LAPORAN KASUS
DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA PENYAKIT KUSTA
diajukan guna melengkapi tugas portofolio
Disusun oleh:
Nur Muhammad Faiz Habibullah
PUSKESMAS DAGO
2017
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
PERIODE 18 SEPTEMBER 201618 SEPTEMBER 2017
PUSKESMAS DAGO KOTA BANDUNG
KOVER ....................................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
BAB I LAPORAN KASUS ...................................................................................................... 2
iii
PENDAHULUAN
1
BAB I
LAPORAN KASUS
1.2 Anamnesis
Sumber informasi : Autoanamnesis
Keluhan utama : Baal-baal di tangan dan kaki
Anamnesis khusus :
Pasien mengeluhkan baal-baal di kedua tangan dan kedua kaki sejak sekitar satu tahun
yang lalu. Keluhan baal-baal dirasakan semakin lama semakin memberat. Baal-baal dirasakan
terus menerus sepanjang hari, dan tidak mereda dengan istirahat. Keluhan baal-baal disertai
dengan adanya bercak pada kulit kaki kanan bagian dalam yang baru disadari pasien sejak
kurang lebih 6 bulan yang lalu. Bercak pada kaki kanan tersebut tidak terasa gatal atau perih,
namun terasa baal bila disentuh. Selain itu, pasien juga mengeluhkan jari-jari tangan kanan
yang terasa kaku dan sulit untuk dikepalkan.
Pasien tidak mengeluhkan adanya bercak pada tempat lain di tubuhnya. Pasien tidak
merasakan adanya benjolan atau penebalan dan pengerasan kulit pada tubuh. Pasien juga tidak
mengeluhkan adanya kelemahan atau kekakuan pada tangan kiri, serta pada kedua anggota
gerak bawah. Keluhan juga tidak disertai dengan adanya rambut rontok, sulit menutup mata,
atau hidung tersumbat.
2
3
Pasien merupakan penduduk asli daerah Dago, Bandung, sejak lahir hingga sampai saat
ini. Pasien saat ini tinggal bersama ibu kandung pasien, istri, dan ketiga anaknya. Ayah pasien
telah meninggal dunia pada tahun 2000. Sebelumnya, didapatkan riwayat keluhan bercak putih
di badan serta baal-baal pada ayah pasien. Namun ayah pasien tersebut belum berobat ke dokter
atau mendapatkan pengobatan untuk penyakitnya tersebut. Pasien bekerja sebagai pegawai
swasta di salah satu kantor di kota Bandung. Tidak terdapat riwayat penyakit darah tinggi,
kolesterol, ginjal, jantung, atau penyakit lainnya pada pasien. Tidak terdapat riwayat
penggunaan obat-obatan lama pada pasien.
Pasien sebelumnya berobat ke Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Rumah Sakit
Santosa. Pasien telah mendapatkan pengobatan Rifampisin dan Dapson sebanyak 25 tablet (25
hari), namun pasien tidak mengetahui dosis yang diberikan. Pasien kemudian dirujuk ke
Puskesmas Dago untuk mendapatkan pengobatan selanjutnya dikarenakan ketidaktersediaan
obat di rumah sakit tersebut.
Status gizi
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 165 cm
BMI : 20.0
Kesimpulan : Status gizi baik
Status generalis:
Kepala : facies leonina (-), madarosis (-), lagoftalmus (-),
hidung pelana (-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
Leher : KGB tidak teraba, JVP tidak meningkat
Dada : ginekomastia (-), simetris, vocal fremitus ka=ki,
4
Keadaan Cacat
Waktu Tanggal Tingkat Cacat (WHO: 0,1,2)
Mata Tangan Kaki Nilai Jumlah
Ka Ki Ka Ki Ka Ki tertinggi/umum nilai/skor
Awal 30/1/17 0 0 2 1 1 1 2 5
1.5 Diagnosis
Lepra tipe multibasilar (MB)
1.7 Tatalaksana
1.7.1 Pengobatan MDT
Pengobatan MDT (Multidrug theraphy), 12 bulan, mulai tanggal 11 Februari 2017
Dosis bulanan : Rifampisin 600 mg + DDS 100 mg + Lampren 300 mg
Dosis harian : DDS 100 mg + Lampren 50 mg, untuk 28 hari.
Kontrol satu bulan berikutnya
1.9 Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
BAB II
PEMBAHASAN
13
14
dan sosial budaya. Pada kebudayaan tertentu, akses peremepuan ke layanan kesehatan
sangatlah terbatas.
Setiap kelainan akibat kusta yang terdapat dalam tubuh pasien digambarkan dengan
simbol baku yang sudah ditetapkan (charting, Gambar 2.2).
di Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM) yang memiliki tenaga serta fasilitas untuk
pemeriksaan BTA.1
Kerokan jaringan diambil dari 2 atau 3 tempat, yaitu dari cuping telinga kanan dan kiri,
dan kelainan kulit (lesi) yang aktif (lesi meninggi dan berwarna kemerahan). Pewarnaan
digunakan dengan metode Ziehl-Neelsen. Pewarnaan dilakukan dengan menggunakan carbol
fuchsin 0.3%, lalu bilas pewarnaan dengan asam alkohol 3% untuk menghilangkan semua
warna kecuali kuman leprae. Lakukan pembilasan dengan methylene blue 0.3%. Basil kusta
akan terlihat seperti batang-batan merah pada latar belakang biru. Perhitungan BTA dalam
lapangan mikroskopi menggunakan indeks bakteri (IB) atau indeks morfologis (IM).
Indeks bakteri merupakan ukuran semikuantitaif kepadatan BTA dalam sediaan apus.
Kegunaan IB (Tabel 2.4) adalah untuk membantu menentukan tipe kusta dan menilai hasil
pengobatan. Penilaian dilakukan menurut skala logaritma Ridley.
Indeksi morfologi merupakan persentase basil kusta dalam bentuh utuh terhadap
seluruh BTA. Apabila ditemukan globus/clumps, jangan dihitung. Indeks morfologi dihitung
dengan menggunakan rumus: jumlah BTA yang utuh/jumlah seluruh BTA x 100%. Indeks ini
berguna untuk mengetahui daya penularan kuman, untuk menilai hasil pengbatan, dan
membantu menentukan resistensi terhadap obat.1
kulit. Beberapa penyakit kulit yang mirip dengan kusta di antaranya adalah psorisasis, tinea,
dermatitis seboroik, vitiligo, ptiriasis versikolor, neurofibromatosis, dan veruka vulgaris.1
Dosis untuk anak disesuaikan dengan berat badan, yaitu rifampisin sebesar 1015
mg/kgBB, dapson 12 mg/kgBB, dan lampren 1 mg/kgBB. Sebagai pedoman praktis untuk
dosis MT bagi pasien kusta digunakan Tabel 2.7 dan 2.8 di bawah ini.
27
Pengobatan MDT tersedia dalam bentuk blister. Ada 4 macam blister untuk PB dan MB
dewasa serta PB dan MB anak. Obat MDT tersebut terdiri atas:1
28
a. DDS (Dapson), merupakan singkatan dari Diamino Diphenyl Sulphone, sediaan bentuk
tablet warna putih 50 dan 100 mg. Obat ini bersifat bakteriostatik. Dosis dewasa adalah
100 mg/hari dan anak-anak 50 mg/hari (untuk usia 1015 tahun).
b. Lampren (B663). Sediaan bentuk kapsul lunak 50 mg dan 100 mg, warna cokelat,
bersifat bakteriostatik, bakterisidal lemah, dan antiinflamasi. Diminum sesudah makan.
c. Rifampisin. Sediaan bentuk kapsul 150 mg, 300 mg, 450 mg, dan 600 mg, bersifat
bakterisidal. Hampir 99% kuman kusta mati dalam satu kali pemberian Obat ini
diminum setengah jam sebelum makan untuk mendapatkan penyerapan yang lebih
baik.
d. Obat penunjang (vitamin/roboransia), obat neurotropik seperti vitamin B1, B6, B12
dapat diberikan.
Perbedaan reaksi tipe 1 dan 2 terdapat pada Tabel 2.11 dan 2.12 berikut.
29
30
Dosis Prednison dan Lampren untuk pengobatan reaksi berat terdapat pada Tabel 2.14
dan 2.15. Rincian pengobatan untuk reaksi berat ditampilkan pada Tabel 2.16 di bawah ini.
1. Dirjen P2PL Kemenkes RI. Pedoman nasional program pengendalian penyakit kusta.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2012.
2. Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP. Fitzpatricks colar atlas & synopsis of dermatology.
7th ed. New York: Mc Graw Hill Education; 2013.
3. Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS DR. Hasan Sadikin - FK Unpad. Standar
pelayanan medik ilmu kesehatan kulit dan kelamin. Edisi revisi. Bandung: Bagian IKK
RSHS - FKUP; 2010.
35
LAMPIRAN
36