ada dan menganalisanya sehingga diharapkan dengan

sendirinya masyarakat dapat merumuskan apa yang sebaiknya dilakukan

atau tidak dilakukan. Pembahasannya meliputi:

1) FGD untuk menghitung jumlah tinja dari masyarakat yang BAB di

sembarang tempat selama 1 hari, 1 bulan, dan dalam 1 tahunnya.

2) FGD tentang privacy, agama, kemiskinan, dan lain-lain


-9-

3) Elemen-elemen yang harus dipicu, dan alat-alat PRA yang

digunakan untuk pemicuan faktor-faktor tersebut.

2.2.6Rencana Kerja dan Indikator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

a. Rencana Kerja

Setiap pelaku pembangunan Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat mengembangkan rencana aksi serta pembinaannya untuk

pencapaian sanitasi total yang disampaikan kepada pemerintah daerah.

b. Indikator

1. Output

a) Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana

sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari

buang air disembarang tempat (ODF).

b) Setiap rumah tangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan

makanan yang aman di rumah tangga.

c) Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu

komunitas tersedia fasilitas cuci tangan sehingga semua orang mencuci

tangan dengan benar.

d) Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar.

e) Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar

2. Outcome

Menurunnya kejadian diare dan penyakit berbasis lingkungan

lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku. (2)


-10-

2.2.7Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

A. Penciptaan Lingkungan Yang Kondusif

1. Prinsip

Meningkatkan dukungan pemerintah dan pemangku

kepantingan lainnya dalam meningkatkan perilaku higienis dan

saniter.

2. Pokok Kegiatan

a) Melakukan advokasi dan sosialisasi kepada pemerintah dan

pemangku kepentingan lainnya secara berjenjang.

b) Mengambangkan kapasitas lembaga pelaksana di daerah

c) Meningkatkan kemitraan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

d) Organisasi masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Swasta

B. Peningkatan Kebutuhan

1. Prinsip

Menciptakan perilaku komunitas yang higienis dan saniter

untuk mendukung terciptanya sanitasi total.

2. Pokok kegiatan

a) Meningkatkan peran seluruh pemangku kepentingan dalam

perencanaan dan pelaksanaan sosialisasi pengembangan kebutuhan

b) Mengembangkan kesadaran masyarakat tentang konsekuensi dari

kebiasaan buruk sanitasi (buang air besar) dan dilanjutkan dengan

pemicuan perubahan perilaku komunitas


-11-

c) Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memilih teknologi,

material dan biaya sarana sanitasi yang sehat.

d) Mengembangkan kepemimpinan di masyarakat (natural leader)

untuk memfasilitasi pemicuan perubahan perilaku masyarakat.

e) Mengembangkan system penghargaan kepada masyarakat untuk

meningkatkan dan menjaga keberlanjutan sanitasi total.

C. Peningkatan penyediaan

1. Prinsip

Meningkatkan ketersediaan sarana sanitasi yang sesuai dengan

kebutuhan masyarakat.

2. Pokok kegiatan

a) Meningkatkan kapasitas produksi swasta local dalam penyediaan

sarana sanitasi

b) Mengembangkan kemitraan dengan kelompok masyarakat,

koperasa, lembaga keuangan dan pengusaha local dalam penyediaan

sarana sanitasi.

c) Meningkatkan kerjasama dengan lembaga penelitian perguruan

tinggi untuk pengembangan rancangan sarana sanitasi tepat guna

D. Pengelolaan pengetahuan (Knowledge Management)

1. Prinsip

Melestarikan pengetahuan dan pembelajaran dalam sanitasi total

2. Pokok kegiatan

a) Mengembangkan dan mengelola pusat data dan informasi


-12-

b) Meningkatkan kemitraan antar program-program pemerintah, non

pemerintah dan swasta dalam peningkatan pengetahuan dan

pembelajaran sanitasi di Indonesia

c) Mengupayakan masuknya pendekatan sanitasi total dalam

kurikulum pendidikan.

E. Pembiayaan

1. Prinsip

Meniadakan subsidi untuk penyediaan fasilitas sanitasi dasar

2. Pokok kegiatan

a) Menggali potensi masyarakat untuk membangun sarana sanitasi

sendiri

b) Mengembangkan solidaritas sosial (gotong royong)

c) Menyediakan subsidi diperbolehkan untuk fasilitas sanitasi

komunal

F. Pemantauan dan Evaluasi

1. Prinsip

Melibatkan masyarakat dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi.

2. Pokok kegiatan

a) Memantau kegiatan dalam lingkup komunitas oleh masyarakat

b) Pemerintah Daerah mengembangkan system pemantauan dan

pengelolaan data

c) Mengoptimumkan pemanfaatan hasil pemantauan dari kegiatan-

kegiatan lain sejenis


-13-

d) Pemerintah dan pemerintah daerah mengembangkan system

pemantauan berjenjang.

2.2.8 Lima Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)


Lima Pilar STBM terdiri dari:

1. Stop Buang air besar Sembarangan (SBS)

Suatu kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak


buang air besar sembarangan. Perilaku SBS diikuti dengan
pemanfaatan sarana sanitasi yang saniter berupa jamban sehat.
Saniter merupakan kondisi fasilitas sanitasi yang memenuhi standar
dan persyaratan kesehatan yaitu:

a. tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran langsung bahan-


bahan yang berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran
manusia
b. dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebar penyakit pada
pemakai dan lingkungan sekitarnya.
Jamban sehat efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit.
Jamban sehat harus dibangun, dimiliki, dan digunakan oleh keluarga
dengan penempatan (di dalam rumah atau di luar rumah) yang
mudah dijangkau oleh penghuni rumah.

2.Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

CTPS merupakan perilaku cuci tangan dengan menggunakan


sabun dan air bersih yang mengalir.

a.Langkah-langkah CTPS yang benar :

- Basahi kedua tangan dengan air bersih yang mengalir.


-14-

- Gosokkan sabun pada kedua telapak tangan sampai berbusa


lalu gosok kedua punggung tangan, jari jemari, kedua jempol,
sampai semua permukaan kena busa sabun.
- Bersihkan ujung-ujung jari dan sela-sela di bawah kuku.

- Bilas dengan air bersih sambil menggosok-gosok kedua tangan


sampai sisa sabun hilang.
- Keringkan kedua tangan dengan memakai kain, handuk
bersih, atau kertas tisu, atau mengibas-ibaskan kedua tangan
sampai kering.
b.Waktu penting perlunya CTPS, antara lain:

- sebelum makan
- sebelum mengolah dan menghidangkan makanan
- sebelum menyusui
- sebelum memberi makan bayi/balita
- sesudah buang air besar/kecil
- sesudah memegang hewan/unggas
c.Kriteria Utama Sarana CTPS

- Air bersih yang dapat dialirkan


- Sabun
- Penampungan atau saluran air limbah yang aman

3. Pengolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT)


PAMM-RT merupakan suatu proses pengolahan, penyimpanan,
dan pemanfaatan air minum dan pengelolaan makanan yang aman di
rumah tangga.
Hal penting dalam PAMM-RT :
- Cucilah tangan sebelum menangani air minum dan mengolah
makanan siap santap.
-15-

- Mengolah air minum secukupnya sesuai dengan kebutuhan rumah


tangga.
- Gunakan air yang sudah diolah untuk mencuci sayur dan buah siap
santap serta untuk mengolah makan siap santap.
- Tidak mencelupkan tangan ke dalam air yang sudah diolah menjadi
air minum.
- Secara periodik meminta petugas kesehatan untuk melakukan
pemeriksaan air guna pengujian laboratorium.

4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga

Tujuan Pengamanan Sampah Rumah Tangga adalah untuk


menghindari penyimpanan sampah dalam rumah dengan segera
menangani sampah. Pengamanan sampah yang aman adalah
pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan atau
pembuangan dari material sampah dengan cara yang tidak
membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan.

5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga


Proses pengamanan limbah cair yang aman pada tingkat
rumah tangga untuk menghindari terjadinya genangan air limbah
yang berpotensi menimbulkan penyakit berbasis lingkungan. Untuk
menyalurkan limbah cair rumah tangga diperlukan sarana berupa
sumur resapan dan saluran pembuangan air limbah rumah tangga.
Limbah cair rumah tangga yang berupa tinja dan urine disalurkan ke
tangki septik yang dilengkapi dengan sumur resapan. Limbah cair
rumah tangga yang berupa air bekas yang dihasilkan dari buangan
dapur, kamar mandi, dan sarana cuci tangan disalurkan ke saluran
pembuangan air limbah.
-16-

Prinsip Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga adalah:

a) Air limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh tercampur


dengan air dari jamban

b) Tidak boleh menjadi tempat perindukan vektor


c) Tidak boleh menimbulkan bau
d) Tidak boleh ada genangan yang menyebabkan lantai licin dan
rawan kecelakaan
e) Terhubung dengan saluran limbah umum/got atau sumur
resapan.

2.3 JAMBAN SEHAT


2.3.1 Pengertian Jamban Sehat
Pengertian Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk
membuang dan mengumpulkan kotoran manusia dalam suatu tempat
tertentu, sehingga kotoran tersebut dalam suatu tempat tertentu tidak
menjadi penyebab penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman
(Depkes RI, 1995).
Jamban merupakan sanitasi dasar penting yang harus dimiliki
setiap masyarakat sebenarnya,masyarakat sadar dan mengerti arti
pentingnya mempunyai jamban sendiri di rumah. Alasan utama
yangselalu diungkapkan masyarakat mengapa sampai saat ini belum
memiliki jamban keluarga adalah tidak atau belummempunyai uang
melihat faktor kenyataan tersebut, sebenarnya tidak adanya jamban di
setiap rumah tangga bukansemata faktor ekonomi, Tetapi lebih kepada
adanya kesedaran masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat
(PHBS), jamban pun tidak harus mewah dengan biaya yang mahal.
-17-

Suatu jamban tersebut sehat jika memenuhi persyaratan-


persyaratan sebagai berikut (Depkes RI, 1995):

1. Tidak mencemari sumber air minum (untuk ini dibuat lubang


penampungan kotoran paling sedikit berjarak 10 meter dari sumber air).
2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.
3. Air seni, air pembersih dan penggelontoran tidak mencemari tanah
disekitarnya.
4. Mudah dibersihkan, aman digunakan dan harus terbuat dari bahan-bahan
yang kuat dan tahan lama.
5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna
terang.
6. Luas ruangan cukup.
7. Ventilasi cukup baik.
8. Tersedia air dan alat pembersih.
9. Cukup penerangan.

2.4 RUMAH SEHAT


2.4.1 Pengertian Rumah Sehat
Rumah adalah struktur fisik atau bangunan sebagai tempat
berlindung, dimana lingkungan dari struktur tersebut berguna untuk
kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk
kesehatan keluarga dan individu (WHO dalam Keman, 2005). Rumah
sehat merupakan bangunan tempat tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih,
tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi
yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang
tidak terbuat dari tanah (Depkes RI, 2003). Dapat dikatakan bahwa rumah
sehat adalah bangunan tempat berlindung dan beristirahat yang
menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga
seluruh anggota keluarga dapat memperoleh derajat kesehatan yang
optimal.
-18-

2.4.2Syarat Rumah Sehat


Rumah sehat menurut Winslow dan APHA ( American Public
Health Association) harus memiliki syarat, antara lain:
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan
(ventilasi), ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan/suara
yang mengganggu.
2. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain cukup aman dan nyaman
bagi masing-masing penghuni rumah, privasi yang cukup, komunikasi
yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah, lingkungan
tempat tinggal yang memiliki tingkat ekonomi yang relatif sama.
3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni
rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air limbah
rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang
berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan
minuman dari pencemaran.
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang
timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah. Termasuk dalam
persyaratan ini antara lain bangunan yang kokoh, terhindar dari
bahaya kebakaran, tidak menyebabkan keracunan gas, terlindung dari
kecelakaan lalu lintas, dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai