BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Identifikasi
yang ditemukan mungkin tidak lengkap. Pada kasus seperti ini, dokter diharapkan
dapat memberikan penjelasan kepada penyidik dalam hal perkiraan saat kematian,
usia, jenis kelamin, tinggi badan, dan ras, serta asal sisa-sisa potongan tubuh
(RSBO, 2013).
Dalam mengidentifikasi suatu mayat, ada beberapa sumber dan data yang
dapat dipergunakan, yaitu (Idries, 2011; ICRC, 2013):
Visual /penampilan wajah dan tubuh mayat yang ditunjukkan kepada
pihak keluarga dapat membantu apabila keadaan mayat tidak rusak berat
atau belum mengalami pembusukan.
Dokumen seperti KTP, SIM, paspor, dan kartu identitas lainnya juga dapat
membantu proses identifikasi. Akan tetapi, dalam kasus pembunuhan
biasanya pelaku memusnahkan kartu identitas.
Sidik jari setiap orang memiliki pola/kontur yang berbeda, sehingga dapat
menggambarkan diri seseorang. Akan tetapi metode ini dapat digunakan
jika belum terjadi pembusukan pada mayat.
Gigi setiap orang memiliki bentuk yang khas, sehingga dapat dipakai
dalam proses identifikasi meskipun mayat sudah mengalami pembusukan.
X-Ray yang paling baik untuk dibandingkan dengan AMD adalah foto
kepala dan pelvis.
DNA yang didapat dari darah, rambut, cairan semen, gigi, dan jaringan
lainnya sangat berbeda pada setiap orang, sehingga dapat dibandingkan
dengan AMD atau dibandingkan dengan DNA keluarga.
Sisa tulang yang diperiksa dapat menentukan usia, tinggi badan, jenis
kelamin bahkan ras seseorang dengan banyak formula yang telah
ditentukan.
Pakaian, perhiasaan, tato dan bentuk fisik seseorang juga dapat membantu
proses identifikasi apabila mayat tidak dalam keadaan busuk dan hancur.
Laki-laki Perempuan
2.2. Antropometri
minggu ke-10, dan falang media pada minggu ke-11 atau lebih. Pusat epifise
muncul pada falang proximal di awal tahun ke-2 (perempuan), dan lebih lama di
tahun yang sama (laki-laki), falang media dan distal pada tahun ke-2
(perempuan), atau tahun ke-3 atau ke-4 (laki-laki) (Standring, 2008).
Rasio D2:D4 adalah perbedaan antara panjang jari (digiti=D) ke-2 (jari
telunjuk) dengan jari ke-4 (jari manis). Panjang jari pada manusia telah diteliti
lebih dari 120 tahun silam. Pada manusia, perbedaan panjang jari ke-2 dibanding
panjang jari ke-4 (D2:D4) lebih rendah nilainya pada laki-laki dibandingkan
perempuan (Paul et al., 2006; Gillam et al., 2008; Kraemer et al., 2009; Galis et
al., 2010; Muler et al., 2011;Zheng and Cohn, 2011; Hiraishi et al., 2011; Zhao et
al., 2013 ). Perbedaan ini terlihat baik pada anak-anak maupun dewasa. Perbedaan
ciri ini merupakan salah satu perbedaan bentuk seksual (sexual dimorphic) yang
dipengaruhi oleh konsentrasi hormon androgen yang diproduksi oleh fetus dan
sensitivitas reseptor androgen pada masa embrio.
Rendahnya nilai D2:D4 mencerminkan tingginya paparan hormon
testosteron selama masa embrio, sedangkan tinginya nilai D2:D4 mencerminkan
rendahnya paparan hormon testosteron selama masa embrio. Modulasi kadar
hormon pada masa prenatal mempengaruhi rasio digit sedangkan postnatal tidak
(Zheng dan Cohn, 2011; Hiraishi et al., 2012) dan menetap pada masa dewasa
(Peeters et al., 2013) . Hal ini menunjukkan bahwa rasio digit sepertinya hanya
dipengaruhi pada masa janin dan tidak berubah setelah lahir. Galis et al. (2010)
menyatakan bahwa rasio D2:D4 stabil setelah usia 2 tahun. Penelitian Trivers,
Manning, dan Jacobson (2006) dalam Galis et al. (2010) pada anak Jamaica
didapat rasio D2:D4 anak usia 7-14 tahun meningkat signifikan setelah
pengukuran pada 4 tahun kemudian. Gillam et al. (2008) menunjukkan bahwa
rasio D2:D4 berubah sejalan dengan usia tetapi nilainya tetap lebih rendah pada
laki-laki daripada perempuan.
Menurut Muller et al. (2011), rasio D2:D4 ini tidak dipengaruhi oleh kadar
hormon ibu, karena tidak terdapat korelasi antara kadar hormon androgen ibu
dengan kadar hormon androgen pada cairan amnion. Muller juga menyatakan
bahwa tidak ada korelasi yang signifikan antara kadar hormon androgen dengan
rasio D2:D4 pada orang dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa sepertinya rasio
D2:D4 tidak dipengaruhi oleh usia.
Banyak penelitian menunjukkan hubungan rasio digit dengan perbedaan
kadar androgen dan estrogen selama pertumbuhan. Muller et al. (2011); Zheng
dan Cohn (2011) menyatakan bahwa perkembangan genital dan digit dikontrol
oleh gen HoxA dan HoxD yang dipengaruhi oleh hormon androgen. Zheng dan
Cohn (2011) memperkirakan bahwa reseptor androgen (AR) aktif di banyak sel
pada masa kondensasi kartilago. Percobaan Zheng dan Cohn pada tikus mutan
yang AR-nya dihilangkan, terdapat peningkatan rasio D2:D4 dibanding dengan
kontrol sedangkan penghapusan pada reseptor estrogen (ER) menurunkan rasio
D2:D4. Hal ini menunjukkan bahwa AR dan ER memiliki efek yang berlawanan
pada rasio digit, dengan AR penting dalam perkembangan sifat maskulin/laki-laki
(rasio D2:D4 rendah) dan ER penting dalam perkembangan sifat
feminin/perempuan (rasio D2:D4 tinggi). Aktivitas AR dan ER paling tinggi
tampak pada D4 dan tidak ada respon signifikan pada D2. Tingginya efek hormon
pada perbedaan pertumbuhan D4 dan tidak adanya efek hormon pada D2
kemudian menjadikan rasio D2:D4 sebagai tanda perbedaan seksual.
Rasio D2:D4 dapat diukur dengan berbagai cara, yaitu:
1. Pengukuran langsung pada D2 dan D4 dimulai dari tengah lipatan
proksimal terhadap palmar sampai ujung digit dengan Vernier caliper
(jangka sorong).
2. Pengukuran tidak langsung melalui fotokopi palmar, kemudian D2 dan
D4 diukur dari tengah lipatan proksimal terhadap palmar sampai ujung
digit dengan Vernier caliper (jangka sorong) atau dengan komputer
(Adobe Photoshop).
3. Pengukuran tulang falang D2 dan D4 yang didapat dari radiograf
dengan Vernier caliper (jangka sorong).
Tabel 2.2 Rasio D2:D4 antara laki-laki dan perempuan pada usia bervariasi pada
beberapa penelitian yang berbeda (Galis et al., 2010).
Menurut Muller et al. (2011), Knickmeyer et al. (2011), dan Hiraishi et al.
(2012) nilai rasio D2:D4 ini bervariasi sesuai dengan etnis/suku/ras. Perbedaan
rasio D2:D4 lebih jelas terlihat pada digit kanan dibandingkan digit kiri (Manning
et al., 2012 dan Zhao et al., 2013) sehingga lebih sensitif dalam membandingkan
nilai rasio D2:D4 antara laki-laki dan perempuan, sedangkan Hiraishi et al. (2012)
mendapatkan perbedaan yang lebih signifikan pada digit kiri. Robertson et al.
(2008) dan Galis et al. (2010) mendapatkan tidak ada perbedaan yang signifikan
antara digit kanan dan kiri. Rasio D2: D4 tidak dipengaruhi oleh pemakaian
tangan yang dominan, sehingga nilainya sama antara tangan dominan dan
nondominan.
Penelitian Peeters et al. (2013) menunjukkan tidak ada hubungan antara
rasio D2:D4 dengan aktivitas fisik, penggunaan tangan dominan, kekuatan otot,
tinggi dan berat badan serta usia skeletal. Hal ini menunjukkan bahwa sepertinya
rasio D2:D4 hanya dipengaruhi oleh kadar hormon androgen dalam kandungan,
dimana kadar hormon androgen dipengaruhi oleh jenis kelamin, sehingga jenis
kelamin mempengaruhi nilai rasio D2:D4 pada manusia.
Jenis-jenis tangan manusia dapat dibagi menjadi 3 bentuk berdasarkan
penampakannya pada radiograf, yaitu tipe 1 (D2>D4), tipe 2 (D2=D4), dan tipe 3
(D2<D4). Perempuan kebanyakan memiliki tangan dengan tipe 1 dan 2,
sedangkan laki-laki kebanyakan memiliki tangan dengan tipe 3.
Berikut ini adalah nilai-nilai rasio D2:D4 antara laki-laki dan perempuan
berdasarkan hasil penelitian sebelumnya pada negara yang berbeda.
Tabel 2.3 Rasio D2:D4 antara laki-laki dan perempuan di berbagai negara.
Negara Usia Tangan Laki-laki Perempuan
Inggris 66.67.9 tahun Kanan 0.906 0.921
Kiri 0.909 0.922
Belgia 15,7 1.3 tahun Kiri 0.925
Jerman 37,3 tahun (laki-laki); Kanan 0.954 0.974
35 tahun (perempuan) Kiri 0.954 0.970
Amsterdam, 14-22 minggu Kanan 0.916 0.923
Belanda Kiri 0.916 0.927
Italia 54 tahun (laki-laki); Kanan 0.938 0.954
60 tahun (perempuan) Kiri 0.949 0.963
Yunani 54 tahun (laki-laki); Kanan 0.941 0.945
60 tahun (perempuan) Kiri 0.955 0.962
Australia/Selan 54 tahun (laki-laki); Kanan 0.948 0.954
dia Baru 60 tahun (perempuan) Kiri 0.955 0.961
Jepang 14-30 tahun Kanan 0.95 0.96
Kiri 0.94 0.96
Yunnan, China 37,8 tahun (laki-laki); Kanan 0.9318 0.9523
40,28 tahun Kiri 0.9420 0.9553
(perempuan)
Almadinah, Kanan (langsung; 0.980.04; 0.98 0.04 ;
Saudi Arabia tidak langsung) 0.960.03 0.976 0.037
Kiri (langsung; tidak 0.97 0.04 ; 0.99 0.04 ;
langsung) 0.96 0.04 0.97 0.04
Dari nilai yang tertera di tabel, terlihat bahwa terdapat perbedaan nilai
rasio D2:D4 antara laki-laki dan perempuan, dengan laki-laki memiliki nilai rasio
D2:D4 yang lebih rendah dari pada perempuan. Terlihat juga bahwa terdapat
sedikit perbedaan antara digit kanan dan kiri, serta terdapat perbedaan nilai rasio
D2:D4 pada berbagai daerah yang berbeda. Hasil ini kemungkinan terjadi oleh
karena perbedaan suku/ras/etnis yang mempengaruhi kadar androgen pada masa
embrio manusia.
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL