Anda di halaman 1dari 4

Hubungan Manusia Dengan Alam Secara Islam

Manusia sebagaimana makhluk lainnya, memiliki keterkaitan dan ketergantungan


terhadap alam dan lingkungannya. Namun demikian, pada akhir-akhir ini, manusia justru
semakin aktif mengambil langkah-langkah yang merusak, atau bahkan menghancurkan
lingkungan hidup. Hampir setiap hari kita mendengar berita menyedihkan tentang kerusakan
alam yang timbul pada sumber air, gunung, laut, atau udara. Bencana lumpur lapindo yang tak
kunjung usai, gunung meletus, demam berdarah, flu burung, kekeringan, dan sebagainya selalu
menghiasi berita di televisi maupun di koran-koran.

Pemanfaatan alam lingkungan secara serampangan dan tanpa aturan telah dimulai sejak
manusia memiliki kemampuan lebih besar dalam menguasai alam lingkungannya. Dengan
mengeksploitasi alam, manusia menikmati kemakmuran hidup yang lebih banyak. Namun
sayangnya, seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi, alam lingkungan malah dieksploitasi
sedemikian rupa sehingga menimbulkan kerusakan yang dahsyat.

Kerusakan alam yang ditimbulkan oleh manusia bersumber dari cara pandang manusia
terhadap alam lingkungannya. Dalam pandangan manusia yang oportunis, alam adalah barang
dagang yang menguntungkan dan manusia bebas untuk melakukan apa saja terhadap alam.
Menurutnya, alam dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi kesenangan manusia.
Sebaliknya, manusia yang religius akan menyadari adanya keterkaitan antara dirinya dan alam
lingkungan. Manusia seperti ini akan memandang alam sebagai sahabatnya yang tidak bisa
dieksploitasi secara sewenang-wenang.

Sadar Lingkungan

Secara umum, agama-agama samawi memiliki pandangan yang sama mengenai


perlindungan terhadap alam semesta. Agama-agama samawi menyatakan bahwa bumi dan segala
sesuatu yang tersimpan di dalamnya diciptakan Tuhan untuk manusia. Allah swt berfirman, (al-
Baqarah: 29): Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia
berkehendak menciptakan langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu.

Tuhan menyebut alam lingkungan sebagai nikmat besar yang diberikan-Nya untuk
manusia agar dapat dimanfaatkan dalam kehidupannya secara benar. Allah berfirman (dalam QS.
Jaatsiyah: 13), Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi,
semuanya berasal dari-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda bagi kaum yang berfikir. Dengan demikian, manusia sebagai khalifah Tuhan di muka
bumi memiliki kemampuan dan kesempatan untuk memanfaatkan alam semesta bagi
kehidupannya, baik di bumi, maupun di langit.

Selain berhak memanfaatkan alam semesta, manusia juga diberi tanggung jawab untuk
menjaga agar alam semesta tidak mengalami kerusakan. Allah SWT berfirman (QS. al-Ruum:
41), Telah tampak kerusakan di darat dan di laut yang disebabkan oleh perbuatan tangan
manusia; Allah menghendaki supaya mereka merasakan sebagian dari perilaku mereka itu
supaya mereka kembali (ke jalan yang benar).

Ayat ini menunjukkan bahwa kerusakan alam lingkungan pada akhirnya akan
memberikan dampak negatif kepada diri manusia. Misalnya, perilaku manusia yang merusak
hutan, membuang sampah sembarangan berakibat pada bencana banjir yang merenggut nyawa
dan melenyapkan harta benda manusia. Ketika bencana alam datang, manusia seharusnya
menyadari kesalahannya dalam mengeksploitasi alam secara semena-mena.

Kerusakan lingkungan hidup merupakan akibat dari ketidak taatan, keserakahan dan
ketidakperduliaan (manusia) terhadap karunia besar kehidupan (Budha), Kita harus,
mendeklarasikan sikap kita untuk menghentikan kerusakan, menghidupkan kembali
menghormati tradisi lama kita (Hindu), Kami melawan segala terhadap segala bentuk eksploitasi
yang menyebabkan kerusakan alam yang kemudian mengancam kerusakannya (Kristen), dan
Manusia adalah pengemban amanah, berkewajiban untuk memelihara keutuhan Ciptaan-Nya,
integritas bumi, serta flora dan faunanya, baik hidupan liar maupun keadaan alam asli.
Krisis Lingkungan

Kerusakan alam lainnya yang dikhawatirkan oleh para ilmuwan lingkungan hidup adalah
rusaknya lapisan ozon di atmosfer. Penyebab menipisnya lapisan ozon adalah gas
karbondioksida (CO2) yang bersumber dari pembakaran bahan bakar fosil dan
chloroflourocarbon (CFC) yang bersumber dari penggunaan kulkas dan AC. Kedua gas itu
mengeluarkan atom yang merusak molekul ozon di atmosfer. Kerusakan ozon membuat sinar
matahari masuk ke bumi secara berlebihan, tanpa ada yang menangkal, sehingga dapat
menyebabkan kanker kulit dan berbagai penyakit lainnya. Akibat lain dari kerusakan ozon
adalah meningkatnya temperatur bumi.

Para ilmuwan lingkungan hidup menyatakan bahwa aturan utama dalam memanfaatkan
alam adalah memperhatikan standar dan kapasitas yang ada. Eksploitasi alam secara berlebihan
dan tanpa aturan dan pertimbangan yang matang akan menyebabkan krisis lingkungan. Hal ini
sesuai dengan aturan Islam, sebagaimana tercantum dalam QS. al-Hijr: 19, Dan Kami telah
menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya
segala sesuatu menurut ukuran.

Pemanfaatan sumber daya alam harus selalu memperhatikan dampak negatif yang terjadi
terhadap lingkungan. Misalnya kasus, dalam sebuah tambang emas, biasa digunakan bahan-
bahan kimia untuk memisahkan kandungan emas dari zat-zat lainnya. Sisa-sisa bahan kimia ini
bila dibuang begitu saja ke laut, akan menyebabkan tercemarnya air laut dan teracuninya
makhluk hidup di laut. Akibatnya, manusia tidak dapat memanfaatkan makhluk-makhluk laut
untuk kehidupannya.

Dalam kasus ini, kecerobohan manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam telah
menyebabkan kerugian yang berdampak terhadap diri mereka sendiri. Dalam hal ini, Imam
Ridha as. pernah bersabda, Keadilan dan kedermawanan menyebabkan abadinya nikmat Allah.
Karena itu, seadainya manusia memperhatikan dampak lingkungan hidup, sesungguhnya, dia
telah menjaga kelestarian nikmat Tuhan bagi dirinya sendiri.
Penutup
Sebagai kesimpulan, kita sebagai umat beragama haruslah berusaha semaksimal mungkin untuk
tidak menimbulkan kerusakan pada lingkungan hidup. Kemajuan di bidang sains dan teknologi
memang diperlukan, tetapi itu saja tidak cukup. Kita memerlukan agama untuk terlibat dan
keluar dari krisis lingkungan. Agama-agama samawi, terutama agama Islam, telah menekankan
bahwa manusia tidak boleh melakukan kerusakan di alam karena yang akan menerima dampak
negatifnya adalah diri manusia sendiri.

Agama Islam memandang pemanfaatan alam semesta tanpa metode dan membabi-buta
merupakan sebuah bentuk kedzaliman dan akan merugikan manusia sendiri. Berlebih-lebihan
dalam memanfaatkan alam dipandang sebagai perilaku mubadzir dan dicela oleh Islam. Dalam
QS. al-Araf: 31, Allah swt berfirman, Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di
setiap masjid , makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

Anda mungkin juga menyukai