Anda di halaman 1dari 7

PENGEMBANGAN WILAYAH HINTERLAND DI KECAMATAN KEDUNGKANDANG

SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK


(Studi Pada Wilayah Buring Kota Malang)

Risna Febriyani, Heru Ribawanto, Wima Yudo Prasetyo


Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang
E-mail: ladyrisna@yahoo.co.id

Abstract: Hinterland Regional Development in Sub Kedungkandang for Improving Public Service
(Studies in Regional Buring-Malang). This research was conducted on the basis of the presence of
development in the city of Malang are not evenly distributed. The implications of these inequalities is
that there are areas of low public infrastructure development, namely Buring region. Attempts to
overcome these problems is development area. As development efforts, the need for planning, which is
the first step of the development of the region. In planning we can see how the circumstances and
character of the area. In addition we will be able to figure out what the appropriate public services to
be developed in Buring as its hinterland. After the regional planning process is done, then the next
step is to outline the government's efforts in developing regions. These efforts come after the
government know beforehand Buring region. This was done so that the development of infrastructure
and public services on target in accordance with the social conditions of the local community. Malang
Government efforts include several development strategies undertaken.

Keywords: development area, hinterland, improving public services

Abstrak: Pengembangan Wilayah Hinterland di Kecamatan Kedungkandang sebagai Upaya


Peningkatan Pelayanan Publik (Studi Pada Wilayah Buring-Kota Malang). Penelitian ini dilakukan
atas dasar masih terdapatnya pembangunan di wilayah Kota Malang yang belum merata. Implikasi
dari ketidakmerataan tersebut adalah terdapat wilayah yang pembangunan infrastruktur publiknya
rendah, yaitu wilayah Buring. Upaya dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah
dilakukannyapengembangan wilayah. Sebagai upaya pengembangan, maka dibutuhkannya
perencanaan, yang mana merupakan langkah awal dari pengembangan wilayah. Dalam perencanaan
kita dapat melihat bagaimana keadaan dan karakter wilayah. Selain itu kita nantinya dapat mengetahui
layanan publik apa yang cocok untuk dikembangkan di Buring sebagai wilayah hinterland. Setelah
proses perencanaan wilayah dilakukan, maka langkah berikutnya adalah memaparkan upaya
pemerintah dalam mengembangkan wilayah. Upaya ini didapat setelah pemerintah mengenal wilayah
Buring terlebih dahulu. Hal itu dilakukan agar pengembangan infrastruktur pelayanan publik tepat
sasaran dan sesuai dengan kondisi sosial masyarakat setempat.

Kata Kunci: pengembangan wilayah, hinterland, peningkatan pelayanan publik

Pendahuluan khusus lagi ada pengembangan wilayah.


Indonesia merupakan negara besar dan Pengembangan wilayah merupakan bentuk dari
kaya, yang terdiri dari berbagai pulau-pulau yang pembangunan daerah dan juga merupakan salah
masing-masing memiliki potensi dan fungsi yang satu wujud tugas pemerintah dalam rangka untuk
luar biasa. Karena begitu banyaknya potensi memenuhi kebutuhan masyarakat umum agar
yang dimiliki maka pemerintah disiapkan untuk berdaya.
mengembangkan dan menata daerah itu. Tetapi Menurut Dewantoro (2001, h.188) masalah
pada kenyataannya pemerintah daerah dalam pelayanan masyarakat sangat erat kaitannya
membangun dan mengembangkan wilayahnya dengan eksistensi Pemerintah Daerah (Pemda),
masih belum merata. Implikasi dari ketidak karena kapabilitas Pemda akan diukur dari segi
merataan tersebut adalah belum baiknya tingkat kemampuannya memberikan pelayanan yang
pelayanan publik terutama pada wilayah berkualitas dalam batas-batas resource yang
hinterland, yaitu wilayah Buring. Upaya dalam tersedia. Di bagian wilayah Malang Tenggara
mengatasi permasalahan tersebut adalah di- dan Malang Timur, pembangunan yang terjadi
lakukannya pembangunan daerah. Berbicara masih belum merata, maka pemerintah Kota
mengenai pembangunan daerah maka secara Malang berupaya melakukan pengembangan

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 3, Hal. 440-446 | 440


wilayah. Menurut Wiroatmodjo (2001, h.2) aspek administratif dan atau aspek fungsional
Pengertian daerah/wilayah disini mencakup Komponen-komponen wilayah mencakup
daerah Kabupaten/Kota dan Daerah Propinsi, komponen biofisik alam, sumberdaya buatan
masing-masing sebagai daerah otonom. (infrastruktur), manusia serta bentuk-bentuk
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan kelembagaan. Menurut Sulitino (2010, h.14)
pada pengembangan wilayah pada daerah Dengan demikian istilah wilayah menekankan
Malang Tenggara dan Malang Timur, yaitu pada interaksi antar manusia dengan sumberdaya-
koridor Jalan Mayjend Sungkono, karena saat ini sumberdaya lainnya yang ada di dalam suatu
wilayah di sepanjang Jalan Mayjen Sungkono batasan unit geografis tertentu.
sedang menjadi perhatian Pemerintah Kota Pengertian pengembangan wilayah menurut
Malang untuk dikembangkan. Adapun Dirjen Penataan Ruang Depkimpraswil (2003,
pengkhususan pelayanan publik yang diambil h.2) dapat dijabarkan sebagai berikut:
adalah jenis pelayanan berdasarkan Peraturan Rangkaian upaya untuk mewujudkan keter-
Daerah Nomor 4 Tahun 2011 mengenai Rencana paduan dalam penggunaan berbagai sumber
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Malang daya, merekatkan dan menyeimbangkan
2009-2029. pembangunan nasional dan kesatuan wilayah
Hal yang sudah diketahui bahwa nasional, meningkatkan keserasian wilayah,
pembangunan di Kota Malang sudah over keterpaduan sektor pem-bangunan melalui proses
development, sehingga sudah seharusnya arah penataan ruang dalam rangka pencapaian tujuan
pembangunan bergeser ke wilayah lain, yaitu pembangunan yang berkelanjutan dalam wadah
wilayah Malang Timur, khususnya Buring. NKRI.
Penelitian ini merekomendasikan bahwa untuk
mengurangi kesenjangan antar daerah diperlukan 2. Strategi Perencanaan dan Pengemba-
peningkatan efektivitas program-program pe- gan Wilayah
ngembangan daerah yang didasarkan atas Strategi dalam melakukan perencanaan
kesesuaian tipologi dengan karakteristik wilayah daerah terdiri dari beberapa tahap, tahap pertama
yang akan berdampak pada pelayanan publik untuk melakukan pembangunan daerah
yang lebih baik. Penulis memfokuskan dibutuhkannya pengenalan wilayah perencanaan,
pengembangan wilayah hinterland tepatnya pada setelah mengenali wilayah yang akan dibangun
wilayah sepanjang koridor Jalan Mayjend maka tahap kedua adalah menganailisis situasi
Sungkono, guna mewujudkan pemanfaatan wilayah, dan tahap berikutnya adalah tahap
sumber daya yang dimiliki, menyeimbangkan zonasi lahan. Dalam pengenalan wilayah terdiri
pembangunan wilayah Kota Malang, dan dari beberapa cara, yaitu: Pemahaman Wilayah
menyelenggarakan pembangunan yang ber- Secara Cepat (Rapid District Apprasiall/ RDA),
kelanjutan yang bersifat komprehensif dan Identifikasi Kebijakan Pembangunan, Profil
holistik. Wilayah dan Sumber-Keuangan.
Setelah mengenali wilayah pembangunan,
Tinjauan Pustaka maka strategi kedua adalah dengan menganalisis
1. Pengembangan Wilayah dan Penataan situasi. Dengan adanya analisis situasi wilayah
Ruang perencanaan diharapkan mampu menganalisis
Pengembangan wilayah tentunya sudah masalah dan potensi yang nantinya akan
dilakukan sejak pemerintahan yang lalu, salah tergambarkan dalam frame condition (gamba-
satunya adalah pada era orde baru dengan ran mengenai kondisi wilayah). Menurut Riyadi
dibentuknya PELITA I dan II yang dalam (2003, h.36) strategi terakhir dalam perencanaan
mengembangkan wilayah masih berorientasi wilayah adalah tahap zonasi lahan yang dapat
pada pembangunan sektor pertanian. diartikan sebagai suatu kawasan yang penggunan
Selanjutnya, menurut Marbun (1979, h.116) utama lahannya yang diperbolehkan adalah
Pada PELITA II s/d IV landasan pemikiran penggunaan lahan yang sesuai dengan
pengembangan wilayah ialah pola aliran barang kemampuan lahan untuk mendukung maksud-
dan jasa, yaitu merupakan tiruan atau pola maksud penggunaannya secara berkelanjutan dan
berpikir pada zaman penjajahan yang memberi sejalan dengan praktek pengelolaan lahan yang
fungsi utama kota sebagai Terminal Jasa benar serta sesuai dengan rumusan kebijakan
Distribusi (TJD) atau Pusat Logistik. penggunaannya, untuk memenuhi pembangunan
Dalam Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun dan pelestariannya.
2011 tentang Penataan Ruang, wilayah adalah Dalam strategi pengembangan wilayah
ruang yang merupakan kesatuan geografis terdapar beberapa starategi. Pertama strategi
beserta segenap unsur yang terkait kepadanya Paradigma Teknis- Kemasyarakatan (Community
yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan Technical Paradigm). Kedua adalah strategi

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 3, Hal. 440-446 | 441


pendekatan kompleks wilayah. Pendekatan ini Secara ekonomi wilayah hinterland bisa
dikembangkan melalui kajian Geografi, menjalankan perekonomian secara mandiri,
pendekatan ini tergabung dalam dua pendekatan, walaupun ada beberapa barang dan jasa yang
yaitu pendekatan spasial (spatial approach) dan dalam pendistribusiannya masih tergantung pada
pendekatan ekologis (ecology approach). kota besar, tetapi secara garis besar kawaasan
Pendekatan spasial adalah suatu pendekatan yang hinterland atau kota satelit dapat memenuhi
menerangkan mengenai fenomena geosfer fasilitas-fasilitas kota yang pada akhirnya dapat
melalui ruang sebagai media untuk dianalisis. memberikan lapangan pekerjaan bagi
Ketiga adalah strategi sinergisme spasial. masyarakatnya atau penduduk sub-urban.
Ide dalam konsep ini adalah melihat potensi yang Dengan kata lain, menurut Yunus (2005, h.285)
di miliki oleh suatu wilayah yang nantinya akan dapat diungkapkan bahwa wilayah hinterland
dimanfaatkan untuk kemudahan fasilitas bagi juga berfungsi sebagai penerima tenaga kerja
masyarakat. Keempat adalah strategi sinergisme karena didalamnya telah berkembang fungsi-
fungsional. Seperti halnya dengan sinergisme fungsi sosio ekonomi kekotaan, namun juga
spasial, sinergisme fungsional mempunyai tujuan berperan sebagai pemasok komoditas ketempat
yang optimal dalam mengembangkan wilayah lain.
apabila bekerjasama dengan wilayah lain,
dibandingkan dengan mengolah sendiri potensi 3. Hubungan Pengembangan Wilayah
wilayahnya. Berikut akan dipaparkan perbedaan dengan Pelayanan Publik
antara sinergisme spasial dan fungsional menurut Dari uraian diatas, kita mengetahui peran
Yunus (2005, h.222): Kalau dalam sinergisme penting dari suatu kota, salah satunya
spasial penekanan penggabungan adalah ruang/ menyediakan pelayanan publik. Walaupun kota
wilayah/ daerah, maka dalam sinergisme memiliki peran untuk menyediakan industri
fungsional penekanan penggabungannya adalah manufaktur, tetapi hal tersebut juga tidak terlepas
pada kegiatannya dan institusi yang berkompeten dari elemen pelayanan publik. Jika kita melihat
menanganinya. pelayanan publik dalam suatu wilayah, maka
mencakup sarana prasarana pada daerah
1. Pelayanan Publik perkotaan. Sudah kita ketahui bahwa daya tarik
Arti pelayanan publik secara konseptual dari suatu kota sangatlah tinggi karena di
menurut Kotler dalam Lukman (2000, h.8) dalamnya menyediakan kesempatan kerja yang
adalah pelayanan adalah setiap kegiatan yang luas, pemasukan yang lebih tinggi dibandingkan
menguntungkan dalam suatu kumpulan atau di wilayah pedesaan, dan menyajikan kemudahan
kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun aktifitas yang beragam. Untuk itu dalam buku
hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara Adisasmita (2005, h.110) menyatakan sebagai
fisik. Menurut Kurniawan (2005, h.4) pelayanan berikut: Prasarana perkotaan meliputi
publik diartikan pemberian layanan (melayani) jalan/jembatan, air bersih, persampahan, sanitasi,
keperluan orang atau masyarakat yang ruang parkir, taman kota, dan sebagainya. Yang
mempunyai kepentingan pada organisasi itu termasuk sarana perkotaan adalah terminal,
sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang pasar, pemadam kebakaran dan sebagainya.
telah ditetapkan. Selanjutnya menurut Sedangkan fasilitas pelayanan ekonomi terdiri
Kepmenpan Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003, dari bank, pasar, hotel, restoran, dan sebagainya.
publik adalah segala kegiatan pelayanan yang Dan fasilitas pelayanan sosial misalnya meliputi
dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan perumahan, fasilitas pendidikan, kesehatan,
publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan keagamaan, olah raga, rekreasi, dan sebagainya.
penerima pelayanan maupun pelaksanaan Tujuan dan sasaran pemerintah dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan. melakukan campur tangan pengelolaan kota dan
pengembangan wilayah menurut Sadyohutomo
2. Wilayah Hinterland (2008, h.18) adalah sebagai berikut:
Wilayah hinterland biasanya disebut 1. Penyedia barang publik dan pelayanan
dengan istilah lain, yaitu: kota satelit. Pada publik;
dasarnya dari kedua kata tersebut memiliki 2. Perlindungan bagi masyarakat lemah secara
makna yang sama, yaitu kota kecil yang berada ekonomi, sosial, budaya, dan politik;
disekitar kota besar, yang memiliki kesamaan 3. Sebagai promotor dan katalisator
dalam pola kinerja tetapi dalam ruang lingkup pertumbuhan wilayah (khususnya ekonomi,
yang lebih kecil. Di wilayah hinterland tetap ada sosial, budaya, dan politik);
kegiatan ekonomi, pendidikan, kesehatan atau 4. Kelestarian lingkungan;
fasilitas-fasilitas lain tetapi dalam skala kecil, 5. Menjaga keutuhan bangsa dan negara.
tidak kompleks pada kota besar atau pusat kota.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 3, Hal. 440-446 | 442


Dari peran dan tujuan di atas, faktor Pengenalan wilayah dalam tulisan ini
pelayanan publik selalu termuat, dan hal itu menggunakan konsep RDA. Menurut Riyadi
berarti antara keduanya tidak dapat dipisahkan, (2003, h.34) ntuk melakukan RDA diperlukan-
atau bisa disimpulkan adanya keterkaitan nya sumber-sumber data sekunder (dokumen
hubungan antara pelayanan publik dengan resmi) dan data primer (hasil kunjungan
manajemen wilayah dan kota. Faktor pelayanan lapangan), dari gabungan antara kedua sumber
umum, yang merupakan faktor kunci dari data tersebut dapat dirumuskan suatu hasil RDA
berkembangnya suatu wilayah. Karena dengan yang secara garis besar dapat dikelompokkan
makin banyaknya pelayanan umum disuatu kota menjadi 3 bagian, yaitu:
dan wilayah maka akan tingginya daya tarik Untuk service centers, menurut Peraturan
penduduk terhadap kota dan wilayah itu. Daerah Kota Malang Nomor 4 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Metode Penelitian Malang Tahun 2010-2030 Pasal 20 mengenai
Jenis penelitian yang digunakan adalah Sistem Pusat Pelayanan Kegiatan Kota sistem
jenis penelitian deskriptif dengan metode pusat pelayanan kegiatan Kota Malang, meliputi:
pendekatan kualitatif. Sehubungan dengan Pusat pelayanan kota yang melayani seluruh
penelitian tentang pengembangan wilayah wilayah kota dan/atau regional, yakni pada
Buring, maka penelitian memberi batasan fokus Kawasan Alun-alun dan sekitarnya, dengan
berdasarkan rumusan masalah yang ditetapkan fungsi:
diatas, sebagai berikut: a) Pelayanan primer: pemerintahan,
1. Perencanaan dalam mengembangkan wilayah perkantoran, perdagangan dan jasa,
Buring sebagai kawasan hinterland, meliputi: saranaolahraga, dan peribadatan;
a. Pengenalan wilayah Buring; b) Pelayanan sekunder: pendidikan, fasilitas
b. Analisis Situasi. umum dan sosial, perdagangan dan jasa,
2. Upaya Pemerintah Kota Malang dalam perumahan serta ruang terbuka hijau.
mengembangkan wilayah Buring sebagai Sub wilayah kota Malang Tenggara,
upaya peningkatan pelayanan publik meliputi sebagian wilayah Kecamatan Sukun dan
a. Strategi pembangunan wilayah Buring; sebagian Kecamatan Kedungkandang, dengan
b. Bentuk pelayanan publik di wilayah fungsi:
Buring. a) Pelayanan primer: perkantoran,
Lokasi penelitian Peneliti mengambil lokasi perdagangan dan jasa, pusat olah raga,
wilayah Buring sebagai daerah obyek penelitian. gedung pertemuan, industri, dan
wilayah Buring termasuk kedalam Kecamatan perumahan;
Kedungkandang, Kota Malang, Provinsi Jawa b) Pelayanan sekunder: perdagangan dan jasa,
Timur. Situs yang akan peneliti teliti adalah peribadatan, pendidikan dan fasilitas
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas umum, serta RTH.
PU, Kecamatan Kedungkandang, dan Dinas Untuk Market Town (Pusat-Pusat Pasar), di
Perhubungan, dan Dinas Kebersihan dan wilayah Buring, sistem perekonomian
Pertamanan. Pengumpulan data dilakukan penduduknya paling banyak adalah buruh tani,
melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. swasta, dan tani. Untuk fasilitas perekonomian di
Instrumen penelitian yaitu peneliti sendiri, wilayah Buring terdapat Pasar dan industri.
pedoman wawancara, catatan lapangan serta alat Potensi yang dapat diandalkan di wilayah
penunjang lainnya. Teknis analisis data dalam Buring, terutama pada sepanjang koridor Jalan
penelitian ini menggunakan model analisis data Mayjend Sungkono adalah pertanian dan
model Spradley. perdagangan. Lahan pertanian di wilayah Buring
merupakan terbesar di Kota Malang. Selama
Pembahasan tahun 2008 luas tanam dan panen tanaman padi
1. Perencanaan dalam mengembangkan sawah di wilayah Buring sebesar 612 hektar
wilayah Buring sebagai kawasan dengan rata-rata produksi 6,2 ton per hektar.
hinterland Sedangkan untuk jagung seluas 370 dengan rata-
Mengenal karakteristik dan profil wilayah rata produksi 3,8 ton (Kecamatan
merupakan langkah awal dalam melakukan Kedungkandang, 2009). Untuk perdagangan,
pengembangan wilayah. Apabila kita mau masyarakat di sepanjang Jalan Mayjend
mengembangkan suatu wilayah maka kita harus Sungkono banyak yang membuka usaha secara
terlebih dahulu mengenali bagaimana mandiri. Masyarakat sudah mampu membuka
karakteristik dan profilnya. Hal itu membantu usaha rumahan. Hal itu dapat membantu
kita untuk merencanakan pembangunan yang perekonomian masyarakat. Pekerjaan sebagai
tepat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. pedagang di wilayah Buring sebanyak 1715

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 3, Hal. 440-446 | 443


(Kecamatan Kedungkandang, 2009), yang mana Mayjend Sungkono, disepanjang jalan tersebut
merupakan pekerjaan tertinggi keempat setelah terdapat sebagian Kelurahan Kedungkandang,
buruh tani, swasta, dan petani. Kelurahan Buring, Kelurahan Bumiayu,
Di bagian Regional Centers, wilayah Kelurahan Tlogowaru, dan Kelurahan Arjowi-
Buring berdekatan dengan wilayah Gadang, nangun. Wilayah itu merupakan wilayah
Sawojajar, dan Alun-Alun Kota Malang. Sesuai hinterland. Di wilayah Buring tetap ada kegiatan
dengan teori milik Myrdal (era 1950-an). Myrdal ekonomi, pendidikan, kesehatan atau fasilitas-
menjelaskan bahwa adanya hubungan antara fasilitas lain tetapi dalam skala kecil, tidak
wilayah maju dan wilayah belakangnya kompleks pada kota besar atau pusat kota.
(hinterland) dan menggambarkan keduanya Untuk tahun kedepan wilayah Buring akan
dengan istilah backwash and spread effect. dijadikan wilayah dengan basis utama
Wilayah Buring berkedudukan sebagai wilayah diperuntukkan bagi perumahan. Karena hal
hinterland dan wilayah Gadang, Sawojajar, dan tersebut, beliau menjelaskan bahwa pengem-
Alun-Alun Kota Malang sebagai wilayah maju. bangan wilayah Buring lebih kepada
Maju disini dalam arti pelayanan fasilitasnya pembangunan fisik. Menurut Tarigan (2005,
(perdagangan jasa, pemerintahan, ekonomi) lebih h.4), perencanaan fisik sendiri merupakan tipe
lengkap daripada wilayah Buring. perencanaan pembangunan, yang berarti
Selain cara di atas, penulis juga meng- perencanaan yang memanfaatkan struktur fisik
gunakan cara lain yaitu dengan identifikasi suatu wilayah, misalnya dalam hal tata guna
kebijakan pembangunan yang ada di wilayah lahan, perencanaan jalur transportasi, dan
Buring. Dari serangkaian kebijakan yang ada, penyediaan fasilitas umum lainnya.
terdapat kebijakan yang sudah berjalan dan yang
belum berjalan. Kebijakan yang beum berjalan 2. Upaya Pemerintah Kota Malang dalam
diantaranya membangun jaringan jalan lingkar mengembangkan wilayah Buring sebagai
yang dapat mengakomodasi kebutuhan upaya peningkatan pelayanan publik
masyarakat, hal itu menunda penyediaan jalur Seperti yang kita ketahui bahwa pengem-
hijau yang nantinya akan dibangun di jalan bangan wilayah dan pelayanan publik adalah
lingkar timur tersebut. Kebijakan lain yang salah satu tugas penting dari pemerintah.
belum terealisasi adalah peningkatan fungsi jalan Pemerintah mempunyai kekuasaan dan kapasitas
Mayjend Sungkono (pelebaran jalan dan untuk menyediakan pelayanan publik bagi
pembangunan jembatan Kedungkandang). masyarakat tanpa terkecuali. Strategi
Dalam penyediaan RTH pemerintah sudah pengembangan wilayah Buring, cenderung pada
menyediakan berupa hotan kota dan kebun bibit. pendekatan kompleks wilayah (Regional
Selain itu juga terdapat GOR Ken Arok yang Complex Approach). Pendekatan ini berisi
menjadi taman olahraga. Untuk rencana kawasan mengenai pada sebaran penduduk, pola, struktur,
perumahan, sudah banyak pembangunan yang organisasi. Sebaran penduduk di Kecamatan
dilakukan. Selain perumahan, terdapat pula Kedungkandang (letak wilayah Buring) paling
rusunawa, tetapi penggunaannya belum rendah. Hal ini disebabkan perbandingan lahan
maksimal. Untuk rencana kawasan perdagangan dengan jumlah penduduk.
dan jasa berupa kawasan perdagangan baru Kecamatan Buring merupakan kecamatan
dengan berbagai skala pelayanan, mulai dari toko terbesar di Kota Malang. Tetapi dari jumlah dan
atau warung, pertokoan, pasar, grosir, laju pertumbuhan penduduk tidak seimbang
supermarket belum dilakukan. dengan luas lahan, sehingga mengakibatkan
Dalam hal membangun kawasan kepadatan penduduk yang kurang. Kecamatan
perkantoran berupa Block Office sudah Klojen yang mempunyai luas lahan sebesar 8,83
dilakukan. Pembangunan tersebut merupakan km (luas terkecil dibandingkan kecamatan lain)
upaya dalam meningkatkan wilayah Buring, dengan jumlah penduduk pada tahun 2010
karena pembanguan itu menyebabkan banyaknya sebesar 105,907 jiwa (BPS, 2011).
masyarakat dari wilayah lain yang memasuki Mengakibatkan Kecamatan Klojen menjadi
Buring. Sedangkan untuk rencana kawasan Kecamatan dengan kepadatan penduduk yang
peruntukan linnya berupa pengembangan tinggi. Hal itu dikarenakan penduduk tersebar
fasilitas umum pendidikan tinggi sudah secara merata dengan kondisi luas lahan yang
dilakukan. Pendidikan tinggi yang terdapat ada. Sehingga kebanyakan lahan terpakai dan
diwilayah Buring adalah Universitas terbuka, dan berfungsi.
Politeknik Kota Malang. Menurut Tarigan (2010, h.93), teori lokasi
Setelah mengenal wilayah Buring, maka model Vonthunen yang berasumsi bahwa tipe
strategi kedua adalah dengan menganalisis permukiman adalah padat di pusat wilayah dan
situasi. Pada penelitian ini meliputi koridor jalan makin kurang padat apabila menjauh dari pusat

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 3, Hal. 440-446 | 444


wilayah. Wilayah Buring merupakan wilayah Institusi atau lembaga bertugas me-manage
hinterland yang keberadaannya berada kota dan wilayah itu sendiri. Intervensi
diperbatasan Kota Malang. Hal itu berarti tingkat pemerintah pada wilayah Buring khususnya,
kepadatan wilayah (dengan kegiatan berupa Pemerintah Kota Malang beserta institusi
perdagangan, jasa, pemerintahan) kurang atau badan yang terkait, yaitu Badan
dibandingkan di pusat kota (Malang Tengah). Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA),
Hal itu juga berimbas pada tingkat sewa tanah. Dinas Pekerjaan Umum (Dinas PU). Kedua
Makin tinggi kemampuannya untuk membayar lembaga tersebut merupakan yang paling
sewa tanah maka makin besar pula kemungkinan berpengaruh dalam menata dan merealisasikan
bahwa kegiatan tersebut berada pada pusat kota. pengembangan wilayah. BAPPEDA sebagai
Sehingga wilayah Buring secara letak wilayah perancang ruang, dan Dinas PU yang
berada dipinggiran Kota Malang, yang merealisasikan rancangan itu, dengan
menyebabkan tingkat kepadatan wilayah kurang mengeluarkan izin apabila ada bangunan yang
dan sewa tanah menjadi murah. akan didirikan. Hal itu tetap harus pada
Untuk pola ruang, yang dikembangkan oleh rancangan yang telah disusun oleh BAPPEDA.
gagasan dari Ruslan Diwiryo (era 1980-an) yang Selain dari lembaga pemerintah, ada juga
melahirkan konsep pola dan struktur ruang yang pihak swasta yang dilibatkan. Biasanya
menjadi inspirasi lahirnya Undang-Undang pemerintah mengeluarkan tender apabila ada
Nomor 24 Tahun 1992. Pola ruang di Kota proyek yang ingin dibangun. Contoh pada
Malang terbagi atas pola ruang untuk fungsi pengerjaan jembatan di wilayah Buring
lindung dan fungsi budidaya. Fungsi lindung di pemerintah bekerjasama dengan PT Taruna Adi
wilayah Buring berada pada RTH, lahan Nugraha, selaku kontraktor Jembatan Kedung-
sepanjang sungai, kawasan lindung. Wilayah kandang (Malang Post, 2013). Contoh lain pada
Buring memiliki RTH berupa GOR Ken Arok pembangunan balai uji KIR di wilayah Buring
sebagai taman olahraga, jalur hijau yaitu lahan selain pemerintah juga dikerjakan oleh PT Mina
disepanjang jalan Mayjend Sungkono, hutan kota Fajar Abadi (Malang Post, 2013). Paparan diatas,
dan kebun bibit. Kawasan lindung ini merupakan menggambarkan adanya kerjasama atau
kawasana yang berfungsi untuk mellindungi penggabungan institusi (baik pihak pemerintah
kelestaian lingkungan hidup. Kawasan lindung maupun swasta) untuk mengembangkan wilayah
menurut Tarigan (2012, h.60) mempunyai fungsi Buring.
utama sebagai penyimpanan cadangan air,
penstabilan debit air, penyedia oksigen. Kesimpulan
Sedangkan fungsi budidaya di wilayah Kesimpulan pertama adalah rencanaan yang
Buring berupa perumahan, kompleks dilakukan oleh pemerintah Kota Malang sudah
perkantoran, dan fasilitas umum yang dibangun mengarah pada pandangan bahwa wilayah
dilahan yang semestinya (tidak mengganggu Buring nantinya akan dijadikan sebagai wilayah
kawasan lindung). Di wilayah Buring banyak yang kompleksitasnya tinggi. Hal itu dibuktikan
perumahan yang dibangun, yaitu Perumahan dengan banyaknya kebijakan-kebijakan pemba-
Griya Buring Permai, Rusunawa. Selain itu juga ngunan di pembangunan di wilayah Buring
ada kompleks perkantoran Block Office, kantor dalam Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011.
kelurahan atau kecamatan, unit kantor Bank BRI. Meskipun banyak rencana yang sudah
Untuk fasilitas umum banyak sekolah negeri ditetapkan dan dijalankan, tetapi ada rencana
yang terdapat disana, sekolah swasta juga yang kurang tepat sasaran, yaitu wilayah Buring
menjamur di wilayah Buring. Wilayah Buring dalam waktu 20 tahun kedepan akan dijadikan
juga mempunya Rumah sakit Bersalin Refa wilayah dengan fungsi utama berupa perumahan.
Husada, BNN, Pusat layanan autis. Kawasan Hal tersebut tidak cocok dengan kondisi sosial
budidaya menurut Tarigan (2012, h. 61) masyarakat wilayah Buring.
merupakan kawasan bagi mausia agar dapat Kesimpulan kedua adalah mengenai upaya
melakukan kegiatan dan memanfaatkan lahan pemerintah Kota Malang dalam mengembangkan
baik sebagai tempat tinggal atau beraktifias wilayah Buring sudah baik, karena sudah melihat
untuk memperoleh pendapatan/ kemakmuran. pada sebaran penduduk, pola, struktur, dan
Dalam mengembangkan wilayah terdapat organisasi yang sangat dibutuhkan dalam
campur tangan pemerintah. Hal itu termasuk mengembangkan suatu wilayah. Yang harus
dalam sinergisme fungsional (Functional dibenahi adalah pada sebaran pola penduduk,
Sinergism). Dalam sinergisme fungsional karena di Kecamatan Kedungkandang belum
penekanan penggabungannya adalah pada merata
kegiatannya dan institusi yang berkompeten Dalam aspek lain masih terdapat
menanganinya. kekurangan, dengan masih terlihat dengan

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 3, Hal. 440-446 | 445


banyaknya infrastruktur yang akan dibangun wacana. Hal itu terjadi karena mitra kerjasama
tetapi hal itu masih belum terlaksana secara pemerintah kurang bertanggung jawab, sehingga
maksimal, ada yang sudah berjalan tetapi tidak mengakibatkan beberapa proyek pembangunan
dilanjutkan, bahkan ada yang masih berupa infrastruktur terganggu.

Daftar Pustaka
Adisasmita, Raharjo. 2010. Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang. Yogyakarta: Graha Ilmu
Dirjen Penataan RuangDepkimpraswil. 2003. Pengembangan Wilayah dan Penataan Ruang di
Indonesia: Tinjauan Teoritis dan Praktis [internet] Availabel from
<http://wwwpenataanruang.net/> (Accesed: 27 September 2013).
Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Pembaruan
Lukman, Sampara. 2000. Manajemen Kualitas Pelayanan. Jakarta: STIA LAN Press
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Malang 2009-2029. Malang, Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah
Riyadi. 2003. Perencanaan Pembangunan Daerah: Strategi Menggali Potensi dalam mewujudkan
otonomi Daerah. PT: Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Sadyohutomo, MulyoNomor 2008. Manajemen Kota dan Wilayah. Jakarta: Bumi Aksara.
Tarigan, Robinson. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah (Edisi Revisi). Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Wiroatmojo, Iran, et al. 2001. Pembangunan Daerah, Sektor, dan Nasional (Bahan Ajar Diklat PIM
Tingkat III.
Yunus, Hadi. 2005. Manajemen Kota Perspektif Spasial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 3, Hal. 440-446 | 446

Anda mungkin juga menyukai