BAB II Tinjauan Umum
BAB II Tinjauan Umum
TINJAUAN UMUM
Selatan, Kabupaten Halmahera Timur, Propinsi Maluku Utara (Gambar 2.1). Pulau
Gee tergolong kecil (luas hanya sekitar 200 Ha) berbentuk bulat lonjong dengan arah
utara ke selatan, panjang sekitar 2 Km dengan lebar bervariasi (0,3-1,2 ) Km, dengan
Untuk mencapai lokasi tersebut dapat ditempuh dengan rute sebagai berikut :
a) Makassar - Ternate
jam. Atau bisa juga menggunakan kapal Pelni dengan waktu 3 hari
perjalanan.
b) Ternate Buli
2.1
2.2. Geografi Daerah Penelitian
Secara geografi daerah penambangan bijih nikel Pulau Gee terletak antara
Gambar 2.1
2.2
2.2.1. Topografi
Ciri yang menonjol dari Pulau Gee adalah topografi yang terjal, ditandai
dengan kemiringan lereng yang curam terutama dibagian Barat, Selatan, Timur dan
bukit-bukit yang terdapat di Pulau Gee dibagi dalam blok-blok yaitu : Blok GA, GB,
2.2.2. Vegetasi
dibedakan secara vertikal terdiri dari vegetasi bakau, vegetasi hutan pantai dan
Vegetasi hutan pantai menempati hampir seluruh garis pantai Pulau Gee,
vegetasi yang ada merupakan asosiasi pohon kelapa, ketapang, dan nyamplung.
Pohon kelapa cukup dominan dikawasan ini, hanya pada tempat-tempat tertentu yang
dan nyamplung.
dan sejenis liana berdaun lebar. Sedangkan vegetasi hutan pegunungan disusun oleh
sebagian vegetasi yang hampir sama dengan vegetasi di Kepulauan Halmahera. Pada
bagian punggung, vegetasi yang ada merupakan asosiasi jenis-jenis berdaun jarum
seperti cemara, pinus Irian dan hanya sebagian kecil tumbuhan berdaun lebar.
2.3
Tumbuhan bawah yakni tumbuhan yang tidak berkayu yang merupakan salah
satu penyusun komunitas dikawasan tersebut juga dibedakan menjadi dua bagian.
Pada daerah punggung gunung, tumbuhan bawah yang hidup adalah jenis pakis,
Pada daerah yang lembab, tumbuh-tumbuhan bawah yang hidup adalah rotan,
pandan hutan, jenis anggrek pinang dan sebagian jenis rumput-rumputan. Diameter
Seperti halnya Pulau-pulau yang ada di kawasan Indonesia, Pulau Gee juga
beriklim tropis dan terdiri dari dua musim, yaitu musim kemarau dan musim
penghujan. Menurut klasifikasi Schmidt dan Fergussen, daerah Pulau Gee memiliki
tipe ikllim C atau agak basah dengan nilai Q = 0,333. Tiga bulan kering dan sembilan
bulam basah. Curah hujan terbesar terjadi pada bulan Juni, merupakan bulan paling
basah dengan curah hujan rata-rata 568 mm dan bulan september nerupakan bulan
paling kering dengan curah hujan rata-rata 54 mm. Suhu rata-rata bulanan adalah
26,70 C dan kelembaban udara rata-rata adalah 82,58 % serta penyinaran matahari
maksimum 2 meter, terjadi pada waktu angin bertiup dari arah Barat.
2.4
2.3. Geologi Daerah Penelitian
Secara garis besar, struktur geologi daerah penambangan nikel Pulau Gee
dinyatakan terletak dalam Circum Pacifik Orogenic Belt, dimana batuan dasar dari
Gambar 2.2
2.5
Mineralisasi terjadi melalui rekahan-rekahan pada strata ini, sebagai akibat
intrusi dari batuan basa dan ultarabasa yang berfungsi sebagai batuan induk (Hard
Rock) dalam genesa terjadinya endapan nikel laterite. Proses laterisasi yang berarti
ekonomis sangat bergantung pada faktor-faktor seperti batuan induk yang bersifat
basa, iklim dan topografi daerah ideal sangat mendukung terjadinya pengkayaan
Halmahera, pulau Gebe, pulau Obi dan Pulau Gag yang memiliki petunjuk adanya
Proses terbentuknya endapan bijih nikel sekunder atau laterit (Gambar 2.3)
dimulai dengan proses pelapukan pada batuan peridotit, dimana batuan ini banyak
mengandung olivin, magnesium silikat, dan besi silikat yang pada umumnya
mengandung 0,3 % nikel. Batuan peridotit sangat mudah terpengaruh oleh proses
pelapukan dimana air tanah yang kaya CO2 yang berasal dari udara luar dan tumbuh-
dan silikat kedalam larutan, cenderung untuk membentuk suspensi koloid dari
dengan oksida dan mengendap sebagai feri hidroksida. Akhirnya endapan ini akan
Hematit (Fe2O3), dan cobalt (Co) dalam jumlah kecil. Jadi besi oksida mengendap
2.6
Peridotit Serpentinit
Proses Pelapukan
Dan Laterisasi
Konsentrasi residu
Terlarut sebagai Terbawa sebagai
Larutan Ca-Mg partikel koloidal
Karbonat Fe-Oksida
Al-Hidroksida
Ni-Co
Konsentrasi celah
dari senyawa- Konsentrasi Konsentrasi
senyawa karbonat residu Celah ZONE ATAS (I)
2.7
dekat dengan permukaan tanah, sedangkan magnesium, nikel dan silika tertinggal
dalam larutan selama air masih asam. Tetapi jika dinetralisasi karena adanya reaksi
dengan batuan dan tanah, maka zat-zat tersebut akan cenderung mengendap sebagai
hydrosilikat.
Mineralisasi terjadi melalui rekahan pada strata ini, sebagai akibat pencucian
dan penggumpalan pada lapisan saprolit yang disebut pengkayaan maka tertahan
magnesium. Perbandingan antara nikel dan magnesium didalam endapan lebih besar
daripada larutan, karena adanya larutan silikat magnesium yang terbawa oleh air
Adanya erosi air tanah asam dan erosi dipermukaan bumi akan menyerang
mineral-mineral yang telah diendapkan. Zat-zat tersebut dibawa ketempat yang lebih
Kandungan nikel pada saat terendapkan akan semakin bertambah banyak, dan selama
itu magnesium tersebar pada aliran tanah. Dalam hal ini proses pengkayaan bersifat
kumulaif, dimana proses dimulai dari suatu batuan yang mengandung 0,25 % nikel,
Keadaan ini merupakan kadar nikel yang sudah dapat ditambang, dimana
waktu yang diperlukan untuk proses pengkayaan tersebut mungkin dalam beberapa
2.8
Tabel 2.1
ribu tahun bahkan berjuta-juta tahun. Sedangkan kadar nikel pada endapan laterit
yang mempunyai kadar paling tinggi terjadi pada zona pelapukan dan diendapkan
Endapan nikel laterit terdapat pada lapisan bumi yang kaya akan besi, dimana
pembagian yang sempurna dari besi dan nikel kedalam zona-zona yang berbeda tidak
pernah ada. Pengkayaan besi dan nikel terjadi melalui pemindahan magnesium dan
silikat dimana besi dalam material ini paling banyak terbentuk gumpalan (disebut
limonit). Sehingga endapan nikel dapat ditunjukkan dengan adanya jenis limonit
tersebut atau sebagai nikel ferrous iron ore. Hal ini berlawanan dengan nikel bertipe
silikat (yang kadang-kadang disebut sebagai bijih serpentin) dimana pemisahan nikel
lebih baik.
Jenis pelapukan yang melarutkan unsur-unsur logam dari batuan induk akan
menghasilkan bijih nikel limonit, bijih nikel silikat kebanyakan terjadi pada daerah
beriklim tropis. Dimana pada daerah tersebut banyak turun hujan dan banyak
2.9
2.4.1. Penyebaran Endapan Bijih Nikel
saprolit dengan inti batuan biasanya agak keras dan rapuh. Hal ini diakibatkan
adanya hujan dan panas sehingga terjadi pelapukan dan rekahan-rekahan yang
yang relatif homogen dengan kuarsa dan garnierit. Air permukaan yang mengandung
2.10
CO2 dari atmosfir dan terkayakan kembali oleh material organik di permukaan dan
meresap kebawah sampai zona pelindihan dimana fluktuasi air berlangsung. Sebagai
akibat fluktuasi ini air yang kaya CO2 akan kontak dengan zona saprolit dan batuan
yang mengandung batuan asal dan mineral-mineral tidak stabil seperti olivin,
Pada zona saprolit dijumpai rekahan-rekahan antara lain garnierit, kuarsa dan
chrysopras sebagai hasil pengendapan Hydrosilikat dari Mg, Si, dan Ni. Unsur-unsur
mineral lainnya yang tertinggal adalah besi, aluminium, mangan, cobal, krom serta
nikel di zone limonit yang terikat sebagai mineral oksida atau hidroksida seperti
hematit, magnesium dan mineral lainnya. Hasil analisa kimia menunjukkan bahwa
zona tengah yang paling banyak mengandung nikel, sedangkan unsur Ca, Mg dan C
akan terus mengalir kebawah, pada tempat yang tidak dapat mengalir lagi dan
terendapkan sebagai urat-urat dolomit dan magnesit yang mengisi rekahan pada
batuan asal.
Sebagai gambaran umum penampang endapan bijih nikel di Pulau Gee adalah
sebagai berikut :
Lapisan Overburden
Lapisan ini merupakan lapisan paling atas, terdiri dari tanah laterit yang
konkresi oksida besi, dan kandungan nikelnya relatif rendah. Tebal lapisan ini
2.11
Lapisan Limonit
Lapisan berwarna coklat muda dengan kandungan nikelnya lebih tinggi dari
Lapisan Saprolit
Lapisan yang sama sekali merupakan batuan yang telah lapuk, berwarna
coklat kekuningan sampai kehijauan. Kadar nikel lapisan ini relatif paling
a) Lapisan yang terdiri dari batuan yang kurang lapuk, berwarna hijau terang
sampai tua. Pada lapisan ini kadar nikelnya sudah mulai turun. Sering
b) Lapisan ini berupa batuan yang sedikit lapuk dan berwarna hitam
2.12
2.4.2. Pembentukan Zona Limonit Dan Saprolit
Proses pelapukan laterit pada batuan ultrabasa dari suatu laterit fosil,
mempunyai arti sebagai suatu proses pelapukan laterit yang berlangsung tidak
dimulai dari batuan segar yang kemudian menghasilkan profil laterit baru, tetapi
bertolak dari suatu profil laterit yang sudah terbentuk, dimana saprolit silikat yang
selalu berada dibawah permukaan air tanah sudah ada dan terletak dibawah zona
limonit.
Fluktuasi muka air tanah yang berlangsung secara kontinue akan melarutkan
asal di zona saprolit, sehingga memungkinkan penetrasi air tanah yang lebih dalam.
Sehingga sedikit demi sedikit zona saprolit akan berubah porositasnya dan akhirnya
Dengan penambahan porositas, maka air tanah akan lebih leluasa bergerak
sehingga permukaan air tanah akan turun, menyebabkan air permukaan laterit juga
akan turun akibat proses kompaksi dan erosi pada permukaan. Penurunan muka air
tanah ini akan berbeda-beda dan sangat tergantung dari struktur batuan asal,
morfologi yang mempengaruhi intensitas pelindian, intensitas curah hujan, iklim dan
waktu.
Pembentuk zona laterit akibat berlanjut proses laterisasi ini akan berlangsung
dengan berbedanya penurunan permukaan air tanah, walaupun sifat batuan asalnya
serupa. Pada penurunan muka air tanah yang dalam, zona limonit akan terbentuk
2.13
Demikian pula pada penurunan permukaan air tanah yang sama akan
memberikan profil laterit yang berbeda jika struktur batuan asalnya berbeda. Dalam
hal ini struktur batuan asal (masif atau bercelah) sangat berperan dalam pembentukan
zona saprolit.
Di daerah cekungan aktif ini intensitas air tanah membesar akibat arah aliran
yang konvergen dan akan memberikan proses pelindian yang lebih intensif dari
yang tebal.
sebagai berikut :
Batuan Asal
Batuan asal yang merupakan syarat utama terbentuknya endapan bijih nikel
kadar Ni 0,3%. Batuan ini mengandung unsur-unsur Ca, Mg, Fe, Si, Al, Cr,
kimia sebagai akibat dari pelapukan mekanis dan kimiawi, yang mana
Iklim
Iklim untuk pembentukan nikel laterit adalah iklim tropis dan subtropis.
Adanya pergantian musim kemarau dan musim hujan dimana sinar matahari
2.14
dan air hujan memegang peranan penting dalam proses pelapukan dan
Curah hujan yang tinggi dan penyinaran matahari yang intensif pada suatu
dimana perubahan cuaca akan mempengaruhi keadaan fisik batuan yang lama
hujan yang mengandung oksigen dan karbon dioksida dari udara serta asam-
asam humus dari hutan meresap kedalam tanah dan bereaksi dengan unsur-
unsur lainnya yang terdapat didalam tanah yang dilaluinya. Sehingga tanah
disebut proses pelapukan kimia. Air hujan ini selain menyebabkan pelapukan
tempat-tempat tertentu.
Struktur Geologi
dominan dalam pembentukan endapan bijih nikel di Pulau gee adalah struktur
porositas kecil sehingga perembesan air sangat sulit, maka dengan adanya
proses pelapukan terhadap batuan induk. Selain itu rekahan akan dapat
2.15
berfungsi sebagai tempat pengendapan larutan yang mengandung nikel
sebagai vein.
Biologi
Faktor biologi yang mempengaruhi dalam pembentukan bijih nikel ini adalah
Asam humus ini akan bereaksi dengan permukaan batuan asal yang bersifat
basa, sehingga ada bagian batuan asal yang terurai dan terjadi proses
pada batuan yang berada dibawah permukaan bumi, asam organic bersama
Waktu
pembentukan bijih nikel laterit diperlukan jangka waktu yang relatif lama.
2.16
Sumber : PT.Aneka Tambang tbk Unit Geomin
Gambar 2.5
2.17
Sumber : PT.Aneka Tambang tbk Unit Geomin
Gambar 2.6
2.18