Anda di halaman 1dari 8

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu endodontik adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang berhubungan

dengan etiologi, pencegahan, diagnosis dan terapi terhadap penyakit-penyakit

yang mengenai pulpa gigi, akar gigi dan jaringan periapikal (Dorland, 1996).

Perawatan saluran akar merupakan salah satu perawatan endodontik Tujuan

perawatan saluran akar adalah mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat

diterima secara biologis oleh jaringan sekitarnya. Setiap melakukan perawatan

saluran akar, prinsip-prinsip perawatan endodontik harus selalu diperhatikan,

yaitu teknik asepsis, akses langsung saluran akar, pembersihan dan pembentukan

saluran akar, pengisian saluran akar dan pembuatan restorasi (Harty FJ., 1993).

Perawatan saluran akar terdiri dari tiga tahap (Triad Endodontik), yaitu

preparasi biomekanis meliputi pembersihan dan pembentukan, sterilisasi yang

meliputi irigasi dan disinfeksi serta pengisian saluran akar. Preparasi biomekanis

yaitu pembuangan jaringan pulpa dengan cara ekstirpasi jaringan yang vital

maupun nekrotik. Preparasi saluran akar yang ideal meliputi 4 tahap, yaitu: (1)

menentukan arah saluran akar, (2) membersihkan saluran akar, (3) membentuk

saluran akar, (4) preparasi daerah apikal (Akbar,2003). Selama proses preparasi

saluran akar dilakukan irigasi untuk membersihkan sisa jaringan pulpa, jaringan

nekrotik dan serbuk dentin (Cohen dan Hargreaves, 2006). Tujuan irigasi saluran

akar yaitu: (1) mengeluarkan debris, (2) melarutkan jaringan smear layer, (3)

antibakteri, (4) sebagai pelumas (Johason dan Noblet, 2009). Tahap terakhir dari
perawatan saluran akar adalah pengisian saluran akar atau obturasi. Pengisian

saluran akar bertujuan untuk memberikan penutupan yang sempurna dalam

saluran akar (Akbar, 2003). Penutupan ini akan mencegah bakteri dan racun

mengalir menuju jaringan periapikal serta sebaliknya sehingga saluran akar tetap

steril dari iritasi yang berasal dari jaringan apikal. Hal ini dapat diperoleh dengan

cara menciptakan kerapatan sempurna pada sistem saluran akar yaitu dari koronal

sampai apikal (Hammad dkk., 2009). Pengisian saluran akar bertujuan menutup

saluran akar dan menutup semua pintu masuk yang terdapat antara periodonsium

dan saluran akar. Pengisian saluran akar diperoleh dengan memasukkan suatu

bahan pengisi ke dalam ruangan yang sebelumnya ditempati oleh jaringan pulpa,

sehingga mencegah infeksi berulang. Bahan pengisi saluran akar dari bahan utama

yang berbentuk padat misalnya guta perca, dan bahan semipadat yang berbentuk

pasta disebut siler saluran akar (Torabinejad, 2009).

Bahan pengisi saluran akar yang ideal mampu mengisi sistem saluran akar

secara sempurna sampai batas apikal dan tidak sampai masuk ke jaringan

periapikal sehingga menutup rongga pulpa dari kamar pulpa tepat pada

penyempitan apikal. Untuk mendapatkan hasil obturasi yang baik bagian terbesar

dari saluran akar diisi dengan bahan padat seperti konus guta perca dan celah

celah dinding saluran akar diisi dengan pasta siler saluran akar yang dapat

beradaptasi dengan dinding saluran akar (Hammad dkk., 2009).

Siler adalah substansi yang membantu menghasilkan perlekatan yang kuat

antara dua permukaan. Tujuan dari siler saluran akar adalah untuk mencegah

rekolonisasi bakteri serta rekontaminasi dari sistem saluran akar, untuk mencegah
pertumbuhan bakteri residu pada sistem saluran akar serta untuk menghilangkan

celah antara bahan pengisi utama dan dinding saluran akar (Grossman, 1980).

Siler dapat diperoleh dengan mencampur serbuk dan cairan, kemudian campuran

tersebut dapat mengeras. Menurut bahan dasarnya siler dapat diklasifikasikan

menjadi siler dengan bahan dasar seng oksid eugenol, resin, kalsium hidroksida,

silikon dan ionomer kaca (Eldenis dkk., 2007; Monticelli dkk., 2007). Siler

saluran akar berbahan dasar resin yang ada di pasaran saat ini contohnya adalah

RealSeal. Siler saluran akar berbahan dasar kalsium hidroksida contohnya

Sealapex.

Realseal (SE, SybronEndo) merupakan bahan siler resin baru (Pawinska

dkk., 2006). Siler berbahan dasar resin telah dikembangkan untuk melengkapi

gutta perca dan siler-siler yang sudah ada sebagai bahan pengisi saluran akar.

RealSeal terdiri dari tiga komponen utama yaitu: konus, siler dan primer. RealSeal

merupakan siler saluran akar dual cure berbahan dasar resin metakrilat yang

dibantu penyinaran dalam pengerasannya. Matriks resin komposisinya terdiri dari

urethane dimethacrylate (UDMA), poly dimethacrylate (PEGDMA), ethoxylated

bis phenol A dimethacrylate (EBPADMA), bisphenol A glycidyl methacrylate

(BisGMA), silane treated barium borosilicate glasses, barium sulfate, silica,

calcium hydroxide, bismuthoxychloride peroxide, photo initiator, stabilizers dan

pigment. Siler ini dengan bantuan primer dapat melekatkan resilon ke dinding

dentin saluran akar (Stiegemeier dkk., 2010). Siler berbahan dasar resin

merupakan jenis siler yang mempunyai pelekatan yang paling baik diantara jenis

siler yang lain (Ford, 2004). Sementara Rahmini dkk. (2009), menyatakan bahwa
ikatan bahan pengisi saluran akar ini sangat baik pada dinding saluran akar

dengan membentuk suatu massa yang solid tanpa celah sehingga dapat tercipta

suatu monoblock pada saluran akar.

Siler berbahan dasar resin mempunyai daya antibakteri, tetapi beberapa siler

berbahan dasar resin menimbulkan reaksi awal yang berupa inflamasi yang cukup

berat. Reaksi awal ini hilang dalam beberapa minggu dan dapat ditoleransi dengan

baik oleh jaringan periradikuler (Ford, 2004). Mohammadi dan Yazdizadeh

(2007) mengemukakan bahwa RealSeal mempunyai daya antimikrobial yang

sedikit lebih tinggi terhadap Streptococcus mutans jika dibandingkan dengan

Gutta Flow.

Sealapex merupakan siler saluran akar yang mengandung kalsium

hidroksida (Walton dan Torabinejad, 1998). Sealapex terdiri dari basis dan katalis.

Bahan basis terdiri dari kalsium hidroksida, sulfonamide, seng oksid, seng stearat

dan koloidal silika. Sedangkan katalis terdiri dari barium sulfatresin, isobutil

salisilat, koloidal silika, titanium dioksid dan ferro oksida. Alasan utama

penggunaan kalsium hidroksida sebagai siler saluran akar yakni kemampuannya

untuk menstimulasi jaringan periapikal untuk mempertahankan dan mendukung

proses penyembuhan, serta daya antimikrobialnya. (Desai dan Chandler, 2009).

Siler berbasis kalsium hidroksida memiliki sifat non sitotoksik, dapat diterima

baik oleh jaringan periapikal, bakteriostatik dan memiliki stabilitas dimensi yang

baik. Kelebihan kalsium hidroksida yaitu: (1) bakterisid, (2) kemampuan dalam

menyesuaikan kondisi dalam intratubular, (3) merangsang pembentukan jaringan

keras, (4) kesanggupan untuk melarutkan sisa jaringan (Mehmed dkk., 2004).
Menurut Bodrumlu dan Semiz (2006) daya antimikroba siler kalsium

hidroksida dikarenakan adanya proses ionisasi yang melepaskan ion hidroksil

sehingga mengakibatkan tejadinya peningkatan pH. Hal ini mengakibatkan tidak

aktifnya enzim dalam membran sel bakteri sehingga aktifitas biologis bakteri

hilang. Pelepasan ion hidroksida dari siler saluran akar yang mengandung kalsium

hidroksida juga akan memacu proses kalsifikasi dan menimbulkan daya

antibakteri.

Salah satu tujuan perawatan saluran akar yaitu membersihkan dan

mendisinfeksi sistem saluran akar sehingga mengurangi munculnya bakteri,

menghilangkan jaringan nekrotik, dan membantu proses penyembuhan periapikal

(Rhodes, 2006). Berbagai upaya dilakukan untuk mengurangi mikroba di dalam

saluran akar antara lain dengan cara sterilisasi saluran akar, irigasi dengan bahan

antimikroba dan bahan pengisi yang bersifat antibakteri. Namun kompleksitas

sistem saluran akar sering kali menimbulkan hambatan (Saha dkk., 2010).

Meskipun sudah dilakukan irigasi dan sterilisasi, bakteri masih sering tertinggal

dalam tubulus dentinalis dan saluran akar lateral (Yasuda dkk., 2008). Salah satu

faktor penentu keberhasilan perawatan endodontik adalah adanya material pelapis

atau siler yang mempunyai daya antibakterial (Saha dkk., 2010).

Di dalam rongga mulut, Enterococcus faecalis adalah salah satu jenis

bakteri yang sering ditemukan pada saluran akar (Rocas dkk., 2004). Bakteri

Enterococcus faecalis memiliki daya perlekatan yang tinggi terhadap permukaan

protein. Bakteri ini mampu mengadakan kolonisasi yang baik pada permukaan
protein serta membentuk biofilm pada dinding-dinding dentin. Hal inilah yang

menyebabkan bakteri dapat tetap bertahan pada saluran akar (Shankar dkk., 2001).

Siler saluran akar berfungsi menciptakan penutupan yang rapat antara bahan

utama/guta perca dengan dinding saluran akar, selain itu siler saluran akar bersifat

antibakteri yang dapat mematikan bakteri yang masih ada di dalam tubulus

dentinalis. Walaupun sudah dilakukan preparasi saluran akar dan sterilisasi,

bakteri Enterococcus faecalis dapat bertahan hidup di tubulus dentinalis saluran

akar yang dirawat (Zang, 2009). Oleh karena itu untuk menghindari pertumbuhan

bakteri diperlukan pemilihan material yang mempunyai daya antibakteri. Material

yang mempunyai sifat antibakteri pada saat pengisian saluran akar didapat dari

siler saluran akar (Lai dkk., 2001).

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka timbul permasalahan yaitu

apakah ada perbedaan daya antibakteri siler saluran akar berbahan dasar resin dan

berbahan dasar kalsium hisroksida terhadap Enterococcus faecalis.

C. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan daya

antibakteri siler saluran akar berbahan dasar resin terhadap bakteri Enterococcus

faecalis jika dibandingkan dengan daya antibakteri siler saluran akar berbahan

dasar kalsium hidroksida.


D. Manfaat

Penelitian ini mempelajari perbedaan daya antibakteri siler saluran akar

berbahan dasar resin dan berbahan dasar kalsium hisroksida terhadap

Enterococcus faecalis. Hasilnya diharapkan sebagai bahan informasi ilmiah dalam

bidang ilmu konservasi sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan siler saluran

akar.

E. Keaslian Penelitian

Sepengetahuan peneliti, beberapa penelitian sebelumnya pernah dilakukan

dan hampir mirip, tetapi menggunakan bahan atau metode penelitian yang

berbeda. Gomes dkk (2004) melakukan penelitian aktivitas antibakteri dari lima

siler saluran akar yaitu Endo Fill, Endomethasone, Endomethasone N, Sealer 26

dan AH-Plus terhadap Candida albicans, Staphylococcus aureus, Enterococcus

faecalis, Streptococcus sanguis dan Actinomyces naeslundii dengan direct contact

method. Yasuda (2008) membandingkan aktivitas antimikrobial siler berbahan

dasar resin SuperBond (SB) Sealer dan lima sealer lain yaitu: Sealapex, AH plus,

Roeko Seal; Automix Canal N dan ProRoot mineral triokside aggregate (MTA)

dengan double layered method.

Pada penelitian ini yang diteliti adalah perbedaan daya antibakteri siler

saluran akar berbahan dasar resin dan berbahan dasar kalsium hidroksida terhadap

Enterococcus faecalis. Siler resin yang dipakai dalam penelitian ini adalah siler

RealSeal (RS) karena siler ini termasuk siler baru dan belum banyak diteliti
sedangkan siler berbahan dasar kalsium hidroksida yang digunakan yakni siler

Sealapex.

Anda mungkin juga menyukai