Abstrak
Abstract
Microscopy), sedangkan ukuran partikel ditentukan penghentakan sebanyak 500 kali, dan diamati
dengan metode pengayakan. volume akhir serbuk.
Pembuatan tablet Carr' s index
tapped bulk
x100%
Tablet ibuprofen dan natrium ibuprofen
tapped
dibuat dengan menggunakan metode granulasi
basah, dengan komposisi formula tercantum pada Hausner ratio
tapped
Tabel I. Laktosa monohidrat digunakan sebagai
bulk
pengisi, amilum jagung digunakan sebagai pengikat
Serbuk yang ada di dalam gelas ukur
dan magnesium stearat sebagai pelicin. Bahan aktif
ditimbang bobotnya, kemudian dihitung bulk density
(natrium ibuprofen/ibuprofen) dicampur dengan
(bulk) dan tapped density (tapped).
laktosa monohidrat, lalu ditambahkan musilago
amilum jagung 10 % b/b sejumlah 10 g (untuk satu berat serbuk gram
bets) sampai terbentuk massa granul, kemudian Bulk density
volume awal serbuk ml
diayak dengan ayakan no. mesh 20. Granul
dikeringkan dengan menggunakan oven pada 55 C Tapped density
berat serbuk gram
selama 1 jam. Granul kering diayak dengan ayakan volume setelah pengetapan ml
ditimbang (Wo), dimasukkan dalam friabilation tester, Masing-masing sampel yang diperoleh ditentukan
dan diputar selama empat menit dengan kecepatan serapannya menggunakan spektrofotometer UV-
25 putaran per menit. Tablet dibebasdebukan lagi VIS pada panjang gelombang 265 nm.
dan ditimbang (W). Dihitung selisih beratnya dalam
persen. Hasil dan Pembahasan
Karakteristik natrium ibuprofen hasil sintesis
W
0
W Berdasarkan pola termogram TG/DTA
Kerapuhan (%) x 100%
W
0
ibuprofen dan natrium ibuprofen hasil sintesis
(Gambar 1) terlihat pada kurva TGA bahwa
Waktu hancur tablet ditentukan dengan cara natrium ibuprofen merupakan bentuk dihidrat
memasukkan enam tablet ke dalam masing-masing
yang kehilangan dua molekul air melalui transisi
tabung pada alat disintegration tester, selanjutnya alat
dimasukkan ke dalam beaker glass yang telah diisi
endotermik antara 70 C dan 90 C. Hal ini
air/0,1 M HCl/dapar fosfat pH 7,2; pada suhu 37 sesuai dengan hasil pada kurva DTA yaitu
0,5 C. Tabung dinaikturunkan secara teratur, dan munculnya puncak endotermik pada suhu
tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian yang 80 C. Puncak endotermik kedua pada DTA
tertinggal di atas kasa. Dicatat waktu hancurnya muncul pada 199,9 C yang berhubungan
ketika tablet terakhir hancur (Anonim, 1979). dengan proses meleleh dan merupakan titik
leleh dari natrium ibuprofen hasil sintesis.
Uji disolusi Dua molekul air yang hilang sesuai
Alat yang digunakan adalah USP tipe II
(paddle/dayung). Tablet dimasukkan dalam labu
dengan kehilangan berat sejumlah 13,3 %, yang
disolusi, dibiarkan tenggelam ke dalam dasar labu secara teoritis adalah 13,6 %. Sedangkan pada
sebelum diaduk. Uji disolusi dilakukan dalam larutan ibuprofen tidak tampak terjadinya dehidrasi,
dapar fosfat pH 7,2, pada suhu 37 0,5 C, dengan hanya tampak puncak endotermik yang
kecepatan putaran pengadukan 100 rpm, jarak menunjukkan titik leleh dari ibuprofen.
dayung dari dasar labu adalah 2,5 cm. Uji disolusi Pola termogram DSC dari senyawa
dilakukan selama 1 jam dengan pengambilan sampel ibuprofen dan natrium ibuprofen dapat dilihat
pada menit ke 10, 20, 30, 40, 50, dan 60 dengan pada Gambar 2. Pada suhu 102,1 dan 119 C
volume 5,0 mL. Tiap kali pengambilan sampel, pada natrium ibuprofen hasil sintesis terlihat
volume medium diganti dengan larutan medium adanya puncak endotermik yang menunjukkan
baru dengan volume dan suhu yang sama. Volume
medium disolusi yang digunakan 900,0 mL.
terjadinya dehidrasi dari natrium ibuprofen.
a b
Gambar 1. Pola termogram TGA (garis putus-putus)/DTA (garis penuh): (a) ibuprofen; (b)
natrium ibuprofen hasil sintesis.
a b
Gambar 2. Pola termogram DSC: (a) ibuprofen; (b) natrium ibuprofen hasil sintesis.
a b
Gambar 3. Spektrum ultraviolet dalam larutan NaOH 0,1 N: (a) ibuprofen; (b) natrium ibuprofen
hasil sintesis.
b
Gambar 4. Spektrum IR: (a) ibuprofen; (b) natrium ibuprofen hasil sintesis.
Gambar 5. Pola difraksi sinar-X: (a) ibuprofen; (b) natrium ibuprofen hasil sintesis.
Gambar 6. Foto SEM: (a) ibuprofen; (b) natrium ibuprofen hasil sintesis.
ibuprofen menunjukkan hanya terdapat satu
dihidrat menuju ke bentuk anhidrat. Puncak puncak serapan yang tajam pada 265 nm serta
endotermik yang berikut terlihat pada suhu adanya puncak kecil di 272 nm. Berdasarkan
204,5 C, berkaitan dengan proses meleleh dari spektrum ultraviolet ibuprofen dan natrium
natrium ibuprofen hasil sintesis. Sedangkan ibuprofen dapat disimpulkan bahwa tidak
pada ibuprofen hanya terlihat satu puncak terjadi pergeseran puncak serapan, berarti
endotermik yang berkaitan dengan proses tidak terjadi perubahan struktur pada natrium
meleleh dari ibuprofen. ibuprofen hasil sintesis.
Spektrum ultraviolet ibuprofen dan Spektrofotometer inframerah digunakan
natrium ibuprofen dalam larutan NaOH 0,1 N untuk mengidentifikasi adanya gugus-gugus
dapat dilihat pada Gambar 3. Spektrum fungsi pada senyawa hasil sintesis. Interpretasi
ultraviolet ibuprofen maupun natrium spektrum inframerah ditekankan pada
Tabel III. Karakteristik granul ibuprofen (IBP) dan natrium ibuprofen hasil
sintesis (NaIBP)
Kadar air Kecepatan Sudut Diam Dg bulk tapped Carrs Hausner
Zat
/MC (%) Alir (g/dt) () (m) (g/ml) (g/ml) Index (%) ratio
IBP 6,35 12,160,01 29,070,25 342,13 0,420,01 0,470,01 11,670,58 1,130,01
Na IBP 2,26 13,950,18 28,540,81 368,88 0,460,00 0,510,01 9,331,16 1,110,01
Tabel IV. Karakteristik tablet ibuprofen dan tablet natrium ibuprofen hasil sintesis yang dibuat
dengan metode granulasi basah
Tablet
Parameter
Ibuprofen Natrium Ibuprofen
Keragaman bobot 685,51,06 798,81,28
Kekerasan (Kp) 5,291,92 6,880,69
Kerapuhan (%) 2,39 2,00
Waktu hancur (menit)
4,80,4 3,30,5
Air
0,1 M HCl 4,81,0 4,30,5
Dapar fosfat 0,2 M pH 7,2 4,50,8 5,80,4
pergeseran pita-pita puncak, pola, dan intensitas ibuprofen yang dihasilkan merupakan bentuk
spektrum pada daerah bilangan gelombang hidrat.
yang karakteristik pada spektrum ibuprofen dan Pola difraksi sinar-X dari ibuprofen dan
natrium ibuprofen hasil sintesis. Spektrum natrium ibuprofen hasil sintesis dapat dilihat
inframerah ibuprofen dan natrium ibuprofen pada Gambar 5. Pengukuran dengan sudut
dapat dilihat pada Gambar 4. difraksi (2) menunjukkan puncak-puncak yang
Ibuprofen memiliki jarak absorpsi antara berbeda antara ibuprofen dan natrium
1760-1690 cm1 karena adanya vibrasi ibuprofen, hal ini menunjukkan perbedaan
rentangan yang khas dari gugus karbonil dalam kristalinitas antara ibuprofen dan bentuk
((C-O)). Adanya serapan O-H asam garam natriumnya.
karboksilat yang sangat lebar, muncul pada Hasil foto Scanning Electron Microscopy
daerah dari 3300 cm1 hingga 2850 cm1. Selain (SEM) dari ibuprofen dan natrium ibuprofen
itu, terdapat juga spektrum pada daerah 1600- hasil sintesis dapat dilihat pada Gambar 6.
1500 cm1 (rentangan C=C aromatis), 1450- Morfologi permukaan partikel natrium
1375 cm1 (bengkokan CH3), dan 1300-1050 ibuprofen hasil sintesis terlihat memiliki
cm1 (rentangan C-O) (Skoog et al., 2007). permukaan yang lebih kasar dibandingkan
Pada natrium ibuprofen hasil sintesis dengan ibuprofen. Keduanya cenderung
menunjukkan frekuensi serapan C=O yang membentuk agregat. Diameter geometris dari
nilainya lebih rendah bila dibanding dengan serbuk natrium ibuprofen hasil sintesis adalah
asam karboksilatnya karena terjadi resonansi 96,22 m, sedangkan untuk ibuprofen 76,4 m.
dan merupakan vibrasi dari rentangan
(as(COO)). Selain itu, pada garam natrium Karakterisasi granul
ibuprofen hasil sintesis tampak adanya puncak Karakteristik granul ibuprofen maupun
serapan yang masih menunjukkan keberadaan natrium ibuprofen hasil sintesis yang dibuat
gugus -OH yang muncul pada daerah 3363,86 dengan metode granulasi basah, dapat dilihat
cm1; hal ini disebabkan garam natrium pada Tabel III.
Gambar 7. Profil pelepasan obat dalam larutan dapar fosfat 0,2 M pH 7,2: (a) tablet ibuprofen; (b)
tablet natrium ibuprofen.
Granul ibuprofen dan natrium ibuprofen mengurangi masalah dalam pencetakan tablet
hasil sintesis yang dibuat dengan metode untuk mendapatkan bobot tablet yang
granulasi basah, memiliki kadar air yang diinginkan.
berbeda. Kadar air granul natrium ibuprofen
lebih kecil yaitu 2,26 % dibanding dengan Karakterisasi tablet
granul ibuprofen yang mengandung kadar air Karakteristik tablet yang dihasilkan dari
6,35 %, dengan waktu pengeringan yang sama. metode granulasi basah ibuprofen dan natrium
Granul natrium ibuprofen hasil sintesis ibuprofen hasil sintesis dapat dilihat pada
memiliki sifat alir yang lebih baik dari granul Tabel IV.
ibuprofen, dibuktikan dengan nilai Carrs index, Pada uji keseragaman bobot tablet,
Hausner ratio, dan sudut diam yang lebih kecil didapatkan bahwa semua formula memenuhi
dari pada ibuprofen, hal ini disebabkan karena persyaratan uji keseragaman bobot menurut
ukuran partikel granul natrium ibuprofen hasil Farmakope Indonesia III.
sintesis lebih besar dari pada granul ibuprofen. Data kekerasan tablet menunjukkan
Syarat granul dapat mengalir dengan baik jika bahwa tablet natrium ibuprofen hasil sintesis
Carrs index tidak kurang dari 20 %, dan memiliki kekuatan mekanik yang lebih besar
Hausner-ratio kurang dari 1,25 (Wells, 1988). dari pada tablet ibuprofen. Kekuatan mekanik
Menurut Guyot untuk 100 gram granul atau yang lebih besar pada natrium ibuprofen hasil
serbuk dengan waktu alir lebih dari 10 detik sintesis disebabkan karena kompaktibilitas yang
akan mengalami kesulitan dalam penabletan lebih baik, hal ini disebabkan karena serbuk
(Fudholi, 1983); sedangkan syarat sudut diam natrium ibuprofen hasil sintesis mengalami
granul yang dikehendaki adalah 25-40 derajat fragmentasi yang lebih tinggi dari pada
(Peck et al., 1989). serbuk ibuprofen sehingga akan terbentuk
Selain itu granul natrium ibuprofen hasil permukaan baru yang dapat memfasilitasi
sintesis memiliki densitas yang lebih besar dari terjadinya ikatan antar partikel. Selain itu,
densitas granul ibuprofen, sehingga dapat morfologi permukaan granul yang lebih kasar
pada natrium ibuprofen hasil sintesis Farmakope Indonesia IV, dalam waktu 30
menyebabkan terjadinya ikatan antar partikel menit, tidak kurang dari 70 % ibuprofen harus
yang lebih kuat dengan terjadinya interlocking. dapat dilepaskan dari tablet ibuprofen, sehingga
Pada uji kerapuhan untuk semua formula tablet ibuprofen yang dibuat dapat dinyatakan
tidak memenuhi persyaratan kerapuhan tablet. telah memenuhi persyaratan uji disolusi
Persyaratan uji kerapuhan tablet yang baik menurut Farmakope Indonesia IV; sedangkan
adalah kurang dari 1 % (Banker dan Anderson, pada tablet natrium ibuprofen hasil sintesis,
1986). Untuk mengatasi masalah ini, dapat obat yang dilepaskan sudah lebih dari 70 %
dilakukan dengan cara meningkatkan dalam waktu 10 menit. Lebih cepatnya obat
konsentrasi pengikat yang digunakan, sehingga lepas pada menit-menit awal tablet natrium
kekuatan ikatan antar partikel dapat itingkatkan ibuprofen hasil sintesis, dapat memberikan
dan kerapuhan dapat diperkecil. Kerapuhan mula kerja obat yang lebih cepat dibandingkan
tablet natrium ibuprofen lebih kecil dari tablet dengan tablet ibuprofen. Profil pelepasan obat
ibuprofen, hal ini disebabkan karena granul pada tablet ibuprofen dan natrium ibuprofen
ibuprofen yang dihasilkan memiliki ukuran hasil sintesis dapat dilihat pada Gambar 7.
partikel lebih kecil (342,13 m) serta jumlah Jika dikaitkan dari hasil uji waktu hancur,
serbuk halus lebih banyak dari pada granul tablet natrium ibuprofen hasil sintesis memiliki
natrium ibuprofen hasil sintesis (368,88 m). waktu hancur yang lebih lama dari pada tablet
Pada uji waktu hancur dalam medium air ibuprofen dalam larutan dapar fosfat 0,2 M pH
dan HCl 0,1 N, tablet natrium ibuprofen hasil 7,2, tetapi persen obat yang dilepaskan lebih
sintesis memiliki waktu hancur yang lebih cepat besar dari tablet ibuprofen, hal ini sesuai
daripada tablet ibuprofen, hal ini disebabkan dengan penampakan visual pada uji waktu
karena sifat hirofilisitas natrium ibuprofen hasil hancur, tablet natrium ibuprofen hasil sintesis
sintesis yang lebih besar dari pada ibuprofen hancur dengan membentuk hancuran yang
sehingga akan lebih mudah terbasahi. mikrogranuler, sedangkan tablet ibuprofen
Sedangkan dalam medium dapar fosfat pH 7,2 hancur dalam ukuran yang lebih besar atau
tablet natrium ibuprofen hasil sintesis hancur makrogranuler.
dengan lebih lambat dan membentuk hancuran
mikrogranuler. Kesimpulan
Granul natrium ibuprofen hasil sintesis
Uji disolusi memiliki sifat alir yang lebih baik dan berat
Hasil uji disolusi menunjukkan bahwa jenis yang lebih besar dari pada granul
tablet natrium ibuprofen hasil sintesis memiliki ibuprofen, sehingga dapat mengurangi masalah
persen pelepasan obat yang lebih tinggi dari dalam pencetakan tablet.
pada tablet ibuprofen, terutama pada menit- Bentuk garam natrium ibuprofen dalam
menit awal. Pada 10 menit pertama sekitar sediaan tablet, pada menit-menit awal me-
72 % obat terlepas pada tablet natrium nunjukkan pelepasan obat yang lebih tinggi dari
ibuprofen hasil sintesis, sedangkan pada tablet pada ibuprofen sehingga dapat memberikan
ibuprofen hanya berkisar 32 %. Pada menit ke- mula kerja obat yang lebih cepat.
60, tidak terlalu berbeda antara persen obat Natrium ibuprofen dapat diper-
yang dilepaskan pada tablet natrium ibuprofen timbangkan sebagai solusi dari masalah
hasil sintesis maupun tablet ibuprofen, yaitu formulasi dan disolusi dari ibuprofen.
berkisar 90-100 %. Menurut persyaratan
Daftar Pustaka
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, ed.III, Departemen Kesehatan RI Jakarta, hal. 6-7, 591-592.
Anonim, 1997, AHFS Drug Information, American Society of Health System Pharmacists, Wincosin
Ave, Bethesda, MD., pp. 1499-1504.
Banker, G.S., and Anderson, N.R., 1986, Tablets, in: Lachman, L. Lieberman, H.A., and Kanig,
J.L. (eds): The Theory and Practise of Industrial Pharmacy, 3rdEd., Marcel Dekker lnc., New
York, pp. 293-345.
Dong, Z., 2005, Salt Selection and Polymorphism in Pharmaceutical Industry, www.sapa-west.org
[2007, Oktober 5].
Fudholi, A., 1983, Metodologi Formulasi dalam Kompresi Direk, Medika, 9, 586-593.
Kasim, N.A., Whitehouse, M., Ramachandran, C., Bermejo, M., Lennernas, H., Hussain, A.S.,
Junginger, H.E., Stavchansky, S.A., Midha, K.K., Shah, V.P., and Amidon, G.L., 2004,
Molecular Properties of WHO Essential Drugs and Provisional Biopharmaceutical
Classification, Molecular Pharmaceutics, 1(1), pp. 85-96.
Lund, W. (ed), 1994, The Pharmaceutical Codex, 12th , Pharmaceutical Press, London, pp. 908-911.
Peck, G.E., Bailey, G.J., McCurdy, V.E., and Banker, G.S., 1989, Tablet Formulation and Design,
2nd Edition, in:Lieberman, H.A., Lachman, L., and Schwartz, J.B. (eds.): Pharmaceutical
Dosage Form: Tablet, Vol. I, Marcel Dekker Inc., New York, pp. 258-326.
Shaw, L.R., Irwin, W.J., Grattan, T.J., and Conway, B.R., 2005, The Effect of Selected Water-
Soluble Excipients on the Dissolution of Paracetamol and Ibuprofen, , Drug
Development and Industrial Pharmacy, 31(6), pp. 515-525.
Skoog, D.A., Holler, F.J., and Crouch, S.R., 2007, Principles of Instrumental Analysis, 6th Edition,
Thomson Brooks/Cole, Canada, 461-463.
Wells, J.I., 1988, Pharmaceutical Preformulation The Physicochemical Properties of Drug Substances, Ellis
Horwood Limited, Great Britain, PP. 209-211.