TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
2.2. Epidemiologi
3
2.3. Anatomi
Superior cranium berbentuk oval dengan bagian posterior yang lebih besar.
Diantara keempat buah tuiang tersebut terdapat sutura yakni sutura coronaria
yang menghubungkan tulang frontale dan parietale, sutura sagitalis yang
menghubungkan parietal kiri dan kanan, dan sutura tambdoidea yang
menghubungkan parietale dan occipitale. Pertemuan antara sutura coronaria
dan sutura sagitalis membentuk bregma yang pada bayi terbuka disebut
fontanel anterior dan menutup pada usia 2 tahun. Pertemuan antara sutura
sagitalis dengan sutura lambdoidea disebut lambda (diraba sebagai suatu
cekungan) yang pada masa kehidupan foetal masih terbuka disebut fontanel
posterior dan segera menutup segera sebelum bayi lahir.
4
Gambar 1.struktur tulang yang membentuk superior cranium dan sutura6
2.4. Etiologi
5
dari setiap individu. Sepasang kromosom manusia dinomori X dan Y untuk
laki-iaki dan dua kromosom X untuk perempuan. Setiap kromosom
mempunyai lengan pendek yang ditunjukkan dengan "P" dan lengan panjang
diidentifikasi dengan huruf "q". Kromosom kemudian dibagi lagi menjadi
bagian-bagian yang dinomori. Sebagai contoh, "10q26': menunjukkan ke pita
26 pada lengan panjang dari kromosom 10. Gen FGFR mengatur produksi
dari protein yang dikenal sebagai fibroblast growth factor receptor. Mutasi
genetik tersebut yang mengganggu fungsi dari setiap protein yang
menyebabkan kelainan dari pertumbuhan tulang dan perkembangannya, yang
akhirnya mendorong ke arah malformasi tertentu dari area craniofacial. Bukti
menunjukkan bahwa perbedaan mutasi dalam gen FGFR2 dapat menyebabkan
sejumlah penyakit yang saling berhubungan, termasuk beberapa kasus dari
Apert's sindrom. Menurut beberapa laporan, mutasi FGFR2 tertentu dapat
mengakibatkan crouzon sindrom pada beberapa keluarga, sedangkan mutasi
yang sama menyebabkan Pleiffer sindrom pada keluarga lain.3,4,5,7
6
2.5. Patogenesis
7
Sindrom Crouzon pada pria muda. Perhatikan midface hypoplasia, shallow orbits
dan proptosis okular
8
Terdapat variasi gejala klinik dari Sindrom Crouzon, akan tetapi proptosis
okular selalu didapatkan bahkan jika tidak ditemukan craniosynostosis yang
merupakan syarat ditegakkannya diagnosis sindrom Crouzon. Gejala lain
yang dihubungkan dengan kondisi ini yaitu hilangnya pendengaran, deviasi
septum nasal, kalsifikasi ligamentum stylohyoideus, kelainan tulang cervical
dan stenosis foramen jugular.1
Sebagian besar kasus Craniosynostosis nyata pada saat lahir dan ditendai
dengan deformitas tengkorak yang merupakan akibat langsung fusi sutura
premature. Palpasi sutura mengungkapkan adanya rigi tulang yang menonjol.
Dan fusi sutura dapat diperkuat dengan roentenogram kepala atau scan tulang
pada kasus yang meragukan.1 Penutupan premature sutura sagitalis
mengakibatkan tengkorak memanjang dan sempit atau skafosefali, Bentuk
Craniosynostosis yang paling lazim. Skafosefali disertai dengan oksiput yang
menonjol dan dahi lebar, serta fontanela anterior yang kecil atau tidak ada.
Keadaan ini adalah sporadik atau lebih lazim pada laki-laki, dan sering
menyebabkan kesulitan selama persalinan karena disproporsi kepala panggul.
Skafosefali tidak mengakibatkan peningkatan tekanan intracranial atau
hidrosefalus, dan pemeriksaan neurologis terhadap penderita yang terkena
normal.1
9
Trigonosefali merupakan bentuk kraniosinostisis yang jarang karena fusi
premature sutura metopik. Anak ini mmempunyai dahi bentuk lunas kapal
dan hipotelorisme, serta berisiko disertai kelainan perkembangan otak depan.8
Turrisefali merujuk pada kepala berbentuk kerucut karena fusi premature
sutura koronaria dan sering sfenofrontalis dan frontoetmoidalis. Deformitas
kleeblattschadel adalah tengkorak berbentuk aneh yang menyerupai daun
semanggi. Anak ini memiliki tulang temporal yang sangat menonjol, dan
cranium lainnya kontriksi. Hidrosefalus merupakan komplikasi yang lazim.1
Fusi prematur dari hanya salah satu sutura jarang menyebabkan defisit
neurologis. Pada keadaan ini, indikasi satu-satunya untuk operasi adalah
memperbaiki penampilan kosmetik anak, dan prognosisnya tergantung pada
sutura yang terlibat dan pada tingkat kelainan bentuk. Komplikasi neurologis,
lebih mungkin terjadi bila dua sutura atau lebih terfusi dalam hal ini tindakan
operasi sangat penting.1 Gangguan genetika yang paling menonjol yang
disertai dengan Craniosynostosis meliputi sindrom Crouzon, Apert,
Carpenter, Chotzen dan Pfeiffer. Sindrom Crouzon ditandai dengan
Craniosynostosis premature dan diwariskan sebagai ciri dominan autosom.
Bentuk kepala tergantung pada waktu dan urutan fusi sutura namun yang
paling sering mengakibatkan mengurangnya diameter depan ke belakang atau
tengkorak brakisefalik karena penutupan sutura koronaria bilateral. Orbita
kurang berkembang dan proptosis ocular menonjol. Hipoplasie maksila dan
hipertelorisme orbita merupakan gambaran wajah yang khas.1
10
dengan sindaktili jari ke-2, ke-3, dan ke-4 yang dapat menyatu dengan ibu jari
dan jari ke-5. Kelainan serupa sering terjadi pada kaki, dan spina servikalis.1
2.7. Diagnosis
11
Gambar. 4 : Foto X-ray pasien Crouzon syndrome, abnormal bentuk kepala,
dengan prematur fusi dari sutura sagital hipoplastik dan rahang atas, yang
sangat tidak sepadan dengan normal mandibula.5,7,8
Pemeriksaan-pemeriksaan lain :
Pemeriksaan Ophthalmologic dengan ophthalmoscopy
Pemeriksaan Laryngologic dengan audiography
Pemeriksaan umum dengan ECG
Pemeriksaan Psychiatric dan tes psikologi.
Pemeriksaan Stomatologic
EEG tegangan rendah, menurunkan rsiko convulsif
Tes Genetic.
12
2.7. Penatalaksanaan
2.8. Prognosis
Prognosis untuk craniosynostosis bervariasi tergantung pada apakah jahitan
kranial satu atau beberapa terlibat atau kelainan lain yang hadir. Prognosis
yang lebih baik bagi dengan keterlibatan jahitan tunggal dan tidak ada
kelainan yang berhubungan.7,8 Hal ini penting untuk mendeteksi dan
mengobati craniosynostosis awal. Craniosynostosis yang tidak diobati akan
tetap sama atau memperburuk sebagai tumbuh seorang anak dan dapat
mempengaruhi perkembangan anak mental dan fisik. Kondisi neuromuskuler
yang terkait juga dapat mempengaruhi perkembangan anak. Seorang anak
dengan craniosynostosis akan memerlukan evaluasi medis yang sedang
berlangsung untuk memastikan bahwa otak, tengkorak, dan tulang wajah
yang berkembang dengan baik.7,8
13